Anda di halaman 1dari 21

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN SPO

PATIENT SAFETY DI RSUD Dr. MOEWARDI

Triyanti1), Wahyuningsih Safitri 2), Gatot Suparmanto 3)


1)
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Email: triyantimarwoto@gmail.com
2)
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
3)
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Insiden keselamatan pasien masih menjadi masalah utama di rumah sakit dimana
berbagai macam pelayanan memiliki resiko yang mengancam keselamatan pasien.
Perawat harus menyadari perannya sehingga harus dapat berpartisipasi aktif dalam
mewujudkan patient safety. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan perawat dengan pelaksanaan SPO patient safety di RSUD Dr. Moewardi.
Jenis penelitian ini menggunakan rancangan descriptif corelational. Populasi
dalam penelitian ini adalah 365 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode
probability random sampling yaitu 191 sampel terbagi dari 13 ruangan. Analisa data
dalam penelitian ini menggunakan uji Chi square.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan patient safety responden paling banyak
yaitu pengetahuan baik sebanyak 137 orang (71,7%) dan paling sedikit pengetahuan
kurang sebanyak 23 orang (12%), pelaksanaan SPO patient safety responden paling
banyak yaitu sesuai SPO sebanyak 98 orang (51,3%) dan tidak sesuai sebanyak 93 orang
(48,7%).
Kesimpulan penelitian ini yaitu ada hubungan pengetahuan perawat dengan
pelaksanaan SPO patient safety di RSUD Dr. Moewardi dengan p value 0,026.

Kata Kunci : Pengetahuan, perawat, patient safety, SPO


Daftar Pustaka : 24 (2008-2018)

ABSTRACT

Patient safety incidence still becomes a primary problem in a hospital in which


various services have risks that threaten the patient safety. Nurses should be aware of
their role so that they can actively participate to materialize patient safety. The objective
of this research is to investigate the correlation between nurses’ knowledge and
implementation of SOP for patient safety at Dr. Moewardi Local Moewardi Hospital.
This research used the descriptive correlational research design. Its population
included 365 nurses. Probability random sampling technique was used to determine its
samples. The samples consisted of 191 posted in 13 different rooms. The data of the
research were analyzed by using the Chi square Test.
The result of the research shows that 137 respondents (71.7%) had good
knowledge of patient safety while the number of respondents with less good knowledge of
patient safety consisted of 23 (12%). 98 respondents (5.13%) implemented the services in
accordance with the SOP for safety while the rest 93 (48.7%) did not implement the
services in accordance with the SOP for safety.

1
Thus, the nurses’ knowledge had a correlation with the implementation of the SOP
for patient safety at Dr. Moewardi Local General Hospital as indicated by the p-value =
0.026.

Keywords: Knowledge, nurses, patient safety, SPO


References: 24 (2008-2018)

I. PENDAHULUAN di atas di pengaruhi oleh kepatuhan


Menurut Komite Keselamatan perawat tentang Standar Operasional
Pasien Rumah Sakit Tahun 2015 Prosedur (SPO) yang telah diberikan,
kejadian keselamatan pasien merupakan peran kepemimpinan (kepala perawat
media belajar dari proses kesalahan Rumah Sakit) yang terus memantau dan
dalam pelayanan di rumah sakit. menge valuasi tindakan yang dilakukan
(Kementerian Kesehatan, 2017). setiap perawat pelaksana, dan
World Health Organization komunikasi yang baik kepala ruangan
(WHO), 2014 Keselamatan pasien dengan perawat pelaksana juga antar
merupakan masalah kesehatan perawat pelaksana di seluruh ruang rawat
masyarakat global yang serius. Di Eropa inap. Sehingga dari hasil yang diperoleh
mengalami pasien dengan resiko infeksi dapat disimpulkan semakin tinggi
83,5% dan bukti kesalahan medis pengetahuan seseorang semakin baik
menunjukkan 50-72,3%. Rumah sakit di dalam pelaksanaan keselamatan pasien
berbagai Negara ditemukan KTD dengan (patient safety) (Bawelle dkk, 2013).
rentang 3,2 – 16,6 %. Data Patient Safety Hasil observasi peneliti pada bulan
tentang Kejadian Nyaris Cedera (KNC) Agustus 2018 terdapat 47 perawat yang
dan Kejadian Tak Diharapkan (KTD) di sudah mendapatkan sosialisasi mengenai
Indonesia masih jarang, namun dipihak SPO patient safety, namun hasil
lain terjadi peningkatan tuduhan “mal observasi didapatkan masih ada 32
praktek” yang belum tentu sesuai dengan perawat yang belum mengetahui SPO
pembuktian akhir. Insiden pelanggaran patient safety secara benar misalnya pada
patient safety 28,3% dilakukan oleh item identifikasi pasien, peningkatan
perawat. komunikasi terapeutik, peningkatan
Menurut Aryani (2009) bahwa keamanan obat yang perlu diwaspadai
pengetahuan perawat pelaksana tentang (high alert), kepastian tepat lokasi, tepat
konsep patient safety baik dan sikap prosedur, tepat pasien
mendukung penerapan program patient operasi,pengurangan resiko infeksi
safety tinggi. Diketahui bahwa gambaran terkait pelayanan kesehatan dan

2
pengurangan resiko jatuh. Hasil dapat dipengaruhi oleh
wawancara terhadap perawat mengatakan beberapa faktor yaitu :
sebelumnya sudah mengetahui SPO 1) Pengalaman
keselamatan pasien tetapi kadang tidak Pengalaman
sesuai dengan SPO yang telah ditentukan dapat diperoleh dari
karena lupa, jumlah pasien yang banyak pengalaman sendiri
dan beban kerja yang berat, sehingga maupun oramg lain.
pelaksanaannya juga kurang maksimal. Pengalaman yang sudah
Perawat yang memberi asuhan diperoleh dapat
keperawatan selama 24 jam seharusnya memperluas pengetahuan
memiliki peran penting dalam menjamin seseorang.
keselamatan pasien (Miller dkk, 2011). 2) Tingkat Pendidikan
Dari latar belakang diatas maka Pendidikan dapat
peneliti tertarik untuk melakukan membawa wawasan atau
penelitian mengenai hubungan pengetahuan seseorang.
pengetahuan perawat terhadap Secara umum, seseorang
pelaksanaan SPO patient safety di RSUD yang berpendidikan lebih
Dr. Moewardi. tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih
II. TINJAUAN TEORI luas dibandingkan
1. Pengetahuan dengan seseorang yang
a. Definisi Pengetahuan tingkat pendidikannya
Pengetahuan lebih rendah.
merupakan hasil “tahu” dan 3) Keyakinan
ini terjadi setelah orang Biasanya
melakukan penginderaan keyakinan diperoleh
terhadap suatu obyek secara turun menurun
tertentu (Notoatmodjo, dan tanpa adanya
2010). pembuktian terlebih
b. Faktor – faktor yang dahulu. Keyakinan ini
Mempengaruhi Pengetahuan bisa mempengaruhi
Menurut pengetahuan seseorang,
Notoatmodjo (2010), baik keyakinan itu
pengetahuan seseorang

3
sifatnya positif maupun Memahami
negatif. diartikan sebagai
4) Fasilitas kemampuan untuk
Fasilitas - menjelaskan secara
fasilitas sebagai sumber benar tentang objek
informasi yang dapat yang diketahui dan
mempengaruhi dapat
pengetahuan seseorang, menginterpretasikan
misalnya radio, televisi, materi tersebut secara
majalah, koran, dan benar.
buku. 3) Aplikasi (aplication)
c. Tingkat Pengetahuan Aplikasi
Menurut diartikan sebagai
Notoatmodjo (2010) kemampuan untuk
pengetahuan yang tercakup mengungkapkan materi
dalam domain kognitif yang telah dipelajari
mempunyai 6 tingkatan, pada suatu atau kondisi
antara lain: sebenarnya.
1) Tahu (know) 4) Analisis (analysis)
Tahu diartikan Analisis adalah
sebagai mengingat suatu kemampuan
sesuatu yang telah untuk menjabarkan
dipelajari sebelumnya. materi atau suatu objek
Termasuk kedalam ke dalam komponen-
pengetahuan tingkat ini komponen, tetapi masih
adalah mengingat di dalam suatu struktur
kembali atau recall organisasi tersebut, dan
terhadap suatu hal yang masih ada kaitannya
spesifik dan seluruh satu sama lain.
bahan yang dipelajari 5) Sintesis (synthesis)
atau ransangan yang Sintesis
diterima. merujuk kepada suatu
2) Memahami kemampuan untuk
(comprehension) meletakkan atau

4
menghubungkan 2) Memudahkan proses
bagian-bagian di dalam pemahaman (penguasaan
suatu bentuk tugas) staff secara
keseluruhan. sistematis dan general.
6) Evaluasi (evaluation) 3) Menghindari “error”
Evaluasi ini dalam proses kerja.
berkaitan dengan 4) Mempermudah dan
kemampuan untuk mengetahui terjadinya
melakukan justifikasi kegagalan, inefisiensi
atau penilaian terhadap proses dalam prosedur
suatu materi atau objek. kerja, serta kemungkinan-
2. Standar Operasional Prosedur kemungkinan terjadinya
a. Definisi penyalahgunaan
Menurut KBBI (2016) kewenangan oleh pegawai
standar merupakan ukuran yang menjalankan.
tertentu yang dipakai sebagai 5) Memudahkan dalam hal
patokan. SPO adalah suatu monitoring dan
standar/pedoman tertulis yang menjalankan fungsi
dipergunakan untuk kontrol dari setiap proses
mendorong dan kerja.
menggerakkan suatu 6) Menghemat waktu dalam
kelompok untuk mencapai program training, karena
tujuan organisasi. dalam SPO tersusun secara
b. Tujuan sistematis.
Menurut Depkes RI Sebagai dasar hukum bila
(2007) tujuan dari SPO yang terjadi penyimpangan.
baik haruslah mendasarkan c. Tahapan
pada tujuan dan manfaat Menurut Simamora
sebagai berikut: (2012) tahap dalam
1) Memudahkan proses penyusunan SPO adalah
pemberian tugas serta sebagai berikut:
tanggung jawab kepada 1) Kumpulkan informasi
pegawai yang sebanyak-banyaknya
menjalankannya. mengenai proses kerja

5
baik kualitatif maupun dahulu dengan Kepala
kuantitatif. Hal ini bisa Departemen yang
dengan berdiskusi dan bersangkutan untuk
melakukan tanya-jawab menerima pendapat dan
(interview) dengan masukan. Brainstrorming
Kepala juga bisa melibatkan
2) Departemen yang sedang staff, customer dan
menjabat pada posisi pihak-pihak lain yang
yang akan dibuat SPO. terlibat.
3) Interview dilakukan agar 8) Buat terlebih dahulu
dapat memahami secara draft baku untuk
lebih detail proses kerja dilakukan pembahasan
yang akan dibuat. dengan team yang ada
4) Gunakan perbandingan (jika menggunakan
dengan lebih dari satu sistem ISO, ikuti
proses kerja agar alur prosedur atau proses
proses kerja mendekati yang berlaku).
efektif. 9) Lakukan uji coba
5) Gunakan setiap instrumen yang ada
instrumen yang ada dan dengan draft SPO yang
diperlukan pada setiap telah menjalani proses
proses kerja (tools, pembahasan.
hardware, software) 10) Jika dirasa sudah
untuk dimasukkan ke mewakili alur proses
dalam SPO yang akan yang sesungguhnya serta
dibuat. cukup efektif dan efisien,
6) Catat efisiensi waktu, maka minta persetujuan
biaya (cost) dan energy dari pimpinan, setelah
lainnya untuk sebelumnya dibuat draft
kemungkinan sistem revisi final atas SPO
yang akan digunakan. tersebut.
7) Sistem yang dipilih dapat 11) Lakukan sosialisasi
sebelumnya dilakukan secara resmi kepada team
brain storming terlebih terkait tas SPO baru

6
tersebut yang akan di 3) Memuat segala indikasi
terapkan. Beri jangka dan syarat-syarat yang
waktu untuk persiapan harus dipenuhi pada setiap
antara sosialisasi dengan upaya, disamping tahapan-
waktu penerapan SPO. tahapan yang harus dilalui
d. Fungsi setiap kegiatan pelayanan.
Menurut Simamora (2012) 4) Harus didokumentasikan.
fungsi SPO adalah sebagai f. Jenis dan ruang lingkup SPO
berikut: Menurut Depkes RI
1) Memperlancar tugas (2007) SPO pelayanan profesi
petugas atau tim. terdapat dua kelompok yaitu :
2) Sebagai dasar hukum 1) SPO untuk aspek
bila terjadi keilmuan adalah SPO
penyimpangan. mengenai proses kerja
3) Mengetahui dengan jelas untuk diagnostik dan
hambatan-hambatannya terapi.
dan mudah dilacak. 2) SPO untuk aspek
4) Mengarahkan petugas manajerial adalah SPO
untuk sama-sama disiplin mengenai proses kerja
dalam bekerja. yang menunjang SPO
a. Sebagai pedoman dalam keilmuan dan pelayanan
melaksanakan pekerjaan pasien non-keilmuan
rutin. g. Komponen dasar
e. Prinsip SPO 3. Patient Safety
Menurut Depkes RI (2007) a. Definisi Patient Safety
prinsip SPO adalah sebagai Patient safety
berikut: didefinisikan sebagai layanan
1) Harus ada pada setiap yang tidak mencederai dan
kegiatan pelayanan. merugikan pasien ataupun
2) Bisa berubah sesuai sebagai suatu sistem dimana
dengan perubahan standar rumah sakit membuat asuhan
profesi atau perkembangan pasien lebih aman (Depkes
iptek serta peraturan yang RI, 2007).
berlaku.

7
b. Sasaran Patient Safety b. Peningkatan Komunikasi
Sasaran patient Efektif
safety menurut WHO Standar SKP II Rumah
(Permenkes RI, 2011) ada sakit mengembangkan
enam yang meliputi: pendekatan untuk
a. Ketepatan Identifikasi meningkatkan efektifitas
Pasien komunikasi antar para
Standar SKP I Rumah pemberi pelayanan
sakit mengembangkan 1) Perintah lengkap
pendekatan untuk secara lisan dan
memperbaiki/ yang melalui
meningkatkan ketelitian telepon atau hasil
identifikasi pasien pemeriksaan
1) Pasien diidentifikasi dituliskan secara
menggunakan dua lengkap oleh
identitas pasien, penerima perintah.
tidak boleh 2) Perintah lengkap
menggunakan secara lisan dan
nomor kamar atau yang melalui
lokasi pasien. telepon atau hasil
2) Pasien diidentifikasi pemeriksaan
sebelum pemberian dibacakan secara
obat, darah atau lengkap oleh
produk darah. penerima perintah.
3) Pasien diidentifikasi 3) Perintah atau hasil
sebelum mengambil pemeriksaan
darah dan spesimen dikonfirmasi oleh
lain untuk pemberi perintah
pemeriksaan klinis. atau yang
4) Pasien diidentifikasi menyampaikan hasil
sebelum pemberian pemeriksaan.
pengobatan dan 4) Kebijakan dan
tindakan/prosedur. prosedur
mengarahkan

8
pelaksanaan mencegah
verifikasi pemberian yang
keakuratan kurang hati-hati di
komunikasi lisan area tersebut sesuai
atau melalui telepon kebijakan.
secara konsisten. d. Kepastian Tepat Lokasi,
c. Peningkatan Keamanan Tepat Prosedur, Tepat
Obat yang Perlu Pasien Operasi
Diwaspadai (High Alert) Standar SKP IV Rumah
Standar SKP III Rumah sakit mengembangkan
sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
suatu pendekatan untuk memastikan tepat-lokasi,
memperbaiki keamanan tepat-prosedur dan tepat-
obat-obat yang perlu pasien.
diwaspadai (high alert) 1) Rumah sakit
1) Kebijakan dan atau menggunakan suatu
prosedur tanda yang jelas dan
dikembangkan agar dimengerti untuk
memuat proses identifikasi lokasi
identifikasi, operasi dan
menetapkan lokasi, melibatkan pasien
pemberian label dan didalam proses
penyimpanan penandaan.
elektrolit konsentrat. 2) Rumah sakit
2) Implementasi menggunakan suatu
kebijakan dan cheklist atau proses
prosedur. lain untuk
3) Elektrolit konsentrat memverifikasi saat
tidak berada di unit pre operasi tepat-
pelayanan pasien lokasi, tepat-
kecuali jika prosedur, dan tepat-
dibutuhkan secara pasien dan semua
klinis dan tindakan dokumen serta
diambil untuk peralatan yang

9
diperlukan tersedia, 1) Rumah sakit
tepat dan fungsional. mengadopsi atau
3) Tim operasi yang mengadaptasi
lengkap menerapkan pedoman hand
dan mencatat hygiene terbaru
prosedur sebelum yang diterbitkan dan
“incisi/time sudah diterima
out”tepat sebelum secara umum (a.l
dimulainya suatu dari WHO
prosedur tindakan Guidelines on
pembedahan. Patient Safety.
4) Kebijakan dan 2) Rumah sakit
prosedur menerapkan
dikembangkan program hand
untuk mendukung hygiene yang
suatu proses yang efektif.
seragam untuk 3) Kebijakan dan atau
memastikan tepat prosedur
lokasi, tepat- dikembangkan
prosedur, dan tepat- untuk mengarahkan
pasien, termasuk pengurangan secara
prosedur medis dan berkelanjutan resiko
dental yang dari infeksi yang
dilaksanakan di luar terkait pelayanan
kamar operasi. kesehatan.
e. Pengurangan Resiko f. Pengurangan Resiko
Infeksi Terkait Pelayanan Pasien Jatuh
Kesehatan Standar SKP VI Rumah
Standar SKP V Rumah sakit mengembangkan
sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
suatu pendekatan untuk mengurangi resiko pasien
mengurangi resiko dari cidera karena jatuh.
infeksi yang terkait 1) Rumah sakit
pelayanan kesehatan. menerapkan proses

10
asesmen awal atas III. METODOLOGI
pasien terhadap Jenis penelitian ini adalah
resiko jatuh dan penelitian kuantitatif dengan rancangan
melakukan asesmen deskriptif korelasional yaitu penelitian
ulang bila pasien yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
diindikasikan terjadi hubungan antara dua variabel atau lebih,
perubahan kondisi (Sugiyono, 2013). Penelitian ini
atau pengobatan dan menggunakan pendekatan cross sectional
lain-lain. yaitu jenis penelitian yang menekankan
2) Langkah-langkah waktu pengukuran atau observasi data
diterapkan untuk variabel independen dan dependen hanya
mengurangi resiko satu kali pada satu saat itu juga,
jatuh bagi mereka (Nursalam, 2013).
yang pada hasil Populasi pada penelitian ini adalah
asesmen dianggap semua perawat yang ada di RSUD Dr.
beresiko jatuh. Moewardi sejumlah 365 orang. Teknik
3) Langkah-langkah pengambilan sampel menggunakan
dimonitor hasilnya, simple random sampling yaitu 191
baik keberhasilan, sampel yang terdir dari 13 ruangan.
pengurangan cedera Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr.
akibat jatuh dan Moewardi pada bulan Oktober-Desember
dampak dari 2018.
kejadian yang tidak Alat penelitan yang digunakan
diharapkan. yaitu kuesioner pengetahuan perawat
4) Kebijakan dan atau tentang patient safety dan lembar
prosedur observasi pelaksanaan SPO patient
dikembangkan safety. Analisis bivariat yang dilakukan
untuk mengarahkan untuk mengetahui keterkaitan dua
pengurangan variable menggunakan uji Chi square.
berkelanjutan resiko
pasien cedera akibat
jatuh di rumah sakit.

11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN kesadaran yang tinggi terhadap
1. Karakteristik Responden pentingnya penerapan keselamatan
Tabel 1 Karakteristik Responden pasien dalam setiap asuhan
Berdasarkan Jenis Kelamin (n=191)
keperawatan yang dilakukan.
Jenis kelamin f %
Laki-Laki 71 37.2 Berdasar hal tersebut, perawat mampu
Perempuan 120 62.8
Total 191 100 menerapkan keselamatan pasien
dengan optimal tanpa memandang
Diketahui Tabel 1 jenis
perbedaan jenis kelamin (Asmuji,
kelamin responden paling banyak
2010).
yaitu perempuan sebanyak 120 orang
Berdasarkan survei secara
(62,8%) dan laki-laki 71 orang
keseluruhan perawat di RSUD Dr.
(37,2%). Hasil penelitian ini didukung
Moewardi didominasi oleh perawat
oleh penelitian yang dilakukan oleh
perempuan yang tersebar di seluruh
Megawati (2017) bahwa mayoritas
ruangan rawat inap maupun rawat
perawat berjenis kelamin perempuan
jalan. Hasil penelitian ini memiliki
sebesar 71,9% sedang kan laki-laki
kesamaan dengan teori yang
28,1%. Penelitian yang dilakukan
dikemukakan bahwa jenis kelamin
Noch, Sefty & Vandri (2015) juga
perawat didominasi oleh perempuan,
menyebutkan bahwa responden
karena dalam sejarahnya keperawatan
terbanyak berjenis kelamin
muncul sebagai peran care taking
perempuan lebih banyak yaitu 62,5%
(pemberi perawatan) secara
sedangkan laki-laki 37,5%.
tradisional di dalam keluarga dan
Menurut peneliti perempuan
masyarakat (Rolinson dan Kish,
sampai saat ini mendominasi profesi
2010).
keperawatan walaupun pada dasarnya
Tabel 2 Karakteristik Responden
tidak ada pembatasan bagi laki-laki Berdasarkan Masa Kerja (n=191)
untuk menjadi perawat. Hasil ini Kategori Min Max Mean Median SD
Masa 8 bln 11 4,65 5 2,470
belum bisa menggambarkan Kerja thn
perbedaan jenis kelamin dalam tingkat
Diketahui dari Tabel 2 masa
penerapan keselamatan pasien.
kerja responden paling lama bekerja
Perbedaan jenis kelamin perawat
yaitu 11 tahun dan paling sedikit
dapat sama dalam menerapkan
bekerja 8 bulan.
keselamatan pasien, jika perawat
mempunyai rasa tanggung jawab dan

12
Masa kerja perawat di RSUD sosialisasi yang pernah didapatkannya
Dr. Moewardi mayoritas sudah saat bekerja. Menurut Gibson dkk
bekerja > 5 tahun tetapi ada juga (1997) dalam Widodo (2016) masa
perawat yang baru bekerja < 1 tahun kerja seseorang akan menentukan
karena perekrutan tenaga baru. Hasil prestasi individu yang merupakan
penelitian ini didukung oleh penelitian dasar prestasi dan kinerja organisasi.
Khoirunisa & Ana (2017) bahwa Tabel 3 Karakteristik Responden
Berdasarkan Pendidikan (n=191)
masa kerja perawat terbanyak > 5
Pendidikan f %
tahun dan sering terpapar informasi D-III Kep 114 59.7
Sarjana Kep 37 19.4
sehingga mempengaruhi pengalaman Profesi Ners 40 20.9
dan pengetahuan. Total 191 100

Hubungan masa kerja dengan Diketahui dari Tabel 3


pelaksanaan SPO yaitu semakin lama pendidikan responden paling banyak
perawat berkerja akan semakin yaitu D-III Keperawatan sebanyak
menambah tingkat pengetahuan 114 orang (59,7%) dan paling sedikit
mengenai suatu hal. Yulius dalam berpendidikan Sarjana Keperawatan
Astriana (2014) yang mengatakan sebanyak 37 orang (19,4%).
semakin banyak/lama masa kerja Hasil penelitian didukung
seseorang pada pekerjaan tertentu oleh penelitian Malik (2014) bahwa
maka pengalaman yang 64,4% responden terbanyak adalah
didapatkannya semakin banyak, lulusan D3 Keperawatan, dan 35,4%
sehingga tingkat kecakapan atas responden lulusan Sarjana
pekerjaan yang menjadi tugasnya Keperawatan. Pelayanan keperawatan
akan semakin tinggi karena didukung yang berkualitas dan kompeten
dengan kemampuan dan pengalaman berbasis patient safety akan terwujud
kerja yang memadai akan bila perawat memiliki latar belakang
membuahkan hasil/kinerja yang tinggi pendidikan S1 (baccalaureate)
bagi tenaga kerja itu sendiri, juga dan/atau lebih (AACN, 2014). Upaya
menunjukan kualitas pekerjaan yang mencapai keperawatan profesional di
dilaksanakan. Indonesia salah satunya adalah
Menurut peneliti masa kerja dengan mengkonversi lulusan
perawat mempengaruhi tingkat Akademi Keperawatan (diploma 3
pengetahuan serta pengalaman dan 4) untuk melanjutkan ke jenjang
bekerja seseorang karena adanya S1 (Nursalam, 2014).

13
Peneliti berpendapat bahwa merupakan usia produktif dalam
pendidikan D3 keperawatan lebih melakukan pekerjaannya sebagai
banyak dibandingkan dengan perawat. hal ini kemungkinan
pendidikan S1 Ners keperawatan bertambahnya usia seseorang semakin
dikarenakan pendidikan D3 berkualitas kinerjanya dengan
keperawatan sebagai perawat bertindak lebih hati-hati, memiliki
pelaksana yang membutuhkan jumlah rasa tanggung jawab lebih tinggi
yang cukup banyak sedangkan dalam melaksanakan tugasnya. Usia
pendidikan S1 Ners keperawatan lebih yang produktif mempengaruhi
pada peran advokasi dan produktifitas dan rasa tanggung jawab
manejerialnya. Hasil penelitian terhadap aturan dan kebijakan rumah
didapatkan bahwa rata-rata perawat di sakit, dengan usia yang produktif
Rumah Sakit Dr. Moewardi (RSDM) maka pelaksanaan patient safety
berpendidikan D-III Keperawatan mampu diterapkan secara baik.
akan tetapi, perawat dituntut untuk Hasil penelitian dari Rudianti
melanjutkan pendidikan S-1 (2011) bahwa perawat pelaksana yang
Keperawatan dan Profesi Ners jika berumur <32 tahun mempunyai
usia perawat masih menjangkau. pengetahuan kurang (53,4%) lebih
Tabel 4 Karakteristik Responden besar dibandingkan dengan perawat
Berdasarkan Usia (n=191)
pelaksana umur ≥32 tahun (33,7%).
Kategori Min Max Mean Median SD
Usia 26 65 98,91 38 8,424 Usia yang semakin meningkat akan

Diketahui dari Tabel 4 usia meningkat pula kebijaksanaan

responden maksimal 65 tahun dan kemampuan seseorang dalam

minimal berusia 26 tahun dengan mengambil keputusan, berpikir

rata-rata perawat yang bekerja berusia rasional, mengendalikan emosi, dan

39 tahun. bertoleransi terhadap pandangan

Hasil penelitian yang orang lain, sehingga berpengaruh

dilakukan oleh Megawati (2017) terhadap peningkatan pengetahuan.

menunjukkan bahwa usia perawat Anugrahini (2010), juga

didominasi berusia 36-45 tahun menyebutkan bahwa usia juga

sebanyak 51,9% dibandingkan dengan menentukan kemampuan seseorang

usia 20-35 tahun yaitu 48,1%. untuk bekerja, termasuk bagaimana

Menurut peneliti usia responden ini merespon stimulasi, sehingga


memungkinkan adanya pemikiran

14
yang terbaik dan penilaian yang tepat paling tinggi adalah pengetahuan
bagi perawat dalam menerapkan selama ini oleh berbagai organisasi
keselamatan pasien. kesehatan dunia, terutama Joint
Berdasarkan teori diatas Comission International untuk
bahwa usia yang semakin tinggi atau menjamin keselamatan setiap pasien.
dewasa diyakini mampu Perawat akan selalu memiliki peran
mempengaruhi perilaku pelaksanaan yang penting secara terus-menerus
patient safety. Usia yang lebih dewasa mempromosikan perawatan yang
membuat orang memiliki pengetahuan aman sebagai satu- satunya kunci
dan pengalaman seseorang. Semakin keberhasilan terciptanya patient safety
baik pengetahuan dan pengalaman (KKPRS, 2010).
perawat akan semakin memahami Pengetahuan tentang patient
pelaksanaan SPO patient safety, safety seseorang mencakup ingatan
sehingga pelaksanaan bisa lebih baik. mengenai hal-hal yang pernah
Tabel 5 Pengetahuan perawat tentang dipelajari dan disimpan dalam
patient safety (n=191)
ingatan. Pengetahuan tentang patient
Pengetahuan f %
Kurang 23 12 safety atau kognitif merupakan
Sedang 31 16.2
Baik 137 71.7 domain yang sangat penting untuk
Total 191 100 terbentuknya tindakan seseorang
Diketahui dari Tabel 5 (overt behavior) khususnya bagi
pengetahuan patient safety responden perawat (Darliana, 2016). Menurut
paling banyak yaitu pengetahuan baik peneliti, upaya penerapan patient
sebanyak 137 orang (71,7%) dan safety sangat tergantung dari
paling sedikit pengetahuan kurang pengetahuan perawat. Apabila
sebanyak 23 orang (12%). perawat menerapkan patient safety
Hasil penelitian didukung didasari oleh pengetahuan yang
oleh penelitian Wijaya, Roberto & memadai, maka perilaku patient
Goenarso (2016) bahwa diketahui safety oleh perawat tersebut akan
96% perawat memiliki tingkat bersifat langgeng (long lasting).
pengetahuan yang baik tentang patient Tabel 6 Pelaksanaan SPO patient
safety (n=191)
safety di Rumah Sakit Adi Husada Pelaksanaan f %
Kapasari Surabaya. Upaya patient SPO
Tidak sesuai 93 48.7
safety telah dipromosikan dan Sesuai 98 51.3
Total 191 100
diperjuangkan keselamatan pasien

15
Diketahui dari Tabel 6 keseluruhan indikator keselamatan
pelaksanaan SPO patient safety pasien dalam asuhan keperawatan.
responden paling banyak yaitu sesuai Hal ini juga dikarenakan RSUD Dr
SPO sebanyak 98 orang (51,3%) dan Moewardi mempersiapkan evaluasi
tidak sesuai sebanyak 93 orang akreditasi rumah sakit. Keselamatan
(48,7%). pasien termasuk dalam indikator mutu
Hasil penelitian Pratiwi pelayanan keperawatan, standar
(2015) menunjukkan bahwa perawat akreditasi rumah sakit, serta tujuan
pelaksana yang menerapkan pelayanan rumah sakit. Undang-
keselamatan pasien dengan kategori undang Nomor 44 Tahun 2009
baik sebanyak 56,2%, dan selebihnya tentang Rumah Sakit bertujuan
menerapkan keselamatan pasien memberikan perlindungan kepada
dengan kategori cukup. Pelaksanaan pasien, masyarakat, dan sumber daya
SPO patient safety tergantung dari manusia, mempertahankan dan
sikap perawat dalam menerapkannya meningkatkan mutu pelayanan rumah
sesuai dengan SPO yang berlaku. sakit, serta memberi kepastian hukum
Sikap seseorang dalam memberikan kepada masyarakat dan rumah sakit
respon terhadap masalah dipengaruhi (Fitriana & Kurniasari, 2018).
oleh kepribadian seseorang, yang 2. Hubungan Pengetahuan Perawat
terkait dengan kesiapsiagaan mental dengan Pelaksanaan SPO Patient
yang dipelajari dan diorganisasi Safety di RSUD Dr. Moewardi
melalui pengalaman seseorang Tabel 7 Chi square (n=191)
Variabel Sig.
terhadap orang lain, obyek, dan situasi Pengetahuan patient safety 0,026
yang berhubungan dengannya. Hal Pelaksanaan SPO patient
safety
ini juga sesuai dengan teori Health
Belief Model (HBM) oleh Becker Diketahui dari Tabel 7 paling

(1974), dalam Darliana (2016)) yang banyak perawat mempunyai

menyatakan bahwa perilaku yang pengetahuan tentang patient safety

terbentuk pada individu dipengaruhi baik dan pelaksanaan SPO sudah

oleh persepsi individu berupa sesuai sebanyak 77 orang, sedangkan

pengetahuan dan keyakinan terhadap hasil p value 0,026 atau p < 0,05 maka

suatu objek. H0 ditolak dan H1 diterima yang

Menurut peneliti, perawat artinya ada hubungan pengetahuan

pelaksana telah menerapkan hampir perawat dengan pelaksanaan SPO

16
patient safety di RSUD Dr. terdapat hubungan yang signifikan
Moewardi. antara pengetahuan perawat pelaksana
Menurut Safitri & dengan upaya penerapan keselamatan
Murharyati (2018) bahwa hasil pasien (patient safety) di rawat inap
penelitian menunjukkan ada kelas III Rumah Sakit Umum Daerah
hubungan hubungan antara dr. Zainoel Abidin tahun 2014.
pengetahuan dengan sikap perawat Menurut Murdyastuti (2010),
dalam implementasi patient safety. menjelaskan bahwa pengetahuan
Menurut Aryani (2009) bahwa perawat tentang patient safety
pengetahuan perawat pelaksana memberikan kontribusi positif dan
tentang konsep patient safety baik dan signifikan dalam mempengaruhi
sikap mendukung penerapan program pelaksanaan program patient safety.
patient safety tinggi. Pengetahuan perawat dapat meliputi
Berdasarkan Data Primer pengalaman pribadi, informasi dari
Penelitian (2018) diketahui bahwa lingkungan dan persepsi terhadap
gambaran di atas di pengaruhi oleh objek yang dimiliki perawat mampu
kepatuhan perawat tentang Standar membentuk pengetahuan tentang
Operasional Prosedur (SPO) yang program patient safety. Menurut
telah diberikan, peran kepemimpinan penelitian Bawelle (2013)
(kepala perawat Rumah Sakit) yang menyimpulkan analisis statistik
terus memantau dan mengevaluasi menunjukan hasil bahwa ada
tindakan yang dilakukan setiap hubungan pengetahuan perawat
perawat pelaksana, dan komunikasi dengan pelaksanaan keselamatan
yang baik kepala ruangan dengan pasien (patient safety) di Ruang
perawat pelaksana juga antar perawat Rawat Inap RSUD Liun Kendage
pelaksana di seluruh ruang rawat inap. Tahuna, p=0,014 (Bawelle, 2013).
Semakin tinggi pengetahuan semakin Menurut peneliti,
baik dalam pelaksanaan keselamatan pengetahuan perawat tentang patient
pasien (patient safety) (Bawelle dkk, safety merupakan hal yang penting,
2013). karena jika pengetahuan perawat
Penelitian ini juga sejalan tentang patient safety kurang maka
dengan penelitian yang dilakukan oleh jelas ini akan berpengaruh terhadap
Darliana (2016) bahwa hasil analisa kinerja perawat itu sendiri dalam
chi- Square (0,001) menunjukkan penerapan patient safety di rumah

17
sakit. Menurut Bantu, Mulyadi & pengawasan pemberian obat high
Hendro (2014) dalam upaya alret di RSUD Dr. Moewardi secara
membangun keselamatan pasien periodik.
memerlukan komitmen yang di 3. Bagi Institusi pendidikan
pengaruhi oleh pengetahuan perawat. Menambah ilmu
Perawat yang memiliki pengetahuan pengetahuan mahasiswa khususnya
yang baik akan keselamatan pasien dalam menjalankan praktik klinik
pastinya memiliki sikap yang baik untuk selalu meningkatkan
dalam meningkatkan mutu dalam pengetahuan patient safety sehingga
pelayanan kesehatan. Hal ini pelaksanaan patient safety optimal.
didukung oleh Majid A (2011) yang 4. Bagi peneliti lain
mengemukakan bahwa pengetahuan Melakukan penelitian
merupakan pangkal dari sikap, dengan metode kualitatif yaitu
sedangkan sikap akan mengarah pada dengan wawancara mengenai
tindakan seseorang. pelaksanaan SPO patient safety
sehingga faktor yang menyebabkan
V. SIMPULAN tidak terlaksananya SPO dapat
Ada hubungan pengetahuan diketahui lebih dalam.
perawat dengan pelaksanaan SPO 5. Bagi peneliti
patient safety di RSUD Dr. Moewardi Menambah pengetahuan dan
dengan p value 0,026. pengalaman penelitian hubungan
pengetahuan perawat dengan
VI. SARAN
pelaksanaan SPO patient safety di
1. Bagi perawat
RSUD Dr. Moewardi.
Meningkatkan pengetahuan
perawat mengenai pentingnya
VII. DAFTAR PUSTAKA
pelaksanaan SPO patient safety
Anugrahini. (2010). Hubungan Faktor
dengan cara mengikuti seminar dan
Individu dan Organisasi dengan
workshop seputar patient safety. Kepatuhan Perawat Dalam
2. Bagi Rumah Sakit Menerapkan Pedoman Patient
Diharapkan dapat Safety di RSAB Harapan Kita
Jakarta. Tesis. Jakarta.
meningkatkan pelaksanaan patient Universitas Indonesia.
safety misalnya meminimalkan
Ariyani. (2008). Analisis Pengetahuan
resiko jatuh dan meningkatkan
Dan Motivasi Perawat Yang

18
Mempengaruhi Sikap di Ruang Rawat Inap Rumah
Mendukung Penerapan Sakit Umum Daerah DR.
Program Patient Safety Di Zainoel Abidin Banda Aceh.
Instalasi Perawatan Intensif Idea Nursing Journal.
Rsud Dr Moewardi Surakarta Vol.VII.no.1. halm.61-69.
Tahun 2008. Diakses pada
tanggal 16 Oktober 2018 dari Depkes RI. (2007). Panduan Nasional
http://eprints.undip.ac.id/16529/ Keselamatan Pasien Rumah
1/Ariyani.pdf. Sakit (Patient Safety). Jakarta:
KKPRS.
Asmuji. (2010). Hubungan faktor
karakteristik perawat dengan Fitriana & Kurniasari. (2018).
kinerja perawat dalam Pelaksanaan patient safety di
pendokumentasian asuhan Rumah Sakit Umum Daerah
keperawatan di instalasi rawat dan Rumah Sakit Umum
inap RSU DR. H. Koesnadi Swasta Bantul Berdasarkan
Bondowoso. The Indonesian Ketentuan Undang-Undang
Journal of Health Science. Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Vol.1.no.1.halm. 10-14. Rumah Sakit. Jurnal
Kebidanan. Volume 7 nomor 1.
Bantu, Mulyadi & Hendro. (2014).
Hubungan pengetahuan peraat KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa
dengan penerapan identify Indonesia (KBBI). Diakses
patient correctly di RSUP pada tanggal 5 Agustus 2018
Ratatotok Buyat Kabupaten dari https://kbbi.web.id/standar-
Munahasa Tenggara. Artikel 2.
Ilmiah. Fakultas Kedokteran Kemenkes RI. (2017). Standar
Universitas Sam Ratulangi. Akreditasi Rumah Sakit,
Bawelle dkk. (2013). Jurnal Kerjasama Direktorat Jenderal
Hubungan Pengetahuan dan Bina Upaya Kesehatan
Sikap Perawat dengan Kementerian Kesehatan
Pelaksanaan Keselamatan Republik Indonesia dengan
Pasien (Patient Safety) di Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Ruang Rawat Inap RSUD Liun (KARS). Jakarta.
Kandage Tahuna. Program KKPRS Komite Keselamatan Pasien
Studi Ilmu Keperawatan Rumah Sakit. (2010). Laporan
Fakultas Kedokteran Insiden Keselamatan Pasien
Universitas Sam Ratulangi. Periode April-Januari 2010
ejournal keperawatan (e-Kp). Kuartal I. Jakarta: KKP-RS.
Manado.
Malik. (2014). Hubungan tingkat
Darliana. (2016). Hubungan pendidikan perawat dengan
pengetahuan perawat dengan mutu pelayanan keperawatan
upaya penerapan patient safety pada pasien di rumah sakit

19
daerah Kaliasat Jember. Artikel Tentang Keselamatan Pasien
Jurnal. Fakultas Ilmu Rumah Sakit 6 Sasaran
Kesehatan Universitas Keselamatan Pasien. Diakses 5
Muhammadiyah Jember. Agustus 2018 dari
https://rsudprambanan.
Megawati. (2017). Analisis pengaruh slemankab. go. id/ 2015/08
karakteristik individu terhadap /11/6 -sasarankeselamatan -
kinerja perawat di Rumah Sakit pasien/
Dr. Pirngadi Medan Tahun
2017. Jurnal Jumantik. Rudianti, Yulistiana. (2011).
Vol.2.no.1. Hubungan Komunikasi
Organisasi dengan Kinerja
Noch, Sefty & Vandri. (2015). Perawat pelaksana di Ruang
Hubungan tingkat pendidikan Rawat Inap Salah satu Rumah
dan sikap dengan pelaksanaan Sakit Swasta Surabaya. Tesis.
prosedur tetap perawatan luka Magister Ilmu Keperawatan
di Ruang Perawatan Bedah Universitas Indonesia Jakarta.
Badan Rumah Sakit Daerah
Kabupaten Bangsal. Ejournal Safitri & Murharyati. (2018). Tingkat
Keperawatan (e-Kep). Volume pengetahuan dengan sikap dan
3.no.1. praktik perawat dalam
implementasi patient
Notoatmodjo. (2010). Perilaku safety:Resiko jatuh di RSUD
Kesehatan. Jakarta. Rineka Dr. Soehadi Priedjonegoro
Cipta. Sragen. Adi Husada Nursing
Nursalam. (2014). Manajemen Journal. Vol.4. no.1:halm. 28-
Keperawatan Aplikasi dalam 32.
Praktik Keperawatan Simamora. (2012). Manajemen
Profesional. Edisi 4. Jakarta: Sumber Daya Manusia Edisi 4.
Salemba Medika. Yogyakarta: STIE YKPN.
Nursalam. (2014). Standar Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kompetensi Perawat Indonesia: Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Caring Sebagai Dasar Jakarta: Alfabeta.
Peningkatan Mutu Pelayanan
Keperawatan Dan Keselamatan Wijaya, Roberto & Goenarso. (2016).
Pasien. Orasi Guru Besar Tingkat pengetahuan perawat
Bidang Keperawatan tentang patient safety di Rumah
Universitas Airlangga. Sakit Adi Husada Surabaya.
Surabaya. Adi Husada Nursing
Journal.Vol.2.no.1.
Permenkes RI. (2011). Peraturan
Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/Viii/2011

20
World Health Organization (WHO).
(2014). 10 Facts on Patient
Safety 2014. Diakses pada
tanggal 5 Agustus 2018 dari
http:// www. who. int/ features/
factfiles/ pati ent_safety/en/.

21

Anda mungkin juga menyukai