Kab - Aceh Besar - 13 - 2012
Kab - Aceh Besar - 13 - 2012
TENTANG
RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Tempat Khusus Parkir dipungut R etribusi
sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir
yang secara khusus disediakan dan dikelola oleh Pemerintah
Kabupaten.
Pasal 3
(1) Objek Retribusi adalah pelayanan tempat khusus parkir yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola o le h Pemerintah Kabupaten
7
yang meliputi :
a. pelataran/lingkungan parkir;
b. taman parkir;
c. gedung parkir;dan
d. parkir tempat keramaian.
(2) Dikecualikan dari Objek Retribusi adalah pelayanan tempat parkir
yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN,
BUMD, dan pihak swasta;
(3) Lokasi tempat khusus parkir sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 4
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang
memanfaatkan/menggunakan/menikmati jasa pelayanan tempat
khusus parkir.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Tempat Khusus Parkir digolongkan sebagai Retribusi Jasa
Usaha.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis kendaraan,
frekwensi dan jangka waktu pemakaian tempat khusus parkir.
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 7
Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif
Retribusi Jasa Usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas
diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara
efisien dan berorientasi pada harga pasar.
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 8
(1) Tarif Retribusi digolongkan berdasarkan jenis tempat parkir yang
disediakan dan jenis kendaraan bermotor maupun tidak bermotor;
(2) Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut :
8
Jenis Kendaraan
No Jenis Tempat Tarif /sekali
Parkir Bermotor/tidak bermotor parkir
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9
Retribusi yang terutang dipungut diwilayah Daerah tempat pelayanan
parkir yang diberikan.
BAB VIII
9
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 10
Masa Retribusi Terutang adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan.
Pasal 11
Saat Retribusi Terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan.
BAB IX
PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Tata Cara Pemungutan
Pasal 12
(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang di
persamakan;
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa karcis, kupon dan kartu langganan;
(3) Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dalam Peraturan
Bupati.
Bagian Kedua
Sanksi Administratif
Pasal 13
(1) Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau
kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang atau
kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan SKRD;
(2) Penagihan Retribusi Terutang sebagaimana di maksud pada ayat (1)
didahului dengan Surat Teguran;
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penagihan diatur dalam
Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga
Pemanfaatan
Pasal 14
(1) Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis Retribusi di utamakan
untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan
penyelenggaraan penyediaan tempat khusus parkir;
(2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
10
Keberatan
Pasal 15
(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada
Bupati atau pejabat yang ditunjuk atau SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan;
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia disertai
dengan alasan-alasan yang jelas;
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu
dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena
keadaan diluar kekuasaannya;
(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan Wajib
Retribusi;
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi
dan pelaksanaan penagihan Retribusi.
Pasal 16
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal
Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang
diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan;
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk
memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang
diajukan harus diberi keputusan oleh Bupati;
(3) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya
atau sebagian, menolak atau menambah besar Retribusi yang terutang;
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat
dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan
tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 17
(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya,
kelebihan pembayaran Retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan
bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas)
bulan;
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung Sejak bulan
perlunasan sampai dengan terbitnya SKRDLB.
BAB X
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 18
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus;
(2) Retribusi yang terhutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari
sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan
STRD;
11
(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran Retribusi diatur
dalam Peraturan Bupati.
BAB XI
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 19
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan
permohonan pengembalian kepada Bupati;
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan;
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah
dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan
pengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB
harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu ) bulan;
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan
pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut;
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan
sejak diterbitkan SKRDLB;
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah
lewat 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran
Retribusi;
(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati.
Pasal 20
(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi diajukan
secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :
a. nama dan alamat Wajib Retribusi;
b. masa Retribusi;
c. besarnya kelebihan pembayaran;
d. alasan yang singkat dan jelas;
(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi disampaikan
secara langsung atau melalui pos tercatat;
(3) Bukti Penerimaan oleh pejabat daerah atau bukti pengiriman pos tercatat
merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.
Pasal 21
(1) Pengembalian kelebihan Retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat
Perintah Membayar Kelebihan Retribusi;
(2) Apabila kelebihan pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan hutang
retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4)
12
pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan juga berlaku
sebagai bukti pembayaran.
BAB XII
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 22
(1) Penagihan Retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar dilakukan
dengan menggunakan STRD;
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didahului dengan Surat Teguran;
(3) Pengeluaran Surat Teguran/Peringatan/surat lain yang sejenis
sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan Retribusi
dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo
pembayaran;
(4) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat
Teguran/Peringatan/surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus
melunasi Retribusi yang terutang;
(5) Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikeluarkan
oleh Bupati.
(6) Bentuk-bentuk formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan
penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dalam Peraturan Bupati.
BAB XIII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 23
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan
Retribusi;
(2) Pemberian pengurangan, keringanan Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan kepada Wajib Retribusi dengan melihat
kemampuan Wajib Retribusi;
(3) Pembebasan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
dengan melihat fungsi objek Retribusi;
(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan ditetapkan dalam
Peraturan Bupati.
BAB XIV
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 24
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah
melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya
Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang
Retribusi;
13
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh jika:
a. diterbitkan Surat Teguran atau ;
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung
maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal di terimanya Surat
Teguran tersebut;
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan
masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada
Pemerintah Daerah;
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan
angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh
Wajib Retribusi;
Pasal 25
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk
melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan;
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Retribusi kabupaten yang
sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur
dalam Peraturan Bupati.
BAB XV
PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 26
(1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban Retribusi dalam rangka melaksanakan peraturan
perundang-undangan Retribusi;
(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib;
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan
Objek Retribusi yang terutang;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang di
anggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
dan/atau
c. memberikan keterangan yang diperlukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Retribusi diatur
dalam Peraturan Bupati.
BAB XVI
INSENTIF PEMUNGUTAN
14
Pasal 27
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberikan
insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu;
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten;
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati.
BAB XVII
PENYIDIKAN
Pasal 28
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah
diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan
tindak pidana di bidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah
agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan
jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;
c. meminta keterangan d a n b a h a n b u k t i dari orang pribadi atau
B adan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen lain, serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan
memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi
Daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang diperlukan untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
15
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada
P enuntut U mum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 29
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga
merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3
(tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi
yang terutang yang tidak atau kurang dibayar;
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30
(1) Pada saat Qanun ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Aceh Besar Nomor 13 Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat
Khusus Parkir (Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 1999
Nomor 13) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku;
(2) Hal-hal yang belum cukup di atur dalam Qanun ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
Pasal 31
MUKHLIS BASYAH
Diundangkan di Kota Jantho
pada tanggal 7 September 2012 M
20 Syawal 1433 H
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN ACEH BESAR,
16
ZULKIFLI AHMAD
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
I. UMUM
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
18
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas