Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Politeknik Negeri Ujung Pandang untuk dapat lebih mengenal bidang tersebut.
Praktikum Bengkel Listrik Catu Daya merupakan suatu mata kuliah yang
wajib dilakukan oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Program Studi
Teknik Listrik Politeknik Negeri Ujung Pandang sebagai salah satu persyaratan
Dalam pelajaran ilmu kelistrikan terdapat hubungan timbal balik antara teori
dan praktek. Hubungan timbal balik ini merupakan kaitan yang sangat erat, di-
mana pengetahuan yang kita dapatkan dalam teori haruslah kita praktikkan, kare-
yang artinya terjadi proses timbal balik antara teori dengan praktik. Mahasisiwa
diharapkan dapat bekerja dengan terampil, disiplin, kreatif, dan tekun dalam me-
nyelesaikan pekerjaannya.
Page | 1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sub bab latar belakang maka dapat diperolah rumusan
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari praktik bengkel catu daya ini adalah
sebagai berikut :
1.4 Manfaat
Page | 2
BAB II
TEORI DASAR
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem dis-
tribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar
(Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik
adalah:
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegan-
untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal
ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I2 R).
Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang men-
galir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.
sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distri-
busi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengam-
Page | 3
bil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem
tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distri-
merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan seting-
selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi
beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini
ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, ter-
diagram pengelompokan jaringan distribusi tenaga listrik dapat dilihat pada gam-
Page | 4
Gambar 2.1 Konfigurasi Sistem Tenaga Listrik.
(HV,UHV,EHV)
gan rendah.
si materi Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat
diklasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa klasifikasi itu
Page | 5
a. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan
b. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination dan lain-lain.
c. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat
d. SUTR dan SKTR, terdiri dari: sama dengan perlengkapan/material pada SUTM
Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara
titik Sekunder trafo substation (Gardu Induk) dengan titik primer trafo distri-
busi. Saluran ini bertegangan menengah 20 kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150
b. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu
antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2-2)
bolak-balik.
Page | 6
3. Menurut jenis/tipe konduktornya:
a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga (tiang)
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut
(submarine cable)
lain/terhadap netral, atau saluran positif terhadap negatif (pada sistem DC)
Page | 7
b. Saluran Konfigurasi Vertikal, bila saluran-saluran tersebut membentuk garis
vertical. Adapun bentuk saluran konfigurasi vertical dapat dilihat pada gambar
2.3 berikut.
c. Saluran konfigurasi Delta, bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk
suatu segitiga (delta). Adapun bentuk saluran konfigurasi delta dapat dilihat
Dari uraian diatas telah disinggung bahwa sistem distribusi di bedakan menjadi
Page | 8
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari
saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat
keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran dis-
tribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan disuplai tenaga listrik
tu:
- Jaringan Distribusi Radial, dengan model: Radial tipe pohon, Radial dengan
tie dan switch pemisah, Radial dengan pusat beban dan Radial dengan pem-
- Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: Bentuk open loop dan bentuk
Close loop.
dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem dis-
tribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem
radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun kon-
duktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah yang
Page | 9
langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan
-Alat Pembatas dan pengukur daya (kWh meter) serta fuse atau pengaman
Jaringan distribusi terdiri atas dua bagian, yang pertama adalah jaringan te-
gangan menengah/primer (JTM), yang menyalurkan daya listrik dari gardu induk
wat atau empat kawat untuk tiga fasa. Jaringan yang kedua adalah jaringan tegan-
gan rendah (JTR), yang menyalurkan daya listrik dari gardu distribusi ke kon-
tor distribusi dari 20 kV menjadi 380/220 Volt, jaringan ini dikenal pula dengan
jaringan distribusi sekunder. Adapun diagram jaringan distribusi dapat dilihat pa-
Page | 10
Jaringan distribusi sekunder terletak antara transformator distribusi dan
dengan sistem tiga fasa empat kawat (tiga kawat fasa dan satu kawat netral).
Dapat kita lihat gambar dibawah proses penyedian tenaga listrik bagi para kon-
sumen.
gardu induk distribusi ke pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran
udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang di-
inginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan
sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban. Ter-
lah gambar bagian-bagian distribusi primer secara umum. Adapun bagian system
Page | 11
Gambar 2.7 Bagian - Bagian Sistem Distribusi Primer
4. Busbar, berfungsi sebagai titik pertemuan / hubungan antara trafo daya dengan
peralatan lainnya
mengubah tegangan.
tegangan rendah.
a. Penghantar
pilin bulat padat , sesuai SPLN 42 -10 : 1986 dan SPLN 74 : 1987.
Page | 12
Pilihan konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade ini adalah
AAC atau AAAC. Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum
baik.
Konduktor dengan bahan utama aluminium ini diisolasi dengan material XLPE
Pengenal 12/20 (24) kV Penghantar jenis ini khusus digunakan untuk SKUTM
b. Isolator
Bahan yang digunakan untuk membuat isolator yang paling banyak digunakan
Isolator Gelas
Isolator gelas pada umumnya terbuat dari bahan campuran antara pasir silikat,
pengolahannya dapat menentukan sifat dari siolator gelas ini. Isolator gelas
sistem makin mudah pula terjadi peristiwa kebocoran arus listrik (leakage current)
lewat isolator tersebut,yang berarti mengurangi fungsi isolasinya. Oleh karena itu
Page | 13
isolator gelas ini lebih banyak dijumpai pemakaiannya pada jaringan distribusi
tembus yang rendah, dan kekuatannya berubah dengan cepat sesuai dengan
perubahan temperatur. Oleh sebab itu bila terjadi kenaikan dan penurunan
suhu secara tiba-tiba, maka isolator gelas ini akan mudah retak pada
campuran dari bahan lain, maka suhunya akan turun. Selain dari pada itu,
isolator gelas ini harganya lebih murah bila dibandingkan dengan isolator
porselin.
Isolator Porselin
Isolator porselin dibuat dari dari bahan campuran tanah porselin, kwarts, dan
veld spaat, yang bagian luarnya dilapisi dengan bahan glazuur agar bahan isolator
menjadi licin dan berkilat, sehingga tidak dapat mengisap air. Oleh sebab itu
isolator porselin ini dapat dipakai dalam ruangan yang lembab maupun di udara
listrik yang tinggi, dan memiliki kekuatan mekanis yang besar. Ia dapat menahan
beban yang menekan serta tahan akan perubahan-perubahan suhu. Akan tetapi
isolator porselin ini tidak tahan akan kekuatan yang menumbuk atau memukul.
Ukuran isolator porselin ini tidak dapat dibuat lebih besar, karena pada saat
besar namun tidak seluruhnya dari bahan porselin, akan tetapi dibuat rongga
Page | 14
di dalamnya, yang kemudian akan di isi dengan bahan besi atau baja
tempaan sehingga kekuatan isolator porselin bertambah. Cara yang demikian ini
akan menghemat bahan yang digunakan. Karena kualitas isolator porselin ini
lebih tinggi dan tegangan tembusnya (voltage gradient) lebih besar maka banyak
kita jumpai juga isolator porselin ini pada jaringan distribusi sekunder, tetapi
insulator
Insulator pin adalah alat yang mengisolasi kawat dari pendukung fisik seperti
pin (kayu atau logam paku berdiameter sekitar 3 cm dengan ulir sekrup) pada
telegraf atau tiang listrik. Ini adalah bentuk, lapisan tunggal yang terbentuk yang
terbuat dari bahan non-budidaya, biasanya porselen atau kaca. Hal ini dianggap
sebagai insulator overhead yang dikembangkan paling awal dan masih populer
Page | 15
digunakan dalam jaringan listrik hingga 33 KV. Insulator pin tunggal atau ganda
dapat digunakan pada satu dukungan fisik, namun jumlah isolator yang digunakan
tergantung pada tegangan aplikasi. Adapun bentuk fisik dari pin insulator (isolator
busi Indonesia. tipe ini memiliki stud bolt (Baut) yang panjang sekitar 15 cm (Ku-
rang Lebih). tipe isolator ini di gunakan untuk traves yang berbentuk "U". Adapun
bentuk fisik dari pin post insulator (isolator tarik) dapat dilihat pada gambar 2.9
berikut.
Material dasar
dapat berupa
Switch : LBS), selain LBS dapat juga dipasangkan Fused Cut-Out (FCO).
Page | 16
d. Tiang
Tiang Kayu
struksinya yang sederhana dan biaya investasi lebih murah bila dibandingkan
dengan tiang jenis yang lain. Selain itu tiang kayu merupakan penyekat (isolator)
yang paling baik sebagai penompang saluran udara terhadap gangguan hubung
singkat, konstruksi yang sederhana dan bebas dari petir. Adapun bentuk tiang
Tiang Besi
Jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan hingga diperoleh
kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan. Walaupun lebih mahal, pilihan tiang
besi untuk area/wilayah tertentu masih diijinkan karena bobotnya lebih ringan
total biaya material dan transportasi lebih murah dibandingkan dengan tiang beton
akibat diwilayah tersebut belum ada pabrik tiang beton. Adapun bentuk tiang besi
Page | 17
Gambar 2.11 Tiang Besi
Tiang Beton
Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan di seluruh
PLN karena lebih murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang lainnya
Adapun bentuk tiang beton dapat dilihat pada gambar 2.12 di atas.
operator, lingkungan dan peralatan dalam hal terjadinya gangguan yang menetap
(permanen).
Page | 18
Sistem proteksi pada SUTM memakai :
1. Relay hubung tanah dan relai hubung singkat fasa‐fasa untuk kemungkinan
surja petir. Lightning Arrester dipasang pada tiang awal/tiang akhir, kabel Tee–
Off (TO) pada jaringan dan gardu transformator serta pada isolator tumpu.
4. Pembumian bagian konduktif terbuka dan bagian konduktif extra pada tiap‐
tiap 4 tiang atau pertimbangan lain dengan nilai pentanahan tidak melebihi 10
Ohm.
5. Kawat tanah (shield wire) untuk mengurangi gangguan akibat sambaran petir
langsung. Instalasi kawat tanah dapat dipasang pada SUTM di daerah padat pe-
Pengaman Lebur dan Pemutus Tenaga (PMT) pada SUTM di pengaruhi oleh nilai
Page | 19
2.2.2. Sistem Distribusi Sekunder
Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem
tenaga listrik. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para
busi ini langsung berhubungan dan berada pada lingkungan daerah berpenghuni,
maka selain harus memenuhi persyaratan kualitas teknis pelayanan juga harus
Rendah :
• Tiang Beton
• Tension bracket
• Strain clamp
• Suspension bracket
• Suspension Clamp
• Stopping buckle
• Link
• Plastic strap
Page | 20
• Joint sleeve Press Type ( Al – Al ; Al – Cu )
• Elektroda Pembumian
• Penghantar Pembumian
• Pipa galvanis
• Turn buckle
• Guy-wire insulator
• Steel wire
• Guy-Anchor
• Collar bracket
• Terminating thimble
• U – clamp
• Connector Block
1. Tiang
Untuk konstruksi jaringan SUTR yang berdiri sendiri dipakai tiang beton atau
tiang besi dengan panjang 9 meter. Tiang beton yang dipakai dari berbagai jenis
yang memiliki kekuatan beban kerja (working load) 200daN, 350daN dan 500daN
(dengan angka faktor keamanan tiang = 2 ) Pada titik yang memerlukan pembu-
mian dipakai tiang beton yang dilengkapi dengan terminal pembumian. Pada da-
Page | 21
sarnya pemilihan kemampuan mekanis tiang SUTR berlandaskan kepada empat
hal, yaitu :
2) Ukuran penghantar
4) Tiupan angin
Beton tidak mungkin dipasang. Penggunaan tiang beton H-type tidak direkomen-
2. Penghantar
twisted cable dengan inti aluminium sebagai inti penghantar Fasa dan almelec/
alumunium alloy sebagai netral. Penghantar Netral (N) dengan ukuran 3x35+N,
3. Pole Bracket
a. Tension bracket, dipergunakan pada tiang ujung dan tiang sudut, Breaking ca-
b. Suspension bracket dipergunakan pada tiang sudut dengan sudut lintasan sam-
pai dengan 300 derajat. Breaking capacity 700 daN terbuat dari alumunium Al-
Page | 22
loy.Ikatan pole bracket pada tiang memakai stainless steel strip atau baut galva-
4. Strain clamp
Strain Clamp atau clamp tarik dipakai pada Pole Bracket tipe Tension Bracket.
5. Suspension Clamp
Pengikat Pole Bracket pada tiang yang diikat mati dengan stopping buckle.
Plastic strap digunakan untuk mengikat kabel pilin yang terurai agar terlihat rapi
dan kokoh.
Untuk tiang yang tidak dilengkapai fasilitas pembumian. Penghantar yang diper-
tar netral jaringan tidak boleh langsung, tetapi harus menggunakan bimetal joint.
Page | 23
9. PHB-TR
trotoar yang tidak menggangu pejalan kaki. PHB dilindungi dengan pipa
lapisan luar (metal sheath) kabel dan penghantar metal dibumikan bersama.
dari tembaga dengan nilai tahanan pembumian tidak lebih dari 10 (sepuluh) Ohm.
Panel Perlengkapan Hubung Bagi tipe luar (IP 45) dipasang di atas pondasi
bagian muka PHB dipasang sebanyak 3 (tiga) buah patok besi pelindung 4 inci
Saklar masuk dari sirkit masuk ke PHB sekurang-kurangnya dari jenis pemisah.
NH. Jumlah sirkit keluar sebanyak – banyaknya 6 ( enam ) sirkit. Lubang masuk
kabel pada PHB dilindungi dengan cable gland. Terminasi kabel dari sirkit masuk
dan sirkit keluar harus memakai sepatu kabel dan diberi tanda Fasa sesuai
ketentuan. Jika sirkit memakai kabel jenis alumunium core, sepatu kabel yang
kurangnya sedalam 50 cm. Jarak aman satu Panel PHB dengan lainnya dihitung
kurangnya tidak melebihi 80 meter. Terdapat dua jenis PHB yang dipakai :
Page | 24
1) PHB utama, yang dipasok dari jalur SKTR utama
PHB-TR harus dibumikan pada tiap-tiap jarak 200 meter. Bagian yang dibumikan
adalah titik netral PHB, selubung logam kabel dan Badan Panel (BKT).
keterhantaran elektris tinggi yang berisi magnesium silicide, untuk memberi sifat
yang lebih baik. Kabel ini biasanya dibuat dari paduan aluminium 6201. AAAC
mempunyai suatu anti karat dan kekuatan yang baik, sehingga daya hantarnya
lebih baik. Bentuk konduktor AAAC ditunjukkan pada gambar 2.13 berikut.
2.3.2. Link
Link memiliki fungsi untuk memperkokoh suatu instalasi. Bentuk link di-
Page | 25
Gambar 2.14 Link
ACSR menurut DIN 48204 dengan tembaga tekan-off konduktor menurut DIN
Biasanya dipasang di ujung tali kawat, rantai, atau berfungsi mengatasi rig-
ging lainnya. Bentuk stud ring ditunjukkan pada gambar 2.16 berikut.
Page | 26
Gambar 2.16 Stud Ring & Hook
Dead End Clamp berfungsi sebagai klem atau penghubung dengan dead
end. Bentuk dead end clamp ditunjukkan pada gambar 2.17 berikut.
iklim, bahan isolasi ultraviolet intensitas tinggi. Tusuk konstan pengencang mur
torsi diinstal lebih sederhana, aman, cepat. Bentuk Insulated Piercing Conector for
Page | 27
Gambar 2.18 Insulated Piercing Conector for LV ABC
Strain clamp berfungsi untuk mengklem kawat agar berada pada posisi
yang tepat. Bentuk strain clamp ditunjukkan pada gambar 2.19 berikut.
Bi-Metal Cable Lugs berfungsi untuk untuk koneksi transisi melingkar Cy-
cle kabel aluminium Hemi kabel Sektor Aluminium dan kabel power supply. Ben-
Page | 28
Gambar 2.20 Bi-Metal Cable Lugs
Sebagai alat tarikan bracket kabel ataupun kabel, komponen ini berguna se-
bagai tumpuan kabel-kabel listrik pada instalasi jaringan listrik. Bahan utama dari
komponen ini adalah aluminium terbaik yang sangat pas dan sesuai untuk
Stainless Steel Strap ini bisa digunakan untuk kebutuhan bangunan juga,
termasuk pada tiang distribusi dalam hal pengait tension dan suspension bracket,
karena biasanya Stainless Steel Strap ini memang dibuat dan dirancang agar dapat
tahan dalam berbagai cuaca. Meskipun merupakan Stainless Steel Strap yang tipis
Page | 29
sekali pun karena memang dibuat dengan besi yang berkualitas maka Stainless
Steel Strap ini akan dapat diandalkan dalam waktu yang lama. Bentuk stainless
Untuk mengklem kawat agar berada pada kedudukan tertentu. Bentuk stay wire
Page | 30
pemasangan jaringan listrik, dan motor listrik. Bentuk insulation tester
ditunjukkan pada gambar 2.24 berikut.
Earth Tester adalah alat untuk mengukur nilai resistansi dari grounding,
Besarnya tahanan tanah sangat penting untuk diketahui sebelum dilakukan
pentanahan dalam sistem pengaman dalam instalasi listrik.Untuk mengetahui
besar tahanan tanah pada suatu area digunakan alat ukur dengan penampil analog.
Hasil pengukuran secara analog sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil
pengukurannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,maka dirancanglah suatu
alat ukur tahanan tanah digital yang memiliki kemudahan dalam pembacaan nilai
tahanan yang diukur. Alat ukur ini penampilnya menggunakan digital pada
segmen-segmen, sehingga dengan mudah menyimpan data-data yang terukur.
Perancangan alat ukur tahanan tanah digital ini menggunakan tiga batang
elektroda yang ditanahkan yaitu elektroda E (Earth), elektroda P (Potensial) dan
elektroda C (Curren). Tujuan penggunaan tiga batang elektroda tersebut adalah
untuk mengetahui sejauh mana tahanan dapat mengalirkan arus listrik. Alat ukur
tahanan tanah ini terdiri dari beberapa blok diagram rangkaian, antara lain
rangkaian osilator,rangkaian tegangan input, rangkaian arus input, mikrokontroler
dan rangkaian penampil. Bentuk Earth Tester ditunjukkan pada gambar 2.25
berikut.
Page | 31
Gambar 2.25 Earth Tester
2.3.14. Hot Stick
Page | 32
Gambar 2.27 Grounding Stick
2.4. Pentanahan Peralatan Sistem Distribusi
2.4.1. Pentanahan Titik Netral
Pada saat sistem tenaga listrik masih dalam skala kecil, gangguan hubung
singkat ke tanah pada instalasi tenaga listrik tidak merupakan suatu masalah yang
besar. Hal ini dikarenakan bila terjadi gangguan hubung singkat fasa ke tanah arus
gangguan masih relatif kecil (lebih kecil dari 5 Amper), sehingga busur listrik
yang timbul pada kontak-kontak antara fasa yang terganggu dan tanah masih
dapat padam sendiri. Tetapi dengan semakin berkembangnya sistem tenaga listrik
baik dalam ukuran jarak (panjang) maupun tegangan, maka bila terjadi gangguan
fasa ke tanah arus gangguan yang timbul akan besar dan busur listrik tidak dapat
lagi padam dengan sendirinya. Timbulnya gejala-gejala “busur listrik ke tanah
(arching ground)” sangat berbahaya karena menimbulkan tegangan lebih transient
yang dapat merusak peralatan.
Apabila hal diatas dibiarkan, maka kontinuitas penyaluran tenaga listrik
akan terhenti, yang berarti dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Oleh
karena itu sistem-sistem tenaga listrik tidak lagi dibuat terapung (floating) yang
lajim disebut sistem delta, tetapi titik netralnya ditanahkan melalui tahanan,
reaktor dan ditanahkan langsung (solid grounding). Pentanahan itu umumnya dil-
akukan dengan menghubungkan netral transformator daya ke tanah, seperti dicon-
tohkan pada gambar 2.28 berikut.
Page | 33
Sistem tegangan primer Trafo
Sistem tegangan sekunder Trafo
TRAFO
TENAGA
RESISTOR
Page | 34
R
S
T
Grounding
Resistor
Page | 35
2. Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun
lamanya dalam keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran atau
ledakan pada bangunan atau isinya.
3. Untuk memperbaiki penampilan (performance) dari sistem.
Sistem pentanahan peralatan pada jaringan distribusi meliputi pentanahan
JTM, pentanahan JTR, pentanahan body trafo dan pentanahan body PHB TR.
Page | 36
BAB III
PEMBAHASAN
terjadi karena berbagai faktor baik dari dalam sistem distribusi listrik itu sendiri
yang dampaknya pada kerusakan kawat distribusi atau bisa saja terjadi dari faktor
eksternal sistem distribusi listrik, baik yang sering terjadi karena sambaran petir
atau faktor-faktor lain yang berdampak pada menurunnya kualitas kawat penghan-
tar pada sistem distribusi tenaga listrik. Pemasangan juga bisa saja karna alasan
maintenance yang mana umur kawat penghantar atau kualitas dan penghantar su-
dah memasuki pada masa harus di adakan pergantian, berikut adalah langkah-
1. Yang paling pertama dan yang paling utama adalah memakai kelengkapan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) listrik pada pemasangan sistem distri-
busi listrik.
2. Memasang tangga untuk menggapai area kerja serta pastikan bahwa tangga
3. Melepas strain clamp agar pemasangan pada sisi pertama dapat di pasang
dengan mudah
cengkram
Page | 37
5. Memasukkan kawat penghantar pada strain clamp di daerah baut yang sudah
di longgarkan sebelumnya
dapat tercengkram dengan strain clamp, pastikan agar baut terpasang dengan
baik
tangga dalam keadaan baik agar pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif
serta efisien
9. Posisi strain clamp pada sisi kedua dibuat terbalik jika dibandingkan pada sisi
pertama tadi
11. Menarik kawat pengkantar sampai pada posisi di mana posisi porselin dalam
keadaan horizontal atau sampai kawat memiliki tegangan tarikan yang cukup
kuat
13. Memastikan baut mencengkram kawat penghantar dengan baik agar antara
Page | 38
3.2. Binding Wire Isolator Tumpu
busi Indonesia. tipe ini memiliki stud bolt (Baut) yang panjang sekitar 15 cm (Ku-
rang Lebih). Tipe isolator ini digunakan untuk traves yang berbentuk "U".
Isolator Pin Post 20 KV " Short Shank" adalah isolator pin post yang di
gunakan untuk tegangan 20 KV, tetapi dengan Stud bolt (Baut) yang pendek,
mungkin sekitar 3-4 cm. type ini di gunakan untuk traves yang berbentuk segitiga.
di luar negeri banyak di gunakan di "Kanada". Kalau secara mekanis type "long
shank" jauh lebih baik dari tipe "Short Shank" karena dudukannya lebih kuat di
traves.
c. Maka akan ada 2 ujung wire dimana masing-masing wire memiliki peran da-
lam melilit konduktor baik dari bagian kanan dan kiri isolator.
Page | 39
e. Selanjutnya melilit konduktor bagian kiri isolator
Gambar 3.4 Penyilangan kedua ujung wire pada kepala isolator tumpu
Page | 40
h. Mengikat dengan menggunakan tang pada kedua ujung wire di leher isolator
Gambar 3.5 Pengikatan dengan menggunakan tang pada kedua ujung wire
di leher isolator
Fuse cut out sendiri meupakan suatu alat pengaman yang melindungi jarin-
gan terhadap arus beban lebih (over load current) dan yang mengalir melebihi
dari batas maksimum. Konstruksi dari fuse cut out ini jauh lebih sederhana jika
dibandingkan dengan pemutus beban (circuit breaker) yang terdapat pada gardu
induk (sub-station). Akan tetapi fuse cut out ini memiliki kemampuan yang sama
dengan pemutus beban tadi. Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan satu saluran
tiga fasa, maka dibutuhkan fuse cut out sebanyak tiga buah untuk saluran tiga
fasa. Selain itu Fuse cut out juga merupakan pengaman lebur yang ditempatkan
kearah GI terhadap hubungan singkat di trafo, atau sisi TM sebelum trafo tetapi
sesudah cut out. Untuk menentukan besarnya cut out yang harus dipasang, maka
harus diketahui arus nominal trafo pada sisi TM, sedangkan besarnya cut out ha-
Page | 41
Prinsip Kerja
apabila dilewati arus yang melebihi batas arus nominalnya. Biasanya FCO
dipasang setelah PTS maupun LBS untuk memproteksi feeder dari gangguan hub-
ung singkat dan dipasang seri dengan jaringan yang dilindunginya. FCO juga ser-
sistem distribusi karena FCO boleh dikatakan hanya berupa sehelai kawat yang
digunakan pada fuse cut out ini didasarkan pada faktor lumer yang rendah dan
harus memiliki daya hantar (conductivity) yang tinggi. Faktor lumer ini diten-
tukan oleh temperatur bahan tersebut. Biasanya bahan-bahan yang digunakan un-
tuk FCO adalah kawat perak, kawat tembaga, kawat seng, kawat timbel atau ka-
wat paduan dari bahan – bahan tersebut. Pada umumnya diantara kawat di atas,
yang sering digunakan adalah kawat logam perak, hal ini karena logam perak
memiliki Resistansi Spesifik (µΩ/cm) yang paling rendah dan Titik Lebur (oC)
yang rendah. Kawat ini dipasangkan di dalam tabung porselin yang diisi dengan
pasir putih sebagai pemadam busur api, dan menghubungkan kawat tersebut pada
Page | 42
Tabel 3.1 Tabel Titik Lebur dan Resistansi Spesifik Jenis Logam
(oC) (µΩ/cm)
Jika arus beban lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat pe-
rak di dalam tabung porselin akan putus dan arus yang membahayakan dapat di-
hentikan. Pada waktu kawat putus terjadi busur api, yang segera dipadamkan oleh
pasir yang berada di dalam tabung porselin Karena udara yang berada di dalam
porselin itu kecil maka kemungkinan timbulnya ledakan akan berkurang karena
diredam oleh pasir putih. Panas yang ditimbulkan sebagian besar akan diserap
oleh pasir putih tersebut. Apabila kawat perak menjadi lumer karena tenaga arus
yang melebihi maksimum, maka waktu itu kawat akan hancur. Karena adanya ga-
Dengan terlepasnya tabung porselin ini yang berfungsi sebagai saklar pem-
isah, maka terhidarlah peralatan jaringan distribusi dari gangguan arus beban lebih
Page | 43
Umur dari fuse cut out ini tergantung pada arus yang melaluinya. Bila arus
yang melalui FCO tersebut melebihi batas maksimum, maka umur fuse cut out
lebih pendek. Oleh karena itu pemasangan FCO pada jaringan distribusi hen-
daknya yang memiliki kemampuan lebih besar dari kualitas tegangan jaringan,
lebih kurang tiga sampai lima kali arus nominal yang diperkenankan. Fuse cut out
pada cabang – cabang saluran feeder yang menuju ke jaringan distribusi sekunder.
Adapun konstruksi fuse cut out ditunjukkan pada gambar 3.6 berikut.
Keterangan:
1. Isolator porselin
Page | 44
8. Klem pemegang (dari baja)
ungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan tanah sehingga dapat
komponen instalasi dari bahaya gangguan listrik. Oleh karena itu, sistem pentana-
a. Menyaiapkan peralatan yang akan digunakan, seperti alat ukur, kabel, dan
konduktor/stik besi.
c. Memastikan baterai dari earth tester terdapat pada keadaan “Battery Good”
d. Memasang kabel pada alat ukur. Earth Tester mempunyai tiga kabel dian-
Page | 45
f. Selanjutnya menancapkan stik besi ketanah untuk mengukur resistansi pen-
tanahan Arrester dengan dua posisi. Yakni, posisi sejajar dan segaris masing
masing pada jarak 20 meter dan 10 meter. Hubungkan kabel merah serta
pada posisi 20 meter dan kabel kuning pada posisi 10 meter. Untuk pen-
gukuran dengan jarak 10 meter, kabel merah dipasangkan pada stik besi
tombol “Test” pada alat ukur. Kemudian mencatat hasil pengukuran yang
dilakukan.
h. Melakukan pengukuran dengan posisi sejajar dan posisi segitiga untuk se-
tanahan yang dilakukan pada Grounding Body Trafo, dan Grounding pada
Page | 46
Nilai pentahanan yang baik menurut PUIL 2011 yaitu maksimal 5 Ω. Ber-
dasarkan hasil percobaan dapat dilihat bahwa nilai dari pentanahan sangat jauh
dari nilai standar. Tahanan dari tanah tidak cukup baik sehingga memungkinkan
mineral dan air dalam tanah serta tingkat keasaman tanah. Apabila nilai pentana-
han melebihi standar maka dapat dilakukan penambahan grounding road atau
pemberian karbon. Semakin banyak grounding road yang dipasang maka nilai
karena hasilnya tidak ditentukan dari sumber tegangan arus searah. Menurut
standar VDE (catalogue 228/4) minimum besarnya tahanan isolasi kumparan trafo
besarnya tegangan fasa terhadap tanah dan kebocoran arus yang diizinkan setiap
kV = 1 mA. Sumber tegangan arus searah adalah sumber tegangan tinggi yang
Page | 47
2. Memeriksa tegangan kerja dari peralatan yang diukur (dalam hal ini trans-
formator distribusi).
4. Memasang klem alat test pada titik yang akan diukur, sesuai rangkaian perco-
baan.
Primer Trafo
Page | 48
Sekunder Trafo
Dari data hasil percobaan maka tahanan isolasi yang dapat dikatakan baik ji-
Maka dari data percobaan tahanan isolasi yang dapat dikatakan baik yaitu
sekunder dengan netral menunjukkan nilai yang sangat baik karena nilai tahanan
isolasinya sangat tinggi melebihi standar yang sangat sedikit peluang untuk ter-
jadinya kegagalan isolasi. Sedangkan untuk tahanan isolasi yang jauh dari standar
Page | 49
kemungkinan disebabkan karena faktor usia pemakaian, faktor suhu dan faktor
kelembaban.
mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem atau peralatan akan berfungsi secara
optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil maupun bagi
periode atau waktu pemeliharaan yaitu bulanan, triwulan, semesteran atau ta-
hunan.
distribusi yakni karena pada umumnya jaringan distribusi berada pada salu-
ran bebas, jadi tentunya tidak akan terlepas dari faktor-faktor alam yang bisa
tohnya adanya petir yang mengenai saluran, binatang seperti ular dan tum-
Page | 50
e) Tanamkan (Grounding) semua kabel jurusan dengan menggunakan
Grounding TR.
a) Bersihkan rel, dudukan fuse holder, pisau saklar utama (helfboom saklar),
sepatu kabel dari kotoran / korosi, dan bersihkan ruangan dalam Panel Hubung
Bagi (PHB)
b) Periksa kekencangan mur dan baut pada saklar utama, sepatu kabel, rel, fuse
d) Ukur dan catat nilai tahanan isolasi antara rel dan atau rel terhadap body dan
selesai.
Page | 51
j) Pelaksana melapor kepada petugas piket bahwa pekerjaan pemeliharaan telah
selesai.
NH Fuse baru :
Page | 52
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Fuse cut Out /FCO merupakan alat yang berfungsi untuk mengamankan
isolasi
kan kegiatan ini dilakukan seperti dalam hal pebaikan maupun perawatan.
4.2. Saran
3. Kurang lengkapnya peralatan kerja yang akan digunakan terkhusus pada job
DAFTAR PUSTAKA
Page | 53
Kadir, Abdul. 2000. Distribusi dan UtilisasiTenagaListrik. Jakarta : UI-Press
PT PLN (Persero). 2010. Buku 4 Standar Konstruksi Gardu Distribusi Dan Gar-
du Hubung Tenaga Listrik. Jakarta.
Page | 54
LAMPIRAN
Page | 55
Lampiran 3. Fuse Cut Out
Page | 56
Lampiran 5. Proses Pemasangan
Page | 57