Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah
kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen). Osteomielitis
adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses tulang
biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian
sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara
segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi
(Corwin, 2011).
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula
ditemukan pada bayi dan ‘infant’. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak
perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur,
tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula.(Yuliani 2010). Prevalensi keseluruhan
adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonatal adalah sekitar 1 kasus per1.000.
Kejadian tahunan pada pasien dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%.
Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk.
Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas osteomielitis
adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang
mendasari. (Randall, 2011)

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
asuhan keperawatan osteomyelitis

1
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi, etiologi, dan patofisiologi dari osteomyelitis
b. Menjelaskan manifestasi klinis dan pengobatan dari osteomyelitis
c. Menjelaskan asuhan keperawatan dari osteomielitis

1.4 Manfat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Osteomyelitis

Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh).

Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang dan medulla tulang baik karena infeksi
piogenik atau nonpiogenik misalnya mikrobacterium tubercolosa (chaeruddin).
Infeksi ini dapat bersifat akut maupun kronis. Pada nanak-anak infeksi tulang
seringkali timbul sebagai komplikasi dari infeksi dan tempat-tempat lain seperti
infeksi faringitis, telinga (otitismedia), dan kulit atau (impetigo). (Sylvia)

2.2 Etiologi Osteomyelitis

Osteomielitis disebabkan karena adanya infeksi yang disebabkan oleh


penyebaran hematogen (melalui darah) biasanya terjadi ditempat dimana terdapat
trauma atau dimana terdapat resistensi rendah, kemunginan akibat trauma
subklinis (tak jelas). Selain itu dapat juga berhubungan dengan penyebaran infeksi
jaringan lunak , atau kontaminasi langsung tulang. Infeksi ini dapat timbul akut
dan kronik.

Adapun faktor penyebabnya adalah: (smeltzer,Suzanne)

1. Bakteri.
2. Menurut joyce & Hawks (2005), penyebab osteomielitis adalah staphylococcus
aureus (70%-80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli,
Pseudomonas, klebsiella, salmonella, dan proteus.
3. Virus, jamur dan mikroorganisme lain.

3
Osteomielitis akut atau kronik:
1. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun
manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat.
2. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani
dengan baik. Dan akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehiilangan ekstremitas.

2.3 Manifestasi Klinik


1. Osteomyelitis akut
a. Infeksi dibawa oleh darah
a) Biasaya awitannya mendadak
b) Sering terjadi dengan manifestasi klinis septicemia (misalnya
menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise, pembesaran
kelenjar limfe regional).
b. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke kortex tulang
a) Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
c. Infeksi terjadi karena penyebaran dari infeksi yang ada disekitarnya atau
kontaminasi langsung.
a) Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan
b) Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka.
c) Lab = anemia, leukositosis.
2. Osteomyelitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami
priode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus, lab=
LED meningkat.

2.4 Pemeriksaan Penunjang


1. Tes darah. Tes darah dapat mengetahui infeksi dengan melihat peningkatan
jumlah sel darah putih. Tes ini juga dapat mengidentifikasi organisme yang
menyebabkan infeksi, bila osteomielitis menyebar melalui darah.

4
2. Pemindaian. Pemindaian dilakukan untuk mengetahui adanya kerusakan pada
tulang akibat osteomielitis. Pemindaian dapat dilakukan dengan foto Rontgen,
USG, CT scan, atau MRI yang dapat menampilkan kondisi tulang dan jaringan
sekitarnya secara lebih detail.
3. Biopsi tulang. Pengambilan sampel tulang ini dilakukan guna mengidentifikasi
bakteri yang menyebabkan infeksi pada tulang. Dengan mengetahui jenis
bakteri, maka dokter dapat menentukan pengobatan yang akan diberikan.

2.5 Penatalaksanaan
Osteomyelitis kronik lebih sukar diterapi, terapi umum meliputi pemberian
antibiotic dan debridemen. tergantung tipe osteomyelitis kronik, pasien munkin
diterapi dengan antibiotic parenteral selam 2 smapi 6 minggu. meskipun, tanpa
debridemen yang ade kuat, osteomyelitis kroniktidak berespon terhadap
kebanyakan regimen regimen antibiotic, beberapa lama pun terapi dilakukan. pada
osteomyelitis kronik dilakukan sekuestrasi dan debridemen serta pemberian
antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur dan tes resitensi.debridemen merupakan
pengeluaran jaringan nekrotik di dinding ruang sekuester dan penyaliran. pada pasce
pascaakut dan subakut atau kronik dini biasanya involucrum belum belum cukup
kuat untuk menggantikan tulang asli yang menjadi sekuester. karena itu ektrimitas
yang terkena harus dilindungi dengan gips untuk mencegah patah tulang patologik.
Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi
1. imobilisasi area yang sakit; lakukan rendam salin normal hangat selama 20
menit beberapa kali sehari.
2. kultur darah; dilakukan smear cairan abses untuk mengidentifikasi organisme
dan memilih antibiotika.
3. terapi antibiotika intravena sepanjang waktu.
4. berikan antibiotic per oral jika infeksi tampak dapat terkontrol; teruskan selama
3 bulan.
5. bedah debridemen tulang jika tidak berespons terhadap antibiotika:
pertahankan terapi antibiotika tambahan.

5
2.6 Klasifikasi Osteomielitis

3. Osteomielitis menurut penyebarannya terbagi menjadi 2 yaitu ;


a. Osteomyelitis primer penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah.
b. Osteomyelitis Sekunder terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya
akibat dari bisul, luka, fraktur, dan sebagainya (Mansjoer, 2000).
4. Osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas ;
a. Osteomyelitis akut
a) Nyeri daerah lesi
b) Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
c) Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
d) Pembengkakan local
e) Kemerahan
f) Suhu raba hangat
g) Gangguan fungsi
h) Lab = anemia, leukositosis
b. Osteomyelitis kronis
a) Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
b) Gejala-gejala umum tidak ada
c) Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
d) Lab = LED meningkat

2.7 Fatofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi :
Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resistensi penisilin,nosokomial, gram negative dan anaerobik.Awitan Osteomielitis
stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama(akut fulminan –
stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atauinfeksi

6
superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan
setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat
penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon
inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi,
dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat
tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan
penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas
medularis dan kebawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi
di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk
dalam dindingnyaterbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari
dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang
terjadi pada jaringan lunak.Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan,
namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis.

7
2.8 Pathway

Faktor predisposisi : Invasi mikroorganisme


dari tempat lain yang Masuk kejuksta epifisis
- Usia
beredar melalui tulang panjang
- Kuman sirkulasi darah.
- Riwayat trauma
- Nutrisi dan luka infeksi fagositosis osteomyelitis

Demam Proses inflamasi hyperemia, Pembentukan pus


pembengkakan, gangguan dan nekrosis

Gangguan fungsi, pembentukan pus, dan jaringan

thermoregulasi kerusakan integritas jaringan.


Penyebaran infeksi
keorgan penting
Kemampuan tonus otot Peningkatan tekanan
menurun jaringan tulang dan medula
Resiko infeksi

Nyeri

Nafsu makan menurun Iskemia dan nekrosis tulang


Pembentukan
abses tulang

Kelemahan fisik Ketidak seimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan Pembentukan tulang

tubuh baru, pengeluaran pus

Deformitas bau dari


adanya luka
Tirah baring lama Hambatan mobilitas
penekanan lokal fisik
Gangguan citra tubuh

Kerusakan integritas
kulit

8
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 Kasus

Seorang laki-laki usia 18 tahun dibaw kerumah sakit X dengan keluhan nyeri,
demam, anoreksia pada kaki sebelah kiri, dari hasil pengkajian ners Y didapatkan
luka dan mengeluarkan pus dikaki sebelah kiri dengan fibula sampai pedis, infeksi
menyebar ke diafisis serta terjadi sekuester, muka klien tamoak meringis, skala
nyeri 7 (1-10), nyeri yang dirasakan klien menyebar kedaerah paha bagian atas,
klien mengatakan nyeri yang dialami klien sangat mengganggunya apalagi kalo
digerakan dan berkurang apabila klien sudah minum obat dan tertidur., sedangkan
dari hsil pemeriksaan penunjang didapatkan HB 7gr/dl, leukosit 16.600gr/dl, PCV
219. Trombosit 450.000, GDS 260, staphilococuus aureus positif.

3.2 Asuhan keperawatan

A. Biodata
1. Identitas Pasien
Nama :-
Umur : 18Tahun
Agama :-
Pendidikan :-
Alamat :-
Tanggal Masuk :-
Golongan Darah :-
Tanggal Masuk :-
Tanggal Pengkajian : -

9
2. Penanggung Jawab Pasien / Keluarga Terdekat
Nama :-
Pekerjaan :-
Hubungan dengan pasien : -
Alamat :-

3. Keluhan Utama :

4. Riwayat Penyakit Sekarang


5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

6. Riwayat Kesehatan Keluarga :-

7. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1.

2.

3.

8. Diagnosa keperawatan

9. Intervensi

Dx. Intervensi Rasional

1 1. 1.

2 1. 1.

3 1. 1.

10
11

Anda mungkin juga menyukai