Anda di halaman 1dari 11

1.

Kualitas Udara dan Kebisingan


a. Kualitas Udara Ambien
Gambaran kualitas udara disekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda yang berada di
Desa Tarof Distrik Kokoda Kabupaten Sorong Selatan dapat dilihat dari hasil pengukuran
kualitas udara yang dilakukan pada bulan Juli 2019. Pengukuran dan analisis kualitas udara
dilakukan berdasarkan parameter yang telah ditetapkan. Penetapan mutu kualitas udara
disekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda didasarkan pada Peraturan Pemerintah No 41
Tahun 1999 Tentang Pengendalian pencemaran udara. Adapun data hasil pengukuran
kualitas udara disekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 2.6. Hasil analisis kualitas udara disekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda
Hasil
NO Parameter Satuan Baku mutu
UA
1 SO2 µg/Nm3 900 49.28
2 CO µg/Nm3 30000 520
3 NO2 µg/Nm 3 400 28.48
4 Timbal µg/Nm 3 2 < 0.05
5 TSP µg/Nm 3 230 27.50
Sumber : Bapeda Kabupaten Sorong Selatan, 2019
Ket:
UA = Udara ambien di sekitar Lokasi Pelabuhan Kokoda LS. 02° 13' 21.66" dan BT 132° 27' 25.9"

Berdasarkan hasil pengukuran kualitas udara disekitar lokasi rencana pembangunan


pelabuhan Kokoda dapat disimpulkan bahwa secara umum kualitas udara dilokasi tersebut
masih cukup baik yang ditandai dengan hasil uji lab yang ditampilkan pada table 2.6
diketahui bahwa semua parameter yang di analisis masih berada dibawah baku mutu yang
ditetapkan sesuai PP 41 Tahun 1999. Kondisi kualitas udara yang cukup baik dilokasi ini
disebabkan oleh kondisi lingkungan yang masih asri dimana vegetasi tumbuhan masih
cukup banyak dan sumber pencemar masih sangat sedikit. Secara lebih rinci kondisi kualitas
adara untuk masing masing parameter dijelaskan sebagai berikut:
Sulfur oksida (SO2). Sulfur dioksida merupakan salah satu komponen polutan udara
hasil pembakaran bahan yang mengandung sulfur seperti pada proses industri, kendaraan
bermotor, generator listrik, atau pembakaran sampah organik. Sulfur oksida (SOx) adalah
senyawa yang mudah larut dalam air dan dalam pelarut organik, senyawa tersebut bersifat
non flamble (tak mudah terbakar) akan tetapi dengan air cepat bereaksi membentuk Asam
Sulfat (H2SO4) dan Asam Sulfit (H2SO3). Pada konsentrasi tertentu, gas ini dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan, gangguan terhadap vegetasi dan dapat
meningkatkan keasaman air hujan sehingga menyebabkan hujan asam pada daerah sekitar
polutan. Selanjutnya hujan asam dapat mengakibatkan pemusnahan tumbuhan dan
menimbulkan pencemaran tanah dan air permukaan. Hasil pengukuran kualitas udara
disekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda menunjukkan bahwa konsentrasi SO2 sebesar
lokasi tersebut sebesar 49,28 g/Nm3. Nilai terukur ini masih berada di bawah baku mutu
yang ditetapkan.
Karbon Monoksida (CO). Gas CO dapat bersumber dari pembakaran tidak sempurna
bahan organik, seperti bensin pada kendaraan bermotor, batu bara, atau kayu. Pada
konsentrasi tertentu, gas ini dapat menimbulkan efek racun terhadap tubuh manusia dengan
gejala seperti sakit kepala, pusing, dan sesak nafas. Hasil pengukuran CO disekitar lokasi
rencana Pelabuhan Kokoda masih relatif rendah yaitu 520 g/Nm3 . Nilai ini masih berada
di bawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 30.000 g/Nm3. Hasil pengukuran ini juga
menunjukkan bahwa udara disekitar lokasi tersebut relatif masih baik atau kegiatan
penduduk disekitar belum mengakibatkan udara tercemar oleh gas CO.
Nitrogen Dioksida (NO2). Gas nitrogen oksida dapat bersumber dari alam, hasil
pembakaran bahan organik atau asap kendaraan bermotor. Pada konsentrasi tertentu, gas
ini dapat menimbulkan iritasi hingga pendarahan paru-paru pada manusia dan gangguan
terhadap vegetasi serta kerusakan bangunan fisik. Disamping itu, NO2 berkontribusi pada
peningkatan tingkat keasaman air hujan. Hasil pengukuran kualitas udara disekitar lokasi
rencana Pelabuhan Kokoda sebesar 28,48 g/Nm3. Jika dibandingkan dengan baku mutu,
nilai tersebut masih jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 400 g/Nm3. Hasil
analisis ini menunjukkan bahwa udara di lokasi tersebut relatif masih baik atau kegiatan
penduduk yang ada di sekitar belum mengakibatkan terjadinya pencemaran udara ambien
oleh gas NO2.
Debu,adalah partikel yang dihasilkan oleh kegiatan mekanis atau alami berupa
penghancuran, peledakan, grinding dan sebagainya. Ukuran partikel bervariasi, mulai dari
0,1 sampai 25 µm. Partikel berukuran 5 – 10 µm ditahan oleh sistem pernafasan bagian atas;
partikel berukuran 3 – 5 µm ditempatkan langsung pada bagian alveoli paru; partikel
berukuran di bawah 0,1 µm menimbulkan gerak brown. Debu dapat menyebabkan gangguan
sistem pernafasan, iritasi mata dan gangguan pandangan. Nilai ambang batas partikel di
udara ambien adalah 230 µg/Nm3. Hasil pengukuran konsentrasi debu disekitar lokasi
rencana Pelabuhan Kokoda sebesar 27,50 g/Nm3. Konsentrasi Debu terukur ini masih
berada dibawah baku mutu.
Timbal (Pb) merupakan salah satu unsur logam berat yang berbahaya bagi
kesehatan manusia. Sumber utama Pb diudara terutama pada jalur transportasi adalah dari
hasil pembakaran kendaraan bermotor yang menggunakan bahan aditif tetraethyl lead
dalam bakar bensin. Keberadaan Pb diudara pada konsentrasi tertentu dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, seperti hilang nafsu makan, sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota
badan, kejang atau gangguan penglihatan. Berdasarkan hasil analisis kualitas udara disekitar
lokasi rencana Pelabuhan Kokoda diketahui konsentrasi (Pb) sebesar <0,O5 g/Nm3. Nilai
tersebut masih berada dibawah baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No 41 Tahun
1999.

b. Kebisingan
Kebisingan merupakan sebuah bentuk energi yang akan membri dampak bagi
kesehatan manusia melalui indra pendengaran dan lingkungan. Kebisingan merupakan
salah satu aspek lingkungan yang perlu diperhatikan. Karena termasuk polusi yang
mengganggu dan bersumber pada suara / bunyi. Oleh karena itu bila bising tidak dapat
dicegah atau dihilangkan, maka yang dapat dilakukan yaitu mereduksi dengan melakukan
pengendalian kebisingan.
Hasil pengukuran rata-rata kebisingan disekitar disekitar lokasi rencana Pelabuhan
Kokoda sebesar 46,2 dBA. Dari hasil pengukuran tersebut diketahui bahwa tingkat
kebisingan yang ada dilokasi rencana pelabuhan masih cukup rendah dan masih berada
dibawah baku mutu 46,2 dBA.
Tabel 2.7. Hasil pengukuran kebisingan disekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda.
Hasil
No Parameter Baku mutu Satuan
Bising
1 Kebisingan 46,2 70 dB (A)
Sumber: Bapeda Kabupaten Sorong Selatan,2019
Ket: Bising di Lokasi Dermaga Distrik Kokoda LS. 02° 13' 21.66" dan BT 132° 27' 25.9"

2. Kualitas Air
a. Air Sungai
Gambaran kualitas air sungai disekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda dapat
dilihat dari hasil analisis sampel air Sungai Kenaburi yang merupakan sungai terbesar di
Desa Tarof yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai media transportasi untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Air sungai kenaburi bermuara didekat lokasi rencana
pembangunan dermaga Kokoda. Kualitas air Sungai Kenaburi dianalisis berdasarkan
parameter-parameter yang telah ditetapkan untuk jenis air sungai tersebut (fisika, kimia,
mikrobiologi). Penetapan mutu air tersebut mengacu pada Peraturan Pemerintah No.82
Tahun 2001 Tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Adapun
hasil pengukuran kualitas air sungai disekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.8. Hasil Uji Kualitas Air Bersih disekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda
Batas
Hasil
No Parameter Satuan Maksimum
Pemeriksaan
Kelas 2
1 Bau - Normal -
2 Suhu oC 29 Deviasi 3
4 Salinitas o/oo 0,009 -
5 Kekeruhan NTU 5,27 -
6 COD mg/L 384,6 25
7 PH - 4 6-9
8 Seng mg/L 0,07 0,05
9 Tembaga mg/L <0,01 0,02
10 Zat Padat Tersuspensi
mg/L 7 50
(TSS)
11 Amoniak mg/L 0.15 -
12 BOD mg/L 156,24 3
13 Cadmium mg/L < 0,01 0,01
Batas
Hasil
No Parameter Satuan Maksimum
Pemeriksaan
Kelas 2
14 Detergen mg/L < 0,05 0,2
15 DO mg/L 1,44 4
16 Minyak & Lemak mg/L < 0,1 1
17 Phenol mg/L 0,02 1
18 Raksa mg/L < 0,0005 0,002
19 Sulfida (H2S) mg/L < 0,002 0,002
20 Total Colifrm CFU/100ml 2130 5000
21 E-coli CFU/100ml 100 -
Sumber : Bapeda Kabupaten Sorong Selatan, 2019
Ket. Air Kenaburi Kampung Tarof (S : 020 13’ 03.69” E : 1320 26’ 55.03”)

Zat Padat Tersuspensi (TSS)


Hasil pengukuran yang telah dilakukan diperoleh nilai TSS air sungai Kenaburi
disekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda menunjukkan nilai 7 mg/L. Nilai TSS untuk
sampel air sungai tersebut berada dibawah baku mutu untuk kualitas air sungai Kenaburi
dilokasi tersebut.
Parameter tingkat keasaman (pH)
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap tingkat keasaman untuk sampel air sungai
disekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda diketahui nilai pH air sungai dilokasi tersebut
adalah 4 dengan nilai baku mutu tingkat keasaman adalah 6 – 9. Tingkat keasaman tersebut
sangat rendah jika dibandingkan dengan standar baku mutu yang dipersyaratkan. Keasaman
ini berasal dari kandungan asam asam organic yakni asam humat dan asam fulfat . Bahan
organic yang telah terdekomposisi memiliki gugus karboksil dan fenol yang bersifat asam
lemah sehingga mengakibatkan air yang ada disekitarnya berifat asam.
Senyawa Nitrogen
Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi senyawa nitrogen pada sampel air sungai
Kenaburi disekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda diketahui Amoniak sebesar 0.15
mg/L. Hasil pengukuran tersebut disimpulkan bahwa untuk parameter senyawa nitrogen
yakni nitrit amoniak masih dalam kondisi normal.
BOD (Biological Oxygen Demand)
Parameter ini merujuk pada jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh bakteri
untuk menguraikan (mengoksidasi) hampir semua bahan organik yang terlarut dan
sebagian bahan-bahan organik yang tersuspensi dalam air. Berdasarkan hasil pengukuran
sampel air sungai Kenaburi diperoleh konsentrasi BOD sebesar 156,24 mg/L. Nilai tersebut
sudah sangat tinggi dan jauh melebihi baku mutu yang dipersyaratkan untuk kualitas air
sungai kelas 2. Tingginya nilai BOD ini merupakan salah satu indicator banyaknya material
organic yang terdapat didalam air sungai tersbut yang harus diuraikan oleh bakteri.
COD (Chemical Oxygen Demand)
COD merupakan angka kebutuhan oksigen untuk mengurai partikel atau senyawa
organic dengan melalui proses kimia (oksidasi). Berdasarkan hasil pengukuran COD
diketahui bahwa konsentrasi COD pada sampel air sungai tersebut sebesar 384,6 mg/L
sedangkan baku mutu 25 mg/L. Tingginya nilai parameter COD tersebut disebabkan
banyaknya kandungan material organic didalam sampel air tersebut. Material organic ini
berasal sisa tumbuhan yang menjadi salah satu penyusun tanah dilahan gambut.
DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut (DO) merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan makhluk hidup
di dalam air. Perubahan konsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan efek langsung
yang berakibat pada kematian organisme perairan. Sedangkan pengaruh yang tidak
langsung adalah meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang pada akhirnya dapat
membahayakan organisme itu sendiri. Penyebab utama berkurangnya oksigen terlarut di
dalam air adalah adanya bahan-bahan buangan organik yang banyak mengkonsumsi oksigen
sewaktu penguraian berlangsung. Berdasarkan hasil pengukuran sampel air sungai disekitar
lokasi rencana Pelabuhan Kokoda diperoleh konsentrasi DO 1,44 mg/L. nilai DO tersebut
sangat rendah dan tidak baik untuk ekosistem biota perairan. Rendahnya nilai DO
disebabkan tingginya kebutuhan oksigen yang terpakai untuk menguraikan material
organaik yang ada didalam air sungai tersebut.
Logam
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap logam-logam dari jenis sampel air sungai
sekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda yang di analisis diperoleh konsentrasi logam
Tembaga = <0,01 mg/L dan Timbal (Pb) = < 0.01 mg/L, Raksa = < 0.0005 mg/L dan seng
sebesar 0,07. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap sampel air tersebut dapat
disimpulkan bahwa konsentrasi logam-logam yang dianalisis masih cukup baik dan sesuai
dengan baku mutu yang dipersyaratkan. Kecuali untuk parameter seng sudah cukup tinggi
dan melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Tingginya nilai Seng tersebut bisa berasal dari
mineral yang ada didalam tanah atau dapat pula berasal dari limbah masyarakat yang
mengandung seng.
Parameter Mikrobologi
Hasil analisis laboratorium terhadap sampel air sungai kenaburi di sekitar lokasi
rencana Pelabuhan Kokoda menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri E. coli sebesar 100
CFU / 100 ml dan Total Coliform sebesar 2130 CFU / 100 ml . Jika dibandingkan dengan
baku mutu, kedua parameter tersebut masih berada dibawah baku mutu. Kandungan E-coli
dan total coliform dalam sampel air sungai kenaburi bisa disebabkan oleh aktifitas
masyarakat yang yang masih memanfaatkan sungai sebagai tempat untuk buang air atau
dapat pula bersumber dari kotoran hewan.

Gambar xxx Kondisi fisik air sungai kenaburi


b. Air Laut
Gambaran kualitas air laut disekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda dapat dilihat
dari hasil analisis sampel air laut yang telah dilakukan pada Juli 2019. Kualitas air dianalisis
berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan untuk jenis air laut tersebut
(fisika, kimia, mikrobiologi). Penetapan mutu air laut tersebut mengacu pada Keputusan
Menteri Lingkungan hidup No 51 Tahun 2004 Lampiran 1 Tentang Baku mutu air untuk
kegiatan pelabuhan. Adapun hasil pengukuran kualitas air laut dilokasi rencana pelabuhan
Kokoda adalah sebagai berikut:
Tabel 2.9. Hasil uji kualitas air laut rencana Pelabuhan Kokoda
Baku mutu
Hasil Uji kegiatan
No Parameter Satuan
Pelabuhan
ST1
1 Bau - Normal Tdk Berbau
2 Suhu oC 29.2 Alami
3 Zat Padat Tersuspensi mg/L 16 80
4 Amoniak mg/L 0.12 0.3
5 Detergen Mg/l MBAS < 0.05 1
6 Minyak & Lemak mg/L < 0.1 5
7 pH - 7.25 6.5 – 8.6
8 Phenol mg/L < 0.01 0.002
9 Salinitas o/oo 13.0 -
10 Sulfida mg/L < 0.01 0.03

11 Cadmium (Cd) mg/L < 0.001 0.01

12 Seng mg/L 2.36 0.1

13 Raksa mg/L < 0.0005 0.003

14 Tembaga mg/L < 0.005 0.05


MPN/100
15 Total coliform 6867 1000
ml
MPN/100
16 E. coli 41 -
ml
Sumber : Bapeda Kabupaten Sorong Selatan, 2019
Ket :
ST1 Rencana dermaga Kokoda (S: 020 13’ 55.5” E: 1320 27’ 41.4”)

Residu Tersuspensi (TSS)


Parameter residu tersuspensi yang biasa disingkat TSS (Total Suspended Solid)
merujuk pada bahan padatan yang tersuspensi dalam air. Padatan tersuspensi dapat
bersumber dari air limbah sanitasi, limbah industri, erosi tanah dari kegiatan pertanian,
kegiatan konstruksi, atau kegiatan lainnya. TSS pada badan air yang tinggi dapat
menyebabkan suhunya meningkat dan jumlah oksigen terlarut berkurang serta penetrasi
sinar matahari ke dalam air berkurang sehingga menyebabkan kehidupan biota yang ada di
dalamnya akan terganggu. Berdasarkan hasil pengukuran TSS untuk sampel air laut
disekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda diperoleh konsentrasi TSS adalah 16 mg/L, nilai
tersebut masih berada dibawah baku mutu air laut untuk kegiatan pelabuhan dimana baku
mutu TSS untuk kegiatan pelabuhan (dermaga) sebesar 80 mg/L.
Suhu
Suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat
melakukan metabolisme dan berkembang biak. Kenaikan suhu air di badan air dapat
menyebabkan jumlah oksigen terlarut di dalamnya menurun, kecepatan reaksi kimia
meningkat, kehidupan biota perairan terganggu, bahkan dapat menyebabkan ikan dan
hewan air lainnya mati jika batas suhu yang mematikan terlampaui. Berdasarkan hasil
pengukuran suhu untuk untuk sampel air laut disekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda
diperoleh suhu 29,2°C. dari hasil pengukuran tersebut dapat disimpulkan bahwa Suhu
perairan tersebut masih memenuhi baku mutu.
Parameter tingkat keasaman (pH)
Keasaman air menunjukkan kadar asam-basa di dalamnya yang sesuai dengan
konsentrasi ion hidrogen (H+). Perairan dengan pH < 4 merupakan perairan yang sangat
asam dan dapat menyebabkan kematian makhluk hidup di dalamnya, sedangkan pH > 9,5
merupakan perairan yang sangat basa yang juga dapat menyebabkan kematian dan
mengurangi produktivitas biota perairan. Perairan basa (pH 7 – 9) merupakan perairan
yang produktif dan mendorong proses perubahan bahan organik dalam air menjadi
mineral-mineral yang dapat diassimilasi oleh fitoplankton. Berdasarkan hasil pengukuran
terhadap tingkat keasaman untuk sampel air laut disekitar lokasi rencana Pelabuhan
Kokoda diketahui nilai pH air laut tersebut adalah 7,25. Tingkat keasaman tersebut masih
memenuhi baku mutu air laut sesuai Keputusan Menteri Lingkungan hidup No 51 Tahun
2004 Lampiran 1 Tentang Baku mutu air untuk kegiatan pelabuhan untuk parameter
keasaman sebesar 6,5 – 8,6.
Senyawa Nitrogen
Nitrogen merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan organisme dan
proses pembentukan protoplasma, serta merupakan salah satu unsur utama pembentukan
protein. Di perairan, nitrogen biasanya ditemukan dalam bentuk amonia/amonium, nitrit
dan nitrat serta beberapa senyawa nitrogen organik lainnya. Pada umumnya nitrogen
diabsorbsi oleh fitoplankton dalam bentuk nitrat (NO3 – N) dan amonia (NH3 – N).
Konsentrasi senyawa-senyawa nitrogen ini dalam air sangat dipengaruhi oleh jumlah
oksigen terlarut, pada saat kandungan oksigen terlarut rendah nitrogen berubah menjadi
amoniak (NH3) dan saat kandungan oksigen tinggi nitrogen berubah menjadi nitrat (NO3-).
Senyawa amonia, nitrit, nitrat dan bentuk senyawa nitrogen lainnya dapat bersumber dari
limbah pertanian, pemukiman atau industri. Secara alami, senyawa amonia di perairan
berasal dari hasil metabolisme hewan dan hasil proses dekomposisi bahan organik oleh
bakteri. Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi amonia pada sampel air laut di sekitar
rencana Pelabuhan Kokoda diketahui konsentrasi, amoniak 0,12 mg/L. nilai ini masih
berada dibawah baku mutu dan menandakan bahwa air laut dilokasi kegiatan belum begitu
tercemar oleh ammonia.
Logam-logam.
Logam yang penting di lingkungan termasuk unsur-unsur makronutrien (Na, Ka dan
Ca) atau mikronutrien (Fe, Cu, Zn dan sebagainya), dan beberapa unsur yang tidak diketahui
fungsinya secara biologis (Cd, Pb, Hg, dan sebagainya) yang umumnya dianggap sebagai
racun. Daya racun logam dalam perairan tergantung pada sifat atau persenyawaanya serta
konsentrasinya. Pada konsentrasi tertentu logam berat dapat berubah sifat menjadi racun.
Di antara logam tersebut, jenis logam berat diketahui sangat beracun bagi manusia dan
organisme perairan. Keberadaan logam-logam berat di perairan dapat bersumber dari
pengikisan mineral batuan, jatuhan dari udara, dan buangan limbah industri atau buangan
limbah rumah tangga. Berdasarkan hasil uji utuk kualitas air laut terhadap parameter yang
telah di uji yakni parameter Cadmium, Seng, Raksa dan Tembaga diketahui bahwa parameter
logam tersebut masih berada dibawah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Lingkungan hidup No 51 Tahun 2004 Lampiran 1 Tentang Baku mutu air untuk
kegiatan pelabuhan. Kecuali untuk parameter seng sudah melebihi baku mutu. Tingginya
nilai seng tersebut bisa berasal dari limbah masyarakat yang mengandung seng dan
mengalir melalui sungai dan masuk ke laut atau dapat pula disebabkan oleh tanah dilokasi
kegiatan mungkin memiliki kadar seng yang tinggi sehingga larut dalam air.
Parameter Mikrobologi
Pencemar E-coli dan coliform di lingkungan dapat berasal dari kotoran hewan atau
manusia yang masuk langsung ke perairan atau merembes masuk ke adalam air tanah dan
keberadaanya mendorong timbulnya gejala penyakit karena strain bakteri, virus dan
protozoa, seperti: mual, muntah, diare, dan gangguan pencernaan lainnya. Hasil analisis
laboratorium terhadap sampel air laut disekitar lokasi rencana Pelabuhan Kokoda
menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri E. coli 41 MPN/100 ml dan Total Coliform sebesar
6867. Dari hasil pengujian laboratorium tersebut diketahui bahwa konsentrasi koliform
sudah sangat tinggi dan melebihi baku mtu yang dipersyaratkan. Tingginya nilai coliform ini
bisa disebabkan oleh limbah cair masyarakat yang masuk ke perairan.

Gambar xxxx. Kondisi fisik air laut di sekitar lokasi rencana pembangunan pelabuhan
Kokoda

Anda mungkin juga menyukai