Anda di halaman 1dari 86

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN KAYU MANIS TERHADAP


NYERI LUKA JAHITAN PADA IBU NIFAS DI BPM SRI WAHYUNI
DESA JATINOM KECAMATAN KANIGORO KABUPATEN BLITAR

Diajukan guna mendapatkan gelar Ahli Madya Kebidanan

Disusun Oleh:

Nofa Fero Nika

NIM. 1621041

Program Studi D-3 Kebidanan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PATRIA HUSADA BLITAR

2019
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nofa Fero Nika

NIM : 1621041

Program Studi : D-3 Kebidanan

Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa:

1. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan hasil karya sendiri dan bukan menjiplak

atau plagiat dari karya ilmiah orang lain.

2. Karya Tulis Ilmiah ini murni gagasan saya sendiri tanpa bantuan pihak lain

kecuali arahan dari pembimbing.

Apabila pernyataan di atas tidak benar, saya sanggup mempertanggungjawabkan

sesuai peraturan yang berlaku dan dicabut gelar atau sebutan yang saya peroleh

selama menjalankan pendidikan di STIKes Patria Husada Blitar.

Blitar, 29 Juli 2019


Yang Menyatakan

Nofa Fero Nika


NIM. 1621041

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN KAYU MANIS
TERHADAP NYERI LUKA JAHITAN PADA IBU NIFAS DI BPM SRI
WAHYUNI DESA JATINOM KECAMATAN KANIGORO KABUPATEN
BLITAR”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan di STIKes Patria Husada Blitar.

Mulai perencanaan sampai dengan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini,


penulis telah banyak mendapatkan bantuan-bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Basar Purwoto, S.Sos., M.Si sebagai Ketua STIKes Patria Husada Blitar.
2. Ta’ádi, SKM., M.Kes sebagai Pembantu Ketua I STIKes Patria Husada Blitar.
3. Zaenal Fanani, SKM., M.Kes sebagai Pembantu Ketua II STIKes Patria
Husada Blitar.
4. Maria Ulfa, SST., M.Kes sebagai Ketua Program Studi D-3 Kebidanan STIKes
Patria Husada Blitar dan sebagai dosen pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
5. Wahyu Wibisono, S.S., M.Pd sebagai dosen pembimbing pendamping yang
telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.
6. Levi Tina Sari, SKM., M.Kes sebagai ketua penguji yang telah membimbing
dan memberi masukan dalam proses penyusunanKarya Tulis Ilmiah ini.
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah mengasuh serta memberikan bekal ilmu,
selama penulis kuliah di STIKes Patria Husada Blitar.
8. Ibu Sri Wahyuni, S.Tr., Keb selaku bidan di Desa Jatinom yang telah
memberikan bimbingan selama penelitian hingga terselesaikannya Karya Tulis
Ilmiah ini.

iv
9. Kedua orang tua saya, Ayah Kawitno dan Ibu Ana Yusiwatin yang telah
mendukung, mendoakan, memberikan semangat, dan mengarahkan saya
selama ini.
10. Keluarga besar yang selalu memotivasi, memberikan semangat, dan
mengarahkan saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Semua teman, baik di kampus maupun di luar kampus, yang telah membantu,
menemani, dan memberikan semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan tersebut di atas. Karya
Tulis Ilmiah ini tentu masih jauh dari sempurna, sehingga penulis dengan senang
hati menerima kritik demi perbaikan. Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini
bisa memberikan manfaat.

Blitar, 27 Juli 2019


Penulis

Nofa Fero Nika


NIM. 1621041

v
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahhirobbil’alamiin, sujud syukur ku persembahkan kepada-Mu


Ya Allah Yang Maha Agung, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Atas
kehendak-Mu telah Engkau perkenankan aku menjadi orang yang senantiasa
berilmu, beriman, dan bersabar dalam menjalani semua takdir yang telah Engkau
gariskan. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal menuju kesuksesan
untukku.
Aku persembahkan karya kecil ini untuk kedua orang tuaku yang senantiasa
memberi semangat, bimbingan, dan do’a untukku dalam menyelesaikan studi.
Terimakasih telah merawat dan menjagaku tanpa lelah dan mengharap kembali.
Semoga persembahan kecil ini mampu menghapus peluh keringat yang ayah dan
ibu keluarkan demi kelancaran studiku.
Terimakasih banyak kepada seluruh keluarga besar yang selalu memberikan
semangat dan bantuan dalam karya kecilku ini. Semoga Allah selalu mengiringi
langkah kita. Untuk seluruh sahabatku, terimakasih telah memberikan motivasi,
semangat, dan bantuan dalam studiku. Semoga segala urusan baikmu selalu
dimudahkan oleh-Nya.
Terimakasih kepada seluruh pihak yang ikut serta dalam studiku, karya tulis
ini ku persembahkan untuk seluruh orang yang aku sayangi. Semoga karya tulis ini
dapat bermanfaat dalam kemajuan ilmu di masa depan, Aamiin.

vi
ABSTRAK

Nyeri luka jahitan merupakan keadaan yang normal terjadi pada ibu nifas
yang dilakukan tindakan penjahitan. Ada beberapa metode yang dapat mengurangi
nyeri luka jahitan, yaitu dengan obat farmakologi dan obat herbal, misalnya kayu
manis. Kayu manis mengandung senyawa eugenol yang bersifat analgesik sehingga
mampu mengurangi nyeri luka jahitan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pemberian rebusan kayu manis terhadap nyeri luka jahitan di
BPM Sri Wahyuni Desa Jatinom Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar. Metode
penelitian ini adalah design pre-eksperimental, dengan pendekatan one group pre-
post test design. Populasi penelitian ini 23 orang, tehnik sampling yang digunakan
adalah accidental sampling. Sampel penelitian ini adalah 10 responden. Instrumen
penelitian ini menggunakan lembar kuesioner dan lembar observasi NRS (Numeric
Rating Scale). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Wilcoxon Signed Rank
Test. Hasil penelitian sebelum perlakuan didapat 80% responden mengalami nyeri
luka jahitan sedang, dan 20% responden mengalami nyeri luka jahitan berat
terkontrol. Sesudah perlakuan didapat 80% responden tidak mengalami nyeri luka
jahitan dan 20% responden mengalami nyeri luka jahitan ringan. Wilcoxon Signed
Rank Test menunjukkan p value 0,005 dimana <0,05 yang berarti terdapat pengaruh
pemberian kayu manis terhadap nyeri luka jahitan pada ibu nifas. Untuk tenaga
kesehatan diharapkan lebih kreatif dalam penanganan nyeri luka jahitan pada ibu
nifas terutama menggunakan obat herbal.

Kata kunci: Nyeri luka jahitan, Ibu nifas, Kayu manis

vii
ABSTRACT

Suture wound pain is a normal condition that occurs in postpartum mothers who are
sutured. There are several methods that can reduce the pain of stitching wounds,
namely with pharmacological drugs and herbal medicines, such as cinnamon.
Cinnamon contains eugenol compounds which are analgesic so that they can reduce
stitching wound pain. The purpose of this research was to determine the effect of
cinnamon stew on suture wound pain at BPM Sri Wahyuni, Jatinom Village,
Kanigoro District, Blitar Regency. The method of this research used pre-
experimental design, with one group pre-post test design approach. The research
population was 23 people, the sampling technique used was accidental sampling.
The sample of this research was 10 respondents. The instrument of this research
used a questionnaire sheet and NRS (Numeric Rating Scale) observation sheet. In
this research the researchers used the Wilcoxon Signed Rank Test. The results of
the research before treatment obtained 80% of respondents experienced moderate
suture pain, and 20% of respondents experienced severe controlled suture pain.
After treatment, 80% of respondents did not experience suture pain and 20% of
respondents experienced mild suture pain. Wilcoxon Signed Rank Test showed p
value 0.005 where <0.05 which means there was an effect of cinnamon on suture
pain in postpartum mothers. For medical team expected to be more creative in
reduce the pain of stitching wound in postpartum mother, especially using herbal
medicines.

Keywords: Suture wound pain, postpartum mother, cinnamon

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ i


LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB 1............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 5
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 6
1.4.1 Bagi Peneliti ................................................................................ 6
1.4.2 Bagi Pelayanan Kebidanan.......................................................... 6
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan ............................................................ 6
1.4.4 Bagi Peneliti Lain ........................................................................ 6
BAB 2............................................................................................................. 7
2.1 Konsep Masa Nifas ............................................................................ 7
2.1.1 Pengertian Masa Nifas ................................................................ 7
2.1.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas ................................................ 7
2.1.3 Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas .................................... 11
2.1.4 Komplikasi pada Masa Nifas .................................................... 12
2.2 Konsep Nyeri Luka Jahitan .............................................................. 14
2.2.1 Definisi Nyeri Luka Jahitan ...................................................... 14
2.2.2 Anatomi Fisiologi Genetalia Eksterna Wanita .......................... 15
2.2.3 Jenis Jenis Laserasi.................................................................... 17
2.2.4 Fisiologi Nyeri........................................................................... 18
2.2.5 Faktor yang Memengaruhi Respons Nyeri................................ 20
2.2.6 Penyebab Nyeri Luka Jahitan .................................................... 23
2.2.7 Penilaian Respons Intensitas Nyeri ........................................... 23
2.3 Konsep Kayu Manis ......................................................................... 25
2.3.1 Definisi Kayu Manis ................................................................. 25
2.3.2 Kandungan Kayu Manis ............................................................ 25
2.3.3 Manfaat Kayu Manis ................................................................. 26

ix
2.3.4 Efek Samping Kayu Manis ....................................................... 26
2.3.5 Pengolahan Kayu Manis............................................................ 27
2.4 Kerangka Konsep ............................................................................. 28
2.5 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 29
BAB 3........................................................................................................... 30
3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 30
3.2 Populasi, Sampel, dan Sampling ...................................................... 30
3.2.1 Populasi ..................................................................................... 30
3.2.2 Sampel ....................................................................................... 31
3.2.3 Sampling.................................................................................... 31
3.3 Variabel Penelitian ........................................................................... 31
3.3.1 Variabel Bebas .......................................................................... 31
3.3.2 Variabel Terikat......................................................................... 32
3.4 Definisi Operasional ......................................................................... 33
3.5 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 34
3.6 Instrumen Penelitian ......................................................................... 34
3.7 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 34
3.7.1 Tahap Persiapan ........................................................................ 34
3.7.2 Tahap Pelaksanaan .................................................................... 34
3.8 Metode Pengolahan dan Analisa Data.............................................. 35
3.8.1 Pengolahan Data ........................................................................ 35
3.8.2 Analisa Data .............................................................................. 38
3.9 Etika Penelitian ................................................................................ 38
BAB 4........................................................................................................... 40
4.1 Gambaran Tempat Penelitian ........................................................... 40
4.2 Hasil Penelitian ................................................................................ 41
a. Data Umum ............................................................................... 41
b. Data Khusus .............................................................................. 41
4.3 Pembahasan ...................................................................................... 43
BAB 5........................................................................................................... 51
5.1 Simpulan........................................................................................... 51
5.2 Saran ................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 53
Lampiran ...................................................................................................... 55

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 ............................................................................................... 40


Tabel 4.2 ............................................................................................... 41
Tabel 4.3 ............................................................................................... 41
Tabel 4.4 ............................................................................................... 42
Tabel 4.5 ............................................................................................... 42

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ............................................................................................ 24


Gambar 2.3.1 ......................................................................................... 25
Gambar 3.1 ............................................................................................ 30
Gambar 4.1 ............................................................................................ 40

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ............................................................................................ 55
Lampiran 2 ............................................................................................ 56
Lampiran 3 ............................................................................................ 57
Lampiran 4 ............................................................................................ 58
Lampiran 5 ............................................................................................ 59
Lampiran 6 ............................................................................................ 61
Lampiran 7 ............................................................................................ 62
Lampiran 8 ............................................................................................ 63
Lampiran 9 ............................................................................................ 66
Lampiran 10 .......................................................................................... 67
Lampiran 11 .......................................................................................... 72

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas sangat sensitif bagi ibu, karena ibu harus menjalani proses

kesembuhan dirinya dan memikirkan kebutuhan bayinya yang baru lahir di saat

bersamaan. Adanya permasalahan pada ibu akan berpengaruh kepada

kesejahteraan bayi karena bayi tidak akan mendapatkan perawatan maksimal

dari ibunya. Oleh karena itu, proses kesembuhan pada masa nifas yang baik dan

efektif akan sangat mempengaruhi kondisi ibu dalam menghadapi masa nifas.

Robekan jalan lahir terjadi ketika jaringan perineum robek saat melahirkan.

Menurut Cioffi Jane (2004) (dalam Zuliati, 2017) 65% robekan jalan lahir

terjadi pada ibu kala II pada saat melahirkan bayi. Luka ini bisa terjadi secara

spontan atau terjadi karena tindakan episiotomi. Menurut Royal College of

Obstetricians and Gynaecologists (RCOG), 85% wanita yang melahirkan akan

mengalami cidera perineum dan 60-70% dari luka diselesaikan dengan

perbaikan/penjahitan perineum.

Menurut WHO prevalensi ibu bersalin yang mengalami luka perineum di

Indonesia pada golongan umur 25-30 tahun yaitu 24% sedangkan pada ibu

bersalin dengan usia 31-39 tahun sebesar 62%. Berdasarkan survei yang

dilakukan oleh Imamah masalah utama yang sering dialami oleh ibu dengan

luka jahitan perineum adalah nyeri. Hasil yang diperoleh pada responden ibu

nifas dengan jahitan perineum di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

sebanyak 50% mengalami nyeri berat, 30% nyeri sedang, dan 20% mengalami

1
2

nyeri ringan. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Utami

di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul dengan hasil bahwa ibu nifas

yang mengalami nyeri berat sebesar 46,9% dan nyeri sedang sebesar 53,1%

(Putri, 2016).

Nyeri yang dirasakan oleh ibu nifas pada bagian perineum disebabkan oleh

luka jahitan pada waktu melahirkan karena adanya jaringan yang terputus.

Respon nyeri pada setiap individu adalah unik dan relatif berbeda. Hal ini

dipengaruhi oleh banyak hal seperti pengalaman, persepsi, dan lain-lain. Nyeri

yang dirasakan oleh ibu nifas akan berpengaruh terhadap mobilisasi, pola tidur,

suasana hati, kemampuan BAB atau BAK, dan aktivitas sehari-hari.

Nyeri pada ibu nifas dapat mengakibatkan resiko yang berbahaya.

Mobilisasi segera secara bertahap sangat berguna untuk proses penyembuhan

luka dan mencegah infeksi serta thrombosis vena (thrombophlebitis).

Thrombophlebitis yang terjadi pada vena di bagian yang lebih dalam atau deep

vein thrombophlebitis (DVT) lebih berbahaya karena gumpalan darah bisa

masuk ke aliran darah menuju ke pembuluh darah arteri di paru-paru dan

menghambat aliran darah. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kematian.

East, C. E., dkk (2012) dalam Wulandari (2017) menyebutkan ada beberapa

metode yang dapat mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan luka

jahitan. Penggunaan obat-obat non steroid anti inflamasi (NSAID) merupakan

obat yang umum digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat

penyembuhan luka jahitan, namun beberapa obat tersebut dapat menimbulkan

efek samping seperti tukak lambung. Beberapa studi meneliti tentang pengaruh
3

obat herbal untuk mengobati luka jahitan, misalnya lavender, kunyit, minyak

zaitun, dan kayu manis.

Kayu manis merupakan salah satu dari sekian banyak rempah herbal yang

sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat diseluruh dunia. Studi secara invivo

dan invitro menunjukan bahwa kandungan senyawa aktif dalam kayu manis

mempunyai efek farmakologi, antara lain sebagai antifungal,

antikardiovaskular, antikanker, antiinflamasi, antiulser, antidiabetes, antivirus,

antihipertensi, antioksidan, penurun lemak dan kolesterol. Efek samping kayu

manis antara lain gusi bengkak, iritasi kulit, pusing, dan menyebabkan

penurunan gula darah yang terlalu besar. Namun, efek samping tersebut dapat

terjadi apabila kayu manis dikonsumsi lebih dari dosis yang dianjurkan.

Penelitian Tobing (2016) pada tikus putih jantan strain wistar yang

mendapat trauma mekanik menggunakan paw-pressure test membuktikan

adanya perbedaan bermakna antara berat beban kelompok yang diberi ekstrak

kayu manis terhadap berat beban kelompok kontrol yang tidak diberi ekstrak

kayu manis. Menit ke-90 ditentukan sebagai puncak kerja ekstrak kayu manis

karena pada menit tersebut dicapai efek analgesik paling besar ditandai dengan

kelompok yang diberi dosis 56 mg/200 g BB, 112 mg/200 g BB, dan 224

mg/200 g BB. Adanya efek analgesik disebabkan karena kayu manis

mengandung eugenol. Eugenol menghambat produksi mediator inflamasi dari

jalur COX-1 dan COX-2 dan juga menghambat produksi leukotrein dari jalur

lipooksigenase yang merupakan mediator penyebab nyeri.


4

Penelitian eksperimen untuk mengetahui efek kayu manis terhadap

nyeri dan luka jahitan perineum pernah dilakukan oleh Mohammadi A.,

dengan metode double blind randomized placebo control trial. Jumlah

responden pada penelitian ini berjumlah 114 ibu nifas yang dibagi menjadi

2 grub. Intervensi dilakukan 1 jam setelah proses penjahitan selesai

dilakukan. Responden mendapatkan perawatan dengan kayu manis dan

perawatan dengan plasebo yang digunakan selama 10 hari. Nyeri luka

jahitan perineum diukur dengan menggunakan VAS (Visual Analog Scale)

dengan skala 1-10, sedangkan untuk proses kesembuhan luka jahitan

perineum diukur dengan REEDA (Redness, Edema, Ecchymosis,

Discharge, Approximation) dengan skala 0-15. Hasil penelitian ini

menunjukkan skor pada kelompok perawatan kayu manis secara signifikan

lebih rendah dibanding kelompok perawatan plasebo, baik untuk nyeri luka

jahitan maupun proses kesembuhan luka jahitan (Wulandari, 2017).

Menurut data yang diperoleh pada tanggal 22 Februari 2019 di BPM

Sri Wahyuni Desa Jatinom Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar, ibu

bersalin pada bulan Februari 2019 sejumlah 5 ibu, terdapat 4 ibu yang

bersalin dengan tindakan penjahitan pada robekan perineum baik dengan

tindakan episiotomi maupun robek sendiri dan ibu tersebut pasca penjahitan

merasakan nyeri yang sangat, bahkan sampai ada yang menangis sehingga

pada 2 jam masa nifas mereka cenderung masih belum mau melakukan

mobilisasi apapun.
5

Karena banyaknya ibu yang merasakan nyeri pasca penjahitan luka

robekan perineum dan kayu manis memiliki banyak manfaat positif yang

salah satunya bersifat analgesik (mengurangi nyeri), maka peneliti tertarik

untuk menguji “Pengaruh Pemberian Rebusan Kayu Manis Terhadap Nyeri

Luka Jahitan Pada Ibu Nifas di BPM Sri Wahyuni”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas peneliti merumuskan suatu

masalah yaitu “Bagaimana pengaruh pemberian rebusan kayu manis terhadap

nyeri luka jahitan pada ibu nifas di BPM Sri Wahyuni Desa Jatinom Kecamatan

Kanigoro Kabupaten Blitar?”

1.3 Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian rebusan kayu manis

terhadap nyeri luka jahitan pada ibu nifas di BPM Sri Wahyuni Desa

Jatinom Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar.

b. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi nyeri luka jahitan pada ibu nifas sebelum dilakukan

pemberian rebusan kayu manis.

2. Mengidentifikasi nyeri luka jahitan pada ibu nifas setelah dilakukan

pemberian rebusan kayu manis.

3. Menganalisis pengaruh pemberian rebusan kayu manis terhadap

penurunan nyeri luka jahitan pada ibu nifas.


6

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan

peneliti tentang penelitian khususnya mengenai pengaruh pemberian

rebusan kayu manis terhadap penurunan nyeri luka jahitan pada ibu nifas.

b. Bagi Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif dalam

melaksanakan asuhan kebidanan terutama untuk ibu nifas dalam upaya

mengurangi nyeri luka jahitan.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan bacaan dan literatur bagi

pengembangan ilmu khususnya dibidang kesehatan dan diharapkan menjadi

informasi bagi semua pihak yang membutuhkan guna menunjang

keterampilan dan pengetahuan.

d. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberi informasi dan data

dasar untuk penelitian selanjutnya tentang konsep nyeri luka jahitan dan

pengaruh pemberian rebusan kayu manis terhadap penurunan nyeri luka

jahitan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Masa Nifas

2.1.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Marmi, 2012).

Tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini,

puerperium intermedial, dan remote puerperium. Puerperium dini

merupakan masa kepulihan. Puerperium intermedial merupakan masa

kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia. Remote puerperium merupakan

masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna (Sulistyawati, 2009).

2.1.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1. Perubahan Sistem Reproduksi

1.1 Uterus

a. Pengerutan Rahim (involusi)

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada

kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus, lapisan luar dari

desidua akan menjadi neurotic (layu / mati) (Sulistyawati, 2009).

7
8

b. Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea

dibedakan menjadi 4 jenis yaitu: lokhea rubra/merah, lokhea

sanguinolenta, lokhea serosa, lokhea alba/putih (Sulistyawati,

2009).

c. Perubahan pada serviks

Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak

menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh corpus

uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak

berkontraksi (Sulistyawati, 2009).

1.2 Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan. Dalam beberapa hari

pertama, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3

minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan

rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali,

sementara labia menjadi lebih menonjol (Sulistyawati, 2009).

1.3 Perineum

Pada masa nifas hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali

sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan

sebelum hamil (Sulistyawati, 2009).


9

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini

disebabkan karena alat pencernaan mengalami tekanan yang

menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada

waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta

kurangnya aktivitas tubuh (Sulistyawati, 2009).

3. Perubahan Sistem Perkemihan

Biasanya, ibu akan sulit untuk buang air kecil. Penyebab dari keadaan

ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih

sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin

dan tulang pubis selama persalinan berlangsung (Sulistyawati, 2009).

4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-

pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan

terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta

dilahirkan (Sulistyawati, 2009).

5. Perubahan Sistem Endokrin

5.1 Hormon Plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG

(Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan

menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-3 masa nifas

(Sulistyawati, 2009) (Sulistyawati, 2009).


10

5.2 Hormon Pituitary

Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. FSH dan LH akan

meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH

tetap rendah hingga ovulasi terjadi (Sulistyawati, 2009).

5.3 Hypotalamik Pituitary Ovarium

Lamanya seorang wanita mengalami perdarahan nifas juga

dipengaruhi oleh faktor menyusui (Sulistyawati, 2009).

5.4 Kadar Estrogen

Terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktivitas

prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar

mamae dalam menghasilkan ASI (Sulistyawati, 2009).

6. Perubahan Tanda Vital

6.1 Suhu Badan

Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit

(37,5o-38oC) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan,

kehilangan cairan, dan kelelahan (Sulistyawati, 2009).

6.2 Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit.

Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat

(Sulistyawati, 2009).
11

6.3 Tekanan Darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah

akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan

(Sulistyawati, 2009).

6.4 Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut

nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan

mengikutinya (Sulistyawati, 2009).

7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara

cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi

normal (Sulistyawati, 2009).

8. Perubahan Sistem Hematologi

Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit

menurun, tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor

pembekuan darah (Sulistyawati, 2009).

2.1.3 Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas

1. Periode “Taking In”

Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya

pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan

tubuhnya (Sulistyawati, 2009).


12

2. Periode “Taking Hold”

Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum. Ibu menjadi

perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan

meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi (Sulistyawati, 2009).

3. Periode “Letting Go”

Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Ibu mengambil

tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan harus beradaptasi dengan

segala kebutuhan bayi yang sangat bergantung padanya (Sulistyawati,

2009).

2.1.4 Komplikasi pada Masa Nifas

1. Perdarahan pervaginam

Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin

didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Jenis perdarahan

pervaginam dibagi menjadi 2, yaitu perdarahan post partum primer dan

perdarahan post partum sekunder (Marmi, 2012).

2. Infeksi masa nifas

Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Gejala umum

infeksi dapat dilihat dari temperatur atau suhu, pembengkakan, takikardi

dan malaise (Marmi, 2012).

3. Thrombophlebitis

Menurut Sastrawinata (2004), penjalaran infeksi melalui vena sering

terjadi dan merupakan penyebab terpenting dari kematian karena infeksi

masa nifas. Dua golongan vena biasanya memegang peranan pada:


13

3.1 Vena-vena dinding rahim dan ligamentum (vena ovarika, vena

uretin, dan vena hipogastrik).

3.2 Vena-vena tungkai (vena femoralis, poplitea, dan safena).

4. Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur

Ibu yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau

penglihatan kabur (Marmi, 2012).

5. Pembengkakan di wajah atau ekstremitas

Ibu yang mengalami pembengkakan di wajah atau ekstremitas harus

diperiksa apakah terdapat varises, kemerahan, dan kaki mengalami

oedema (Marmi, 2012).

6. Rasa sakit waktu berkemih

Pada masa nifas dini, sensivitas kandung kemih terhadap tegangan air

kemih sering menurun akibat trauma persalinan (Marmi, 2012).

7. Kehilangan nafsu makan

Karena kelelahan yang amat berat setelah persalinan, nafsu makan akan

terganggu sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang

(Marmi, 2012).

8. Rasa sakit, merah, dan pembengkakan di kaki (thrombopeblitis)

Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena

maupun di pelvis yang mengalami dilatasi (Marmi, 2012).


14

9. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya dan dirinya sendiri

Pada minggu-minggu awal setelah persalinan ibu nifas cenderung akan

merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya

(Marmi, 2012).

10. Permasalahan atau kelainan payudara

Permasalahan yang terjadi antara lain pembendungan air susu, mastitis,

abses payudara, dan puting susu lecet (Sulistyawati, 2009).

2.2 Konsep Nyeri Luka Jahitan

2.2.1 Definisi Nyeri Luka Jahitan

Nyeri merupakan suatu bentuk ketidaknyamanan, yang

didefinisikan dalam berbagai perspektif. International Association for The

Study of Pain mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan

pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan

kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam

kejadian-kejadian ketika terjadi kerusakan (Smeltzer & Bare, 2002 dalam

Andarmoyo, 2013). Arthur C. Curton (dalam Andarmoyo, 2013)

mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh,

timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut

bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri. Melzack dan Wall 1988 (dalam

Andarmoyo, 2013) mengatakan bahwa nyeri adalah pengalaman pribadi,

subjektif, yang dipengaruhi oleh budaya, persepsi seseorang, perhatian dan

variabel-variabel psikologis lain, yang mengganggu perilaku berkelanjutan

dan memotivasi setiap orang untuk menghentikan rasa tersebut. Sedangkan


15

nyeri luka jahitan merupakan nyeri yang terjadi pada bagian perineum

karena proses penjahitan/heacting akibat robeknya jalan lahir pada saat

proses persalinan baik robek secara spontan maupun karena tindakan

episiotomi.

2.2.2 Anatomi Fisiologi Genitalia Eksterna Wanita

1. Mons Veneris / Mons Pubis

Bagian ini adalah bagian yang menonjol diatas simfisis dan pada wanita

dewasa ditutupi oleh rambut pubis (Sulistyawati, 2009). Mons pubis

banyak mengandung kelenjar sebasea (minyak) (Romauli, 2011).

2. Labia Mayora (Bibir Besar)

Bagian ini terdiri atas dua bagian, yaitu kanan dan kiri. Bentuknya

lonjong dan mengecil ke arah bawah, terisi oleh jaringan lemak yang

serupa dengan yang ada di mons veneris. Kedua labia bertemu pada

bagian bawah dan belakang dan membentuk komissura posterior

(Sulistyawati, 2009).

3. Labia Minora (Bibir Kecil)

Bagian ini merupakan suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam labia

mayora. Kedua bibir kecil ini bertemu dan membentuk preputium

klitoridis pada bagian depan (di atas klitoris), dan di bawah membentuk

klitoris frenulum klitoridis. Pada bagian belakang kedua labia minora

juga bertemu dan membentuk fossa navikulare (Sulistyawati, 2009).


16

4. Vestibulum / Serambi

Vestibulum merupakan suatu rongga yang berbentuk seperti perahu atau

lonjong dan di batasi oleh labia minora kanan dan kiri, sebelah atas oleh

klitoris dan sebelah belakang bawah oleh fourchet (Romauli, 2011).

5. Klitoris

Besar bagian ini kira-kira sebesar biji kacang hijau, tertutup oleh

preputium klitoridis, dan terdiri atas glands klitoridis, korpus klitoridis,

dan dua buah krura yang menggantungkan klitoris ke os. pubis

(Sulistyawati, 2009).

6. Vulva, Kelenjar Skene

Bagian ini berbentuk lonjong dengan ukuran yang panjang dari muka ke

belakang. Pada bagian muka dibatasi oleh klitoris, kanan dan kiri oleh

kedua labia minora, dan di belakang oleh perineum (Sulistyawati, 2009).

7. Orifisium Uretra

Pada bagian vulva (1-1,5 cm di bawah klitoris) ditemukan orifisium

uretra eksterna berbentuk membujur 4-5 mm (Sulistyawati, 2009).

8. Kelenjar Bartholini

Pada bagian kiri dan kanan bawah, dekat fossa navikulare terdapat

kelenjar Bartholini. Kelenjar ini berdiameter ± 1 cm, terletak di bawah

otot konstriktor kunni (Sulistyawati, 2009).


17

9. Introitus Vagina

Tiap wanita mempunyai introitus vagina dengan bentuk dan ukuran

yang berbeda-beda. Pada seorang virgo (perawan) selalu dilindungi oleh

labia minora, jika kedua bibir kecil dibuka baru terlihat dan ditutupi oleh

selaput dara (hymen) (Sulistyawati, 2009).

10. Hymen (Selaput Dara)

Hymen merupakan lapisan yang tipis dan menutupi sebagian besar

introitus vagina. Hymen mempunyai bentuk yang berbeda-beda,

konsistensinya pun juga berbeda-beda (Romauli, 2011).

11. Perineum

Perineum merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit (Romauli,

2011). Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm

(Sulistyawati, 2009).

2.2.3 Jenis Jenis Laserasi

Menurut Ilmiah (2015), laserasi dapat dikategorikan dalam:

1. Robekan derajat satu, kadang kala bahkan tidak perlu untuk dijahit.

a. Robekan mukosa

b. Komisura posterior

c. Kulit perineum

2. Robekan derajat dua, biasanya dapat dijahit dengan mudah dibawah

pengaruh analgesia lokal dan biasanya sembuh tanpa komplikasi.

a. Robekan mukosa

b. Komisura posterior
18

c. Kulit perineum

d. Otot perineum

3. Robekan derajat tiga, dapat mempunyai akibat yang lebih serius dan

dimana pun bila memungkinkan harus dijahit oleh ahli obstetri dengan

peralatan yang lengkap dengan tujuan mencegah inkontinensia vekal

dan atau fistula fekal.

a. Robekan mukosa

b. Komisura posterior

c. Kulit perineum

d. Otot perineum

e. Otot sfingter ani

4. Robekan derajat empat, harus dijahit oleh ahli obstetri dengan peralatan

yang lengkap.

a. Robekan mukosa

b. Komisura posterior

c. Kulit perineum

d. Otot perineum

e. Otot sfingter ani

f. Dinding depan rectum

2.2.4 Fisiologi Nyeri

1. Stimulasi

Seperti halnya berbagai stimulus yang disadari, persepsi nyeri

dihantarkan oleh neuron khusus yang bertindak sebagai reseptor,


19

pendeteksi stimulus, penguat, dan penghantar menuju sistem saraf

pusat. Reseptor khusus tersebut dinamakan nociceptor. Mereka tersebar

luas dalam lapisan superfisial kulit dan juga dalam jaringan dalam

tertentu, seperti periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, serta falks

dan tentorium serebi (Guyto A.C, 1995 dalam Andarmoyo, 2013).

Nociceptor (ujung-ujung saraf bebas pada kulit yang merespons

terhadap stimulus) berhubungan dengan saraf aferen primer dan

berujung di spinal cord (SSP). Bila ada suatu stimulasi yang berasal dari

bahan kimia, mekanik, listrik atau panas, stimulasi itu diubah menjadi

impuls saraf pada saraf aferen primer. Selanjutnya, akan ditransmisikan

sepanjang saraf aferen ke spinal cord (Andarmoyo, 2013).

2. Transduksi

Transduksi merupakan proses, ketika suatu stimuali nyeri (noxious

stimuli) diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima oleh

ujung-ujung saraf. Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-

mediator kimia seperti prostaglandin dari sel rusak, bradikinin dari

plasma, histamin dari sel mast, serotonin dari trombosit, dan substansi P

dari ujung saraf nyeri memengaruhi juga nosiseptor di luar daerah

trauma sehingga lingkaran nyeri meluas (Andarmoyo, 2013).

3. Transmisi

Transmisi merupakan proses penerusan impuls nyeri dari nociceptor

saraf perifer melewati cornu dorsalis dan corda spinalis menuju korteks

serebri (Andarmoyo, 2013).


20

4. Modulasi

Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat

meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri. Hambatan

terjadi melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacam-

macam neurotransmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel

otak dan neuron di spinalis (Andarmoyo, 2013).

5. Persepsi

Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls

nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem

saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri), dan pengalaman

emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat

ringannya nyeri yang dirasakan (Andarmoyo, 2013).

2.2.5 Faktor yang Memengaruhi Respons Nyeri

Faktor-faktor yang memengaruhi respons nyeri antara lain sebagai berikut:

1. Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya

pada anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang ditemukan

diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan

lansia bereaksi terhadap nyeri (Judha, 2012).


21

2. Jenis Kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam

merespons terhadap nyeri. Sesuatu yang diragukan apakah hanya jenis

kelamin saja yang merupakan suatu faktor dalam pengekspresian nyeri

(Andarmoyo, 2013).

3. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan memengaruhi cara individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa

yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini mencakup bagaimana

bereaksi terhadap nyeri (Calvillo dan Flaskerud, 1991 dalam

Andarmoyo, 2013). Budaya dan etnik mempunyai pengaruh terhadap

bentuk respons seseorang terhadap nyeri, tetapi tidak memengaruhi

persepsi nyeri (Zatzick dan Dimsdale, 1990 dalam Andarmoyo, 2013).

4. Makna Nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri memengaruhi

pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara yang berbeda-beda,

apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan,

hukuman, dan tantangan (Andarmoyo, 2013).

5. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas sering

meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu

perasaan ansietas. Paice, 1991 (dalam Andarmoyo, 2013) melaporkan


22

suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistem limbik

yang diyakini mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas.

Sistem limbik dapat memprotes reaksi emosi terhadap nyeri yakni

memperburuk atau menghilangkan nyeri.

6. Keletihan

Keletihan/kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan

persepsi nyeri. Rasa kelelahan akan menyebabkan sensasi nyeri semakin

intensif dan menurunkan kemampuan koping (Andarmoyo, 2013).

7. Pengalaman Sebelumnya

Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode

nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat, ansietas

atau bahkan rasa takut dapat muncul. Sebaliknya, apabila individu

mengalami nyeri dengan jenis yang sama berulang-ulang tetapi

kemudian nyeri tersebut berhasil dihilangkan, akan lebih mudah

baginya untuk menginterpretasikan sensasi nyeri (Andarmoyo, 2013).

8. Gaya Koping

Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian maupun

keseluruhan/total. Klien sering menemukan berbagai cara untuk

mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri

(Andarmoyo, 2013).

9. Dukungan Keluarga dan Sosial

Individu yang mengalami nyeri sering bergantung pada anggota

keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau


23

perlindungan. Walaupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang

yang dicintai akan meminimalkan kesepian dan ketakutan (Andarmoyo,

2013).

2.2.6 Penyebab Nyeri Luka Jahitan

Perineum yang dilalui seorang bayi umumnya mengalami peregangan,

lebam, dan trauma. Akibat normalnya bisa terasa ringan, bisa juga tidak.

Rasa sakit pada perineum akan semakin parah jika perineum robek atau

disayat pisau bedah. Seperti semua luka baru, area episiotomi atau luka

sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh 7 hingga 10 hari. Rasa nyeri

saja selama masa ini tidak menunjukkan adanya infeksi, kecuali jika nyeri

sangat parah (Danuatmaja, 2003). Nyeri yang dirasakan oleh ibu nifas pada

bagian perineum disebabkan oleh luka jahitan pada waktu melahirkan

karena adanya jaringan yang terputus.

2.2.7 Penilaian Respons Intensitas Nyeri

Menurut Andarmoyo (2013), penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan

dengan menggunakan skala penilaian numerik. Skala penilaian numerik

(Numerical Rating Scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat

pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan

skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri

sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk

menilai nyeri, akan direkomendasikan patokan 10 (AHCPR, 1992 dalam

Andarmoyo, 2013).
24

Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Numerik

Sumber: Latifin, 2014

Keterangan:

Skala Gambaran Nyeri


0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan: secara obyektif dapat berkomunikasi
dengan baik
4-6 Nyeri sedang: secara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan
baik
7-9 Nyeri berat terkontrol: secara obyektif klien terkadang
tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon
terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 Nyeri berat tidak terkontrol: pasien sudah tidak mampu
lagi berkomunikasi, memukul
25

2.3 Konsep Kayu Manis

2.3.1 Definisi Kayu Manis

Gambar 2.3.1 Kayu Manis

Kayu manis memiliki nama ilmiah Cinnamomum burmani (Nees.) Bl. dan

nama asing seperti kaneelkassia, cinnamomum tree (Inggris), yin xiang

(Cina) (Hariana, 2005). Kayu manis termasuk famili loraceae. Nama lain

kayu manis adalah kayu legi, kaju-manescena, holim, h-manis, kaningar,

keningar, kecingar, kesingar, kacengar, kanyengar, manis-jangan, kulit

manis, kiamis, modang siak-siak, madang-kulit-manih, kaninggu, huru

mentek, dan onte. Tanaman kayu manis tumbuh liar di hutan daerah

pegunungan sampai ketinggian 1.500 m dpl (Handayani, 2003).

2.3.2 Kandungan Kayu Manis

Kayu manis mengandung minyak atsiri (sinamilaldhida, eugenol, terpen),

pati, lemak, dan zat samak (Nugroho, 2006). Kayu manis mempunyai kadar

minyak atsiri 9,5%, dengan senyawa aktif eugenol 59,56%. Senyawa

eugenol mempunyai aktivitas farmakologi sebagai analgesik, antiinflamasi,

antimikroba, antiviral, antifungal, antiseptik, antispasmodik, antiemetik,

stimulan, anastetik lokal sehingga senyawa ini banyak dimanfaatkan dalam


26

industri farmasi. Begitupun dengan salah satu turunan senyawa eugenol,

yaitu isoeugenol yang dapat dipergunakan sebagai bahan baku obat

antiseptik dan analgesik (Tohawa, 2012).

2.3.3 Manfaat Kayu Manis

Kulit batang banyak dimanfaatkan untuk membantu pengeluaran gas pada

perut kembung (karminatif), pengeluaran keringat (diaforetik), penambah

nafsu makan (stomakik), menghilangkan rasa sakit (analgetik) (Mursito,

2007) melancarkan peredaran darah (Winarto, 2003), mengatasi sakit gigi

dan sakit perut (Wulandari, 2017).

2.3.4 Efek Samping Kayu Manis

Badan Pengawas Keamanan Makanan Eropa pada tahun 2008 menyebutkan

toksisitas coumarin dan dikonfirmasi maksimal dianjurkan intake

ditoleransi harian (TDI) dari 0,1 mg kumarin per kg berat badan. Beberapa

studi telah digunakan antara 1 gram dan 6 gram kayu manis. Dosis yang

sangat tinggi dapat menjadi racun (Hussein, 2015). Efek samping dari kayu

manis bila dikonsumsi dalam dosis yang berlebihan, diantaranya sebagai

berikut:

1. Gusi bengkak (Gangvitis)

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa menggunakan produk

oral seperti permen karet, obat kumur dan pasta gigi dengan ekstrak

kayu manis mungkin terkait dengan pembengkakan gusi (Hussein,

2015).
27

2. Iritasi kulit

Minyak kayu manis murni dapat mengiritasi kulit, bahkan menyebabkan

sensasi terbakar. Hal ini akan lebih berbahaya ketika mengenai alat

kelamin (Hussein, 2015).

3. Pusing

Mengkonsumsi kayu manis terutama dalam jumlah terkonsentrasi dapat

menyebabkan pusing (Hussein, 2015).

4. Menurunkan gula darah terlalu besar

Studi yang dilakukan di Pakistan menyebutkan, konsumsi bubuk kayu

manis secara rutin selama 20 hari dapat menurunkan gula darah sebesar

20%. Penurunan kadar gula terjadi karena kayu manis memiliki efek

mempercepat pengosongan lambung (34,5-37%) lebih cepat dibanding

jika tidak mengonsumsi bubuk kayu manis. Laju pengosongan lambung

yang cepat akan mempersingkat waktu transit makanan, sehingga

mengurangi penyerapan glukosa (Lingga, 2012).

2.3.5 Pengolahan Kayu Manis

Pada buku Tumbuhan Obat & Khasiatnya (dalam Hussein, 2015) terapi

kayu manis dapat diolah dengan cara:

1. Seduh 1,5 g bubuk kulit kayu manis dengan satu cangkir air panas untuk

sekali pemakaian. Minum air seduhan sebanyak sekali sehari dengan

dosis sama.
28

2. Rebus 5 g kayu manis pada 4 gelas air (800 ml) hingga tersisa menjadi

450 ml. Saring dan minum selagi hangat tiga kali. Setiap minum

sebanyak 150 ml.

2.4 Kerangka Konsep

Ibu nifas Penyebab robekan Dilakukan


hari ke 1-7 perineum: tindakan
dengan penjahitan
1. Robekan
robekan pada robekan
spontan
perineum perineum
saat kepala
bayi
melewati
jalan lahir
2. Tindakan
episiotomi

Perubahan Nyeri luka jahitan


skala nyeri

Menyerang COX Enzim cyclo-oxygenase / COX


dan menghentikan memecah asam arakidonat
pembentukan yang menjadi prostaglandin
prostaglandin (penyebab nyeri)

Mengandung senyawa eugenol Pemberian


yang bersifat analgesik rebusan kayu
(menghilangkan rasa sakit) manis

: Diteliti

: Tidak diteliti
29

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh pemberian rebusan

kayu manis terhadap nyeri luka jahitan pada ibu nifas.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah design pre eksperimental, dengan pendekatan one

group pre-post test design yaitu dengan melakukan pengukuran sebelum dan

sesudah perlakuan. Tujuannya untuk menganalisis pengaruh pemberian rebusan

kayu manis terhadap nyeri luka jahitan pada ibu nifas.

Rancangan Penelitian:

O1 X O2

Gambar 3.1 Desain penelitian

Keterangan:

O1 : Observasi sebelum diberikan rebusan kayu manis (pre-test)

X : Intervensi (pemberian rebusan kayu manis)

O2 : Observasi setelah diberikan rebusan kayu manis (post-test)

3.2 Populasi, Sampel, dan Sampling

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiawan,

2011). Populasi ibu nifas di BPM Sri Wahyuni Desa Jatinom Kecamatan

Kanigoro Kabupaten Blitar pada bulan Juni – Juli berjumlah 23 ibu nifas.

30
31

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili seluruh populasi

(Pantiyasa, 2011). Sampel penelitian ini adalah ibu nifas yang mengalami

nyeri luka jahitan di BPM Sri Wahyuni Desa Jatinom Kecamatan Kanigoro

Kabupaten Blitar. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 responden.

Kriteria sampel yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu:

1. Kriteria inklusi

a. Ibu nifas spontan hari ke 1-7

b. Primi gravida dan multi gravida

c. Tingkat laserasi derajat 2

2. Kriteria ekslusi

a. Ibu nifas yang tidak bersedia menjadi responden

b. Ibu nifas dengan persalinan secara sectio caesaerea

3.2.3 Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Pantiyasa, 2011). Cara

pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik

accidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel yang secara kebetulan

atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,

bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sampel.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas atau independen sering disebut juga variabel prediktor,

stimulus, input, antencendent atau variabel yang mempengaruhi. Variabel


32

bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya

variabel dependen (terikat). Sehingga variabel independen dapat dikatakan

sebagai variabel yang mempengaruhi (Setiawan, 2011). Variabel bebas

(independen) dalam penelitian ini adalah pemberian rebusan kayu manis.

3.3.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel dependen atau terikat sering juga disebut variabel kriteria, respon,

atau output (hasil). Variabel dependen merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen

(bebas) (Setiawan, 2011). Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini

adalah nyeri luka jahitan.


33

3.4 Definisi Operasional

Definisi
Variabel Instrument Skala Kriteria
Operasio Parameter
nal
Air hasil
rebusan
Bebas Kayu manis
kayu
(independen) 1,5 gr direbus
manis
dalam 400 ml
diberikan Gelas ukur
Pemberian air dan
pada ibu
rebusan kayu disisakan 200
nifas
manis ml air
dengan
jahitan
Tidak nyeri
Nyeri ringan:
secara obyektif
dapat
berkomunikasi
dengan baik
Nyeri sedang:
Numeric
secara obyektif
Rating
klien
Nyeri Scale
mendesis,
yang (NRS)
menyeringai
terjadi 0=tidak
Nyeri berat
pada ibu nyeri
Terikat terkontrol:
nifas yang 1-3=nyeri
(dependen) secara obyektif
dilakukan Lembar ringan
klien Interval
tindakan observasi 4-6=nyeri
Nyeri luka terkadang
penjahitan sedang
jahitan tidak dapat
pada 7-9=nyeri
mengikuti
perineum berat
perintah tapi
saat terkontrol
masih respon
persalinan 10=nyeri
terhadap
berat tidak
tindakan
terkontrol
Nyeri berat
tidak
terkontrol:
pasien sudah
tidak mampu
lagi
berkomunikasi
34

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di BPM Sri Wahyuni Desa Jatinom Kecamatan

Kanigoro Kabupaten Blitar pada 27 Juni – 09 Juli 2019.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan dalam pengumpulan

data. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan ada 2 yaitu lembar

kuesioner dan lembar observasi NRS (Numeric Rating Scale), dengan

menggunakan skala interval yaitu skala yang dapat memberikan nilai interval

atau jarak urutan kelas.

3.7 Metode Pengumpulan Data

3.7.1 Tahap Persiapan

1. Membuat surat perijinan untuk melakukan studi pendahuluan yang


ditujukan kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Dinas Kesehatan

Kabupaten Blitar, dan BPM Sri Wahyuni.

2. Peneliti mendatangi tempat penelitian untuk mengetahui jumlah

populasi ibu nifas yang dilakukan tindakan penjahitan.

3. Persiapan perlengkapan penelitian seperti kuesioner penelitian dan

inform consent.

3.7.2 Tahap Pelaksanaan

1. Peneliti mendatangi ibu nifas yang dilakukan tindakan penjahitan saat

persalinan dan diberi pre-test menggunakan lembar observasi untuk

mengetahui skala nyeri luka jahitan yang dirasakan sebelum diberikan

rebusan kayu manis.


35

2. Responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi diberi penjelasan

tentang tujuan, manfaat, dan tindakan penelitian yang akan dilakukan

peneliti secara lengkap. Jika responden bersedia secara sukarela,

responden menandatangani inform consent.

3. Rebusan kayu manis diberikan sebanyak 1 kali per hari selama 1 minggu

dengan jumlah 1,5 g kayu manis dengan air 200 ml per pemberian.

Setelah diberikan rebusan kayu manis yang terakhir, peneliti

memberikan post-test menggunakan lembar observasi untuk

mengetahui skala nyeri luka jahitan yang dirasakan setelah diberikan

rebusan kayu manis.

3.8 Metode Pengolahan dan Analisa Data

3.8.1 Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah melalui proses sebagai

berikut:

1. Editing

Data diteliti dan dipilah mana data yang lengkap dan tidak lengkap, data

yang tidak lengkap disisihkan (Pantiyasa, 2011). Editing yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah dengan memeriksa kelengkapan data

kuesioner yang telah diisi responden, selanjutnya data yang lengkap

akan digunakan sebagai data penelitian. Editing dapat dilakukan setelah

data terkumpul.
36

2. Coding

Memberikan kode terutama pada variabel yang diteliti untuk

memudahkan membuat tabulasi (Pantiyasa, 2011). Kode yang

digunakan pada penelitian ini adalah:

2.1 Karakteristik Responden

a. Usia

1 = ≤20 tahun

2 = 20-24 tahun

3 = 25-29 tahun

4 = 30-34 tahun

5 = ≥35 tahun

b. Paritas

1 = 1 anak

2 = 2 anak

3 = 3 anak

4 = 4 anak

5 = ≥5 anak

3. Scoring

Scoring merupakan pengolahan data yang digunakan dengan cara

pemberian skor. Responden dinilai sesuai dengan tingkat nyeri yang

disesuaikan dengan kuesioner. Nilai atau skor yang diperoleh di rata-


37

rata untuk menentukan kategori responden. Scoring pada penelitian ini

adalah:

Responden memilih tingkatan skor nyeri yang dirasakan sebagai

berikut:

0= tidak nyeri

1-3= nyeri ringan

4-6= nyeri sedang

7-9= nyeri berat terkontrol

10= nyeri berat tidak terkontrol

Kemudian skor yang telah diisi di rata-rata menggunakan rumus berikut:

∑ 𝑛
𝑋𝑖
𝑋̅ = 𝑖=1 x 100%
𝑛

Keterangan:

𝑋̅ : rata-rata

∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖 : jumlah skor

𝑛 : jumlah data

4. Tabulasi/Master Sheet

Memasukkan data ke dalam tabel induk yang telah dirancang sesuai

variabel yang diteliti (Pantiyasa, 2011). Tabulasi yang dilakukan dengan

menyusun data yang diperoleh dalam bentuk tabel yang sesuai dengan

karakteristik masing-masing responden.


38

3.8.2 Analisa Data

Dalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan dikategorikan sesuai

dengan skala numerik. Lalu data diolah, kemudian diuji dengan Wilcoxon

Signed Rank Test untuk membandingkan rata-rata data sebelum dan sesudah

intervensi.

3.9 Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan obyek manusia yang memiliki kebebasan dalam

menentukan dirinya, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Pada

penelitian ini menjunjung tinggi prinsip etika penelitian yang merupakan

standar etika dalam melakukan penelitian sebagaimana dikemukakan oleh Polit

dan Beck, 2006 (dalam Setiawan, 2011) sebagai berikut:

1. Prinsip Manfaat

Prinsip ini mengharuskan peneliti untuk memperkecil risiko dan

memaksimalkan manfaat. Penelitian terhadap manusia diharapkan dapat

memberikan manfaat untuk kepentingan manusia secara individu atau

masyarakat secara keseluruhan. Prinsip ini meliputi hak untuk mendapatkan

perlindungan dari kejahatan dan kegelisahan dan hak untuk mendapatkan

perlidungan dari eksploitasi.

2. Prinsip Keadilan

Prinsip ini bertujuan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan

menghargai hak-hak memberikan perawatan secara adil, dan hak untuk

menjaga privasi manusia. Masalah etika yang harus diperhatikan dalam

penelitian menurut Hidayat, 2007 (dalam Setiawan, 2011) antara lain:


39

a. Mengaplikasikan informed consent. Informed consent diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden. Informasi yang harus ada dalam informed

consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukan

tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan,

potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi

yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

b. Tidak mencantumkan nama (anonymity) responden pada lembar

observasi. Hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang akan disampaikan.

c. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti (confidentiallity).
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan seluruh hasil penelitian dan pembahasan yang

diperoleh dari pengolahan data.

4.1 Gambaran Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dan pengambilan data terletak di Desa Jatinom Kecamatan

Kanigoro Kabupaten Blitar. Batas wilayah penelitian dan pengambilan data

sebagai berikut:

Barat : Kelurahan Klampok

Timur : Desa Gogodeso

Utara : Karang Tengah, Kuningan, Desa Gaprang

Selatan : Desa Minggirsari

Gambar 4.1 Peta Desa Jatinom

40
41

4.2 Hasil Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

a. Data Umum

1) Karakteristik ibu nifas berdasarkan usia

Tabel 4.1 Distribusi usia responden di Desa Jatinom Kecamatan


Kanigoro Kabupaten Blitar
No. Usia Frekuensi Presentase
1. ≤ 20 tahun 2 20%
2. 20-24 tahun 5 50%
3. 25-29 tahun 2 20%
4. 30-34 tahun 0 0%
5. ≥ 35 tahun 1 10%
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar dari

responden (50%) berusia 20-24 tahun.

2) Karakteristik ibu nifas berdasarkan paritas

Tabel 4.2 Distribusi paritas responden di Desa Jatinom Kecamatan


Kanigoro Kabupaten Blitar
No. Paritas Frekuensi Presentase
1. 1 7 70%
2. 2 2 20%
3. 3 1 10%
4. 4 0 0%
5. ≥5 0 0%
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar dari

responden (70%) adalah primipara.

b. Data Khusus

1) Tingkat nyeri luka jahitan ibu nifas sebelum diberikan rebusan kayu

manis
42

Tabel 4.3 Distribusi tingkat nyeri luka jahitan ibu nifas di Desa Jatinom
Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar sebelum diberikan rebusan kayu
manis
No. Tingkat Nyeri Luka Jahitan Frekuensi Presentase
Sebelum Diberikan
Rebusan Kayu Manis
1. Tidak nyeri 0 0%
2. Nyeri ringan 0 0%
3. Nyeri sedang 8 80%
4. Nyeri berat terkontrol 2 20%
5. Nyeri berat tidak terkontrol 0 0%
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebelum diberikan rebusan

kayu manis, seluruh responden (100%) mengalami nyeri luka jahitan,

dan hampir seluruh responden (80%) mengalami nyeri luka jahitan

sedang.

2) Tingkat nyeri luka jahitan ibu nifas setelah diberikan rebusan kayu

manis

Tabel 4.4 Distribusi tingkat nyeri luka jahitan ibu nifas di Desa Jatinom
Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar setelah diberikan rebusan kayu
manis
No. Tingkat Nyeri Luka Jahitan Frekuensi Presentase
Setelah Diberikan Rebusan
Kayu Manis
1. Tidak nyeri 8 80%
2. Nyeri ringan 2 20%
3. Nyeri sedang 0 0%
4. Nyeri berat terkontrol 0 0%
5. Nyeri berat tidak terkontrol 0 0%
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden

(80%) tidak mengalami nyeri luka jahitan setelah diberikan rebusan

kayu manis.
43

3) Pengaruh pemberian rebusan kayu manis terhadap nyeri luka jahitan ibu

nifas

Tabel 4.5 Perbandingan tingkat nyeri luka jahitan ibu nifas sebelum dan
sesudah diberikan rebusan kayu manis di Desa Jatinom Kecamatan
Kanigoro Kabupaten Blitar
No. Tingkat Nyeri Luka Sebelum Setelah
Jahitan Diberikan Diberikan
Rebusan Kayu Rebusan Kayu
Manis Manis
1. Tidak nyeri 0% 80%
2. Nyeri ringan 0% 20%
3. Nyeri sedang 80% 0%
4. Nyeri berat terkontrol 20% 0%
5. Nyeri berat tidak 0% 0%
terkontrol
Jumlah 100% 100%
Wilcoxon Asymp. Sig. (2-tailed) p=0,005
Berdasarkan Wilcoxon Signed Rank Test tentang pengaruh pemberian

rebusan kayu manis terhadap nyeri luka jahitan pada ibu nifas,

didapatkan hasil 0,005 dimana < 0,05 yang artinya terdapat pengaruh

sebelum dan sesudah diberikan rebusan kayu manis.

4.3 Pembahasan

a. Sebelum Intervensi Pemberian Rebusan Kayu Manis

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di Desa Jatinom

Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar pada tanggal 27 Juni – 09 Juli 2019

sebelum diberikan rebusan kayu manis, didapatkan 100% responden

mengalami nyeri luka jahitan dengan tingkat nyeri 0% nyeri ringan, 80%

nyeri sedang, 20% nyeri berat terkontrol, dan 0% nyeri berat tidak

terkontrol. Responden yang mengalami nyeri luka jahitan sedang

menunjukkan ekspresi menyeringai dan dapat berkomunikasi dengan baik.


44

Sedangkan responden yang mengalami nyeri luka jahitan berat terkontrol

menunjukkan ekspresi menyeringai, mendesis, dan terkadang tidak

merespon ketika berkomunikasi. Responden yang mengalami nyeri luka

jahitan sedang berjumlah 8 orang, dengan rincian 2 responden berusia ≤20

tahun, 3 responden berusia 20-24 tahun, 2 responden berusia 25-29 tahun,

dan 1 responden berusia ≥35 tahun, 5 responden merupakan primipara, dan

3 responden lainnya merupakan multipara. Sedangkan responden yang

mengalami nyeri luka jahitan berat terkontrol berjumlah 2 orang, dengan

rincian 2 responden berusia 20-24 tahun, dan 2 responden merupakan

primipara.

Salah satu faktor yang mempengaruhi ambang rangsang nyeri

adalah usia. Semakin tua usia seseorang, maka ambang rangsang nyerinya

lebih tinggi dibanding pada orang yang usianya lebih muda. Pada ibu nifas

dengan usia semakin tua yang mengalami robekan perineum akan lebih

tinggi ambang rangsang nyerinya dibandingkan dengan ibu nifas dengan

usia yang lebih muda (Mulati, 2017). Usia mempunyai peranan penting

dalam mempersepsikan intensitas nyeri. Semakin tua usia seseorang akan

semakin kompleks dalam mempersepsikan rasa nyerinya. Anak-anak dan

orang dewasa tentu berbeda dalam mengekspresikan rasa nyeri, anak-anak

cenderung bingung dan sukar mengekspresikan rasa nyeri yang dialaminya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, responden yang berusia ≤20

tahun mengalami intensitas nyeri yang lebih rendah dibandingkan

responden yang berusia lebih tua.


45

Pengalaman seseorang terhadap rasa nyeri yang dialami sebelumnya

akan menentukan ambang nyeri yang dialaminya sekarang. Jika seseorang

pernah mengalami nyeri yang sama, maka ambang nyeri orang tersebut

cenderung lebih rendah dibanding ambang nyeri yang dirasakan pertama

kali. Pada ibu nifas, pengalaman bisa dikaitkan dengan pengalaman ibu

dalam proses persalinan. Ibu nifas multipara tentunya akan memiliki

ambang nyeri yang lebih rendah dibanding ibu nifas primipara, karena ibu

multipara memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam beradaptasi

dengan nyeri dibandingkan ibu primipara (Mulati, 2017). Cara seseorang

merespon nyeri juga dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya.

Semakin banyak kejadian nyeri yang sama selama hidupnya, maka respon

nyerinya akan berbeda dengan orang yang pertama kali merasakan nyeri

tersebut. Pada ibu nifas, pengalaman sebelumnya dapat diketahui melalui

paritas. Pada primipara, intensitas nyeri yang dirasakan akan lebih besar

dibandingkan multipara, karena pada multipara sudah mempunyai

pengalaman nyeri dan proses adaptasi dalam mengatasi nyeri tersebut.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, intensitas nyeri pada ibu nifas

multipara cenderung lebih kecil dibandingkan intensitas nyeri pada ibu nifas

primipara.

b. Setelah Intervensi Pemberian Rebusan Kayu Manis

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Jatinom Kecamatan

Kanigoro Kabupaten Blitar pada tanggal 27 Juni – 09 Juli 2019, setelah

responden diberikan rebusan kayu manis, didapatkan 80% ibu nifas tidak
46

mengalami nyeri luka jahitan dan 20% mengalami nyeri luka jahitan ringan.

Responden yang mengalami nyeri luka jahitan ringan tidak menunjukkan

ekspresi menyeringai ataupun mendesis, dan dapat berkomunikasi dengan

baik. Seluruh responden diberikan rebusan kayu manis dengan teratur

selama 7 hari berturut-turut.

Setiap responden memiliki respon yang berbeda-beda ketika

diberikan rebusan kayu manis. Beberapa responden mengatakan nyeri luka

jahitan berkurang pada saat hari ke-3 dan beberapa responden lainnya

mengatakan nyeri luka jahitan berkurang pada saat hari ke-4. Keadaan

tersebut terjadi karena responden sangat antusias ketika diberikan rebusan

kayu manis serta penjelasan mengenai manfaat analgesik pada kayu manis.

Beberapa orang tua responden juga sangat antusias ketika diberikan

penjelasan dan mendukung responden guna mempercepat pemulihan

responden.

Rebusan kayu manis diberikan 1x per hari selama 1 minggu dengan

dosis 1,5 gr per pemberian. Ketika responden diberikan rebusan kayu manis,

responden mengatakan rasa rebusan kayu manis seperti teh tawar. Pada hari

ke-1 ketika diberikan rebusan kayu manis, seluruh responden merasakan

intensitas nyeri luka jahitan sama seperti observasi pada saat sebelum

diberikan rebusan kayu manis. Pada hari ke-2, intensitas nyeri yang

dirasakan oleh seluruh responden mulai berkurang. Pada hari ke-3 dan hari

ke-4, hampir seluruh responden tidak merasa nyeri pada luka jahitan,

merasa sehat kembali tetapi masih membutuhkan istirahat, namun sebagian


47

kecil responden masih merasa nyeri luka jahitan ringan. Pada hari ke 5-7,

hampir seluruh responden sudah tidak merasakan nyeri luka jahitan dan

kembali beraktivitas seperti sedia kala, namun sebagian kecil responden

masih merasa nyeri luka jahitan ringan tetapi dengan intensitas nyeri yang

sudah berkurang.

East, C. E., dkk (2012) dalam Wulandari (2017) menyebutkan ada

beberapa metode yang dapat mengurangi rasa sakit dan mempercepat

penyembuhan luka jahitan. Penggunaan obat-obat non steroid anti inflamasi

(NSAID) merupakan obat yang umum digunakan untuk mengurangi rasa

sakit dan mempercepat penyembuhan luka jahitan. Beberapa studi juga

meneliti tentang pengaruh obat herbal untuk mengobati luka jahitan,

misalnya kayu manis.

Kayu manis memiliki kandungan senyawa eugenol yang bersifat

analgesik yang dapat mengurangi rasa nyeri. Dengan menyerang COX dan

menghentikan tugasnya akan memperlambat produksi prostaglandin.

Prostaglandin dapat mensensitisasi ujung saraf notiseptif terhadap mediator

peradangan lainnya sehingga memperkuat pesan nyeri dasar. Prostaglandin

dibuat di dalam tubuh oleh suatu enzim yang disebut siklooksigenase

(cyclo-oxygenase) atau disingkat COX. Enzim COX membantu

memetabolisme (atau memecah) suatu zat yang disebut asam arakidonat

menjadi prostaglandin yang menyebabkan nyeri.


48

c. Pengaruh Pemberian Rebusan Kayu Manis Terhadap Nyeri Luka Jahitan

Pada Ibu Nifas

Hasil Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan p value = 0,005

sehingga nilai p value = 0,005 > α = 0,05 artinya terdapat pengaruh sebelum

dan sesudah diberikan rebusan kayu manis terhadap nyeri luka jahitan pada

ibu nifas di BPM Sri Wahyuni Desa Jatinom Kecamatan Kanigoro

Kabupaten Blitar.

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebelum diberikan

rebusan kayu manis, seluruh responden merasakan nyeri luka jahitan, 80%

responden mengalami nyeri luka jahitan sedang, dan 20% mengalami nyeri

luka jahitan berat terkontrol. Setelah diberikan rebusan kayu manis 1x per

hari selama 1 minggu dengan dosis 1,5 gr per pemberian, terdapat 80%

responden tidak mengalami nyeri luka jahitan dan 20% mengalami nyeri

luka jahitan ringan.

Nyeri luka jahitan yang dirasakan oleh ibu nifas merupakan hal yang

normal akibat proses penjahitan pada saat persalinan. Namun nyeri yang

sangat akan mengganggu proses kesembuhan ibu nifas dan memperlambat

ibu untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti sedia kala. Ibu nifas yang

lambat melakukan mobilisasi dini juga dapat mengakibatkan komplikasi

seperti infeksi dan thrombosis vena (thrombophlebitis). Oleh karena itu,

pemberian rebusan kayu manis diperlukan untuk mengurangi nyeri luka

jahitan yang dirasakan ibu nifas.


49

Kayu manis merupakan salah satu dari sekian banyak rempah herbal

yang sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat di seluruh dunia. Studi

secara invivo dan invitro menunjukkan bahwa kandungan senyawa aktif dan

derivatnya yang terkandung dalam kayu manis mempunyai efek antifungal,

antikardiovaskular, antikanker, antiinflamasi, antiulser, antidiabetes,

antivirus, antihipertensi, antioxidant, dan penurun lemak dan kolesterol

(Shen et al, 2012 dalam Wulandari, 2017).

Penelitian Mohammadi A. dalam Wulandari (2017) tentang efek

salep kayu manis 2% pada nyeri perineum dan proses kesembuhan luka

episiotomi menunjukkan bahwa kayu manis dapat digunakan untuk

mengurangi nyeri perineum dan mempercepat proses kesembuhan dari luka

episiotomi. Penelitian eksperimen untuk mengetahui efek kayu manis

terhadap nyeri dan luka episiotomi dilakukan dengan metode double blind

randomized placebo control trial. Jumlah responden pada penelitian ini

berjumlah 114 ibu nifas yang dibagi menjadi 2 grub. Intervensi dilakukan 1

jam setelah proses episiotomi selesai dilakukan. Responden mendapatkan

perawatan salep kayu manis dan salep plasebo sejumlah 2 ml yang

digunakan setiap 12 jam selama 10 hari. Nyeri perineum diukur dengan

menggunakan VAS (Visual Analog Scale) dengan skala 1-10, sedangkan

untuk proses kesembuhan luka episiotomi diukur dengan REEDA (Redness,

Edema, Ecchymosis, Discharge, Approximation) dengan skala 0-15. Hasil

penelitian ini menunjukkan skor pada kelompok salep kayu manis secara
50

signifikan lebih rendah dibanding kelompok plasebo, baik untuk nyeri

maupun proses kesembuhan luka (Wulandari, 2017).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Mohammadi A. dalam Wulandari (2017) adalah pada

penggunaan kayu manis, variabel terikat, lama pemberian kayu manis, dan

observasi nyeri. Pada penelitian Mohammadi A. kayu manis digunakan

sebagai salep, terdapat variabel terikat yaitu nyeri perineum dan proses

kesembuhan luka episiotomi, lama pemberian kayu manis yaitu 10 hari, dan

diobservasi dengan menggunakan VAS (Visual Analog Scale). Sedangkan

pada penelitian ini kayu manis direbus sebagai minuman, variabel terikat

berfokus pada nyeri luka jahitan, lama pemberian rebusan kayu manis yaitu

7 hari, dan diobservasi dengan menggunakan NRS (Numeric Rating Scale).

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada 27 Juni – 09

Juli 2019, setelah diberikan rebusan kayu manis 1x per hari selama 1

minggu dengan dosis 1,5 gr didapatkan hasil pada tabel 4.4 yang

menunjukkan bahwa ibu nifas yang tidak mengalami nyeri luka jahitan 80%

dan ibu nifas yang mengalami nyeri luka jahitan ringan 20%. Hal ini

menunjukkan penurunan intensitas nyeri luka jahitan sebelum diberikan

rebusan kayu manis dimana terdapat 80% ibu nifas mengalami nyeri sedang

dan 20% mengalami nyeri luka jahitan berat terkontrol.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

a. Nyeri luka jahitan pada ibu nifas sebelum diberikan rebusan kayu manis

yaitu 80% mengalami nyeri luka jahitan sedang dan 20% mengalami nyeri

luka jahitan berat terkontrol.

b. Nyeri luka jahitan pada ibu nifas setelah diberikan rebusan kayu manis yaitu

80% tidak mengalami nyeri luka jahitan dan 20% mengalami nyeri luka

jahitan ringan.

c. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil p value = 0,005 dimana p

value < 0,05 yang artinya terdapat pengaruh sebelum dan sesudah diberikan

rebusan kayu manis yang ditunjukkan dari Wilcoxon Signed Rank Test.

5.2 Saran

a. Bagi Institusi

Diharapkan institusi dapat menjadikan penelitian ini sebagai masukan

bahan pembelajaran pada mata kuliah asuhan kebidanan pada ibu nifas,

untuk membantu memberikan solusi menurunkan nyeri luka jahitan pada

ibu nifas.

b. Bagi Instansi Kesehatan (BPM Sri Wahyuni Desa Jatinom Kecamatan

Kanigoro Kabupaten Blitar)

Diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai masukan informasi

dan dapat dijadikan sarana pelayanan KIA untuk membantu memberikan

solusi menurunkan nyeri luka jahitan pada ibu nifas.

51
52

c. Bagi Responden

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi alternatif bagi ibu nifas untuk

menurunkan nyeri luka jahitan secara mandiri dengan membuat rebusan

kayu manis di rumah dengan dosis yang sesuai dan selalu rutin

memeriksakan diri selama masa nifas di pelayanan kesehatan di Desa

Jatinom Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar.


53

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2013). Persalinan Tanpa Nyeri Berlebihan. Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media.

Danuatmaja, B. (2003). 40 Hari Pasca Persalinan. Jakarta: Puspa Swara.


Handayani, L. (2003). Tanaman Obat Untuk Masa Kehamilan & Pasca
Melahirkan. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Hariana, A. (2005). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta: Penebar


Swadaya.
Hussein. (2015). Pengobatan Ruqyah dengan Terapi Kayu Manis. Sukabumi:
Adamssein Media.
Ilmiah, W. (2015). Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha Medika.
Judha, M. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Latifin. (2014). Panduan Dasar Klinik Keperawatan. Malang: Penerbit Gunung
Samudera.

Lingga, L. (2012). Bebas Diabetes Tipe-2 Tanpa Obat. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
Marmi. (2012). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulati, T. S. (2017). Nyeri Perineum Berdasarkan Karakteristik Pada Ibu Post


Partum. diakses 16-07-2019 melalui
http://ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/involusi/article/download/281/
275&ved=2ahUKEwjw5NuUi7njAhVJKY8KHdnxBdwQFjABegQICBAI
&usg=AOvVaw0BHGkp24CFao0q6MWpdJVA.

Mursito, B. (2007). Sehat di Usia Lanjut dengan Ramuan Tradisional. Jakarta:


Penebar Swadaya.
Nugroho, S. H. (2006). Sehat & Bugar Secara Alami. Jakarta: Niaga Swadaya.

Pantiyasa, W. (2011). Metodologi Penelitian. Denpasar: Penerbit Andi.


Putri, A. D. (2016). Pengaruh Kompres Dingin terhadap Nyeri Luka Perineum
pada Ibu Nifas di RSU Muhammadiyah Bantul. diakses 24-04-2019 melalui
http://digilib.unisayogya.ac.id/1976/1/NASKAH%PUBLIKASI%20-
%20AYANG%20DYANING%20PUTRI%20201510104059.pdf.
54

Romauli, S. (2011). Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Sastrawinata, S. (2004). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 2.


Jakarta: EGC.
Setiawan, A. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sulistyawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.

Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Tobing, M. J. (2016). Efek Analgesik Ekstrak Kulit Batang Kayu Manis pada Tikus
Putih Jantan Strain Wistar yang Mendapat Trauma Mekanik Menggunakan
Paw-Pressure Test. diakses 28-05-2019 melalui
https://www.academia.edu/35947385/EFEK_ANALGESIK_EKSTRAK_
KULIT_BATANG_KAYU_MANIS_Cinnamomum_zeylanicum_PADA_
TIKUS_PUTIH_JANTAN_Rattus_norvegicus_STRAIN_WISTAR_YAN
G_MENDAPAT_TRAUMA_MEKANIK_MENGGUNAKAN_PAW-
PRESSURE_TEST.
Tohawa, J. (2012). Manfaat Eugenol dalam Berbagai Industri di Indonesia. diakses
27-03-2019 melalui
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbasebun/Penerb
itan-20141207120951.pdf

Winarto. (2003). Memanfaatkan Bumbu Dapur untuk Mengatasi Aneka Penyakit.


Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Wulandari, A. (2017). Herbal Bali - Khasiat dan Ramuan Tradisional Asli dari
Bali. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Wulandari, E. (2017). Herbal untuk Perawatan Masa Nifas; Penggunaan Kayu
Manis untuk Nyeri Perineum dan Luka Episiotomi. diakses 15-02-2019
melalui https://media.neliti.com/media/publications/217380-herbal-untuk-
perawatan-masa-nifas-penggu.pdf
Zuliati, I. (2017). The Duration of Perineal Wound Healing Between Baste and
Interrupted Suture Among Postpartum Mothers. diakses 24-02-2019
melalui http://publications.inschool.id/index.php/icash/article/view/55
55

Lampiran 1

INFORMASI PENELITIAN

Saya sebagai Mahasiswa Program Studi Kebidanan STIKes Patria Husada

Blitar, bernama Nofa Fero Nika, akan melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Pemberian Rebusan Kayu Manis Terhadap Nyeri Luka Jahitan Pada Ibu

Nifas Di BPM Sri Wahyuni Desa Jatinom Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar”

sebagai syarat akhir kelulusan.

Dalam hal ini saya mohon kesediaan responden untuk mengisi angket

dengan sejujurnya dan semua data yang dikumpulkan akan dirahasiakan dengan

tanpa nama.

Demikian informasi penelitian ini saya buat, atas partisipasi responden saya

sampaikan terimakasih.

Blitar, 25 Juni 2019


Peneliti,

Nofa Fero Nika


NIM. 1621041
56

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Judul : Pengaruh Pemberian Rebusan Kayu Manis Terhadap


Nyeri Luka Jahitan Pada Ibu Nifas Di BPM Sri Wahyuni
Desa Jatinom Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar
Peneliti : Nofa Fero Nika
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Patria Husada Blitar
Dosen Pembimbing : 1. Maria Ulfa, S.ST., M.Kes
2. Wahyu Wibisono, S.S., M.Pd
Bahwa saya menyatakan bersedia berperan serta dalam penelitian ini
sebagai responden dengan mengisi form yang disediakan peneliti.
Sebelum mengisi form, saya telah diberi keterangan/penjelasan mengenai
tujuan penelitian ini, dan saya telah mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan
identitas, data, maupun informasi yang diberikan. Apabila ada pernyataan yang
menimbulkan respon emosional yang tidak nyaman, maka peneliti akan
menghentikan pengumpulan data dan memberikan hak kepada saya untuk
mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa resiko apapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela dan tanpa ada unsur
paksaan dari siapapun.

Blitar, Juni 2019


Responden

( )
57

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN KAYU MANIS TERHADAP

NYERI LUKA JAHITAN DI BPM SRI WAHYUNI DESA JATINOM

KECAMATAN KANIGORO KABUPATEN BLITAR

Petunjuk Pengisian

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar dan jujur.

Karakteristik Responden

Umur : _______ tahun

Persalinan Ke :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Derajat Laserasi :

Nifas Hari Ke :

Pola Nutrisi :

Mobilisasi :
58

Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI NYERI LUKA JAHITAN PADA IBU NIFAS

Skala Gambaran Nyeri


0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan: secara obyektif dapat berkomunikasi dengan
baik
4-6 Nyeri sedang: secara obyektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah dengan baik
7-9 Nyeri berat terkontrol: secara obyektif klien terkadang tidak
dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nafas panjang dan distraksi
10 Nyeri berat tidak terkontrol: pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul

Nb: Ibu diharuskan memilih salah satu intensitas nyeri yang paling dominan

dirasakan.
59

Lampiran 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMBERIAN REBUSAN KAYU MANIS

UNTUK NYERI LUKA JAHITAN PADA IBU NIFAS

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Pengertian Rebusan kayu manis merupakan hasil rebusan air, kayu


manis, dan gula putih dan diberikan saat hangat-hangat
kuku untuk mengurangi nyeri luka jahitan pada ibu nifas.
Tujuan Pemberian rebusan kayu manis ini dapat menurunkan
nyeri luka jahitan pada ibu nifas.
Indikasi Ibu nifas yang mengalami nyeri luka jahitan.
Persiapan Responden Inform consent pada ibu sebagai persetujuan menjadi
responden untuk pelaksanaan pemberian rebusan kayu
manis untuk mengurangi nyeri luka jahitan pada ibu
nifas.
Waktu Diminum sebanyak 1 kali per hari selama 1 minggu.
Persiapan Alat dan 1. Alat dan bahan
Bahan a. Alat
- Kompor
- Panci
- Saringan
- Gelas
- Sendok aduk
b. Bahan
- 1,5 gram kayu manis
- 400 ml air
- 2 gr gula putih
60

Cara Kerja 1. Ambil 400 ml air pada panci, masukkan 1,5 gr


kayu manis ke dalam panci.
2. Rebus semua bahan tersebut diatas kompor
dengan api ± 1.500oC sampai tersisa 200 ml air
hasil rebusan (± 5 menit).
3. Saring dan tuangkan hasil rebusan ke dalam
gelas, tambahkan 2 gr gula putih kemudian aduk
hingga larut.
4. Minum segera saat air rebusan saat hangat-hangat
kuku.
61

Lampiran 6

Lembar Observasi Pre-Post


Pemberian Rebusan Kayu Manis Terhadap Nyeri Luka Jahitan Pada Ibu Nifas

Sebelum Diberikan Rebusan Kayu Setelah Diberikan Rebusan Kayu


Kode Manis Manis
Tanggal Tanggal
Responden 0 1-3 4-6 7-9 10 0 1-3 4-6 7-9 10
TN NR NS NBT NBTT TN NR NS NBT NBTT
A 27-06-2019 Ѵ 04-07-2019 Ѵ
B 28-06-2019 Ѵ 05-07-2019 Ѵ
C 29-06-2019 Ѵ 06-07-2019 Ѵ
D 30-06-2019 Ѵ 07-07-2019 Ѵ
E 30-06-2019 Ѵ 07-07-2019 Ѵ
F 30-06-2019 Ѵ 07-07-2019 Ѵ
G 01-07-2019 Ѵ 08-07-2019 Ѵ
H 01-07-2019 Ѵ 08-07-2019 Ѵ
I 02-07-2019 Ѵ 09-07-2019 Ѵ
J 02-07-2019 Ѵ 09-07-2019 Ѵ
62

Lampiran 7

Tabulasi Data Responden di Desa Jatinom


Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar

Nyeri Luka Jahitan Nyeri Luka Jahitan


Sebelum Diberi Sesudah Diberi
Kode Usia Paritas
Perlakuan Perlakuan
Skala Kriteria Skala Kriteria
A 3 2 4 3 0 1
B 2 1 5 3 0 1
C 1 1 5 3 0 1
D 2 1 7 4 1 2
E 2 1 5 3 0 1
F 2 1 7 4 0 1
G 5 3 4 3 0 1
H 2 1 5 3 1 2
I 3 2 5 3 0 1
J 1 1 6 3 0 1

Keterangan:
a. Usia
1 = ≤20 tahun
2 = 20-24 tahun
3 = 25-29 tahun
4 = 30-34 tahun
5 = ≥35 tahun
b. Paritas
1 = 1 anak
2 = 2 anak
3 = 3 anak
4 = 4 anak
5 = ≥5 anak
c. Skala Nyeri
1 = 0 (tidak nyeri)
2 = 1-3 (nyeri ringan)
3 = 4-6 (nyeri sedang)
4 = 7-9 (nyeri berat terkontrol)
5 = 10 (nyeri berat tidak terkontrol)
63

Lampiran 8
HASIL PENGOLAHAN DATA PENELITIAN
DATA UMUM

Usia Responden
No. Usia Frekuensi Presentase
1. ≤ 20 tahun 2 20%
2. 20-24 tahun 5 50%
3. 25-29 tahun 2 20%
4. 30-34 tahun 0 0%
5. ≥ 35 tahun 1 10%
Jumlah 10 100%

Paritas
No. Paritas Frekuensi Presentase
1. 1 7 70%
2. 2 2 20%
3. 3 1 10%
4. 4 0 0%
5. ≥5 0 0%
Jumlah 10 100%

DATA KHUSUS

Tingkat Nyeri Luka Jahitan


No. Sebelum Diberikan Rebusan Kayu Frekuensi Presentase
Manis
1. Tidak nyeri 0 0%
2. Nyeri ringan 0 0%
3. Nyeri sedang 8 80%
4. Nyeri berat terkontrol 2 20%
5. Nyeri berat tidak terkontrol 0 0%
Jumlah 10 100%
64

Tingkat Nyeri Luka Jahitan


No. Setelah Diberikan Rebusan Kayu Frekuensi Presentase
Manis
1. Tidak nyeri 8 80%
2. Nyeri ringan 2 20%
3. Nyeri sedang 0 0%
4. Nyeri berat terkontrol 0 0%
5. Nyeri berat tidak terkontrol 0 0%
Jumlah 10 100%

Sebelum Diberikan Setelah Diberikan


Tingkat Nyeri Luka
No. Rebusan Kayu Rebusan Kayu
Jahitan
Manis Manis
Tidak nyeri
1. 0% 80%
Nyeri ringan
2. 0% 20%
Nyeri sedang
3. 80% 0%
Nyeri berat terkontrol
4. 20% 0%
Nyeri berat tidak
5. 0% 0%
terkontrol
Jumlah 100% 100%
Wilcoxon Asymp. Sig. (2-tailed) p=0,005

UJI STATISTIK WILCOXON

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Post Test - Pre Negative Ranks 10a 5.50 55.00
Test Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 0c
Total 10
a. Post Test < Pre Test
b. Post Test > Pre Test
c. Post Test = Pre Test
65

Test Statisticsb
Post Test -
Pre Test
Z -2.831a
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
66

Lampiran 9
SURAT-SURAT
67

Lampiran 10
LEMBAR BIMBINGAN PROPOSAL
68
69

LEMBAR BIMBINGAN KTI


70
71
72

Lampiran 11
DOKUMENTASI KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai