Anda di halaman 1dari 60

1

MODUL ETIKA PROFESI

’’Menjadi program studi yang BERHASIL meluluskan Ahli Madya Analis


Kesehatan Profesional yang unggul di bidang mikroskopis sumsum tulang tingkat
nasional tahun 2020’’

Disusun Oleh :
TINGKAT III REGULER A
Dosen Pembimbing : Asrori,AMAK.,S.Pd.,MM

PRODI DIII ANALIS KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN 2019-2020
2

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kumpulan modul Etika
Profesi.
Modul ini disusun dengan tujuan agar dosen, instruktur dan mahasiswa
mempunyai pedoman didalam bekerja untuk melaksanakan kegiatan belajar
Promosi dan kesehatan. Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Analis
Kesehatan.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan modul ini khususnya kepada
Nurhayati S.Pd., M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Kemenkes Palembang, Dosen dan instruktur yang telah berpartisipasi serta
mendorong sehingga modul ini selesai disusun.
Kami menyadari bahwa kumpulan modul ini belum sempurna sehingga
saran dan kritik yang sifatnya membangun kami harapkan untuk kesempurnaan
lebih lanjut.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palembang, 10 November 2019

Penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 5
KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI DAN TEMAN SEJAWAT ............. 5
TUJUAN INSTRUKSIONAL ............................................................................ 5
INDIKATOR ....................................................................................................... 5
URAIAN MATERI : ........................................................................................... 5
KEWAJIBAN .................................................................................................. 5
KEWAJIBAN PROFESI SEORANG ATLM ................................................. 6
LATIHAN PEMAHAMAN : ............................................................................ 19
GLOSARIUM ................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA : ..................................................................................... 26
BAB 2 ................................................................................................................... 27
PERATURAN DAN UUD KEPEGAWAIAN ..................................................... 27
TUJUAN INSTRUKSIONAL .......................................................................... 27
INDIKATOR ..................................................................................................... 27
URAIAN MATERI : ......................................................................................... 27
KEPEGAWAIAN ............................................................................................. 27
Fungsi Aparatur Negara dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara ...................................................................... 28
Pemberlakuan Sanksi Bagi Pegawai Negeri Sipil yang Menyalahgunakan
Wewenangnya ................................................................................................ 31
Penyelesaian sengketa Kepegawaian Pasca Lahirnya Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 .................................................................... 33
LATIHAN PEMAHAMAN : ............................................................................ 34
GLOSARIUM ................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 38
BAB 3 ................................................................................................................ 40
TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PERLINDUNGAN HUKUM ........... 40
4

TUJUAN INSTRUKSIONAL .......................................................................... 40


INDIKATOR ..................................................................................................... 40
URAIAN MATERI : ......................................................................................... 40
TANGGUNG JAWAB HUKUM ..................................................................... 40
Bentuk Perlindungan Hukum ................................................................................ 46
Hak dan Kewajiban Perlindungan Hukum ............................................................ 48
LATIHAN PEMAHAMAN .............................................................................. 53
GLOSARIUM ................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59
5

BAB I

KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI DAN TEMAN SEJAWAT

SUB TOPIK/SUB JUDUL : KEWAJIBAN TERHADAP DIRI


SENDIRI DAN TEMAN SEJAWAT
TUJUAN INSTRUKSIONAL : Mampu menguasai teori yang terikat dengan
kewajiban terhadap diri sendiri dan teman
sejawat
INDIKATOR : Kelengkapan dan kebenaran penjelasan dan
tingkat komikatif presentasi
URAIAN MATERI :
KEWAJIBAN
A. Pengertian Kewajiban
Mempunyai banyak pengertian, antara lain sebagai berikut: dilihat dari segi
ilmu fiqih, wajib mempunyai arti pengertian sesuatu yang harus dikerjakan, apabila
dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapat dosa. Menurut
ilmu tauhid, wajib sesuatu yang pasti benar adanya. Sedangkan menurut ilmu
akhlak, wajib adalah suatu perbuatan yang harus dikerjakan, karena perbuatan itu
dianggap baik dan benar. Kewajiban sendri adalah suatu tindakan yang harus
dilakukan oleh setiap manusia dalam memenuhi hubungan sebagai makhluk
individu, sosial, dan tuhan.
B. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri
Ada tiga unsur yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu badan atau
tubuhnya, akalnya, dan hati atau jiwanya. Menunaikan kewajiban kepada diri
sendiri dilakukan dengan memelihara dengan sebaik-baiknya ketiga unsur tersebut.
Hendaknya manusia merawat tubuhnya, dengan menjaga kesehatannya,
meningkatkan kekuatan dan menambahkan kecantikannya. Hendaknya
meningkatkan akalnya dengan menuntut ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
Hendaknya menyempurnakan jiwanya dengan akhlak yang baik.
6

C. Pelaksanaan Kewajiban
Dalam pelaksanaan kewajiban terletak apa yang disebut dengan tanggung jawab.
Tanggung jawab berati sikap atau pendirian yang menyebabkan manusia menetapkan
bahwa dia hanya akan menggunakan kemerdekaannya untuk melaksanakan perbuatan yang
susila. Tanggung jawab berati mengerti perbuatannya. Dia berhadapan dengan
perbuatannya, sebelum berbuat, selama berbuat, dan sesudah berbuat. Dia diri sebagai
subjek yang berbuat dan mengalami perbuatannya sebagai objek yang dibuat. Tanggung
jawab adalah kewajiban menanggung atas perbuatan yang telah dilakukan oleh seseorang.
Berani bertanggung jawab berarti bahwa seorang berani menentukan, berani memastikan
bahwa perbuatan ini sesuai dengan ketentuan kodrat manusia.

KEWAJIBAN PROFESI SEORANG ATLM


A. Definisi Profesi
Kata etik atau etika berasal dari kata ethos (Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun
kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau
benar, buruk atau baik.sedangkan itu etika merupakan cerminan dari sebuah mekanisme
kontrol yang dibuat dan diterapkan oleh dan untuk kepentingan suatu kelompok sosial atau
profesi. Kehadiran organisasi profesi dengan kode etik profesi diperlukan untuk menjaga
martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala
bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan keahlian.
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan
yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit
dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan
keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan
ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan
hidupnya; serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok
anggota yang menyandang profesi tersebut.Adapun Ciri-Ciri Profesi sebagai berikut :
1. Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi;
2. Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan;
3. Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat.
7

4. Adanya proses lisensi atau sertifikat;


5. Adanya organisasi;
6. Otonomi dalam pekerjaannya.
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan
yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit
dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan
keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan
ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan
hidupnya; serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok
anggota yang menyandang profesi tersebut.
B. Definisi Kode Etik
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa
yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai jasa. Adanya kode etik akan melindungi
perbuatan yang tidak profesional.
C. Tujuan Kode Etik Profesi
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.
D. Fungsi Kode Etik Profesi
Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
yang digariskan. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dlam berbagai bidang.
8

Kode etik yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup banyak dan bervariasi. Umumnya
pemilik kode etik adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat nasional, misalnya Ikatan
Penerbit Indonesia (IKAPI), kode etik Ikatan Penasehat HUKUM Indonesia, Kode Etik
Jurnalistik Indonesia, Kode Etik Advokasi Indonesia dan lain-lain. Ada sekitar tiga puluh
organisasi kemasyarakatan yang telah memiliki kode etik. Suatu gejala agak baru adalah
bahwa sekarang ini perusahaan-perusahan swasta cenderung membuat kode etik
sendiri. Rasanya dengan itu mereka ingin memamerkan mutu etisnya dan sekaligus
meningkatkan kredibilitasnya dan karena itu pada prinsipnya patut dinilai positif.
E. Tugas Pokok Analis Kesehatan (ATLM)
Analis Kesehatan bertugas melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan
meliputi bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, imunoserologi, patologi anatomi
(histology, histopatologi, imunopatologi, histokimia), toksikologi, kimia lingkungan,
biologi dan fisika. Di dalam pelayanan laboratorium, Analis Kesehatan melakukan
pengujian/analisis terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari
manusia yang tujuannya adalah menentukan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi
kesehatan dan faktor yang berpengaruh pada kesehatan perorangan atau masyarakat.
Peran Analis Kesehatan :
1. Pelaksanaan teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan
2. Penyelia teknis operasional laboratorium kesehatan
3. Peneliti dalam bidang laboratorium kesehatan
4. Penyuluh dalam bidang laboratorium kesehatan (Promotion Health Laboratory)
5. Analis Kesehatan Sebagai Profesi.
6. Standar Profesi Analis Kesehatan
Profesionalisme : tuntutan profesi sebagai jawaban memenangkan kompetisi
GLOBAL
7. Standar mutu : berlaku bagi semua Analis Kesehatan di Indonesia
8. Melindungi pasien/klien & masyarakat dari pelayanan yg tidak professional
9. Melindungi Analis Kesehatan dari tuntutan klien
10. Penapisan Ahli Laboratorium asing
F. Kemampuan Yang Harus Dimiliki Analis Kesehatan (ATLM)
1. Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan fungsinya di laboratorium kesehatan.
9

2. Keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan spesimen, termasuk penyiapan


pasien (bila diperlukan), labeling, penanganan, pengawetan, atau fiksasi,
pemrosesan, penyimpanan dan pengiriman spesimen.
3. Keterampilan dalam melaksanakan prosedur laboratorium.
4. Keterampilan dalam melaksanakan metode pengujian dan pemakaian alat dengan
benar.
5. Keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat, kalibrasi dan
penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang dilakukan.
6. Keterampilan dalam pembuatan uji kualitas media dan reagen untuk pemeriksaan
laboratorium.
7. Pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu dan prosedur
laboratorium.
8. Kewaspadaan terhadap faktor yang mempengaruhi hasil uji.
9. Keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji melalui evaluasi
mutu spesimen, sebelum melaporkan hasil uji.
10. Keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji.
11. Kemampuan merencanakan kegiatan laboratorium sesuai dengan jenjangnya.
G. Standar Kompetensi Analis Kesehatan (ATLM)
1. Ilmu pengetahuan yang melatarbelakangi dan berkaitan dengan fungsinya di
laboratorium kesehatan
2. Kemampuan untuk merancang proses teknik operasional
 Dapat merancang alur kerja pengujian/pemeriksaan mulai tahap pra analitik,
analitik, sampai dengan paska analitik.
 Membuat SOP, Manual Mutu, indikator kinerja dan proses analisis yang
akan digunakan.
3. Kemampuan melaksanakan proses teknik operasional.
 Melakukan pengambilan spesimen :pengetahuan persiapan pasien
 Penilaian terhadap spesimen (memenuhi syarat atau tidak).
 Pelabelan, pengawetan, fiksasi, pemrosesan, penyimpanan, pengiriman
 Dapat melakukan pemilihan alat, alat bantu, metode, reagent untuk
pemeriksaan atau analisa tertentu.
10

 Dapat mengerjakan prosedur laboratorium


 Dapat memahami cara kerja dan menggunakan peralatan dalam proses
teknis operasional
 Mengetahui cara-cara kalibrasi dan cara menguji kelaikan alat
 Dapat memelihara alat dan menjaga kinerja alat tetap baik
4. Kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses teknik
operasioanl.
 Mampu menilai layak dan tidak hasil pemeriksaan, pemantapan mutu yang
akan digunakan untuk pengambilan keputusan proses selanjutnya
 Mampu menilai proses pemeriksaan atau rangkaian pemeriksaan. Diterima
tidaknya suatu hasil atau rangkaian hasil pemeriksaan
5. Kemampuan komunikasi dengan pelanggan atau pemakai jasa, seperti pasien,
klinisi, mitra kerja, dll.
6. Mampu mendeteksi secara dini :
 Munculnya penyimpangan dalam proses operasional
 Terjadinya kerusakan media, reagent alat yang digunakan atau lingkungan
pemeriksaan
 Mampu menilai validitas (kesahihan) suatu hasil pemeriksaan atau
rangkaian hasil pemeriksaan
7. Kemampuan untuk melakukan koreksi atau penyesaian terhadap masalah teknis
operasional yang muncul.
8. Kemampuan menjaga keselamatan kerja dan lingkungan kerja
9. Kemampuan administrasi
H. Kewajiban Analis Kesehatan (ATLM)

1. Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses specimen


2. Melaksanakan uji analitik terhadap reagen maupun terhadap spesimen, yang
berkisar dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks.
11

3. Mengoperasikan dan memelihara peralatan laboratorium dari yang sederhana


sampai dengan yang canggih.
4. Mengevaluasi data laboratorium untuk memastikan akurasi dan prosedur
pengendalian mutu dan mengembangkan pemecahan masalah yang berkaitan
dengan data hasil uji.
5. Mengevaluasi teknik, instrumen dan prosedur baru untuk menentukan manfaat
kepraktisannya.
6. Membantu klinisi dalam pemanfaatan yang benar dari data laboratorium untuk
memastikan seleksi yang efektif dan efisien terhadap uji laboratorium dalam
menginterpretasi hasil uji.
7. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan laboratorium.
8. Membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang Teknik
kelaboratoriuman.
9. Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium kesehatan.

I. Etika Profesi Analis Keshatan

1. Keahlian (pengetahuan, nalar atau kemampuan dalam asosiasi dan terlatih)


2. Keterampilan dalam komunikasi (baik verbal & non verbal)
3. Profesionalisme (tahu apa yang harus dilakukan dan yang sebaiknya dilakukan)

J. Profesionalisme Analis Kesehatan


1. Tangibles (bukti langsung dan nyata) meliputi kemampuan hasil pengujian, dapat
menunjukkan konsep derajat kesehatan pada diri sendiri.
2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera dan memuaskan.
3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu tanggap dalam memberikan pelayanan yang
baik terhadap pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi lain).
4. Assurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat dapat dipercaya
yang dimiliki Analis Kesehatan dan bebas dari risiko bahaya atau keragu-raguan.
12

5. Emphaty (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi


yang baik dan memahami kebutuhan pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi lain).
K. Kewajiban Umum
1. Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) harus menjunjung tinggi,
menghayati dan mengamalkan sumpah profesi.
2. Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam menyelenggarakan praktik
profesinya harus berpedoman pada standar profesi.
3. Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menghormati hak-hak pasien,
hak-hak teman sejawat dan hak-hak tenaga kesehatan lainnya.
L. Kewajiban ATLM Terhadap Teman Sejawat dan Profesi Lain
1. Setiap ATLM memperlakukan setiap teman sejawat dalam batas-batas norma yang
berlaku sebagaimana dia sendiri ingin diperlakukan. Bahwa setiap ATLM, kepada
sesama teman sejawat / sesama rekan kerja, harus menghargai rekan kerja sebagai
manusia seutuhnya, menghargai sebagai anggota kelompok dan sebagai anggota tim
dan bersama-sama membangun semangat kebersamaan yang tinggi.
2. Setiap ATLM harus menjunjung tinggi kesetiakawanan dan sikap saling
menghargai dengan teman sejawat dalam penyelenggaraan profesinya. Bahwa
setiap anggota diharapkan senantiasa berperasaan bersatu, komitmen bersama,
sependapat dan sekepentingan yang baik dan benar. Saling memberikan sikap yang
positif melihat teman seprofesi dari sudut pandang yang positip (bukan negatip),
penuh pengertian dan empaty.
3. Setiap ATLM harus membina hubungan kerjasama yang baik dan saling
menghormati dengan teman sejawat dan tenaga profesional lainnya dengan tujuan
utama untuk menjamin pelayanan senantiasa berkualitas tinggi. Bahwa Setiap
ATLM harus membangun semangat kerja sama yang tinggi dengan :
 Mampu menerima diri sendiri, dan orang lain sebagai mana adanya.
 Mampu melihat kebutuhan orang lain,
 Mampu melayani orang lain
 Mampu bekerja sama dengan orang lain.
13

M. Kewajiban Terhadap Pasien


1. Bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan pelayanan
kepada pasien / pemakai jasa secara profesional.
2. Menjaga kerahasiaan informasi dan hasil pemeriksaan pasien / pemakai jasa, serta
hanya memberikan kepada pihak yang berhak. Menjaga martabat dan privasi pasien
/ klien /pengguna jasa Bertanggung jawab artinya Setiap ATLM mampu
mempertanggung jawabkan hasil yang diberikan merupakan hasil yang benar, dari
pasien yang benar, sample yang benar , dikerjakan dengan alat – alat lab yang
terstandardidasi dan merupakan alat – alat dari instasi dimana dia bekerja,
dikerjakan sesuai SPO (baik SPO pengoperasian dan pemeliharaan alat maupun
SPO penangan sampel / specimen dalam pemeriksaan ) yang di miliki instansi,
dan hasil yang dapat dipercaya sebagai penunjang bahkan sebagai penentu diagnosa
dalam waktu yang tepat. Setiap ATLM harus menjaga kemampuan layanannya
kepada pasien/klien/pengguna jasa artinya memberikan jawaban atas pertanyaan
pasien, jawaban yang diberikan adalah jawaban sesuai dengan standart kemampuan
pendidikan dan jabatan kewenangannya. Berkewajiban memberikan informasi dan
berkosultasi dengan pihak yang berkompeten yang kemudian segera diteruskan
kepada pengguna jasa seperti klien pengirim.
3. Dapat berkonsultasi / merujuk kepada teman sejawat atau pihak yang lebih ahli
untuk mendapatkan hasil yang akurat. Bahwa setiap hasil pemeriksaan
Laboratorium hanya disampaikan kepada pasien,atau keluarga pasien yang
membawa bukti administrasi pemeriksaan atau kepada dokter pengirim atau
instansi yang telah bekerjasama / perujuk atau perusahaan yang telah mengikat
kerjasama ceck up karyawannya atau kepada penegak hukum ( ada surat kuasa
khusus ) jika hasil laboratorium diperlukan dalam penegakan hukum (pihak yang
meminta dan harus dijaga kerahasiannya.Setiap ATLM harus meyimpan rahasia
medik sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.
4. Setiap ATLM dalam memberikan pelayanan harus bersikap adil dan mengutamakan
kepentingan pasien dan atau pemakai jasa tanpa membeda-bedakan kedudukan,
golongan, suku, agama, jenis kelamin dan kedudukan sosial. Setiap ATLM wajib
berkonsultasi dengan dokter penanggung jawab, berdiskusi dengan rekan kerja atau
14

senior ditempat kerja, membaca buku – buku / literature. Yang bersangkutan dapat
merujuk ke institusi yang lebih mampu, yang dapat dibuktikan dengan berbagai
kompetensi yang dimiliki yang terkait dengan bidangnya (tidak perlu) dan dapat
merujuk ke instansi / lab lain sebagai pembanding untuk mendapatkan dan
memberikan hasil yang cepat, tepat, akurat.
N. Kewajiban Terhadap Profesi
1. Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menjunjung itinggi serta
memelihara martabat, kehormatan profesi, menjaga integritas, kejujuran serta dapat
dipercaya, produktif, efektif, efisien, peduli terhadap tugas dan lingkungan. Yang
dimaksud dengan menjaga “integritas & kejujuran” adalah bertindak secara
konsisten, sesuai nilai-nilai yang di anggap penting dan diyakini. Dengan kata lain,
satunya kata dan perbuatan. Integritas adalah sifat atau keadaan yang menunjukkan
kesatuan yang utuh sehingga memiliki profesi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan dan kejujuran.
 Memelihara martabat & menghormati profesi
 Bertanggung jawab dalam pelayanan pasien
 Melayani masyarakat sesuai profesi.
 Dapat menerangkan, apa yang dilaksanakan
 Dapat mengambil keputusan sesuai tempat, waktu dan teknologi.
Produktif adalah mampu menghasilkan, bermanfaat, menguntungkan. Efektif
adalah berhasil guna, ada dampaknya, bermakna. Efisien adalah ketepatan
menjalankan sesuatu, tidak membuang waktu, biaya dan tenaga. Peduli terhadap
tugas dan lingkungan sesuai SOP menjaga kebersihan, dan keamanan diri sendiri /
lingkungan
2. Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik berkewajiban menjunjung tinggi
norma-norma dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan dalam penyelenggaraan praktik
profesinya.
3. Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik senantiasa harus melakukan pekerjaan
profesinya sesuai dengan standar prosedur operasional, standar keselamatan kerja
yang berlaku dan kode etik profesi. Bahwa setiap ATLM harus senantiasa
melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur operasional akan
15

tetapi juga taat pada peraturan laboratorium dimana bekerja dan kewaspadaan
universal. Setiap anggota yang bertugas dalam pelayanan laboratorium, wajib
melaksanakan Pedoman Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja di laboratorium
sebagai perlindungan terhadap dirinya sendiri dan lingkungan kerjanya.
4. Setiap ATLM yang akan menjalankan pekerjaannya wajib memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktik (SIP). Surat Tanda Registrasi yang
selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah
kepada anggota, sebagai bukti resmi tercatatnya anggota yang telah memiliki
sertifikat kompetensi. Setiap ATLM wajib tersertifikasi dengan
melaksanakanproses untuk mendapatkan sertifikat kompetensi, setelah yang
bersangkutan menjalankan uji kompetensi berdasarkan standar profesi. Sertifikat
kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seseorang untuk
dapat menjalankan pekerjaan profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji
kompetensiyang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi yang diakui
pemerintah. Uji Kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan,
ketrampilan dan sikap, sesuai standar profesi. Standar profesi adalah standar
minimal kemampuan, sikap dan kepribadian yang harus dimiliki ATLM Untuk
memperoleh SIK / SIP dari Dinas Kesehatan setempat
O. Kewajiban Terhadap Pekerjaan
1. Bekerja dengan ikhlas dan rasa syukur.
2. Amanah serta penuh integritas.
3. Bekerja dengan tuntas dan penuh tanggung jawab.
4. Penuh semangat dan pengabdian.
5. Kreatif dan tekun.
6. Menjaga harga diri dan jujur.
7. Melayani dengan penuh kerendahan hati.
P. Kewajiban Terhadap Masyarakat
1. Memiliki tanggung jawab untuk menyumbangkan kemampuan profesionalnya
kepada masyarakat luas serta selalu mengutamakan kepentingan masyarakat.
16

2. Dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan profesinya harus mengikuti


peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta norma-norma yang
berkembang pada masyarakat.
3. Dapat menemukan penyimpangan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar
norma yang berlaku pada saat itu serta melakukan upaya untuk dapat melindungi
kepentingan masyarakat.
4. Setiap ATLM dalam menjalankan praktik profesinya harus mengutamakan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan aspek pelayanan kesehatan serta nilai
budaya, adat istiadat yang berkembang di masyarakat.
Q. Kewajiban ATLM Terhadap Diri Sendiri
1. Setiap ATLM senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Setiap ATLM harus beriman dan bertaqwa, artinya setiap ATLM wajib menganut
salah satu agama yang diakui di Indonesia.
2. Setiap ATLM berkewajiban untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuannya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap ATLM
mempunyai kesempatan yang sama untuk mengembangkan dan meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan teknologi di bidang pelayanan
Laboratorium Medik sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Meraih sertifikasi
kompetensi yang semakin baik, di tingkat Nasional dan Internasional. Berupaya
untuk dapat mengikuti seminar nasional, regional , Internasional dan berbagai
workshop.
3. Setiap ATLM berkewajiban untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan
ketrampilan di bidang teknologi Laboratorium Medik maupun bidang lain yang
dapat menunjang pelayanan profesinya. Meningkatkan kemampuan manajerial
dalam memimpin laboratorium Meningkatkan kedewasaan dalam hidup, perilaku,
suri tauladan, dan kematangan emosional. Meningkatkan kemampuan teknis secara
berkesinambungan, update, antara lain :
 Latar belakang dan kegunaan pemeriksaan
 Prinsip dan prosedur pemeriksaan
 Interpretasi hasil d) Pengendalian mutu.
17

 Mengurangi resiko dan kesalahan, membuat Informed Consent, kalibrasi


alat, Quality Control
 Mengembangkan hal baru
4. Dalam melakukan pekerjaannya, setiap ATLM harus bersikap dan berpenampilan
sopan dan wajar serta selalu menjaga nilai-nilai kesopanan. Setiap ATLM wajib
menjaga tata-krama, sopan santun, wajah ceria dengan senyum yang tulus.
Berpakaian kantor pantas dan rapi, tidak menggunakan perhiasan berlebihan (bagi
yang menggunakan kerudung, wajib yang sederhana, rapi, polos namun selaras
dengan busana, elegan sehingga nampak wanita Indonesia yang feminin) tidak
bertato sementara maupun permanen, kuku tidak panjang. Bersikap rendah hati
bukan rendah diri, tampil percaya diri, atas apa yang dimiliki.
5. Setiap ATLM harus memelihara kesehatan dirinya supaya dapat bekerja dan
melayani dengan baik. Setiap ATLM wajib memeriksa kesehatannya secara
berkala, sekali dalam satu tahun. Selalu menjaga kebersihan dan mulut.
R. Etika Menghadapi Seorang Pasien
1. Bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan pelayanan
kepada pasien / pemakai jasa secara profesional.
2. Menjaga kerahasiaan informasi dan hasil pemeriksaan pasien / pemakai jasa, serta
hanya memberikan kepada pihak yang berhak.
3. Dapat berkonsultasi / merujuk kepada teman sejawat atau pihak yang lebih ahli
untuk mendapatkan hasil yang akurat.
4. Menghadapi pasien dengan ekspresi muka (smile).
5. Menghindari sebuah konflik dengan pasien.
6. Karakter yang lembut.
7. Menghargai lawan bicara.
8. Menjaga kepercayaan dan rahasia - rahasia pasien.
9. Memberikan informasi yang baik·
10. Menjaga rahasia dan menyimpan kondisi - kondisi pasien yang di hadapi.
11. Mengontol jarak dengan pasien.
12. Intonasi suara yang jelas.
13. Rileks.
18

S. Pasal – Pasal Yang Terkait Dengan Kode Etik


1. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
4. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan
dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan;
10. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
07/KEP/M.PAN/2/2000 Tahun 2000 Tentang Jabatan Fungsional Laboratorium
Kesehatan dan Angka Kreditnya;
11. Kode Etik Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan tercantum dalam Ketetapan
MUNAS V PATELKI Nomor 06/MUNAS-V/05-2006 tentang Penetapan Kode
Etik PATELKI tanggal 22 Mei 2006.
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
370/Menkes/Sk/III/2007 Tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium
Kesehatan
19

LATIHAN PEMAHAMAN :
1. Mampu menghasilkan, bermanfaat, menguntungkan. Merupakan pengertian dari:
a. Efisien
b. Produktif
c. Efektif
d. Empati
e. Royal
2. Kemudahan dalam melakukanhubungan, komunikasi yang baik dan
memahamikebutuhan pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi lain).
a. Efisien
b. Produktif
c. Efektif
d. Empati
e. Royal
3. Berhasil guna, ada dampaknya, bermakna.
a. Efisien
b. Produktif
c. Efektif
d. Empati
e. Royal
4. Kemampuan memberikanpelayanan yang dijanjikan dengan segera danmemuaskan.
a. Efisien
b. Produktif
c. Efektif
d. Responsivitas
e. Reliabilitas
5. Tanggap dalammemberikan pelayanan yang baik terhadap pemakai jasa (pasien,
klinisi, dan profesi lain).
a. Efisien
b. Produktif
c. Efektif
d. Responsivitas
e. Reliabilitas
6. Dibawah ini yang bukan merupakan tujuan dari kode etik adalah....

a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.

c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.


20

d. Untuk meningkatkan mutu profesi.

e. Untuk meningkatkan keahlian

7. Dibawah ini yang merupakan ciri ciri dari profesi..

a. Meningkatkan keahlian

b. Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah


profesi

c. Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan fungsinya di laboratorium kesehatan.

d. Keterampilan dalam melaksanakan prosedur laboratorium.

e. Keterampilan dalam melaksanakan metode pengujian dan pemakaian alat dengan


benar.

8. Sesuatu yang harus dikerjakan, apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan mendapat dosa. Merupkan pengertian wajib menurut..

a. Tauhid

b. Negara

c. Agama

d . Fiqih

e. Akhlak

9. Kata "Ethos" berasal dari bahasa

a. Indonesia

b. Yunani

c. Korea

d. Arab

e. Palembang

10. Melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan meliputi bidang hematologi, kimia


klinik, mikrobiologi, imunoserologi, patologi anatomi (histology, histopatologi,
imunopatologi, histokimia), toksikologi, kimia lingkungan, biologi dan fisika.
Merupakan tugas pokok dari profesi
21

a. Farmasi

b. Kedokteran

c. ATLM

d. Keperawatan

e. Kebidanan

11. Suatu perbuatan yang harus dikerjakan, karena perbuatan itu dianggap baik dan benar
merupakan pengertian kewajiban menurut….
a. Fiqih
b. Agama
c. Ilmu akhlak
d. Ilmu tauhid
e. Ilmu moral
12. Kewajiban menanggung atas perbuatan yang telah dilakukan oleh seseorang. Berani
bertanggung jawab berarti bahwa seorang berani menentukan, berani memastikan
bahwa perbuatan ini sesuai dengan ketentuan kodrat manusia merupakan pengertian
dari ….
a. Tanggung jawab
b. Toleransi
c. Aspirasi
d. Motivasi
e. Inovasi
13. Dibawah ini merupakan cirri-ciri profesi, kecuali…
a. Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi
b. Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan
c. Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat
d. Tidak adanya proses lisensi atau sertifikat
e. Adanya organisasi;
14. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi merupakan salah satu komponen
dari ….
a. Tujuan kode etik profesi
b. Fungsi kode etik profesi
c. Manfaat kode etik profesi
d. Definisi kode etik profesi
e. Masalah kode etik profesi
22

15. Salah satu komponen profesionalisme Analis Kesehatan yaitu mencakup kemampuan,
kesopanan, sifat dapat dipercaya yang dimiliki Analis Kesehatan dan bebas dari risiko
bahaya atau keragu-raguan, yang disebut juga dengan ….
a. Tangibles (bukti langsung dan nyata)
b. Reliability (kehandalan)
c. Responsiveness (daya tanggap)
d. Assurance (jaminan)
e. Emphaty (empati)
16. Ada tiga unsur yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu ..

a. Badan, akal dan hati


b. Akal, hati, dan jiwa
c. Badan, tubuh, dan akal
d. Tubuh, hati, dan jiwa
e. Badan, tubuh, dan jiwa
17. Kata etik atau etika berasal dari kata ethos berasal dari bahasa ..
a. Spanyol

b. Yunani
c. Belgia
d. Eropa
e. Colombus
18. Kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan
ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia
disebut ...

a. Profesi
b. Keahlian
c. Hobi
d. Bakat
e. Kesenangan
19. Yang merupakan tujuan kode etik profesi, kecuali...

a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.


23

b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.


c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.
e. Untuk mempermudah profesi
20. Yang merupakan kewajiban terhadap pekerjaan adalah, kecuali ..
a. Amanah serta penuh integritas.

b. Bekerja dengan tuntas dan penuh tanggung jawab.

c. Penuh semangat dan pengabdian.

d. Kreatif dan tekun.

e. Bekerja sesuai keinginan


24

GLOSARIUM

Wajib : Suatu perbuatan yang harus dikerjakan, karena perbuatan itu dianggap baik dan
benar.

Kewajiban : Suatu tindakan yang harus dilakukan oleh setiap manusia dalam memenuhi
hubungan sebagai makhluk individu, sosial, dan tuhan.

Tanggung jawab : Kewajiban menanggung atas perbuatan yang telah dilakukan oleh
seseorang.

Etika : karakter, watak kesusilaan atau adat.

Profesi : Kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan
ketrampilan dan.

Kode etik : Sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional.

Analis Kesehatan : Pengujian/analisis terhadap bahan yang berasal dari manusia atau
bahan bukan berasal dari manusia.

Tangibles : Kemampuan hasil pengujian, dapat menunjukkan konsep derajat kesehatan


pada diri sendiri.

Reliability : (kehandalan), Kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan


segera dan memuaskan.

Responsiveness : (daya tanggap), tanggap dalam memberikan pelayanan yang baik


terhadap pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi lain).

Assurance : (jaminan), kemampuan, kesopanan, sifat dapat dipercaya yang dimiliki Analis
Kesehatan dan bebas dari risiko bahaya atau keragu-raguan.
25

Emphaty : (empati), kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan
memahami kebutuhan pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi lain).

Produktif : Mampu menghasilkan, bermanfaat, menguntungkan.

Efektif : Berhasil guna, ada dampaknya, bermakna.

Efisien : Ketepatan menjalankan sesuatu, tidak membuang waktu, biaya dan tenaga.

STR : ( Surat Tanda Registrasi) Bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada
anggota, sebagai bukti resmi tercatatnya anggota yang telah memiliki sertifikat kompetensi.

Uji Kompetensi : Suatu proses untuk mengukur pengetahuan, ketrampilan dan sikap,
sesuai standar profesi.

Standar profesi : Standar minimal kemampuan, sikap dan kepribadian yang harus dimiliki
ATLM Untuk memperoleh SIK / SIP dari Dinas Kesehatan setempat.
26

DAFTAR PUSTAKA :
Http://Ikatan Analis Kesehatan Indonesia ( IAKI) DPC Sidenreng Rappang, SULSEL,
Indonesia ETIKA PROFESI ANALIS KESEHATAN.htm (di akses pada
18/01/2015).

Http://ETIKA PROFESI ANALIS KESEHATAN Etika profesi... - Komunitas Mahasiswa


Akademi Analis Kesehatan.htm (di akses pada 18/01/2015).

Dasman, Hardisman; Darwin, Eryati. Health Proffesional Ethics. 2014. CV Budi


Utama. Universitas Andalas
27

BAB 2

PERATURAN DAN UUD KEPEGAWAIAN

SUB TOPIK/SUB JUDUL : PERATURAN DAN UUD


KEPEGAWAIAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL : Mampu menguasai teori yang terikat
dengan peraturan dan UUD kepegawaian
INDIKATOR : Kelengkapan dan kebenaran penjelasan
dan tingkat komikatif presentasi

URAIAN MATERI :
KEPEGAWAIAN
A. Pengertian Pegawai Negeri
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia W.J.S. Poerwadinata, kata pegawai
berarti: "orang yang berkerja pada Pemerintah (Perusahaan dan sebagainya)."
Sedangkan "negeri" berarti: "negara" atau "pemerintah." Jadi pegawai negeri adalah
orang yang bekerja pada Pemerintahatau negara. Aparatur Negara sebagai sarana
kepegawaian memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam
penyelenggaraan fungsi pemerintah. Arti penting tersebut oleh Utrecht dikaitkan
dengan pengisian jabatan pemerintahan, yang diisi oleh Pegawai Negeri Sipil.
Aparatur Negara merupakan sarana yang sangat penting dalam mencapai
tujuan negara, sebagaimana yang .tercantum dalam dalam Pembukaan UUD 1945
(Alinea ke-IV). Tujuan tersebut antara lain adalah melindungi segenap bangsa dan
seluruh Tumpah Darah Indonesia. Tujuan pembangunan nasional adalah untuk
membentuk satu masyarakat adil dan makmur, seimbang materiil dan spiritualnya
berdasarkan Pancasila dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kelancaran pelaksanaan pemerintah dan pembangunan nasional, terutama sekali
tergantung pada pesempumaanAparatur Negara. Pentingnya peran Aparatur Negara ini
tidak terlepas dari diberikannyaperlindungan hukum dan kepastian hukum yang diberikan
oleh Pemerintah bagi Aparatur Negara dalam menjalankan tugasnya. Oleh
28

karena itu, Pemerintah telah berupaya sungguh-sungguh untuk merumuskannya


dalam suatu kerangka perundang-undangan tentang kepegawaian yang semakin lama
bertambah sempuma.
Upaya untuk menyempurnakan tersebut di tandai dengan beberapa kali
perubahan pada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Aparatur
Negara tersebut. Setelah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999, kini
lahir Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Perubahan yang terjadi khususnya mengenai mekanisme penyelesaian sengketa
Aparatur Sipil Negara (ASN).
Asas-asas umum pemerintahan yang baik dapat dipahami sebagai asas-
asas umum yang dijadikan sebagai dasar dan tata cara dalam
penyelenggaraan pemerintah yang layak, yang dengan cara demikian penyelenggara
pemerintahan itu menjadi baik, sopan, adil dan terhormat, bebas dari kezaliman
pelanggaran peraturan, tindakan penyalahgunaan wewenang dan tindakan sewenang-
wenang.
Fungsi Aparatur Negara dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara

Aparatur Sipil Negara yang disingkat dengan ASN sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi
pemerintah.Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN terdiri
dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya serta digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan.

Pegawai Negeri Sipil yang sering disingkat dengan PNS adalah Warga Negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional untuk
29

menduduki jabatan pemerintahan.Sedangkan Pengertian Pegawai Pemerintah dengan


Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat dengan PPPK adalah Warga Negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah.

Penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen ASN berdasarkan pada asas:

a. kepastian hukum;
b. profesionalitas;
c. proporsionalitas;
d. keterpaduan;
e. delegasi;
f. netralitas;
g. akuntabilitas;
h. efektif dan efisien;
i. keterbukaan;
j. nondiskriminatif;
k. persatuan dan kesatuan;
l. keadilan dan kesetaraan; dan
m. kesejahteraan.

ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut:


a. nilai dasar;
b. kode etik dan kode perilaku;
c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;
d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. kualifikasi akademik;
f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
g. profesionalitas jabatan.
30

Kode etik dan kode perilaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b
UU.Nomor 5 Tahun 2014 bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN.
Kode etik dan kode perilaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi pengaturan
perilaku agar Pegawai ASN:
a. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
b. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
f. menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien;
h. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
i. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untukmendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang
lain;
k. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN; dan
l. melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin Pegawai
ASN.
(3) Kode etik dan kode perilaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Adapun Fungsi dari Pegawai ASN adalah sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa. Sedangkan tugas dari Pegawai ASN
yakni :
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
31

2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan


3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik,
serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Sesuai dengan UUD No. 5 tahun 2014 ysng menyebutkan bahwa Pegawai ASN
berfungsi sebagai: a. pelaksana kebijakan publik; b. pelayan publik; dan c. perekat dan
pemersatu bangsa.

Pemberlakuan Sanksi Bagi Pegawai Negeri Sipil yang Menyalahgunakan


Wewenangnya
Perbuatan pemerintah yang tercela dalam hukum tata administrasi negara sering
disebut perbuatan penguasa yang sewenang-wenang (willekeur). Perbuatan sewenang-
wenang pemerintah frekuensinya lebih banyak terjadi dalam penyelenggara pemerintahan
yang bersifat bebas (vrij bestuur). Dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat
mengikat (gebonden bestuur) perbuatan tersebut jarang terjadi. 10 Di indonesia banyak
terdapat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil. Banyak
pejabat negara atau PNS yang menyalahgunakan wewenang atau melakukan pertentangan
kepentingan dengan menghalalkan segala cara.
Pelanggaran-pelanggaran yang banyak dilakukan oleh PNS berupa Korupsi,
Pelanggaran Disiplin, Penyalahgunaan Wewenang, ikut berkampanye dan lain-lain.
Pertanggungjawaban perbuatan pemerintah muncul akibat adanya kewenangan dan adanya
hak dan kewajiban. Kewenangan hak dan kewajiban tersebut merupakan perbuatan
pemerintah berupa pertanggungjawaban hukum (pidana, perdata dan administrasi negara).
Pertanggung jawaban berasal dari kata tanggung jawab yang berarti keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya
Dalam kamus hukum ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggung jawaban,
yakni liability (the state of being liable) dan responsibility (the state or fact being
responsible). Perbuatan seorang PNS dalam suatu lingkup tugasnya dapat dibedakan atas
tindakan perseorangan atau tindakan badan hukum(instuitusi kepegawaian), dalam lingkup
32

tugasnya tersebut seorang PNS tidak dibenarkan untuk berbuat yang tidak wajar atau
sewenang-wenang dan ini dipandang sebagai tindakan perseorangan secara pribadi yang
harus dipertanggungjawabkan secara hukum.
Dalam lingkungan PNS, guna menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan
tugas pekerjaan telah dibuat suatu ketentuan tentang disiplin PNS ketentuan tersebut
didalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil, dan ketentuan pelaksanaannya ditetapkan dalam surat Edaran Kepala Badan
Administrasi Kepegawaian Negara No. 23/SE/1980 tahun 1980 dan PERKA No. 21 tahun
2010 tentang ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang
Disiplin PNS. Undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang Kepegawaian memberikan
pengaturan secara rinci mengenai jenis, kedudukan, kewajiban, dan hak seorang PNS yang
di dalam ketentuan ini juga mengatur bahwa Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan
dengaan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat.11 Sejak
ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang disiplin PNS. Membawa
konsekuensi banyaknya PNS yang dijatuhkan hukuman disiplin karena melanggar
kewajiban dan larangan. Sebagaimana diatur dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor
53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, bahwa ada 17 kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh seorang PNS sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat. Demikian juga berdasarkan
pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS, bahwa
seorang PNS harus menghindari 15 (lima belas) larangan. Sebagai konsekuensi akibat
dilanggarnya pasal 3 dan pasal 4 peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang
disiplin PNS, maka kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhkan hukuman
disiplin.. Sebelum menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang melakukan
pelanggaran, terlebih dahulu atasan langsung wajib memeriksa lebih dahulu PNS yang
diduga melakukan pelanggaran. Untuk ancaman hukuman disiplin sedang dan berat maka
PPK atau pejabat lain yang ditunjuk dapat membentuk Tim Pemeriksa. Tujuan pemeriksaan
adalah untuk mengetahui apakah PNS yang bersangkutan benar atau tidak melakukan
pelanggaran disiplin, dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong atau
menyebabkan PNS yang bersangkutan melakukan pelanggaran disiplin serta untuk
mengetahui dampak atau akibat dari pelanggaran tersebut.
33

Penyelesaian sengketa Kepegawaian Pasca Lahirnya Undang-Undang Nomor 5


Tahun 2014
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia, yang memiliki tujuan menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi
ASN, dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Sementara untuk
menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen
ASN, menurut UU No. 5/2014 ini, diperlukan Sistem Informasi ASN, yang
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar-Instansi Pemerintah. Sistem
Informasi ASN memuat seluruh informasi dan data pegawai ASN, yang meliputi:

a. Data riwayat hidup


b. Riwayat pendidikan formal dan non formal
c. Riwajat jabatan dan kepangkatan
d. Riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda kehormatan
e. Riwayat pengalaman berorganisasi
f. Riwayat gaji
g. Riwayat pendidikan dan latihan
h. Daftar penilaian prestasi kerja
i. Surat keputusan
j. Kompetensi.
Menurut UU ini, sengketa pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif,
yang terdiri dari keberatan dan banding administratif. Keberatan diajukan secara tertulis
kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum dengan memuat alasan keberatan, dan
tembusannya disampaikan kepada pejabat yang berwenang mengukum; adapun banding
diajukan kepada badan pertimbangan ASN.
Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara penyelesaian sengketa kepegawaian dilakukan melalui satu pintu yaitu Badan
Pertimbangan Aparatur Sipil Negara. Sengketa pegawai ASN diselesaikan melalui upaya
administratif, yang terdiri dari keberatan dan banding administratif. Keberatan diajukan
secara tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum dengan memuat alasan
keberatan, dan tembusannya disampaikan kepada pejabat yang berwenang mengukum;
adapun banding diajukan kepada badan pertimbangan ASN.
34

LATIHAN PEMAHAMAN :
1. Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur tentang disiplin Pegawai Negerei Sipil
adalah nomor….
A. 53 tahun 2010.
B. 53 tahun 2011
C. 53 tahun 2012
D. 53 tahun 2009
E. 53 tahun 2008
2. Berdasarkan PP tersebut, ada berapakah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
PNS sebagai abdi negara dan abdi masyarakat…
A. 15
B. 16
C. 17.
D. 18
E. 19
3. Konsekuensi yang akan didapatkan oleh PNS apabila melanggar pasal 3 dan 4 dari
PP tersebut adalah….
A. Diberhentikan secara tidak terhormat
B. Hukuman disiplin.
C. Diberikan cuti
D. Hukuman mati
E. Dibetikan surat peringatan
4. Undang-undang No. 5 tahun berapakah yang memuat informasi dan data pegawai
ASN …
A. 2015
B. 2016
C. 2013
D. 2014.
E. 2019
5. Berdasarkan Undang-undang tersebut apasajakah informasi dan data ASN yang
harus ada ….
A. Riwayat penyakit
B. Berkas pendaftaran ASN
C. Surat sehat
D. Nomor pendaftaran ASN
E. Surat keputusan.
6. Undang-undang yang mengatur tentang Kepegawaian memberikaan pengaturan
secara rinci mengenai jenis, kedudukan, kewajiban dan hak seorang PNS adalah
nomor ….
A. 43 tahun 1999.
B. 42 tahun 1999
35

C. 41 tahun 1999
D. 43 tahun 1998
E. 42 tahun 1998
7. Hukuman disiplin akan diberikan kepada PNS apabila PNS ….
A. Melanggar lalu lintas
B. Melanggar kewajiban dan larangan.
C. Tidak bersosialisasi dengan tetangga sekitar rumah
D. Melanggar aturan RT
E. Tidak menafkahi istri
8. Yang mencerminkan sikap seorang ASN adalah ….
A. Menggunakan mobil dinas untuk pergi ke mall
B. Berlibur sehingga melalaikan tugas sebagai seorang guru
C. Datang tepat waktu pada saat rapat.
D. Menggunakan uang negara untuk berbelanja
E. Bersifat bodoh amat terhadap tugas dan kewajiban
9. Hal sederhana yang dapat dilakukan seorang ASN kepada masyarakat adalah ….
A. Cuek saja saat bertemu masyakat
B. Tidak menyapa ketika berpapasan dengan masyarakat
C. Mendengarkan keluh kesah masyarakat kemudian diabaikan
D. Mendengarkan keluh kesah masyarakat kemudian ditindak lanjuti.
E. Tidak mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat
10. Undang-Undang nomor 5 tahun 2014 mengatur tentang ….
A. Pokok-pokok kepegawaian
B. Kewarganegaraan Republik Indonesia
C. Pemberantasan tindak pidana korupsi
D. Pertahanan negara
E. Aparatur Sipil Negara (ASN)
11. Guna menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan,telah
dibuat suatu ketentuan tentang disiplin pns. Ketentuan tersebut dimuat dalam…
A. 53 tahun 2011
B. 53 tahun 2012
C. 53 tahun 2009
D. 53 tahun 2010
E. 54 tahun 2016
12. Kode etik dan kode perilaku sebagaimana mestinya dimuat pada ….. berisi
pengaturan perilaku pegawai.
A. Ayat 1
B. Ayat 2
C. Ayat 3
D. Ayat 4
E. Ayat 5
13. “Sesuai dengan …. yang menyebutkan bahwa Pegawai ASN berfungsi sebagai: a.
pelaksana kebijakan publik; b. pelayan publik; dan c. perekat dan pemersatu bangsa.”
36

A. UUD No. 5 tahun 2014


B. UUD N0. 6 tahun 1999
C. UUD No.53 tahun 2016
D. UUD No.53 tahun 2010
E. UUD No. 43 tahun 2006
14. Sistem Informasi ASN memuat seluruh informasi dan data pegawai ASN, yang meliputi
hal berikut,yang bukan adalah...
A. Data riwayat hidup
B. Riwayat pendidikan formal dan non formal
C. Riwajat jabatan dan kepangkatan
D. Riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda kehormatan
E. Menerima gaji dengan mudah
15. PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhkan hukuman disiplin, pernyataan
tersebut terdapat dalam undang-undang ASN dalam pasal…
A. Pasal 1 dan 2
B. Pasal 3 dan 4
C. Pasal 1 dan 3
D. Pasal 2 dan 4
E. Pasal 1 dan 4
16. Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS, bahwa seorang PNS harus
menghindari …. larangan.
A. 10
B. 11
C. 12
D. 13
E. 15
17. Kode etik dan kode perilaku sebagaimana dimaksud dalam ….. bertujuan untuk menjaga
martabat dan kehormatan ASN.

A. Pasal 3 huruf a
B. Pasal 3 huruf b
C. Pasal 4 huruf e
D. Pasal 4 huruf d
E. Pasal 1
18. ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut, yang bukan merupakan
prinsip ASN adalah…
37

A. nilai dasar;
B. kode etik dan kode perilaku;
C. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;
D. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
E. mencari relasi yang menguntungkan
19. Yang tidak termasuk penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen ASN adalah…

A. kepastian hukum;
B. profesionalitas;
C. proporsionalitas;
D. keterpaduan
E. gotong royong
20. . Setelah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian diubah menjadi Undang-Undang Nomor ….
A. 43 tahun 1999
B. 42 tahun 2000
C. 42 tahun 2001
D. 40 tahun 2002
E. 49 tahun 2000

GLOSARIUM

Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi publik
pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah).
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi
pemerintah.
Delegasi adalah seseorang yang ditunjuk sebagai perwakilan atau utusan untuk mewakili
suatu kelompok atau lembaga tertentu.
Kode etik dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara , tanda , pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode Etik merupakan pola aturan atau cara
sebagai pedoman berperilaku.
Liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir semua karakter
risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi
semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman,
38

kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-
undang.
Netralitas adalah keadaan dan sikap netral (tidak memihak, bebas), sehingga seseorang
dapat dikatakan netral apabila ia tidak memihak kepada dua atau lebih orang atau
memihak kepada organisasi atau lembaga dalam penentuan sesuatu misalnya organisasi
politik.
Pegawai Negeri adalah orang yang bekerja pada Pemerintah atau negara.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian
dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional untuk menduduki jabatan
pemerintahan.
Pegawai Pemerintah Perjanjian Kerja (PPPK) adalah adalah Warga Negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah.
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.
Profesionalitas adalah sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi
terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk
melakukan tugas-tugasnya.
Proporsionalitas adalah sebuah asas hukum yang berupaya menyeimbangkan tindakan
yang diambil dengan tujuan yang ingin dicapai.
Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan
termasuk putusan, ketrampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban
bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan.
Sengketa adalah segala sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, pertikaian atau
perbantahan.
Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar mencapai tujuan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

UU No.5 tahun 2014 tentang biro sumber daya manusia di akses tanggal 10 dari
https://www.google.com/url?q=http://www.sdm.depkeu.go.id/peraturan/doc/UU_NO_5_2
014.PDF&usg=AFQjCNHQzgUvUsslfd-PSbnrvJWBKNo_YA
39

PP No 11 tahun 2017 tentang manajemen pegawai negeri sipil diakses tanggal 10 dari
https://www.kasn.go.id/regulasi/peraturan-pemerintah
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004
TENTANG LARANGAN PEGAWAI NEGERI SIPIL MENJADI ANGGOTA PARTAI
POLITIK di akses tanggal 10 dari https://www.kasn.go.id/regulasi/peraturan-pemerintah
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2004
TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI
SIPIL di akses tanggal 10 dari https://www.kasn.go.id/regulasi/peraturan-pemerintah
40

BAB 3
TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PERLINDUNGAN HUKUM

SUB TOPIK/SUB JUDUL : TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN


PERLINDUNGAN HUKUM
TUJUAN INSTRUKSIONAL : Mampu menguasai teori yang terikat
dengan tanggung jawab hukum dan
perlindungan hukum
INDIKATOR : Kelengkapan dan kebenaran penjelasan
dan tingkat komikatif presentasi
ur

URAIAN MATERI :
TANGGUNG JAWAB HUKUM
1. Pengertian Tangung Jawab Hukum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab adalah kewajiban
menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, dan
diperkarakan. Dalam kamus hukum, tanggung jawab adalah suatu keseharusan bagi
seseorang untuk melaksanakan apa yang telah diwajibkan kepadanya.9 Menurut hukum
tanggung jawab adalah suatu akibat atas konsekuensi kebebasan seorang tentang
perbuatannya yang berkaitan dengan etika atau moral dalam melakukan suatu perbuatan.10
Selanjutnya menurut Titik Triwulan pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, yaitu
hal yang menyebabkan timbulnya hak hukum bagi seorang untuk menuntut orang lain
sekaligus berupa hal yang melahirkan kewajiban hukum orang lain untuk memberi
pertanggungjawabannya.
Menurut hukum perdata dasar pertanggungjawaban dibagi menjadi dua macam, yaitu
kesalahan dan risiko. Dengan demikian dikenal dengan pertanggungjawaban atas dasar
kesalahan (lilability without based on fault) dan pertanggungjawaban tanpa kesalahan yang
dikenal (lilability without fault) yang dikenal dengan tanggung jawab risiko atau tanggung
jawab mutlak (strick liabiliy).
Prinsip dasar pertanggung jawaban atas dasar kesalahan mengandung arti bahwa
41

seseorang harus bertanggung jawab karena ia melakukan kesalahan karena merugikan


orang lain. Sebaliknya prinsip tanggung jawab risiko adalah bahwa konsumen penggugat
tidak diwajibkan lagi melainkan produsen tergugat langsung bertanggung jawab sebagai
risiko usahanya.
Adapun penjelasan dari prinsip-prinsip tanggung jawab:

1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan adalah prinsip yang cukup
umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam KUHPer, khususnya pasal
1365,1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan,
seseorang baru dapat dimintakan pertanggung jawabannya secara hukum jika ada
unsur kesalahan yang dilakukannya. Dalam pasal 1365 KUHPer yang lazim
dikenal sebagai pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan
terpenuhnya empat unsur pokok, yaitu:
a. Adanya perbuatan;

b. Adanya unsur kesalahan;

c. Adanya kerugian yang diterima;

d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.

2. Prinsip Praduga untuk Selalu Bertanggung Jawab (presumption of liability),


Prinsip ini meyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab, sampai ia
membuktikan ia tidak berselah. Jadi beban pembuktian ada ada si tergugat.
3. Prinsip Praduga untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab (presumption of
nonliability), Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua. Prinsip ini untuk tidak
selalu bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang
sangat terbatas, dan pembatasan demikian biasanya secara common sense dapat
dibenarkan. Contoh dalam penerapan prinsip ini adalah hukum pengangkutan,
kehilngan atau 41kerusakan pada bagasi kabin atau bagasi tangan yang biasanya
dibawa dan diawasi oleh si penumpang (konsumen) adalah tanggung jawab dari
penumpang. Dalam hal ini, pengangkut (pelaku usaha) tidak dapat diminta
42

pertanggung jawaban.
4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak (strict liability), Prinsip tanggung jawab mutlak
sering diidentikan dengan prinsip tanggung jawab absolut (absolute liability).
Kendati demikian ada pula para ahli yang membedakan kedua terminologi diatas.
Strict liability adalah prinip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak
sebagai faktor yang menentukan. Namun, ada pengecualian-pengecualian yang
memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab, misalnya keadaan force
majeur. Sebaliknya, absolute liability adalah prinsip tanggung jawab tanpa
kesalahan dan tidak ada pengecualian.
5. Prinsip Tanggung Jawab dengan Pembatasan (limitation of liability principle),
Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan sangat disenangi oleh pelaku usaha
untuk mencantumkan sebagai klasula eksonerasi dalam perjanjian standar yang
dibuat.
2. Teori Tanggung Jawab Hukum
Menurut Abdulkadir Muhammad teori tanggung jawab dalam perbuatan melanggar
hukum (tort liability) dibagi menjadi beberapa teori, yaitu :
a. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan dengan
sengaja (intertional tort liability), tergugat harus sudah melakukan perbuatan
sedemikian rupa sehingga merugikan penggugat atau mengetahui bahwa apa yang
dilakukan tergugat akan mengakibatkan kerugian.
b. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan karena
kelalaian (negligence tort lilability), didasarkan pada konsep kesalahan (concept of
fault) yang berkaitan dengan moral dan hukum yang sudah bercampur baur
(interminglend).
c. Tanggung jawab mutlak akibat perbuatan melanggar hukum tanpa mempersoalkan
kesalahan (stirck liability), didasarkan pada perbuatannya baik secara sengaja
maupun tidak sengaja, artinya meskipun bukan kesalahannya tetap bertanggung
jawab atas kerugian yang timbul akibat perbuatannya.

B. Perlindungan Hukum
Pengertian Perlindungan Hukum
43

Kehadiran hukum dalam masyarakat adalah untuk mengintegrasikan dan


mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang biasa bertentangan antara satu
sama lain. Maka dari itu, hukum harus bisa mengintegrasikannya sehingga
benturan-benturan kepentingan itu dapat ditekan seminimal mungkin.
Istilah “hukum” dalam bahasa Inggris dapat disebut sebagai law atau legal.
Dalam subbab ini akan dibahas pengertian hukum ditinjau dari sisi terminologi
kebahasaan yang merujuk pada pengertian dalam beberapa kamus serta pengertian
hukum yang merujuk pada beberapa pendapat ataupun teori yang disampaikan oleh
pakar. Pembahasan mengenai hukum disini tidak bermaksud untuk membuat suatu
batasan yang pasti mengenai arti hukum karena menurut Immanuel Kant pengertian
atau arti hukum adalah hal yang masih sulit dicari karena luasnya ruang lingkup dan
berbagai macam bidang yang dijadikan sumber ditemukannya hukum.
Pengertian terminologi hukum dalam Bahasa Indonesia menurut KBBI
adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan
oleh penguasa ataupun pemerintah, undang-undang, peraturan, dan sebagainya
untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat, patokan atau kaidah tentang peristiwa
alam tertentu, keputusan atau pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim dalam
pengadilan, atau vonis

Pendapat mengenai pengertian untuk memahami arti hukum yang


dinyatakan oleh R. Soeroso, S.H. bahwa hukum adalah himpunan peraturan yang
dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan
bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta mempunyai
sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang melanggarnya.

Menurut Mochtar Kusumaat pengertian


madja pengehukum yang memadai harus tidak
hanya memandang hukum itu sebagai suatu perangkat kaedah dan asas-asas yang
mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tetapi harus pula mencakup
lembaga atau institusi dalam proses yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu
dalam kenyataan.
44

Menurut J.C.T. Simorangkir, S.H. dan Woerjono Sastropranoto S.H. hukum


adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badanbadan resmi yang
berwajib.
Menurut Soedjono Dirdjosisworo bahwa pengertian hukum dapat dilihat
dari delapan arti1, yaitu hukum dalam arti penguasa, hukum dalam arti para petugas,
hukum dalam arti sikap tindakan, hukum dalam arti sistem kaidah, hukum dalam
arti jalinan nilai, hukum dalam arti tata hukum, hukum dalam arti ilmu hukum,
hukum dalam arti disiplin hukum. Beberapa arti hukum dari berbagai macam sudut
pandang yang dikemukakan oleh Soedjono Dirdjosisworo menggambarkan bahwa
hukum tidak semata-mata peraturan perundang-undangan tertulis dan aparat
penegak hukum seperti yang selama ini dipahami oleh masyarakat umum yang
tidak tahu tentang hukum. Tetapi hukum juga meliputi hal-hal yang sebenarnya
sudah hidup dalam pergaulan masyarakat.1
Dalam hal memahami hukum ada konsep konstruksi hukum. Terdapat tiga
jenis atau tiga macam konstruksi hukum yaitu, pertama, konstruksi hukum dengan
cara memperlawankan. Maksudnya adalah menafsirkan hukum antara aturan-
aturan dalam peraturan perundang-undangan dengan kasus atau masalah yang
dihadapi. Kedua, konstruksi hukum yang mempersempit adalah membatasi proses
penafsiran hukum yang ada di peraturan perundangundangan dengan keadaan yang
sebenarnya. Ketiga, konstruksi hukum yang memperluas yaitu konstruksi yang
menafsirkan hukum dengan cara memperluas makna yang dihadapi sehingga suatu
masalah dapat dijerat dalam suatu peraturan perundang-undangan.
Menurut Hans Kelsen, hukum adalah ilmu pengetahuan normatif dan bukan
ilmu alam.Lebih lanjut Hans Kelsen menjelaskan bahwa hokum merupakan teknik
sosial untuk mengatur perilaku masyarakat

Secara kebahasaan, kata perlindungan dalam bahasa Inggris disebut dengan


protection. Istilah perlindungan menurut KBBI dapat disamakan dengan istilah
proteksi, yang artinya adalah proses atau perbuatan memperlindungi, sedangkan
menurut Black’s Law Dictionary, protection adalah the act of protecting.

Secara umum, perlindungan berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal yang


berbahaya, sesuatu itu bisa saja berupa kepentingan maupun benda atau barang.
Selain itu perlindungan juga mengandung makna pengayoman yang diberikan oleh
45
seseorang terhadap orang yang lebih lemah. Dengan demikian, perlindungan
hukum dapat diartikan dengan segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada warga negaranya agar hak-
haknya sebagai seorang warganegara tidak dilanggar, dan bagi yang melanggarnya
akan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Pengertian perlindungan adalah tempat berlindung, hal (perbuatan dan
sebagainya) memperlindungi. Dalam KBBI yang dimaksud dengan perlindungan
adalah cara, proses, dan perbuatan melindungi. Sedangkan hokum adalah peraturan
yang dibuat oleh pemerintah atau yang data berlaku bagi semua orang dalam
masyarakat (negara).
Pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan
terhadap subyek hukun dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif
maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata
lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep
dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian,
kemanfaatan dan kedamaian.
Adapun pendapat yang dikutip dari bebearpa ahli mengenai perlindungan
hukum sebagai berikut:

1. Menurut Satjito Rahardjo perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi


kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu Hak Asasi Manusia
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.
Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk
melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak
sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan

1. ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya


sebagai manusia.
2. Menurut Muchsin perlindungan hukum adalah kegiatan untuk melindungi
individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang
menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam
pergaulan hidup antara sesama manusia.
3. Menurut Hetty Hasanah perlindungan hukum yaitu merupakan segala upaya
yang dapat menjamin adanya kepastian hukum, sehingga dapat memberikan
perlindungan hukum kepada pihak-pihak yang bersangkutan atau yang
melakukan tindakan hukum.
46
Menurut Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers,
perlindungan hukum adalah jaminan perlindungan pemerintah dan atau
masyarakat kepada warganegara dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban,
dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, perlindungan hukum adalah segala upaya
yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh
pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau
pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan.
Sedangkan perlindungan hukum yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah
No.2 Tahun 2002 tentang Tatacara Perlindungan Terhadap Korban dan Saksi
Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat, perlindungan hukum adalah
suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum
atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman baik fisik maupun mental,
kepada korban dan saksi, dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari
pihak manapun, yang diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan atau pemeriksaan di sidang pengadilan.
Suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Adanya pengayoman dari pemerintah terhadap warganya.
2. Jaminan kepastian hukum.
3. Berkaitan dengan hak-hak warganegara.
4. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya.

Esensi perlindungan hukum terhadap penanam modal adalah suatu


perlindungan yang memberikan jaminan bagi seorang penanam modal , bahwa
ia akan dapat menanamkan modalnya dengan situasi yang fair terhadap para
pihak yang terkait dengan hukum, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya,
terutama dalam hal mendapatkan akses informasi mengenai situasi pasar, situasi
politik dan masyarakat, asset yang dikelola oleh penanam modal, peraturan
perundang-undangan, dan lain sebagainya.

Bentuk Perlindungan Hukum


Menurut R. La Porta dalam Jurnal of Financial Economics, bentuk
perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu negara memiliki dua sifat, yaitu
47
bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman (sanction).11 Bentuk
perlindungan hukum yang paling nyata adalah adanya institusi-institusi penegak
hukum seperti pengadilan, kejaksaan, kepolisian, dan lembaga-lembaga
penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non-litigasi) lainnya. Hal ini sejalan
dengan pengertian hukum menurut Soedjono Dirdjosisworo yang menyatakan
bahwa hukum memiliki pengertian beragam dalam masyarakat dan salah satunya
yang paling nyata dari pengertian tentang hukum adalah adanya institusi-institusi
penegak hukum.
Perlindungan hukum sangat erat kaitannya dengan aspek keadilan.
Menurut Soedirman Kartohadiprodjo, pada hakikatnya tujuan hukum adalah
mencapai keadilan. Maka dari itu, adanya perlindungan hukum merupakan salah
satu medium untuk menegakkan keadilan salah satunya penegakan keadilan di
bidang ekonomi khususnya penanaman modal.

Penegakan hukum dalam bentuk perlindungan hukum dalam kegiatan


ekonomi khususnya penanaman modal tidak bisa dilepaskan dari aspek hukum
perusahaan khususnya mengenai perseroan terbatas karena perlindungan hukum
dalam penanaman modal melibatkan beberapa pihak pelaku usaha turutama pihak
penanam modal, direktur, komisaris, pemberi izin dan pemegang kekuasaan, serta
pihak-pihak penunjang terjadinya kegiatan penanaman modal seperti notaris yang
mana para pihak tersebut didominasi oleh subjek hukum berupa badan hukum
berbentuk perseroan terbatas.12
Subjek hukum dalam hukum perdata terdapat dua subjek hukum, yaitu
subjek hukum orang pribadi dan subjek hukum berupa badan hukum. Subjek hukum
orang pribadi atau natuurlijkepersoon adalah orang atau manusia yang telah
dianggap cakap menurut hukum. orang sebagai subjek hukum merupakan
pendukung atau pembawa hak sejak dia dilahirkan hidup hingga dia mati.
Walaupun ada pengecualian bahwa bayi yang masih ada di dalam kandungan
ibunya dianggap telah menjadi sebagai subjek hukum sepanjang kepentingannya
mendukung untuk itu.
Selanjutnya, subjek hukum dalam hukum perdata adalah badan hukum
atau rechtspersoon. Badan hukum merupakan kumpulan manusia pribadi atau dapat
pula merupakan kumpulan dari badan hukum. Menurut Satjipto Rahardjo, hukum
melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan kekuasaan
kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya secara terukur.
Kepentingan merupakan sasaran dari hak karena hak mengandung unsur
48
perlindungan dan pengakuan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum atau legal protection
merupakan kegiatan untuk menjaga atau memelihara masyarakat demi mencapai
keadilan. Kemudian perlindungan hukum dikonstruksikan sebagai bentuk
pelayanan, dan subjek yang dilindungi.

Hak dan Kewajiban Perlindungan Hukum

Hak adalah sesuatu yang harus kita dapatkan sedangkan kewajiban adalah
sesuatu yang harus kita kerjakan. Lahirnya suatu kontrak menimbulkan suatu
hubungan hukum perikatan yang mengakibatkan timbulnya hak dan kewajiban.
Pemenuhan hak dan kewajiban itulah yang menjadi akibat hokum dari suatu
kontrak. Dengan kata lain, akibat hukum kontrak sebenarnya adalah pelaksanaan
dari isi kontrak itu sendiri. Pasal 1339 KUHPer menyatakan bahwa suatu kontrak
tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan dalam kontrak
tersebut, tetapi juga segala sesuatu yang menurut sifat kontrak diharuskan atau
diwajibkan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-undang. Tentang hak dan
kewajiban para pihak dalam kontrak tertuang dalam isi perjanjian yang disepakati
kedua belah pihak.17
Hak dan kewajiban penanam modal asing telah ditentukan dalam pasal 10,
pasal 12, pasal 14, pasal 19, pasal 26, pasal 27 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1967 tentang Penanaman Modal Asing. Kewajiban perusahaan penanam modal
asing antara lain:
a. Memenuhi kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warga Negara Indonesia,
kecuali dalam hal yang diatur dalam pasal 11.
b. Melakukan kerja sama antara penanam modal asing dengan penanam modal
Indonesia.
c. Mengurus dan mengendalikan perusahaannya sesuai dengan asas-asas ekonomi
perusahaan dengan tidak merugikan kepentingan negara.
d. Memberikan kesempatan partisipasi bagi modal nasional secara efektif setelah
jangka waktu tertentu dan menurut pertimbangan yang ditetapkan pemerintah.
49
Wajib menyelenggarakan dan atau menyediakan fasilitas latihan dan pendidikan
di dalam dan atau di luar negeri secara teratur dan terarah bagi warga negara
Indonesia. Tujuannya adalah agar berangsur-angsur tenaga kerja warga negara
asing dapat digantikan oleh tenaga kerja warga negara Indonesia.

Sedangkan hak penanam modal asing adalah:


1. pemakaian atas tanah seperti hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai.
2. Hak untuk mendatangkan atau menggunakan tenaga pimpinan dan tenaga kerja
ahli warga negara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat diisi dengan
tenaga kerja warga negara Indonesia.
3. Hak transfer dalam valuasi asli dari modal atas dasar nilai tukar yang berlaku
untuk:
a. Keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak dan kewajiban
pembayaran lain di Indonesia.
b. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja asing yang dipekerjakan
di Indonesia.
c. Biaya-biaya lain yang ditentukan lebih lanjut.
d. Penyusutan atas alat-alat perlengkapan tetap.
e. Kompensasi dalam hal nasionalisasi.
Selain itu, hak dan kewajiban penanam modal khususnya penanaman
modal asing telah ditentukan dalam pasal 8, pasal 10, pasal 14, pasal 15, dan 34
pasal 18 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Hak
penanam modal asing meliputi:
1. Mengalihkan asset yang dimilikinya kepada pihak yang diinginkan.
2. Melakukan transfer dan repatriasi (pengiriman) dalam valuta asing.

3. Menggunakan tenaga ahli warga negara asing untuk jabatan dan keahlian

4. Mendapat kepastian hak, hukum, dan perlindungan.

5. Mendapat informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya.

6. Hak pelayanan.

7. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan


Hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal telah ditentukan
dalam pasal 14, 15, dan 16 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab itu meliputi:
1. Setiap penanaman modal berhak mendapatkan:
50
a. Kepastian hak, hukum, dan perlindungan.

b. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya.

c. Hak pelayanan.

d. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
2. Setiap penanam modal berkewajiban:

a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.

b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan


menyampaikannya kepada Badan Koordinasi penanaman Modal.
d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal.

e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Setiap penanam modal bertanggung jawab:

a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak


bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
b. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika
penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan
kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli,
dan hal lain yang merugikan negara.
d. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.

e. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan


pekerja.
f. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan
51
Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan artinya
bahwa penanam modal tidak hanya mematuhi peraturan perundang-undangan di
bidang penanaman modal, tetapi juga di bidang lainnya seperti bidang lingkungan
hidup, kehutanan, perpajakan, pertanahan, dan lain-lain. Apabila penanam modal
melanggar peraturan perundang-undangan maka dapat dikenakan sanksi berupa
sanksi pidana, administratif, denda, dan perdata.
Peran kepolisian sebagai penegak hukum dituntut untuk mampu
melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap setiap bentuk tindak pidana,
termasuk upaya pembuktian secara ilmiah dengan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi guna melindungi hak-hak penanaman modal.
Aktualisasi dari peran sebagai penegak hukum ini adalah:
1. Menguasai dan mahir dalam hukum acara pidana maupun perdata sehingga
mampu menghadapi setiap permasalahan hukum dengan tepat dan dapat
mengatasi kasus-kasus pelanggaran hak pada tingkat pra peradilan.
2. Menguasai teknik dan taktik penyelidikan serta penyidikan sehingga mampu
membuat terang dan terungkapnya setiap tindak pidana yang terjadi.
3. Mempunyai semangat dan tekad yang kuat untuk menjadi “Crime
Hunter”dengan motto “Walaupun langit esok akan runtuh namun hukum harus
tetap ditegakkan.”
4. Mampu memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
membantu mengungkapkan pembuktian secara ilmiah dalam kasuskasus yang
terjadi.
5. Mampu melakukan koordinasi dengan segenap instansi terkait dalam usahanya
menegakan hukum menurut sistem peradilan pidana khususnya dan serta
mengkoordinasikan dan mengawasi penyidik pegawai negeri sipil dalam rangka
perlindungan hak-hak penanaman modal. Budaya Paternalistik masih hidup dan
melekat pada sebagian besar masyarakat khususnya di kalangan masyarakat
pedesaaan. hal-hal yang diucapkan oleh pimpinan formal maupun informal
walaupun terkadang pernyataan itu tidak sesuai dengan hak penanam modal
namun karena diucapkan oleh pimpinan kharismatik lalu dianggap sebagai suatu
kebenaran atau walaupun dalam hati kecilnya menolak namun

tidak berani mengungkapkan kesalahan dari ucapannya tersebut. sehingga


mengurangi hak dari penanam modal yang dapat juga dinamakan kesadaran
hukum yang rendah.
52

Pembagian dan Sarana Perlindungan Hukum


Menurut Muchsin, Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:

a. Perlindungan Hukum Preventif

b. Perlindungan Hukum Represif

Menurut Philipus M. Hadjon, 1987 menyatakan bahwa sarana perlindungan Hukum


ada dua

macam, yaitu;

1. Sarana Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah


sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-
undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan
rambu-rambu atau batasanbatasan dalam melakukan sutu kewajiban. Pada
perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan untuk
mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah
mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa.
Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan yang
didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum
yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil
keputusan yang didasarkan pada diskresi. Di indonesia belum ada pengaturan
khusus mengenai perlindungan hukum preventif.52

2. Sarana Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi


seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi
sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.Perlindungan hukum yang represif
bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan hukum oleh
Pengadilan Umum dan Pengadilan Administrasi di Indonesia termasuk kategori
perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan
53

pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan


perlindungan terhadap hak-hak asasimanusia karena menurut sejarah dari barat,
lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak
asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban
masyarakat dan pemerintah. Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum
terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum Dikaitkan dengan
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat
dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.Pengertian perlindungan menurut
ketentuan Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban menentukan bahwa perlindungan adalah segala
upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman
kepada saksi dan/atau korban yang wajib dilaksanakan oleh LPSK atau lembaga
lainnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.

LATIHAN PEMAHAMAN
1. Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2001 berisi rumusan yang membahas
tentang ...
a. Etika keilmuan
b. Etika pegawai negeri sipil
c. Etika kehidupan berbangsa
d. Etika pegawai departemen keuangan
e. Etika perilaku
2. Sanksi pelanggaran kode etik adalah ...
a. Sanksi yang dikeluarkan dari organsasi
b. Sanksi moral
c. A dan B salah
d. Sanksi moral perilaku
e. A dan B benar
3. Di bawah ini yang bukan merupakan prinsip etika profesi yaitu ...
54

a. Otonomi
b. Tanggung jawab
c. Keadilan
d. Kebersamaan
e. Kebaikan
4. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk meghasilkan
nafkah hidup dan yang megandalkan suatu keahlian adalah ...
a. Profesi
b. Etika
c. Sifat
d. Profesional
e. Etiket
5. Rudi adalah seorang tenaga kesehatan yang ditempatkan di sebuah dinas
kesehatan di salah satu propinsi di Indonesia. Ia diperintahkan oleh
atasannya untuk melakukan markup terhadap rencana anggaran
pembelanjaan kegiatan dinas kesehatan tersebut. Apabila seorang
tenaga kesehatan melakukan tindak korupsi berarti tenaga kesehatan
tersebut telah melanggar ...
a. Etika kesehatan
b. Etika khusus
c. Etika umum
d. Etika profesi
e. Etika
6. Terjadinya penyimpangan penanganan kasus atau masalah kesehatan
oleh petugas kesehatan, sehingga menyebabkan terjadinya dampak
buruk bagi pasien disebut sebagai ...
a. Kecelakaan
b. Kelalaian
c. Keterikatan
d. Keunggulan
e. Keutamaan
55

7. Bila dalam pelayanan kesehatan seorang dokter melakukan kelalaian


atau malpraktik, maka dokter tersebut bisa ditutut secara hukum di
peradilan profesi. Jenis-jenis peradilan profesi antara lain ...
a. Peradilan HAM, peradilan kesehatan, dan peradilan kriminal
b. Peradilan HAM, peradilan pidana, dan peradilan perdata
c. Peradilan HAM, peradilan disiplin, dan peradilan rumah sakit
d. Peradilan internal, peradilan disiplin, dan peradilan eksternal
e. Peradilan HAM
8. Aspek hukum yang diaudit dalam upaya penyelesaian sengketa
pelayanan kesehatan/malapraktik adalah ...
a. Hukum kesehata, hukum pidana, dan hukum perdata
b. Hukum keluarga, hukum HAM, dan hukum konsumen
c. Hukum kesehatan, hukum keluarga, dan hukum perdata
d. Hukum kesehatan, hukum HAM , dan hukum pidana
e. Hukum kosumen, hukum kesehatan, dan hukum pidana
9. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang peradilan
disiplin adalah ...
a. UU kesehatan No.23 tahun 1992 pasal 54
b. UU kesehatan No.23 tahun 1992 pasal 45
c. UU kesehatan No.23 tahun 1982 pasal 54
d. UU kesehatan No.23 tahun 1992 pasal 44
e. UU kesehata No.23 tahun 1982 pasal 54
10. Aspek etika moral yang berpotensi paling besar dalam memicu dengan
malpraktik apabila diabaikan adalah ...
a. Justice
b. Autonomy
c. Non-malefience
d. Benefience
e. Fidelity

11. Apa saja pengemban profesi hukum mencakup 4 (empat) bidang karya
hukum, yaitu?
56

a. Penyelesaian konflik secara formal (peradilan yang melibatkan


profesi hakim, Advokat, dan Jaksa); dan Penyelesaian konflik secara
informal (mediasi, negoisasi); dan
b. asas kekeluargaan

c. mufakat dan musyawarah

d. selesaikan maslah sendiri

12. Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum yang terdapat dalam sistem
hukum adalah ....
A. Penguasa negara
B. Undang-undang
C. Budaya
D. Kesadaran Masyarakat
E. Politik

13. Menurut asas negara hukum, semua warga negara yang melawan hukum
harus berhadapan dengan hukum itu sendiri, sebab semua warga negara

A. mempunyai hak dan kewajiban
B. wajib taat dan patuh terhadap hukum
C. bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan
D. wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
E. mendapat perlindungan hukum

14. Berdasarkan cara memberlakukannya hukum dibedakan menjadi…


A. Hukum material dan hukum formal
B. Hukum tertulis dan tidak tertulis
C. ius constituendum, Ius constitutum, dan hukum antarwaktu
D. Hukum lokal, nasional, dan internasional
E. Hukum publik dan hukum privat
57

15. Tata urutan perundang-undangan yang menempati urutan pertama


adalah…
A. Undang-Undang
B. Ketetapan MPR
C. UUD 1945
D. peraturan pemerintah
E. peraturan pemerintah pengganti UU

16. Hukum adalah kumpulan peraturan yang dibuat untuk mengatur


msyarakat dalam mencari keadilan, oleh karena itu hum bersifat....
A. universal
B. sementara
C. fleksibel
D. mendesak
E. mengikat

17. Pernyataan yang tidak termasuk dalam faktor sistem hukum yang
mempengaruhi penegaan hukum di Indonesia adalah….
A. Asas-asas konsistensi
B. Kesadaran Hukum
C. Kebudayaan
D. Perkembangan masyarakat
E. Politik /penguasa

18. Yang bukan termasuk faktor-faktor di luar sistem hukum yang sangat
berpengaruh dalam penegakan hukum adalah…
A. Sarana dan prasarana
B. Kesadaran hukum masyarakat
C. Perkembangan masyarakat
D. politik
E. kebijakan penguasa negara

19. Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum yang terdapat dalam sistem
58

hukum adalah ....


A. Penguasa negara
B. Undang-undang
C. Budaya
D. Kesadaran Masyarakat
E. Politik

20. Hukum yang mengatur kepentingan individu dengan masyarakat, individu


dengan negara, dan individu dengan individu lainnya serta
menitikberatkan kepada kepentingan umum adalah hukum…
A. Nasional
B. Perdata
C. Pidana
D. privat
E. publik

GLOSARIUM

Hak adalah sesuatu yang harus kita dapatkan

Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang
dikukuhkan oleh penguasa ataupun pemerintah, undang-undang, peraturan, dan
sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat, patokan atau kaidah
tentang peristiwa alam tertentu, keputusan atau pertimbangan yang ditetapkan
oleh hakim dalam pengadilan, atau vonis

Kewajiban adalah sesuatu yang harus kita kerjakan

Natuurlijkepersoon adalah orang atau manusia yang telah dianggap cakap


menurut hukum.

Perlindungan adalah cara, proses, dan perbuatan melindungi berarti mengayomi


59

sesuatu dari hal-hal yang berbahaya

Perlindungan Hukum atau Legal Protection adalah kegiatan untuk menjaga atau
memelihara masyarakat demi mencapai keadilan.

Perlindungan Hukum Represif adalah perlindungan akhir berupa sanksi seperti


denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi
sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran

Tanggung Jawab adalah kewajiban menanggung segala sesuatunya bila terjadi


apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, dan diperkarakan.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, 2005.


Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010,
hlm.
Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum bagi Pasien,
Prestasi Pustaka, Jakarta, 2010, hlm 48.
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008 ), h. 25-43.
Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, (Jakarta:
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MK RI, 2006), h. 12.
Hans Kelsen, Dasar-Dasar Hukum Normatif, (Jakarta: Nusamedia, 2009), h. 343.
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, ninth edition, (St. paul: West, 2009), h.
1343.
Pemegang Paten Perlu Perlindungan Hukum”, Republika, 24 Mei 2004.
ahayu, 2009, Pengangkutan Orang, etd.eprints.ums.ac.id. Peraturan Pemerintah RI,
Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Tatacara Perlindungan Korban dan Saksi
Dalam Pelanggaran
Hak Asasi Manusia Yang Berat Undang-Undang RI, Nomor 23 Tahun 2004
Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Satjipro Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, (Jakarta: Kompas,
2003),h. 121.
Setiono, “Rule of Law”, (Surakarta: Disertasi S2 Fakultas Hukum, Universitas
Sebelas Maret, 2004), h.3.
60

Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di


Indonesia, (Surakarta: Disertasi S2 Fakultas Hukum,
Universitas Sebelas Maret, 2003), h. 14.
Hetty Hasanah, “Perlindungan Konsumen dalam Perjanjian Pembiayaan
Konsumenatas Kendaraan Bermotor dengan Fidusia”, artikel diakses pada
1 Juni 2015 darihttp://jurnal.unikom.ac.id/vol3/perlindungan.html.
Rafael La Porta, “Investor Protection and Cororate Governance; Journal of
Financial Economics”, no. 58, (Oktober 1999): h. 9.
Lihar RT Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum
Perusahaan: Bentukbentuk Perusahaan yang berlaku di Indonesia,
(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1996), h. 5-8.
H.R. Sardjono dan Frieda Husni Hasbullah, Bunga Rampai Perbandingan Hukum
perdata, h. 143.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cet. VI (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006),
h.54.
Hilda Hilmiah Diniyati, “Perlindungan Hukum bagi Investor dalam Pasar Modal
(Studi pada Gangguan Sistem Transaksi di Bursa Efek Indonesia)”,
(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 19.
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbaini, “Penerapan Teori Hukum pada
Penelitian Tesis dan Disertasi”, cet. 1, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2013), h. 261.
“Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum dan Kontrak “Franchise”, artikel
diakses pada 1 Juli 2015 dari http:// repository. usu.ac.id /bitstream/
123456789/35732/6/ Chapter%20III-V.pdf
pasal 10, pasal 12, pasal 14, pasal 19, pasal 26, pasal 27 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.
pasal 10, pasal 12, pasal 14, pasal 19, pasal 26, pasal 27 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.
pasal 8, pasal 10, pasal 14, pasal 15, dan 34 pasal 18 Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
pasal 14, 15, dan 16 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal
Syamsiar Julia, “Pelanggaran HAM dan Peran POLRI dalam Penegakan Hukum
di Indonesia”, Jurnal Akademik Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai