Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ayurveda adalah sistem pengobatan holistik yang berkembang di India
sekitar 3000-5000 tahun yang lalu. Sistem pengobatan tradisional ini, kini
dipraktekkan di bagian dunia lain sebagai bentuk pengobatan alternatif. Literatur
yang berhubungan dengan pengobatan medis India muncul selama periode Weda di
India. The Samhita Susruta dan Charaka Samhita adalah teks yang pertama muncul.
Selama berabad-abad, para praktisi Ayurveda mengembangkan sejumlah besar obatan
dan prosedur bedah untuk pengobatan berbagai penyakit. Pada zaman India kuno,
masalah kelainan rongga mulut, plak gigi dan infeksi dapat dikelola dan bahkan
disembuhkan.
Pengobatan tradisional merupakan pengetahuan, keterampilan dan
pengamalan berdasarkan teori, keyakinan dan pengalaman adat budaya yang berbeda
yang digunakan untuk menjaga kesehatan serta mencegah, mendiagnosa,
memperbaiki atau mengobati penyakit fisik dan mental. Obat tradisional yang telah
diadopsi oleh pengguna lain sering disebut sebagai pengobatan komplementer atau
alternatif. Pada pengobatan tradisional, biasanya digunakan obatan herbal dalam
pengobatannya dan yang termasuk sebagai obat-obatan herbal adalah tumbuhan,
bahan herbal, obat herbal, dan produk herbal yang mengandung bagian-bagian
tanaman atau bahan tanaman lainnya sebagai bahan aktif. Di beberapa negara Asia
dan Afrika, 80% dari penduduk bergantung pada obat tradisional untuk perawatan
kesehatan primer. Di banyak negara maju, 70% - 80% dari populasi telah
menggunakan beberapa bentuk pengobatan alternatif atau komplementer.1
Salah satu pengobatan Ayurveda yang telah diajarkan sejak bertahun-tahun
adalah terapi oil pulling. Terapi oil pulling adalah suatu prosedur berkumur dengan
minyak. Sesendok minyak dikumur sampai konsistensi serta warna minyak tersebut
berubah.2 Berkumur dengan minyak dipercayai dapat menarik semua mukus, bakteri

Universitas Sumatera Utara


dan toksin dari tubuh melalui saliva. Minyak ini memiliki efek pembersihan dan
penyembuhan yang tidak hanya pada mulut dan sinus, tapi pada seluruh tubuh.3
Minyak yang paling sering digunakan adalah minyak wijen yang terkenal dengan
beberapa sifat pengobatan dan manfaat kesehatannya. Kandungan asam lemak tidak
jenuh dalam minyak wijen menunjukkan aktivitas anti bakteri. Selain itu, minyak
nabati yang lain yang juga menunjukkan sifat anti bakteri dapat digunakan untuk
terapi ini seperti minyak kelapa, minyak bunga matahari dan minyak zaitun sesuai
dengan keinginan masing-masing karena mekanisme kerja semua minyak untuk
menarik bakteri dari rongga mulut adalah sama.4 Dalam beberapa tahun terakhir ini,
terapi oil pulling telah menjadi metode alternatif pilihan masyarakat terutamanya di
Eropa untuk menjaga kesehatan rongga mulut menggantikan cara konvensional
seperti berkumur dengan obat kumur klorheksidin.1
Asokan dkk. melakukan penelitian untuk mengevaluasi efek terapi oil pulling
dengan minyak wijen terhadap bakteri Streptococcus mutans dalam plak dan saliva
remaja menggunakan Dentocult SM Strip mutans test, dan untuk membandingkan
efektivitasnya dengan obat kumur klorheksidin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada penurunan jumlah Streptococus mutans dalam plak dan sampel saliva dari kedua
kelompok perlakuan dan kontrol.5
Amith melakukan penelitian untuk menilai efek terapi oil pulling pada plak
gigi dan gingivitis dan untuk memantau keamanannya pada jaringan lunak dan keras
oral. Sepuluh orang mahasiswa telah melakukan terapi ini selama 45 hari, dengan
menggunakan minyak bunga matahari. Skor plak dan gingiva dinilai secara berkala
dengan modified Patient hygiene performance index (PHP) dan indeks gingiva. Hasil
penelitian menunjukkan penurunan pada skor plak dan skor gingiva.4
Anand dkk. meneliti efek terapi oil pulling terhadap bakteri penyebab karies
gigi. Sampel saliva sebanyak sepuluh orang dengan karies gigi diambil sebelum dan
sesudah 40 hari melakukan terapi oil pulling dengan minyak wijen. Jumlah bakteri
dalam saliva sebelum dan sesudah melakukan terapi oil pulling dihitung. Kesimpulan
hasil penelitian ini adalah adanya rata-rata penurunan jumlah bakteri sebanyak 20%
sesudah 40 hari melakukan terapi oil pulling.6

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan yang diuraikan di atas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian untuk mengetahui efek terapi oil pulling terhadap jumlah bakteri dalam
saliva pada mahasiswa FKG USU. Penulis memilih minyak bunga matahari pada
penelitian ini karena rasanya yang lebih enak dan tidak berbau jika dibandingkan
dengan minyak wijen yang umum digunakan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian di atas maka timbul permasalahan yang hendak diteliti
bagaimanakah efektivitas terapi oil pulling terhadap jumlah bakteri dalam saliva?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas terapi oil pulling dengan menggunakan minyak bunga
matahari terhadap jumlah bakteri dalam saliva.
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui rata-rata jumlah bakteri sebelum dan sesudah berkumur
dengan minyak bunga matahari pada mahasiswa.
2. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata jumlah bakteri sebelum dan sesudah
berkumur dengan minyak bunga matahari pada mahasiswa.

1.4 Hipotesis
Ada efek terhadap jumlah bakteri sebelum dan sesudah terapi oil pulling dalam
saliva.

1.5 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini dapat bermanfaat:
1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan:
Dapat digunakan sebagai bahan penyuluhan kepada masyarakat sebagai alternatif lain
untuk penjagaan kesehatan rongga mulut.

Universitas Sumatera Utara


2. Manfaat untuk Departemen:
Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang pengaruh
terapi oil pulling terhadap kesehatan rongga mulut.
3. Manfaat untuk peneliti:
Peneliti memperoleh pengalaman melakukan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai