TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk melihat pengaruh berbagai macam desinfektan terhadap suatu pertumbuhan mikroba
Desinfektan Pertumbuhan
E. coli S. aureus
Alkohol 70% - -
Deskripsi Gambar
E. coli S. Aureus
Keterangan:
1. Media NA
2. Paperdisk (Alkohol)
3. Paperdisk (Betadine)
4. Paperdisk (Deterjen)
5. Paperdisk (Wipol)
6. Zona Bening (Betadine)
4.2 Pengaruh Anti Biotik
E.coli
Diameter zona hambat (cm)
No Konsentrasi (%) Keterangan
Amoxilin Ampicilin
1 0 - - Kontrol
2 0,5% - - Tidak efektif
3 1% - - Tidak efektif
4 1,5% 0,69 0,29 Efektif
5 2% 0,74 0,44 Sangat efektif
S.aureus
Diameter zona hambat (cm)
No Konsentrasi (%) Keterangan
Amoxilin Ampicilin
1 0 0 0 Kontrol
2 0,5% 1,24 0,57 Efektif
3 1% 3,28 0,47 Efektif
4 1,5% 2,94 0,507 Efektif
5 2% 4,24 0,32 Sangat efektif
Deskripsi Gambar
1. Amoxilin
E. coli S.aureus
2. Amphialin
E. coli S.aureus
Keterangan:
1. Koloni
2. Zona bening
3. Media
4. Paper disk
5. Kontrol
V. PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum tentang desinfektan dan desinfeksi yang telah dilakukan dimana
diujikan berbagai jenis desinfektan dan antibiotik yang terdiri atas alkohol, detergen, wipol dan
betadin, serta amphialin dan amoxilin berbagai konsentrasi sebagai antibiotiknya. Yangmana
setelah itu akan diamati ada tidaknya pengaruh terhadap pertumbuhan dan pertahanan bakteri
dalam medium agar. Menurut Dwidjoseputro (1994) bahwa pada umumnya
bakteri yang muda itu kurang daya tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri yang tua.
Pekat encernya konsentrasi lamanya berada dibawah pengaruh desinfektan. Faktor-faktor yang
dapat dipertimbangkan pula. Kenaikan temperatur akan menambah daya desinfektan, selanjutnya
medium juga dapat menawar daya desinfektan.
Umumnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan, tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan
dalam penggunaan antiseptik. Hal ini diperkuat oleh Jawetz (2005) bahwa antiseptik tersebut
harus memiliki sifat yang tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras dan harus
bersifat spesifik terhapa bagian tubuh yang membutuhkannya. Terkadang penambahan bahan
desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi atau proses
pembebasan alat atau bahan dari mikroba, tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan
desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.
Alkohol sering digunakan sebagai zat kimia yang efektif dalam membasmi mikroba
terkecuali pada jenis mikroba yang memiliki spora sehingga ia dapat bertahan dan dapat
digunakan untuk sterilisasi dan desinfeksi. Beberapa bahan dalam suatu desinfektan yang biasa
dipergunakan terdiri dari alkohol, yodium, deterjen, dan betadine. Menurut Waluyo (2004)
yang menyatakan bahwa alkohol mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi dan juga sebagai
pelarut lemakyang dapat mendegradasi bagian lemak pada membrane sel sehingga mengalami
kerusakan dan enzim akan dimatikan oleh alkohol.
Desinfektan golongan alkohol umumnya tidak berfungsi efektif terhadap bakteri berspora
serta kurang berfungsi efektif bagi virus non-lipid. Hal ini juga diperkuat oleh Anonim (2014)
yang menyatakan bahwa penggunaan bahan kimia berupa alkohol pada proses desinfeksi hanya
berfungsi untuk bagian permukaan yang kecil, tangan, dan kulit. Adapun keunggulan golongan
alkohol karena memiliki sifat yang stabil, tidak merusak material penting, dan dapat
dibiodegradasi.
Bakteri pada larutan hipertonis tidak dapat hidup karena selnya mengalami plasmolisa
dan pada larutan hipotonis bakteri juga tidak dapat hidup karena selnya mengalami lisis. Menurut
Irianto (2006) yang menyatakan bahwa, bakteri idealnya hidup pada kondisi larutan isotonis.
Apabila ia berada dalam larutan hipertonis maka cairan-cairan dalam sel bakteri akan terdesak
keluar dan pecah sehingga terjadi plasmolisis.
Spora pada umumnya lebih tahan daripada bentuk vegetatif dan hanya beberapa
desinfektan yang berfungsi sebagai halogen, formalin, dan etilen oksida yang efektif terhadap
spora. Menurut Anonim (2014), yang menyatakan bahwa beberapa komponen kimia pada
konsentrasi rendah tidak dapat membunuh jasad renik, tetapi hanya menghambat
pertumbuhannya. Pada senyawa tertentu yang terdapat pada rempah-rempah, memiliki
komponen yang mempunyai sifat bakteriostatik atau fungisid. Komponen kimia mempunyai
kecepatan membunuh yang berbeda-beda terhadap jasad renik.
Berdasarkan praktikum kali ini kita juga melekukan pengujiian daya antibiotik dengan
menggunakan petridisk. Zat anti biotik dihasilkan oleh mikroorganisme dan zat-zat itu dalam
jumlah yang sedikitpun mempunyai dua penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain.
Menurut Volk (1993) bahwa sebelum antibiotik digunakan untuk keperluan pengobatan, maka
terlebih dahulu antibiotik harus diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu. Pada medium
agar yang telah disebari spesies bakteri tertentu diletakkan beberapa kertas paperdisk yang telah
mengandung antibiotik yang akan diuji dalam konsentrasi tertentu.
Zona bening pada cawan petri terbentuk karena berkurangnya jumlah bakteri disekitar
paperdisk karena pertumbuhannya terhambat. Jika tidak ada pertumbuhan berarti bakteri E.coli
dan S.aureus dalam petridisk telah mati. Kita ketahui bahwa untuk identifikasi suatu bakteri
dapat dilihat dari tingkat kekeruhan yang terjadi didalam medium. Menurut Dwidjoseputro
(1994) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui kekuatan masing-masing desinfektan orang
atau praktikan perlu mempunyai suatu ukuran pokok.
VI. KESIMPULAN