ELISA Tandi
ELISA Tandi
BAB 1
PENDAHULUAN
Teknik ELISA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann
dan Eva Engvall. Mereka menggunakan teknik ELISA ini dalam bidang imunologi
(ELISA konvensional) untuk menganalisis interaksi antara antigen dan antibodi di
dalam suatu sampel, dimana interaksi tersebut ditandai dengan menggunakan suatu
enzim yang berfungsi sebagai pelapor/ reporter/ signal (Lequin, 2005). ELISA adalah
suatu teknik biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk
mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel. ELISA telah
digunakan sebagai alat diagnostik dalam bidang medis, patologi tumbuhan, dan juga
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian ELISA
ELISA adalah uji biokimia yang menggunakan antibody dan perubahan warna
yang dimediasi enzim untuk mendeteksi adanya antigen (protein, peptida, hormon, dll.)
atau antibodi dalam sampel yang diberikan (Gan & Patel, 2013). Dalam ELISA,
antigen harus diimobilisasi ke permukaan padat dan kemudian dikomplekskan dengan
antibodi yang terkait dengan enzim. Deteksi dilakukan dengan menilai aktivitas enzim
terkonjugasi melalui inkubasi dengan substrat untuk menghasilkan produk yang
terukur. Elemen paling penting dari strategi deteksi adalah interaksi antibodi-antigen
yang sangat spesifik (Madan, 2006).
ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall
untuk menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam suatu sampel
dengan menggunakan enzim sebagai pelapor (Lequin, 2005).
manusia maupun hewan. Terdapat berbagai teknik dalam pemeriksaan ELISA.Tes ini
dapat dilakukan dengan kit yang sudah jadi atau dapat juga dilakukan dengan
menggunakan antigen yang diracik sendiri. ELISA tradisional secara khusus memiliki
reporter dan substrat yang menghasilkan beberapa bentuk perubahan warna yang dapat
diamati untuk mengetahui kehadiran antigen atau analyte. Bentuk teknik ELISA
keuntungan diantaranya sensitifitas yang tinggi dan bersifat multiplexing (Leng et al.,
2008).
4
pada sampel yang diuji. Teknik ini diilustrasikan pada gambar 4 dan 5 dibawah
ini.
untuk situs fase padat dengan antibody protein, atau deterjen pada konsentrasi
rendah disebut pemblokiran agen, dan buffer yang mereka bantu formulasikan,
yang diistilahkan memblokir buffer (Crowther, 2009).
Pada inkubasi, antibodi berikatan dengan antigen. Sekali lagi, langkah
pencucian sederhana kemudian digunakan untuk menghilangkan antibodi yang
tidak terikat (tahap iv). Tahap v melibatkan penambahan substrat yang sesuai
atau kombinasi substrat / kromogen untuk enzim tertentu melekat pada
antibodi. Tujuannya adalah untuk memungkinkan pengembangan dari reaksi
warna melalui katalisis enzimatik. Reaksinya adalah diizinkan untuk
berkembang selama periode yang ditentukan, setelah itu reaksi dihentikan
(tahap vi) dengan mengubah pH sistem, atau dengan menambahkan reaktan
penghambat. Akhirnya, warna dikuantifikasi oleh penggunaan pembacaan
spektrofotometer (tahap vii) pada saat yang tepat panjang gelombang untuk
warna yang dihasilkan (Crowther, 2009).
Keuntungan ELISA direct yaitu: Cepat karena hanya satu antibodi dan
lebih sedikit langkah yang digunakan, reaktivitas silang dari antibodi sekunder
dihilangkan. Meskipun demikian ELISA direct juga memiliki kekurangan,
seperti: Imunoreaktivitas antibodi primer dapat dipengaruhi oleh pelabelan
dengan enzim atau label, pelabelan antibodi primer untuk setiap sistem ELISA
spesifik memakan waktu dan mahal, tidak ada fleksibilitas dalam pemilihan
label antibodi primer dari satu percobaan ke eksperimen lainnya dan juga
amplifikasi sinyal minimal (Madan, 2006).
2.4.2. ELISA Indirect
Sistem indirect ELISA mirip dengan sistem direct ELISA dalam hal
antigen secara langsung melekat pada fase padat dan ditargetkan oleh
penambahan antibodi (pendeteksi antibodi). Namun, ini ditambahkan antibodi
tidak dilabeli dengan enzim tetapi ditargetkan sendiri oleh antibodi terkait
dengan enzim. Antibodi tersebut diproduksi terhadap imunoglobulin dari
spesies di mana antibodi pendeteksi diproduksi dan disebut anti-spesies
10
Serbaguna karena banyak antibodi primer dapat dibuat dalam satu spesies dan
antibodi sekunder berlabel yang sama dapat digunakan untuk deteksi.
Imunoreaktivitas maksimum dari antibodi primer dipertahankan karena tidak
diberi label.
Sensitivitas meningkat karena setiap antibodi primer mengandung beberapa
epitop yang dapat diikat oleh antibodi sekunder berlabel, yang memungkinkan
penguatan sinyal (Madan, 2006).
Sedangkan kelemahan dari indirect ELISA antara lain :
Reaktivitas silang dapat terjadi dengan antibodi sekunder, menghasilkan
sinyal tidak spesifik.
Langkah inkubasi tambahan diperlukan dalam prosedur ini (Madan, 2006).
2.4.3. Sandwich ELISA
Sandwich ELISA telah menjadi sangat populer ketika menggunakan
sampel protein kompleks karena hanya antigen spesifik yang menjadi tidak
bergerak daripada seluruh sampel protein. Semakin banyak antigen yang
diimobilisasi, semakin tinggi pula sensitivitas potensial pengujian (TIP, 2010).
Sandwich ELISA biasanya membutuhkan penggunaan pasangan antibodi yang
cocok, di mana masing-masing antibodi spesifik untuk bagian epitop antigen
yang berbeda dan tidak tumpang tindih (Madan, 2006). Antibodi monoklonal
atau poliklonal dapat digunakan sebagai antibodi penangkapan dan deteksi
dalam sisitem Sandwich ELISA. Antibodi monoklonal mengenali epitop
tunggal yang memungkinkan deteksi halus dan kuantifikasi perbedaan kecil
dalam antigen. Poliklonal sering digunakan sebagai antibodi penangkap untuk
menarik sebanyak mungkin antigen (abcam, 2000).
Sandwich ELISA dapat dibagi menjadi dua sistem, yang telah dinamai
sandwich ELISA direct dan sandwich ELISA indirect (Crowther, 2009).
13
2.5.2. Buffer
Beberapa buffer berbeda digunakan selama ELISA: satu untuk
pelapisan, yang lain untuk pemblokiran, yang lain untuk mencuci, dan mungkin
yang lain untuk sampel dan pengenceran antibodi. Buffer dapat diproduksi di
rumah atau bersumber dari berbagai antibodi komersial dan pemasok reagen
(Bio-Rad & Laboratories, 2017). Bufer dasar yang paling sering digunakan
dalam ELISA adalah bufer fosfat (Phosphate-Buffered Saline, PBS) dan bu- fer
karbonat. Bufer lain seperti bufer ekstraksi, bufer pencuci, bufer Ab, bufer
konjugat, dan bufer substrat dibuat dengan menambahkan senyawa kimia
tertentu seperti Tween-20, polyvinylpirrolidone (PVP), dan 2-mercaptoethanol
pada bufer dasar. Senyawa yang sering digunakan untuk blocking reagents
adalah bovine serum albumin (BSA), ovalbumin (OA), gelatin, susu skim,
NaOH, dan asam sulfat (H2SO4) (Suryadi et al., 2016).
2.5.3. Substrat
Senyawa kimia yang digunakan sebagai media (substrate) untuk reaksi
enzimatik berbeda-beda, bergantung pada enzim yang dugunakan. Enzim AP
memerlukan p-nitrophenyl phosphate (PNPP) yang dilarutkan dalam
diethanola- mine 10%. Substrat ini dihidrolisis oleh enzim menjadi p-
nitrophenyl (PNP) yang berwarna kuning. Enzim HRP menggunakan substrat
tetramethyl benzidine (TMB) yang dilarutkan dalam dimethylsulsulfoxide
(DMSO), substrat ini dihidrolisis menjadi enzim men- jadi produk berwarna
biru (Suryadi et al., 2016).
2.5.4. Antibodi
Ab adalah immunoglobulin (Ig) dari hewan yang diimunisasi Ag
patogen sasaran (AgP). Berdasarkan teknik produksi dan spesifisitas reaksinya,
Ab dibedakan menjadi Ab poliklonal (PAb) dan Ab monoklonal (MAb),
sedangkan menurut bentuk molekulnya dibedakan menjadi Ab dan F(ab’)2. Ab
juga dibedakan menjadi Ab primer (AbP) dan Ab sekunder (AbS). AbP adalah
Ab yang homolog atau bereaksi dengan AgP, diproduksi dengan
20
mengimunisasi hewan, seperti mencit dan kelinci, dengan AgP. AbS atau anti-
AbP adalah Ab yang diproduksi dengan mengimunisasi hewan lain seperti
kambing (goat) dengan AbP (Suryadi et al., 2016).
Antibodi yang digunakan dalam tes ELISA dapat berupa monoklonal,
poliklonal, atau kombinasi keduanya. Setiap jenis antibodi menawarkan
keuntungan yang berbeda dalam pengembangan ELISA, sehingga penting
untuk menghargai perbedaan di antara mereka dan bagaimana ini dapat
digunakan untuk memperoleh keuntungan selama pengembangan ELISA (Bio-
Rad & Laboratories, 2017).
2.5.5. Antigen
Ag yang digunakan sebagai AgP pada teknik ELISA adalah partikel
virus, sel bakteri, propagul jamur, atau senyawa protein dan polisakarida
patogen yang antigenik, dapat merangsang timbulnya Ab pada hewan yang
diimunisasi. AgP digunakan sebagai kon- trol positif pada uji ELISA (Suryadi
et al., 2016).
2.5.6. Imunoprob (Immunoprobe)
Imunoprob untuk ELISA dibuat dengan mengkonjugasikan Ab dengan
suatu enzim menjadi ‛konjugat Ab-enzim’. Konjugat ini dapat dibuat dengan
mengkonjugasikan AbP atau AbS dengan enzim tertentu. Enzim yang
digunakan untuk membuat konjugat beragam, yang paling umum adalah
Alkaline Phosphatase (AP) dan Horse-radish Peroxidase (HRP) (Suryadi et al.,
2016).
2.6. Penggunaan Aplikasi ELISA
Karena ELISA dapat dilakukan untuk mengevaluasi keberadaan antigen atau
keberadaan antibodi dalam sampel, maka alat dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi antibodi serum, seperti dengan tes HIV (A.Sharma, 2008). Dalam industri
makanan ELISA digunakan untuk mendeteksi alergen makanan potensial, seperti susu,
kacang tanah, kacang kenari, almond, dan telur. Sri Rachmawati dkk telah
mengembangkan ELISA kit yang dapat digunakan untuk monitoring kandungan
21
alfatoksin B1 pada pakan dan jagung (Rachmawati, Lee, Murdiati, & Kennedy, 2004).
ELISA dapat digunakan sebagai tes darah serologis untuk penyakit celiac (Porcelli,
Ferretti, Vindigni, & Terzuoli, 2016). Dr Dennis E Bidwell dan Alister Voller
menciptakan tes ELISA untuk mendeteksi berbagai jenis penyakit, seperti demam
berdarah, malaria, penyakit Chagas, penyakit Johne, dan lainnya (Griffin et al., 2005).
Tes ELISA juga digunakan sebagai diagnostik in vitro di laboratorium medis.
Kegunaan lain dari ELISA meliputi:
deteksi antibodi Mycobacterium pada tuberculosis
deteksi rotavirus dalam tinja
deteksi penanda hepatitis B dalam serum
deteksi penanda hepatitis C dalam serum
deteksi enterotoksin E. coli dalam tinja
deteksi antibodi HIV dalam sampel darah
22
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tersebut maka didapat simpulan sebagai berikut:
3.1.1. ELISA adalah suatu teknik biokimia yang terutama digunakan dalam bidang
imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu
sampel. ELISA telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam bidang medis,
patologi tumbuhan, dan jug
3.1.2. a berbagai bidang industri. Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu
antibodi dengan spesifitas yang lebih tinggi dibandingkan metode imun lainnya.
3.1.3. Prinsip ELISA menggunakan konsep imunologi dasar dari antigen yang
mengikat antibodi spesifiknya, yang memungkinkan pendeteksian sejumlah
kecil antigen seperti protein, peptida, hormon, atau antibodi dalam sampel
cairan.
3.1.4. Tahapan umum ELISA meliputi penempelan (trapping) Ag atau Ab pada media
reaksi (solid phase), seperti cawan ELISA, diikuti penambahan konjugat
Abenzim, dan diakhiri dengan penambahan substrat serta bufer penghenti
reaksi (blocking buffer).
3.1.5. Tipe- tipe ELISA meliputi: Direct ELISA, Indirect ELISA, Sandwich ELISA,
Competitive ELISA
3.1.6. Komponen utama perangkat ELISA terdiri atas Ab, Ag, imunoprob, substrat,
reagen penghenti reaksi (blocking reagent), bufer, dan cawan ELISA.
3.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA