Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peradaban manusia yang semakin maju mengakibatkan perkembangan
terhadap ilmu pengetahuan semakin cepat. Perkembangan ilmu pengetahuan
juga akan berdampak pesat pada teknologi. Salah satu bentuk ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berkembang saat ini adalah bioteknologi.
Bioteknologi berasal dari kata “bio” yang berarti makhluk hidup
dan “teknologi” yang berarti cara untuk memproduksi barang dan jasa, dan
secara bebas dapat didefinisikan secara bebas sebagai pemanfaatan organisme
hidup untuk menghasilkan produk dan jasa yang bermanfaat bagi manusia
(Kuswanti, 2008:113).
Istilah bioteknologi pertama kali dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang
insinyur Hongaria pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi dalam
skala besar dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakan. Pada
perkembangannya sampai pada tahun 1970, bioteknologi selalu berasosiasi
dengan rekayasa biokimia (biochemical engineering). Dari paduan dua kata
tersebut (bio dan teknologi) European Federation of Biotechnology (1989)
mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan
ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel,
bagian dari organisme hidup dan analog mulekuler untuk menghasilkan produk
dan jasa.
Prinsip - prisip bioteknologi telah digunakan untuk membuat dan
memodifikasi tanaman, hewan, dan produk makanan. Bioteknologi yang
menggunakan teknologi yang masih sederhana ini disebut bioteknologi
konvensional atau tradisional. Penerapan bioteknologi konvensional ini sering
diterapkan dalam pembuatan produk-produk makanan. Seiring dengan
perkembangan dan penemuan dibidang molekuler maka teknologi yang
digunakan dalam bioteknologi pada saat ini semakin canggih. Bioteknologi yang
menggunakan teknologi canggih ini disebut bioteknologi modern
(Nurcahyo,1997). Oleh karena itu, disusunlah makalah yang berjudul “Mengkaji
Bioteknologi konvensional dan modern”.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu bioteknologi?
2. Apa kelebihan dan kekurangan bioteknologi konvensional dengan
bioteknologi moderen?
3. Bagaimana ciri-ciri dan contoh dari bioteknologi konvensional?
4. Bagaimana ciri-ciri dan contoh dari bioteknologi moderen?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu bioteknologi
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan antara bioteknologi konvensional
dengan bioteknologi moderen.
3. Mengetahui ciri-ciri dan contoh dari bioteknologi konvensional.
4. Mengetahui ciri-ciri dan contoh dari bioteknologi moderen.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bioteknologi
2.1.1 Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi berasal dari kata “bio” yang berarti makhluk hidup
dan “teknologi” yang berarti cara untuk memproduksi barang dan jasa, dan
secara bebas dapat didefinisikan secara bebas sebagai pemanfaatan organisme
hidup untuk menghasilkan produk dan jasa yang bermanfaat bagi manusia
(Kuswanti, 2008:113).
Istilah bioteknologi pertama kali dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang
insinyur Hongaria pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi dalam
skala besar dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakan. Pada
perkembangannya sampai pada tahun 1970, bioteknologi selalu berasosiasi
dengan rekayasa biokimia (biochemical engineering). Dari paduan dua kata
tersebut (bio dan teknologi) European Federation of Biotechnology (1989)
mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan
ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel,
bagian dari organisme hidup dan analog mulekuler untuk menghasilkan produk
dan jasa.
Bioteknologi sebenarnya sudah dikerjakan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu, karena manusia telah bertahun-tahun lamanya menggunakan
mikroorganisme seperti bakteri dan jamur ragi untuk membuat makanan
bermanfaat seperti tempe, roti, anggur, keju, dan yoghurt. Namun istilah
bioteknologi baru berkembang setelah Pasteur menemukan proses fermentasi
dalam pembuatan anggur (Kuswanti, 2008:113).
Perkembangan yang pesatdalam bidang biologi sel dan biologi molekuler
sejak tahun 1960-an mendorong perkembangan bioteknologi secara cepat.
Dewasa ini, manusia telah mampu memanipulasi, mengubah, dan/atau
menambahkan sifat tertentu pada suatu organisme (Kuswanti, 2008 : 112).

2.1.2 Sejarah Singkat Perkembangan Bioteknologi


Bioteknologi bukanlah merupakan ilmu yang baru dalam peradaban
manusia. Bioteknologi telah dilakukan sejak zaman dahulu, antara lain untuk
menghasilkan minuman beralkohol dan makanan yang difermentasikan.
Bioteknologi mengalami perkembangan secara bertahap. Semenjak awal

3
diterapkan, sampai tahun 1857 disebut “era bioteknologo non-mikrobal”. Disebut
era bioteknologi non-mikrobal, karena pada saat itu belum diketahui bahwa
makanan produk fermentasi merupakan hasil kerja mikroorganisme.
Bioteknologi dimensi baru (bioteknologi mikrobal) dimulai sejak 1857
setelah Louis Pasteur menemukan bahwa fermentasiyang terjadi dalam
pembuatan anggur merupakan hasil kerja mikroorganisme. Makanan atau
minuman yang diproduksi melalui proses fermentasi antara lain tempe, tape,
sake (berasal dari Jepang), tuak, anggur, dan yoghurt (Kuswanti, 2008:114).
Pada tahun 1920 proses fermentasi yang ditimbulkan oleh mikroorganisme
mulai digunakan untuk memproduksi zat-zat seperti aseton, butanol, etanol, dan
gliserin. Fermentasi juga digunakan untuk memproduksi asam laktat, asam
sitrat, dan asam asetat dengan menggunakan jasa bakteri.
Setelah perang dunia ke-2, dihasilkan produk bioteknologi lain
misalnya penesilin dari jamur penecillium nonatum. Keberhasilan ini diikuti
dengan penelitian kemapuan mikroorganisme lain yang menghasilkan antibiotic
dan zat-zat lain seperti steroid, vitamin, enzim, asam amino, dan senyawa-
senyawa protein tertentu.
Perkembangan teknologi mutakhir yang dibarengi dengan perkembangan
di bidang biokimia, biologi seluler, dan biologi molekuler melahirkan teknologi
enzim dan rekayasa genetika yang akhirnya mengantarkan kita ke suatu era
modern. Kini bioteknologi telah benar-benar digunakan untuk menjawab berbagai
tantangan kehidupan manusia. Catatan peristiwa dalam perkembangan
bioteknologi, antara lain :
1. Ragi untuk pembuatan anggur, sebelum 6000 SM.
2. Ragi untuk pengembangan roti, sekitar 4000 SM.
3. Mikroba untuk menmbang tembaga (Spanyol), sebelum 1670.
4. Mikroba pertama dilihat Antonie Van Leewenhoek, 1880.
5. Mikroba kontaminan pertama penggagal fermentasi ditemukan oleh Lois
Pasteur, 1876.
6. Enzim diekstrak dari ragi yang dapat membuat alcohol oleh Eduard Buchner,
1897.
7. Bakteri penghasil aseton, butanol, gliserol, 1910.
8. Struktur rantai DNA terungkap, 1928.
9. Penemuan bakteri antibiotik baru (streptomycin, spalosporin, dll), 1953.
10. Mikroba untuk menambang uranium di Kanada, 1950-an.

4
11. DNA rokombinan ditemukan dan percobaan rekayasa genetika pertama
berhasil, 1973.
12. Hibridoma menghasilkan antibodi monoclonal, 1973.
13. Insulin hasil rekayasa genetika diperbolehkan digunakan pada manusia,
1981.
14. Interferon, hormone tumbuh, vaksin hepatitis, dihasilkan dari rekayasa,
pertengahan 1980-an.
15. Bahan mentah industry plastik dari mikroba, interferon untuk kanker, akhir
1980-an.
16. Mikroba hasil rekayasa membantu mengekstrak minyak dari tanah, 1990.

2.1.3 Jenis-jenis Bioteknologi

Bioteknologi dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Bioteknologi Konvensial

Bioteknologi konvensional adalah praktik bioteknologi yang dilakukan


dengan cara dan peralatan yang sederhana, tanpa adanya rekayasa genetika.
Contoh produknya bir, wine, tuak, keju, sake (berasal dari Jepang), yoghurt, roti,
keju, tempe, dan lain sebagainya.

2. Bioteknologi Modern

Bioteknologi modern merupakan bioteknologiyang didasarkan pada


manipulasi atau rekayasa DNA, selain memanfaatkan
dasar mikrobiologi dan biokimia. Penerapan bioteknologi modern juga mencakup
berbagai aspek kehidupan, misalnya ternak unggul hasil manipulasi genetik
(peternakan), buah tomat hasil manipulasi genetik yang tahan lama (pangan),
tanaman jagung dan kapas yang resisten terhadap serangan penyakit tertentu
(pertanian), hormone insulin yang dihasilkan oleh E.Coli (kedokteran dan
farmasi).

2.2 Kekurangan dan Kelebihan Bioteknologi


2.2.1 Kekurangan dan Kelebihan Bioteknologi Konvensional
A. Kelebihan Bioteknologi Konvensional.
1. Relatif mudah
2. Teknologi relatif sederhana
3. Pengaruh jangka panjang umumnya sudah diketahui karena sistemnya
sudah mapan.

5
B. Kekurangan Bioteknologi Konvensional.
1. Perbaikan sifat genetis tidak terarah
2. Tidak dapat mengatasi masalah ketidaksesuaian (inkompatibilitas)
genetic
3. Hasil tidak dapat diperkirakan sebelumnya
4. Memerlukan waktu relatif lama untuk menghasilkan alur baru
5. Seringkali tidak dapat mengatasi kendala alam dalam sistem budidaya
tanaman, misalnya masalah hama.
2.2.2 Kekurangan dan Kelebihan Bioteknologi Modern
A. Kelebihan Bioteknologi Modern
1. Perbaikan sifat genetis dilakukan secara terarah.
2. Dapat mengatasi kendala ketidaksesuaian genetic
3. Hasil dapat diperhitungkan
4. Dapat menghasilkan jasad baru dengan sifat baru yang tidak ada pada
jasad alami
5. Dapat memperpendek jangka waktu pengembangan galur jasad tanaman
baru
6. Dapat meningkatkan kualitas dan mengatasi kendala alam dalam sistem
budidaya tanaman.
B. Kekurangan Bioteknologi Modern
1. Relatif mahal
2. Memerlukan kecanggihan teknologi
3. Pengaruh jangka panjang belum diketahui

2.3 Ciri dan Contoh Bioteknologi Konvensional


Dalam bioteknologi konvensional, penerapan teknik-teknik biologi,
biokimia atau rekayasa masih sangat terbatas sehingga belum mencapai aras
rekayasa molecular yang terarah. Dalam hal ini agensia jasad hidup digunakan
sebagaimana apa adanya. Kalaupun ada rekayasa, maka rekayasa tersebut
masih dalam aras yang belum sepenuhnya dapat dikendalikan. Sebagai contoh,
untuk meningkatkan produksi etanol oleh mikroba tertentu, para ilmuwan telah
menerapkan teknik mutasi genetik sejak puluhan tahun yang silam. Pada awal
perkembangannya, teknik mutasi tersebut dilakukan secara acak sehingga hasil
mutasi tidak dapat sepenuhnya dikendalikan atau diramalkan.

6
Menurut Clegg, et al., (1990) adapun ciri-ciri bioteknologi konvensional yaitu:
1. Memakai makhluk hidirup secara langsung
2. Tanpa didasari prinsip ilmiah
3. Berdasarkan keterampilan yg diwariskan turun-temurun
4. Dapat diproduksi secara masal
Menurut Nurcahyo (1997), contoh bioteknologi konvensional yaitu:
a) Proses Pembuatan Tempe
Proses pembuatan tempe adalah proses peragian (fermentasi) oleh kapang
Rhizopus sp, yaitu R. orizae , R. chlamidosporus. Spora kapang ini tumbuh pada
kedelai dan membentuk benang-benang (miselium) yang mengikat biji-biji kedelai
satu dengan lain sehingga didapatkan massa yang kompak. Selama waktu
inkubasi, Rhizopus sp yang digunakan adalah yang terdapat pada tempe yang
sudah jadi atau pada bekas pembungkusnya. Spora kapang ini juga dapat
diawetkan pada daun waru (Hibiscustiliaceus).
Proses fermentasi pada kedelai dapat menyebabkan perubahan kimia
protein karena adanya enzim proteolitik, menyebabkan degradasi protein kedelai
menjadi asam amino. Sehingga nitrogen terlarut meningkat dari 0,5 menjadi
2,5%, degradasi protein ini juga menyebabkan peningkatan PH. Nilai PH tempe
yang baik berkisar antara 6,3-6,5. Aktivitas protease terdeteksi setelah
fermentasi 12 jam ketika pertumbuhan hifa kapang masih relatif sedikit. Hanya
5% dari hidrolisis protein yang digunakan sebagai sumber karbon dan energi .
Sisanya terakumulasi dalam bentuk peptida dan asam amino. Asam amino
mengalami perubahan dari 1,02 menjadi 50,95 setelah fermentasi 48jam. Proses
perendaman dan pemasakan juga mempengaruhi hilangnya protein, selama
perendaman protein turun sebanyak 1,4%. Selama fermentasi protein kasar
hanya sedikit yang berubah tetapi kelarutannya meningkat menjadi kira-kira 50%
(Nurcahyo, 1997).
Suhu meningkat selama fermentasi dan akan akan menurun jika
pertumbuhan jamur terhenti. PH meningkat, disebabkan oleh penurunan protein.
Fermentasi juga meningkatkan padatan terlarut, peningkatan total solid ternyata
dapat meningkatkan daya cerna tempe dibandingkan kedelai rebus. Selama
fermentasi terjadi peningkatan Ph secara bertahap 5,0-7,5 disebabkan
terbentuknya NH3 pada tahap fermentasi. Pada proses fermentasi tempe juga
terjadi perubahan kimia lemak, kapang akan menguraikan sebagian besar lemak
dalam kedelai selama fermentasi. Pembebasan asam lemak ditandai dengan

7
meningkatnya angka asam 50-70 kali sebelum fermentasi. Lemak dalam tempe
tidak mengandung kolesterol, lemak dalam tempe juga tahan terhadap
ketengikan karena adanya antioksidan alami yang dihasilakn oleh kapang.
Adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe maka protein,
lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna didalam tubuh
dibandingkan yang terdapat dalam kedelai.
Fermentasi pada tempe dapat menghilangkan bau langu dari kedelai yang
disebabkan oleh aktivitas dari enzim lipoksigenase. Jamur yang berperanan
dalam proses fermentasi tersebut adalah Rhizopus oligosporus. Beberapa sifat
penting dari Rhizopus oligosporus antara lain meliputi : aktivitas enzimatiknya,
kemampuan menghasilkan antibiotika, biosintesa vitamin-vitamin B,
kebutuhannya akan senyawa sumber karbon dan nitrogen, perkecambahan
spora, dan penertisi miselia jamur tempe ke dalam jaringan biji kedelai.
b) Proses Pembuatan Yoghurt
Yoghurt adalah salah satu hasil olahan susu dengan cara difermentasi
sehingga rasanya asam dan manis. Bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus menguraikan laktosa atau gula susu menjadi asam
laktat yang menyebabkan menjadi asam.
Proses pembuatan susu fermentasi meliputi (1) homogenisasi yaitu untuk
mencegah timbulnya lapisan lemak pada permukaan, sehingga diperoleh produk
yang teksturnya halus, (2) pasteurisasi untuk menginaktifkan enzim dan juga
membunuh mikroba patogen dalam susu, (3) pendinginan dilakukan sampai suhu
mencapai 30-45oC, yang merupakan suhu optimal untuk Lactobacillus
bulgaricus, Streptococcus thermophilus, (4) Inokulasi dan (5) Inkubasi (Wahyudi
dan Suwanto, 19988). Susu mempunyai warna putih kebiru-biruan sampai kuning
kecoklat-coklatan. Warna putih pada susu, serta penampakannya adalah akibat
penyebaran butiran-butiran koloid lemak, kalsium kaseinat dan kalsium fosfat,
dan bahan utama yang memberi warna kekuning-kuningan adalah karoten dan
riboflavin (Cegg, et al., (1990).
Prinsip utama pembuatan asam laktat dengan proses fermentasi adalah
pemecahan laktosa menjadi bentuk monosakaridanya dan dari monosakarida
tersebut dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh Lactobacillus sp. akan
diubah menjadi asam laktat. Asam laktat murni tidak berbau, tidak berwarna, dan
bersifat higroskopis pada suhu kamar. Dalam keadaan tidak murni asam laktat
berwarna kekuningan karena mengandung pigmen karoten (Sopandi, 2014).

8
Proses fermentasi dilakukan sampai pH mencapai 4,4-4,5 yang diikuti
dengan terbentuknya flavor asam yang khas karena terbentuknya senyawa-
senyawa asam laktat, asam asetat, asetaldehid, dan senyawa volatil lainnya.
Pada pH rendah (asam), protein susu akan mengalami koagulasi sehingga
terbentuk koagulan, yang makin lama makin banyak (Sopandi, 2014).
Menurut Sopandi (2014), bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus mengurai laktosa (gula susu) menjadi asam laktat
dan berbagai komponen aroma dan citarasa. Lactobacillus bulgaricus lebih
berperan pada pembentukan aroma, sedangkan Streptococcus thermophilus
lebih berperan pada pembentukan citarasa.
Pada mikroba yang menjalankan fermentasi, energi yang dihasilkan
sedikit sekali karena electron yang terbentuk tidak diubah menjadi energi tetapi
ditangkap oleh asam piruvat sehingga terbentuk asam laktat, seperti terlihat pada
reaksi dibawah ini :
Asam Piruvat Asam Laktat

c) Proses Pembuatan Tape


Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia.Tape dibuat dari bahan makanan yang mengandung
karbohidrat seperti singkong, ketan dan bahan-bahan lain yang mengandung
tepung/ karbohidrat. Tape mempunyai rasamanis, beraroma alkohol dan
mempunyai tekstur yang lunak seperti pasta.
Suwanto (1998:59) mengungkapkan suatu bahan disebut tape apabila
bahan yang telah diragikan berubah menjadi lebih lunak, rasa manis keasam-
asaman dan berbau alkohol. Hal ini disebabkan oleh kegiatan mikroba-mikroba
tertentu yang dapat menghasilkan enzim yang mampu merombak subtrat
menjadi gula dan alkohol.
Proses pembuatan tape dari tinjauan Teknik Kimia merupakan
proseskonversi karbohidrat (pati) yang terkandung dalam ketan hitam menjadi
gula kemudian berlanjut menjadi alkohol melalui proses biologi dan kimia
(biokimia) berikut:
Hidrolisis Fermentasi
Pati Glukosa Alkohol
Proses hidrolisis melalui reaksi sebagai berikut :

9
Hidrolisis
(C6H10O5)n + n H2On (C6H12O6)
Fermentasi oleh ragi, misalnya Saccharomyces cereviseae dapat
menghasilkan etil alkohol (etanol) dan CO2 melalui reaksi sebagai berikut :
Ragi

(C6H10O5) 2C2H5OH + 2 CO2

d) Proses Pembuatan Nata de Coco


Nata yang dibuat dari air kelapa dinamakan nata de coco, nata yang
dibuat dari air sisa pembuatan tahu disebut nata de soya. Sedangkan nata de
pina merupakan medium yang digunakan untuk membuat kultur murni baketri
Axetobacter xylinum. Makanan rendah serat nata diguankan sebagai makanan
penyegar atau pencuci mulut (food dessert). Di Indonesia sendiri nata mulai
popular sejak tahun 1981. Nata dapat dipakai sebagai bahan pengisi es krim,
pencampur fruit coctail, yoghurt dan sebagainya. Disamping itu, nata de coco
maupun nata de soya bisa digolongkan pada dietry fiber yang memberikan andil
cukup berarti untuk kelangsungan proses fisiologi secara normal.
Sebenarnya nata berarti bacterial celulose atau selulosa sintesis, hasil
sintesa dari gula oleh bakteri pembentuk nata, yaitu Acetobacter xylinum. Bakteri
ini adalah bakteri asam asetat, bersifat aerobik, gram negatif dan berbentuk
batang pendek. Dalam medium cair A. xylinum membentuk suatu lapisan
(massa) yang dapat mencapai ketebalan beberapa senti meter. Bakteri itu sendiri
terperangkap dalam massa fiber yang dibuatnya. Untuk dapat menghasilkan
massa yang kokoh, kenyal, tebal, putih, dan tembus pandang, perlu diperhatikan
suhu inkubasi (peraman), komposisi, dan pH (keasaman media).

2.4 Ciri-ciri Bioteknologi Modern


Dalam perkembangannya, bioteknologi kini telah mencapai aras rekayasa
yang jauh lebih terarah sehingga hasilnya dapat lebih, atau bahkan sepenuhnya
dikendalikan. Sebagai contoh sekarang telah dimungkinkan untuk melakukan
manipulasi genetik pada suatu jasad secara sangat terarah sehingga hasil
manipulasi tersebut dapat diramalkan secara lebih pasti. Teknik manipulasi
semacam ini mulai berkembang ketika para ilmuwan berhasil melakukan teknik
manipulasi bahan genetik (DNA) secara in vitro. Dengan teknik yang dikenal
sebagai DNA rekombinan, atau rekayasa genetik (genetic engineering), para

10
ilmuwan dapat menyambung molekul-molekul DNA yang berasal dari jasad yang
berbeda menjadi suatu molekul rekombinan. Perkembangan teknik biologi
molekuler semacam ini akhirnya menumbuhkan madzhab bioteknologi baru yaitu
bioteknologi modern yang berbeda secara substansial dibanding dengan
bioteknologi konvensional (Nurcahyo, 1997).
Menurut Clegg, et al., (1990) adapun ciri-ciri bioteknologi modern yaitu:
1. Memakai makhluk hidup dan komponennya secara langsung
2. Menggunakan prinsip-prinsip ilmiah
3. Hasil pengkajian berbagi disiplin ilmu yang mendalam
4. Tidak dapat diproduksi secara masal
Menurut Suwanto 1998, bioteknologi modern tidak terlepas dengan
aplikasi metode-metode mutakhir bioteknologi (current methods of geneticlgy)
seperti:
1. Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk memperbanyak jaringan/sel
yang berasal atau yang didapat dari jaringan orisinal tumbuhan atau hewan
setelah terlebih dahulu mengalami pemisahan (disagregasi) secara mekanis,
atau kimiawi (enzimatis) secara in vitro (dalam tabung kaca).
2. Teknologi DNA rekombinan (recombinant DNA technology) adalah suatu
metode untuk merekayasa 11genetic dengan cara menyisipkan (insert) gena
yang dikehendaki ke dalam suatu genetic. Transgenik adalah suatu metode
untuk. Rekayasa protein (protein engineering).
3. Hibridoma adalah suatu metode untuk menggabungkan dua macam sel
eukariot dengan tujuan mendapatkan sel genetic yang memiliki kemampuan
kedua sel induknya.
4. Kloning adalah suatu metode untuk menghasilkan keturunan yang
dikehendaki sama persis dengan induknya.
5. Polymerase chains reaction (PCR) merupakan metode yang sangat genetic
untuk mendeteksi dan menganalisis sekuen asam nukleat. RT-PCR untuk
memperbanyak (amplifikasi) rantai RNA menjadi DNA. Hibridisasi DNA
adalah metode untuk menyeleksi sekuen DNA dengan menggunakan probes
DNA untuk hibridisasi (pencangkokan) rantai DNA. Pita ganda (double
stranded, ds) DNA secara 11genetic11l dapat dipisahkan dengan
pemanasan atau agen kimia untuk mendapatkan pita tunggal (single
stranded, ss), disebut proses denaturasi. Dengan pendinginan dan

11
terkontrol, pita yang terpisah dapat disatukan lagi (reanneal) tetapi hanya
dalam sekuen komplementer.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Bioteknologi berasal adalah cara untuk memproduksi barang dan jasa,
dan secara bebas dapat didefinisikan secara bebas sebagai pemanfaatan
organisme hidup untuk menghasilkan produk dan jasa yang bermanfaat
bagi manusia.
2. Bioteknologi Konvensional
 Kelebihan
Relatif mudah, teknologi relatif sederhana dan pengaruh jangka
panjang umumnya sudah diketahui karena sistemnya sudah mapan.
 Kekurangan
Perbaikan sifat genetis tidak terarah, hasil tidak dapat diperkirakan
sebelumnya dan emerlukan waktu relatif lama untuk menghasilkan alur
baru
Bioteknologi Modern
 Kelebihan
Perbaikan sifat genetis dilakukan secara terarah, dapat mengatasi
kendala ketidaksesuaian genetic dan hasil dapat diperhitungkan
 Kekurangan
Relatif mahal, memerlukan kecanggihan teknologi dan pengaruh
jangka panjang belum diketahui
3. Ciri dari Bioteknologi Konvensional adalah memakai makhluk hidirup
secara langsung, tanpa didasari prinsip ilmiah, berdasarkan keterampilan
yang diwariskan turun-temurun dan dapat diproduksi secara masal.
Sedangkan contoh dari bioteknologi konvensional adalah proses
pembuatan tempe, tape, yoghurt dan nata de coco.
4. Ciri dari Bioteknologi Modern adalah memakai makhluk hidup dan
komponennya secara langsung, menggunakan prinsip-prinsip ilmiah, hasil
pengkajian berbagi disiplin ilmu yang mendalam dan tidak dapat
diproduksi secara masal. Sedangkan contoh dari Bioteknologi Modern
adalah kultur jaringan, teknologi DNA rekombinan, hibridoma, cloning dan
Polymerase chains reaction (PCR).

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, ahyar. 2014. Hibah Penulisan Buku Ajar : Bioteknologi Dasar.Makassar :


Universitas Hasanudin.

Clegg, M. T. and M. L. Durbin, 1990, Molecular Approaches to the Study of Plant


Biosystematics, Australian Syst. Bot.

Nurcahyo,. H. (1997). Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia


Berorientasi pada Penguasaan Bioteknologi Cakrawala Pendidikan. Edisi
Khusus Dies Mei , 1997.

Primrose, S.B. (1987). Modern Biotechnology. Oxford: Blackwell Scientific


Publications.

Sopandi, Tatang. 2014. Mikrobiologi Pangan – Teori dan Praktikum. Yogyakarta :


ANDI

Suwanto. 1998. Bioteknologi molekuler: Mengoptimalkan manfaat keanekaan


hayati melalui teknologi DNA rekombinan (in Indonesian). Bogor: IPB.

Waluyo, Lud. 2005. Modul Bioteknologi. Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri


Yogyakarta Prees.

14

Anda mungkin juga menyukai