Anda di halaman 1dari 18

Komoditas

Pangan dan
Pertanian

Komoditas
Logam dan
Mineral

Komoditas
Energi

Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik


Juni 2017
DAFTAR ISI

Komoditas Energi
Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam

Komoditas Pangan dan Pertanian


Kakao, Kopi, Karet, Udang, Minyak Kelapa Sawit, Kedelai, dan Bubur Kertas

Komoditas Logam dan Mineral


Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih Besi

2
PENGANTAR
• Secara umum harga terbentuk ketika kurva permintaan dan penawaran bertemu pada satu titik. Harga yang terjadi merupakan titik
keseimbangan. Pergeseran kurva permintaan atau penawaran secara simultan akan mempengaruhi tingkat harga keseimbangan
(Mankiew, 2003). Harga yang terbentuk di pasar fisik dan berjangka merupakan perpaduan antara permintaan dan penawaran masing-
masing pasar.
• Harga yang terjadi dipasar berjangka merefleksikan konsensus antara sejumlah besar pembeli dan penjual yang memiliki kesempatan
yang sama untuk melakukan penjualan/pembelian dipasar. Harga tersebut tidak hanya merefleksikan keadaan pasokan dan permintaan
yang sebenarnya dari komoditi yang bersangkutan, namun juga perkiraan pasokan/permintaan untuk masa yang akan datang. Setiap
pelaku pasar harus selalu siap dengan informasi yang akurat mengenai harga dipasar fisik. Fakta yang menunjukkan selalu bergejolaknya
harga-harga untuk masa mendatang secara sederhana merefleksikan berubahnya konsensus di antara peserta pasar karena diterimanya
informasi terkini mengenai situasi pasokan/permintaan komoditi yang diperdagangkan.
• Harga di pasar berjangka akan selalu berubah menyesuaikan diri dengan perubahan informasi pasar yang terjadi. Hal ini penting bagi
perencanaan produksi, prosesing, dan pemasaran komoditi, sehingga membantu mengurangi biaya-biaya operasional yang pada akhirnya
memberikan manfaat bagi ekonomi. Perdagangan internasional memiliki peran yang sangat vital bagi sebuah negara, bahkan telah
menjadi jantung bagi negara-negara besar karena akan mendatangkan penghasilan atau devisa bagi negara tersebut. Sebagian besar
negara-negara maju menggantungkan hidup negaranya kepada perdagangan internasional yang diwakili oleh korporasi-korporasi raksasa
miliknya.
• Perdagangan internasional penting, karena pasar internasional tidak terbatas, dengan penduduk dunia yang hampir 7 milyar jiwa akan
menjadi calon pembeli potensial. Rata-rata penghasilan negara-negara maju yang lebih besar dibandingkan rupiah menjadi daya tarik
tersendiri. Selain itu tentunya adanya gap komoditas antar negara, dimana Indonesia memiliki komoditas yang tidak dimiliki oleh negara
lain yang menjadi keunggulan komparatif. Indonesia belum terlambat untuk mulai menjadi pemain utama dalam perdagangan
internasional. Yang perlu dibangun adalah industri pengolahan dan industri hilir, sehingga tidak lagi hanya menjual kekayaan alam
mentah tanpa diolah*.
3
Perkembangan Harga Minyak Mentah ($/bbl)
Mei 2017
Perkembangan Harga Minyak Mentah ($/bbl)
Mei 2017
60,0
50,0
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei
2016 2017
Crude oil, average 40,8 45,9 47,7 44,1 44,9 45,0 49,3 45,3 52,6 53,6 54,4 50,9 52,16 49,89
Crude oil, Brent 42,3 47,1 48,5 45,1 46,1 46,2 49,7 46,4 54,1 54,9 55,5 52,0 52,98 50,87
Crude oil, Dubai 39,0 44,0 45,8 42,6 43,7 43,7 48,3 43,8 51,8 53,4 54,2 51,2 52,45 50,31
Crude oil, WTI 41,0 46,7 48,8 44,7 44,8 45,2 49,9 45,6 52,0 52,5 53,4 49,6 51,06 48,50
Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Meskipun ada sentimen positif seperti periode berkendara selama musim panas di AS yang resmi dimulai pada hari libur Memorial Day
dan kesepakatan negara OPEC dan non OPEC untuk memperpanjang periode pemangkasan produksi sekitar 1,8 juta barel per hari (bph)
pada Kamis (25/5/2017) hingga kuartal I/2018, yang artinya ditambah hingga 9 bulan ke depan. Pergerakan harga minyak mentah dunia
pada bulan Mei merosot yang dipicu oleh bertambahnya rig Amerika Serikat dan meningkatnya produksi Libya. Pelaku produksi
shale oil Amerika Serikat yang semakin giat mengebor seiring dengan tren kenaikan harga minyak telah membuat harga komoditas
itu kembali tumbang. Dan, aksi pengurangan produksi yang dilakukan OPEC dan Rusia untuk menurunkan pasokan global menjadi
sia-sia.
4
Perkembangan Harga Minyak Mentah ($/bbl)
Mei 2017

Harga minyak mentah dunia melemah setelah data American Petroleum Institute (API) menunjukkan kenaikan tak terduga pada jumlah
persediaan minyak mentah dan produk-produk sulingan di Amerika Serikat (AS), meskipun, terdapat prediksi penurunan lanjutan pada
jumlah stok minyak mentah AS. Tingkat produksi minyak Amerika Serikat tumbuh selama 12 pekan berturut-turut dari 28.000 barel per
hari (bph) menuju 9,29 juta barel per hari (bph), yang menjadi level tertinggi sejak Agustus 2015. Angka ini juga menunjukkan volume
peningkatan terpanjang sejak 2012. Sentimen tersebut membebani harga minyak. Produksi shale oil AS meningkat drastis karena
mengambil kesempatan besar dari aksi pengurangan produksi yang dilakukan OPEC dan Rusia.

Sementara itu, dari Libya dilaporkan bahwa lapangan Sharara akan memproduksi minyak sebesar 216.400 barel per hari, dan El Feel akan
memompa 26.500 barel per hari. Volume produksi ke depan diperkirakan bakal semakin meningkat. Sentimen lain yang memengaruhi
pasar ialah turunnya impor Korea Selatan. Menurut Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi setempat, impor minyak mentah Korsel
pada April 2017 turun 7,9% year on year/yoy menjadi 82,6 juta barel.

Sementara itu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sejumlah produsen minyak lainnya, termasuk Rusia, pada Kamis
25/05/2017 lalu sepakat untuk mempertahankan pengurangan produksi sekitar 1,8 juta barel per hari selama sembilan bulan lebih lama
atau hingga kuartal I/2018, dari rencana semula yang hanya berlaku pada Januari-Juni 2017. Namun, harga anjlok setelah kesepakatan
OPEC diumumkan. Pengurangan tersebut tampaknya masih belum berhasil untuk menahan persediaan minyak mentah dunia secara
signifikan (bisnis.com 29/05/ 2017).

5
Perkembangan Harga Batu bara dan Gas Alam ($/mt)
Mei 2017
Perkembangan Harga Batu Bara dan Gas Alam
Mei 2017
120,0 4,0

3,1 3,5
100,0
3,0
80,0
2,5
74,7
60,0 2,0

1,5
40,0
1,0
20,0
0,5

0,0 0,0
Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei
2016 2017
Coal, Australian ($/mt) 50,8 51,2 53,4 63,1 67,4 72,9 93,2 100,0 86,6 84,1 80,6 80,6 84,6 74,7
Natural gas, US ($/mmbtu) (RHS) 1,9 1,9 2,6 2,8 2,8 3,0 2,9 2,5 3,6 3,3 2,8 2,9 3,1 3,1
Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

 Batu bara: Beban besar masih terus membayangi pergerakan harga batubara. Salah satunya datang dari upaya pemerintah AS untuk
menutup pembangkit listrik batubaranya di 16 negara bagian dan berpotensi menggerus permintaan batubara Negeri Paman Sam
dalam jumlah signifikan. Sementara dari Asia harga batubara terancam oleh peningkatan konsumsi energi terbarukan.
 Gas alam: Prediksi cuaca yang menghangat dan persediaan yang lebih rendah dari periode sama tahun lalu menjadi katalis yang masih
berhasil menopang kenaikan harga gas alam. Bukan tidak mungkin tren kenaikan harga gas alam masih berlanjut.
6
Batu Bara
Tekanan pada harga batubara membesar setelah Pemerintah AS menargetkan untuk menutup 46
unit pembangkit listrik batubara dari 25 sumber energi AS di 16 negara bagian hingga tahun 2018
mendatang. Jika hal ini benar dilaksanakan, maka akan terjadi penurunan permintaan hingga 30
juta ton dalam setahun mendatang. Dengan performa harga minyak yang buruk, tentu pelaku
pasar lebih memilih menggunakan minyak daripada batubara. Apalagi dari sisi dampak terhadap
lingkungan, minyak jelas lebih ramah. Belum lagi produksi gas alam di AS yang tinggi, maka kini
banyak alternatif sumber energi untuk pembangkit listrik sehingga batubara kian terpojok.
Harga batubara juga terancam oleh peningkatan konsumsi energi terbarukan di Asia. Contoh: India
yang membatalkan rencana pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batubara dengan
kapasitas 13,7 gigawatt. Negeri Gangga memilih mendongkrak kapasitas pemakaian energi tenaga
surya lantaran harganya yang lebih murah.
China yang merupakan konsumen batubara terbesar juga terus meningkatkan pemakaian gas alam.
National Development and Reform Commission (NDRC) menyebutkan, konsumsi gas alam China
selama empat bulan pertama 2017 tumbuh 12% dari periode yang sama 2016. Peningkatan
konsumsi gas alam itu membuat impor batubara China hingga April lalu anjlok 33% dibanding
periode yang sama 2016. Melemahnya permintaan batubara China berakibat pada kenaikan
pasokan di Asia dan Australia, sehingga menekan pergerakan harga (Kontan.co.id, 30 Mei 2017).

7
Gas Alam
• Prospek harga gas alam semakin cerah menjelang musim panas tahun ini. Permintaan gas alam
pada musim panas diprediksi semakin tinggi sehingga mendorong kenaikan harga yang
diperkirakan hingga akhir semester pertama tahun ini. Kenaikan konsumsi gas alam sebagai
bahan bakar pendingin ruangan akan mendukung laju harga. Faktor cuaca jadi katalis utama yang
menopang kenaikan harga gas alam. Hanya saja sampai saat ini belum ada kenaikan permintaan
yang signifikan sehingga sifat kenaikan harga masih sementara. Dukungan lainnya adalah hingga
pertengahan Mei 2017 lalu stok gas alam masih lebih rendah dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya.

• Pengumuman stok gas alam Amerika Serikat (AS) menunjukkan adanya peningkatan. Tetapi bukan
membuat harga gas melemah, justru merangkak naik. Energy Information Administration (EIA)
mencatat stok gas alam meningkat sebesar 68 miliar kaki kubik. Angka ini melebihi prediksi pasar
yang memperkirakan cadangan gas alam berjumlah 61 miliar kaki kubik. Namun karena terjadi
pelemahan dollar AS yang diakibatkan oleh data ekonomi AS yang kurang bagus membuat laju gas
alam ke arah positif. Hal ini memberikan sentimen positif terhadap laju komoditas, termasuk gas
alam.

• Selain itu, politik Paman Sam yang sedang tak stabil memberikan tambahan sentimen positif
terhadap laju gas alam. Isu pemakzulan Presiden AS Donald Trump yang diduga berusaha
menghalangi investigasi FBI tentang keterlibatan Rusia saat Trump berkampanye dinilai jadi
katalis negatif bagi dollar AS sehingga mampu mendorong harga komoditas ini (kontan.co.id, 5 &
19 Mei 2017).
8
Komoditas Pangan dan Pertanian

Minyak Kelapa Sawit (CPO) Kakao Karet

Bubur Kertas Kopi Kedelai Udang

9
Perkembangan Harga Komoditas Pangan dan Pertanian: Kakao, Kopi,
Karet, Udang, Minyak Kelapa Sawit, Kedelai, dan Bubur Kayu
Perkembangan Harga Kokoa, Kopi, Karet, Udang, Minyak Kelapa Sawit, Kedelai, dan Bubur Kayu
Mei 2017
14,0 1000
900
12,0
800
10,0 700
8,0 600
500
6,0 400
4,0 300
200
2,0
100
0,0 0
Apr Mei Juni Juli Agustus Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei
2016 2017
Cocoa ($/kg) 3,08 3,10 3,13 3,05 3,04 2,89 2,71 2,50 2,30 2,20 2,03 2,06 1,97 1,98
Coffee, robusta ($/kg) 1,77 1,85 1,89 2,00 2,02 2,13 2,28 2,29 2,25 2,39 2,35 2,35 2,29 2,17
Rubber, SGP/MYS ($/kg) 1,72 1,67 1,58 1,59 1,55 1,57 1,66 1,87 2,23 2,56 2,71 2,35 2,21 2,10
Shirmps, Mexican ($/kg) 11,02 10,69 10,69 10,69 10,69 10,69 12,79 12,35 12,35 12,13 12,13 12,13 12,13 12,13
Palm oil ($/mt) (RHS) 722 706 683 652 736 756 716 751 788 809 779 736 685 724
Soybean ($/mt) (RHS) 393 422 457 432 414 405 404 412 421 425 428 405 389 392
Woodpulp ($/mt) (RHS) 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875

Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Harga komoditas pangan dan pertanian bulan Mei terpantau mengalami pelemahan. Hampir disemua komoditas bergerak menurun.
Hanya harga komoditas kakao, minyak kelapa sawit dan kedelai yang mengalami tren positif, sementara harga bubur kertas terpantau
bergerak mendatar.
10
Komoditas Kakao & Kopi
Harga kakao mengalami peningkatan seiring dengan kekhawatiran pasar terhadap pemberontakan tentara di
Pantai Gading, sebagai negara penghasil biji kakao terbesar di dunia. Tentara menuntut pembayaran bonus
dan membuat kerusuhan yang dipicu pernyataan Presiden Alassane Outtara tentang sikap pemerintah yang
mencapai kesepakatan dengan pasukan tentara pemberontak. Bulan lalu, negara sudah merevisi anggaran
akibat harga kakao yang lebih rendah membuat kemampuan membayar tentara berkurang. Ada sedikit
kenaikan harga pada beberapa hari ini yang mencerminkan kegugupan pasar.
International Cocoa Organization (ICCO) memproyeksikan produksi kakao di Pantai Gading berkisar 1,9 juta -
2 juta ton pada musim 2016-2017 yang dimulai Oktober 2016. Sedangkan perkiraan harga biji cokelat akan
jatuh akibat kondisi pasar yang surplus pasokan sebesar 264.000 ton, atau surplus terbesar dalam enam
tahun terakhir. Sebelumnya pada musim 2015-2016, pasar global mengalami defisit sejumlah 196.000 ton.
Total produksi pada musim ini meningkat hampir 15% yoy menjadi 4,55 juta ton dari sebelumnya 3,96 juta
ton. Sementara volume pengolahan (grinding)-yang menjadi ukuran tingkat permintaan-hanya tumbuh 2,9%
yoy menuju 4,24 juta ton dari sebelumnya 4,12 juta ton (bisnis.com, Mei 16/ 2017).

Pasar kopi mengalami pemulihan suplai sehingga harga cenderung menurun. Mengutip data International
Coffee Organisation (ICO), peningkatan produksi akan terjadi terhadap tanaman robusta dan arabika. ICO
mencatat, produsen di Uganda, Indonesia, Honduras, India, dan Peru-yang berkontribusi seperempat ekspor
global-secara signifikan meningkatkan pengapalan pada awal musim 2016-2017. Sementara itu, pada musim
2017-2018, Brasil dan Vietnam mengalami pemulihan produksi. Masing-masing negara merupakan pemasok
arabika dan robusta terbesar di dunia. Harga kopi arabika diperkirakan bergerak dalam rentang US$1,30-
US$1,50 per pon sampai Juni 2017. Sementara harga robusta diperkirakan bergerak di dalam rentang
US$2.000-US$2.300 per ton. Kecenderungan harga kopi mengalami koreksi terbatas (bisnis.com, Mei 02/
2017).
11
Minyak Kelapa Sawit & Karet
Harga minyak kelapa sawit atau CPO mengalami peningkatan seiring dengan perkiraan meningkatnya
permintaan untuk Ramadan dan Idul Fitri. Bulan Ramadan menjadi berkah bagi eksportir minyak sawit
mentah atau crude palm oil (CPO). Pasalnya, di negara-negara muslim seperti Pakistan, Bangladesh dan
India, permintaan terhadap minyak sawit meningkat. Melihat kondisi tersebut, kuartal II-2017,
diproyeksi ekspor CPO dan turunannya akan naik setidaknya 8% dibandingkan kuartal I.
Dorongan penguatan harga minyak kelapa sawit juga ditopang oleh penguatan pada harga minyak
kedelai. Penguatan pada minyak kedelai, juga optimisme untuk meningkatnya permintaan memberi
dukungan terhadap pasar. Harga minyak kedelai untuk pengiriman Juli di Chicago Board of Trade naik
0,6% menjadi 33,08c/lb. Selain itu, terdapat spekulasi bahwa efek derasnya hujan di Kalimantan dapat
merugikan produksi minyak sawit di Indonesia (bisnis.com, 08 Mei 2017).

Harga karet di bulan Mei melanjutkan pelemahannya yang dipengaruhi antara lain oleh tingginya
jumlah persediaan di pasar Shanghai. Kemungkinan investor ambil untung pada tingkat harga saat ini,
karena karet di bursa Tokyo dianggap lebih mahal dibandingkan karet di bursa China. Faktor lain yang
menekan harga karet adalah naiknya suplai karet di China, dan menguatnya yen Jepang. Penguatan
yen ini juga membuat investor melepas posisi mereka (bisnis.com, 29 Mei 2017).
Sebelumnya, pelemahan karet dipengaruhi oleh kekecewaan investor terhadap proposal pemotongan
pajak AS, yang turut melemahkan harga komoditas siklis termasuk karet. Rencana perombakan pajak
di Amerika Serikat (AS) yang banyak diantisipasi, termasuk usulan pemangkasan yang akan
menguntungkan bisnis kelas menengah dan individu berpenghasilan tinggi tertentu, meninggalkan
ketidakpastian tentang mekanisme pembayarannya (bisnis.com, April 27/ 2017).
12
Komoditas Udang, Kedelai & Bubur Kertas
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan mengatakan pemerintah mulai mengembangkan jenis
udang asli Indonesia yakni Penaeus Merguensis atau dikenal dengan nama udang putih. Bisnis perudangan nasional saat ini masih
didominasi oleh jenis udang vaname dan udang windu. KKP mencatat selama 2011–2015 produksi udang nasional mengalami
kenaikan rata-rata sebesar 13,5% per tahun. Sementara itu, data yang dirillis International Trade Center 2017 menyebutkan
kontribusi komoditas perikanan budidaya sekitar 60% terhadap total nilai ekspor perikanan 2016 senilai US$2,9 miliar. Dari nilai itu,
kontribusi nilai ekspor udang beku terhadap total nilai ekspor perikanan budidaya mencapai 72% (bisnis.com, 1/6/17).

Harga kedelai impor saat ini relatif stabil, dengan rata-rata antara Rp 6.300 - Rp 6.500 per kg. sampai bulan Ramadhan dan pasca
Lebaran. Selama beberapa bulan terakhir, ada tren penurunan harga kedelai karena di daerah asal yakni Amerika Serikat (AS) dan
Amerika Latin produksi kedelai terjaga dengan baik, meskipun baru akan memasuki panen pada bulan September mendatang. Itu
karena pasokan di gudang para petani kedelai di AS terjaga dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan. Faktor China juga yang turut
memengaruhi kestabilan harga kedelai karena Negeri Panda ini merupakan importir terbesar kedelai dunia dengan rata-rata
mengimpor 83 juta ton kedelai per tahun, sementara Indonesia hanya mengimpor rata-rata 2,5 juta ton per tahun (kontan.co.id,
Rabu, 26 April 2017).

Keluarnya Permen LHK No P.17/2017 tentang Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI), sebagai revisi Peraturan No P.12/2015
meresahkan sejumlah kalangan di bidang HTI yang memasok bahan baku ke Pulp dan Kertas. Pasalnya, penerapan regulasi ini akan
berdampak pada semakin sempitnya ruang pengelolaan perusahaan HTI dan pengurangan tenaga kerja. Perusahaan optimis bahwa
dengan sinergi yang baik antara perusahaan dan pekerja akan mampu meningkatkan kinerja dan produktivitas sehingga dapat
menjamin keberlangsungan hidup dan kesejahteraan pekerja dan keluarganya. Industri pulp dan kertas memiliki kontribusi besar
bagi perekonomian nasional. Menurut Kementerian Perindustrian, pada 2016 lalu industri ini berkontribusi sebesar US$ 5,01 miliar
dalam perolehan devisa negara. Sebanyak 1,49 juta tenaga kerja baik langsung maupun tak langsung yang menghidupi sekitar 5,96
juta jiwa turut bersandar pada industri (kontan.co.id, 12/05/17).

13
Komoditas Logam dan Mineral:
Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih Besi

Timah Tembaga

Seng Nikel Bijih Besi

14
Perkembangan Harga Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih Besi
Perkembangan Harga Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih Besi
25000,0
Mei 2017 100

90

20000,0 80

70

15000,0 60

50

10000,0 40

30

5000,0 20

10

0,0 0
Apr Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei
2016 2017
Copper ($/mt) 4872,7 4694,5 4632,5 4864,9 4751,7 4722,2 4725,8 5450,9 5660,4 5754,6 5940,9 5824,6 5683,9 5599,6
Nickel ($/mt) 8878,9 8660,4 8905,9 10262,9 10365,9 10175,8 10250,9 11128,9 10972,3 9971,5 10643,3 10204,7 9609,3 9155,1
Tin ($/mt) 17032,7 16707,0 16961,5 17826,2 18405,4 19499,5 20060,5 21126,1 21204,4 20691,8 19446,5 19875,2 19910,3 20200,3
Zinc ($/mt) 1855,4 1869,0 2022,6 2183,3 2277,3 2288,3 2304,4 2566,2 2664,8 2714,8 2845,6 2776,9 2614,9 2590,2
Iron ore, cfr spot ($/dmtu) (RHS) 61 55 52 57 61 58 59 73 80 80 89 88 70 62
Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Pergerakan harga komoditas logam dan mineral pada bulan Mei 2017 terpantau mengalami pelemahan hampir pada semua harga
komoditas, kecuali harga komoditas timah yang terpantau mengalami tren positif.

15
Komoditas Tembaga & Seng

• Harga tembaga merosot ke level terendah pada Mei 2017 seiring dengan melambatnya
permintaan China sebagai konsumen terbesar di dunia. Pembelian China menjadi refleksi pasar
tembaga global. Ketika konsumsi melambat, harga juga akan bergerak menurun. Pasar
merespon data awal Bea Cukai China yang menyatakan impor tembaga olahan pada April 2017
turun 30% dari bulan sebelumnya menjadi 300.000 ton. Harga semakin tertekan karena stok
tembaga di LME mengalami lonjakan. Sementara itu, data manufaktur China yang akan rilis
dinilai tidak cukup baik untuk menopang harga logam industri. Jadi, risiko penurunan terjadi
akibat perlambatan permintaan China, sebagai konsumen terbesar di dunia, dan kegagalan
pembelanjaan infrastruktur Amerika Serikat. Antisipasi terhadap data-data tersebut menyeret
lemah harga tembaga (bisnis.com, 09 Mei 2017).

• Harga seng sempat menyentuh level tertinggi US$2.935 per ton pada pertengahan Februari
2017 akibat mengetatnya pasokan dari sejumlah tambang besar. Namun, harga kemudian
berangsur melorot ke area US$2.600 per ton karena pulihnya produksi. Perusahaan di Peru
kembali memacu penambangan setelah banjir besar yang sempat melanda pada awal tahun ini.
China juga menggenjot suplai setelah perayaan Tahun Baru Imlek. Sementara dari sisi
permintaan, pasar properti di Negeri Panda mengalami perlambatan, sehingga membebani
proyeksi konsumsi logam seng (bisnis.com, 23/05/2017).

16
Komoditas Logam Nikel, Timah
dan Bijih Besi
Harga nikel merosot akibat proyeksi bertumbuhnya suplai dari Filipina setelah penolakan parlemen terhadap pengangkatan Regina Lopez sebagai
kepala Kementeri Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam. Wanita yang akrab disapa Gina ini pada Februari 2017 memprakarsai penutupan
sejumlah tambang nikel dan pengenaan suspensi ekspor yang mencakup sekitar 50% dari total pasokan nikel di dalam negeri. Filipina menyumbang
sekitar 25% produksi nikel global, yang sebagian besar dikirim ke China. Pasar menganggap pelengseran Gina akan memengaruhi penutupan
tambang di Filipina. Ada kekhawatiran penambahan suplai sehingga menekan harga. Pasar juga memperhitungkan relaksasi ekspor konsentrat dari
Indonesia yang pernah menjadi pemasok bijih nikel terbesar ke China, sebelum larangan ekspor pada 2014. Sentimen Filipina dan Indonesia
menjadi isu utama yang membebani pasar nikel dari sisi suplai (bisnis.com, 04/05/17).

Harga timah kembali menguat ke atas level psikologis US$20.000 per ton akibat laporan defisit pasar global sebesar 1.500 ton pada kuartal I/2017.
Berdasarkan data Bank Dunia, dua negara produsen timah terbesar pada 2016 setelah China ialah Indonesia sejumlah 60.000 ton, dan Myanmar
47.400 ton. Produksi Indonesia turun dari tahun sebelumnya sebesar 68.400 ton, sedangkan Myanmar naik dari pencapaian 2015 sebanyak 28.600
ton. Ekspor Indonesia pada April 2017 hanya naik tipis menjadi 6.378 ton. Sementara produksi Myanmar dan Peru tercatat menurun pada Maret
2017. Potensi defisit masih cukup terbuka dalam jangka panjang terutama dari Indonesia dan Myanmar. Pasar juga menyoroti kebijakan
pemerintah China yang membatasi aktivitas smelter karena terkait isu lingkungan (bisnis.com, 18 Mei 2017).

Harga bijih besi diperkirakan mengalami pelemahan pada semester II/2017 seiring dengan bertumbuhnya pasokan global dan menurunnya
permintaan. Tahun lalu, harga bijh besi melonjak 84,18% (y-o-y) menjadi 652 yuan (US$93,95) per ton karena dukungan stimulus pemeirintah
China terhadap produksi baja yang menaikkan sisi konsumsi. China menyerap sepertiga suplai bijih besi global dan memasok sekitar 50% baja di
dunia, sehingga kinerjanya sangat berpengaruh terhadap pasar komoditas tersebut. Pasar bijih besi dalam paruh kedua 2017 akan menghadapi
penurunan permintaan dan pasokan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, harga berpeluang jatuh ke area US$40 per ton. Pasar juga mengantisipasi
meningkatnya produksi dari tambang raksasa Vale SA di Brasil, sebagai produsen bijih besi terbesar di dunia yang diperkirakan menghasilkan 84,7
juta ton pada kuartal I/2017. Angka ini naik 9,29% (y-o-y) dari kuartal I/2016 sejumlah 77,5 juta ton (bisnis.com, 21/05/2017).

17
Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik
Juni 2017

Anda mungkin juga menyukai