DI SUSUN OLEH :
Kelompok 2
DHEA PERMATASARI ISKANDAR 2018.C.10a.0964
CIA 2018.C.10a.0962
ERNA SARI 2018.C.10a.0966
LALA VERONICA 2018.C.10a.0974
LOREN 2018.C.10a.0976
MELATIA PASKA 2018.C.10a.0977
SUSED 2018.C.10a.0986
TRISIA VIRONIKA 2018.C.10a.0990
YUNI ELIA KARTIKA 2018.C.10a.0993
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu walaupun ada beberapa
halangan yang mengganggu proses pembuatan makalah ini, namun penulis dapat
mengatasinya tentu atas campur tangan Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis berharap makalah ini akan berguna bagi para mahasiswa terutama yang
berada di STIKes Eka Harap materi tentang “Konsep Fisiologi Sistem Integumen”
sehingga diharapkan dengan mempelajari makalah ini mahasiswa maupun pembaca
lainnya untuk mendapatkan tambahan pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, penulis
berharap adanya kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini
pada masa yang akan datang. Akhir kata dari penulis berterimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini sehingga
menjadi bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 1
1.3 TUJUAN ............................................................................................................ 1
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................................ 1
1.3.2. Tujuan Khusus ........................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
2.1 PENGERTIAN SISTEM INTEGUMEN ........................................................ 2
2.2 FISIOLOGI INDRA KULIT ............................................................................ 2
2.2.1 Fungsi Proteksi .......................................................................................... 2
2.2.2 Fungsi Absorpsi ......................................................................................... 3
2.2.3 Fungsi Ekskresi ......................................................................................... 3
2.2.4 Fungsi Persepsi .......................................................................................... 4
2.2.5 Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi) ................................. 4
2.2.6 Fungsi Pembentukan Vitamin D ............................................................. 4
2.3 FISIOLOGI INDRA RASA RABA ................................................................. 4
2.4 FISIOLOGI RAMBUT..................................................................................... 8
2.5 FISIOLOGI KUKU DAN KELENJAR KULIT ............................................ 9
2.6 PENGATURAN ALIRAN DARAH DI DALAM KULIT ........................... 11
2.7 GANGGUAN PADA SISTEM INTEGUMEN MANUSIA.......................... 12
BAB III............................................................................................................................. 17
PENUTUP........................................................................................................................ 17
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 17
4.2 Saran ................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Fisiologi dari Sistem Integumen pada Manusia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
b. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan
kulit dan dehidrasi. selain itu juga mencegah masuknya air dari
lingkungan luar tubuh melalui kulit.
e. Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang
protektif. Yang pertamaadalah sel Langerhans, yang
merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudianada sel
fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk
melewati keratindan sel Langerhans.
3
2.2.4 Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Terhadaprangsangan panas diperankan oleh badan-badan
Ruffini di dermis dan subkutis.Terhadap dingin diperankan oleh
badan-badan Krause yang terletak di dermis, badantaktil Meissner
terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula
badanMerkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan
terhadap tekanan diperankanoleh badan Paccini di epidermis. Saraf-
saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnyadi daerah yang erotik.
4
luas pada lapisan epitel dan jaringan ikat tubuh manusia, selain itu di dalam
kulit juga terdapat tempat-tempat tertentu yang sensitif terhadap panas dan
sakit.
a. Rasa Mekanik
Beberapa modalitas (kualitas) rasa tekan, raba, getar dan geli
berada di setiap bagian tubuh tertentu. Dengan menggunakan
Aestesiometer dapat mengetahui bagian kulit yang paling peka terhadap
rangsangan pada permukaan kulit yang peka. Titik tekan lebih padat di
bandingkan dengan kulit lain, hal ini merupakan manifestasi adanya
reseptor tekan pada kulit di bawahnya.
1. Ambang diskriminasi spasial (ADS): Merupakan kemampuan untuk
membedakan dua titik berdekatan sebagai titik yang terpisah yaitu
ambang diskriminasi spasial suksesif (pengganti) dan ambang
diskriminasi spasial simultan. ADS suksesif lebih kecil
dibandingkan dengan ADS simultan. Hal ini disebabkan karena
ADS suksesif dihantarkan oleh saraf yang sama, sedangkan ADS
simultan secara bersamaan dihantarkan oleh dua saraf yang
hubungannya dengan kortek sensoris melalui serat yang berbeda.
2. Reseptor gatal: merupakan pengindra yang memiliki kecepatan
tinggi dan terdapat pada reseptor akar rambut, bila pada punggung
tangan diraba akan timbul rasa raba. Intensitas yang ditimbulkan
oleh gerakan rambut tadi berbanding langsung dengan kecepatan
gerak rambut hanya jika rambut itu bergerak.
3. Reseptor getar: melalui ujung saraf bebas yang merupakan ujung
saraf pengindra, ambang rangsangan. Reseptor ini menghassilkan
satu impuls saja dan sangat cepat beradaptasi. Reseptor gatal ini
merupakan reseptor percepatan struktur yang mempunyai sifat
sesuai dengan badan pacini.
4. Reseptor geli: melalui ujung saraf bebas yang merupakan ujung saraf
pengindra, ambang rangsangan hanya dapat mengetahui adanya
rangsang untuk reseptor. Rangsangan mekanik ringan bergerak
seperti gerakan serangga kecil di kulit. Rasa gatal ditimbulkan oleh
rangsangan frekuensi rendah yang dihasilkan oleh sesuatu yang
bergerak pada kulit secara berulang pada serabut-serabut saraf kulit.
Distribusi rasa gatal terjadi pada kulit, maka membran mukosa
tertentu dan rasa nyeri biasanya terjadi berulang-ulang.
b. Rasa Suhu
Mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas.
Reseptor ini berfungsi mengindra rasa dingin/panas dan refleks
pengaturan suhu tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reesptor dalm sistem
saraf pusat. Dengan pengukuran waktu, reaksi dapat
5
dinyatakan:kecepatan rasa dingin lebih cepat dibandingkan kecepatan
hantaran rasa panas.
1. Rasa suhu kulit tetap (statis): bila sesorang berada dalam air hangat,
mula-mula akan timbul rasa hangat akan kembali. Hal ini karena
tubuh secara penuh beradaptasi terhadap suhu kulit yang baru.
Adaptasi penuh ini hanya terjadi pada suhu netral (suhu nyaman),
rasa hangat yang mantap akan dirasakan di atas 360C dan rasa dingin
dirasakan pada suhu 170C.
2. Rasa suhu kulit yang berubah: terdapat tiga parameter tertentu yaitu
suhu awal, kecepatan perubahan suhu, dan luas kulit yang terpapar
terhadap rangsangan suhu. Pada suhu kulit yang rendah, ambang
rasa hangat tinggi, sedangkan ambang rasa dingin meningkat.
Kecepatan perubahan suhu berpengaruh terhadap timbulnya rasa
panas dan dingin. Luasnya daerah kulit yang terpapar juga
berpengaruh pada timbulnya rasa panas/dingin.
3. Titik-titik rasa dingin dan panas: permukaan kulit yang peka
terhadap rasa panas dan dingin berlokasi pada titik-titik tertentu.
Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih rendah dibandingkan dengan
tiitik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin lebih banyak dibandingkan
rasa panas. Kulit wajah merupakan daerah yang paling peka terhadap
rasa suhu dan memilki kepadatan titik-titik rasa dingin yang paling
tinggi.
c. Rasa Propriosepsi
Berasal dari dalam tubuh disebut juga rasa dalam tubuh disebut
juga rasa dalam, tidak terdapat pada kulit tetapi bagian yang lebih dalam
misalnya otot, tendo, dan sendi. Informasi propriosepsi dihantarkan ke
medula spinalis melalui kolom dorsal dan masuk ke serebelum, sebagian
berjalan ke laminikulus medial, talamus, dan sebagian lagi ke korteks.
Impuls berasal dari kumparan otot berbentuk urat golgi, organ sensorik
dalam dan sekitar sendi. Neuron dalam korteks sensoris berespons
terhadap gerakan-gerakan tertentu.
Terdapat 3 submodalitas yaitu sebagai berikut:
1. Rasa posisi: mengindrai bagian-bagian tubuh dalam ruang atau posisi
ruas sendi tubuh yang satu dengan ruas sendi yang berdekatan, rasa
ini sedikit sekali bahkan mungkin tidak beradaptasi.
2. Rasa gerakan: timbulnya menghindari gerak pada setiap sendi dan
berapa besar perubahan sudut dan kecepatan gerak pada sendi yang
bergerak
3. Rasa kekuatan: seberapa besar kekuatan atau tahanan yang
dikerahkan untuk gerak otot.
6
Integrasi Sentral. Dalam kehidupan sehari-hari alat indra ini tidak
bekerja sendiri-sendiri, mereka bekerja secara terpadu dalam
mengindrai suatu benda terhadap rasa raba, rasa suhu, dan rasa
propriosepsi. Semua berperan dan diperlukan oleh fungsi sistem saraf
pusat.
d. Rasa Nyeri
Ditimbulkan oleh rangsangan yang merusak. Rasa ini berfungsi
melindungi dan mencegah kerusakan lebih lanjut dari jaringan yang
terkena. Modalitas rasa nyeri terdiri atas submodalitas nyeri somatik
yaitu nyeri permukaan, nyeri dalam, dan nyeri viseral. Zat kimia pada
kadar tertentu dapat menimbulkan nyeri misalnya asetilkolin,
seratokinin, dan histamin yang juga menimbulkan rasa gatal.
Pada otot jantung yang mengalami iskemia, nosiseptor (reseptor
rasa nyeri) akan terangsang untuk menimbulkan rasa nyeri yang disebut
angina pektoris. Alat dalam yang mengandung reseptor nyeri misalnya
usus, uretra, dan empedu. Reseptor nyeri peka terhadap rangsangan
yang kuat sehingga terjadi nyeri viseral yang disebut kolik.
Rasa nyeri terdiri atas bagian-bagian berikut ini :
1. Nyeri proyeksi : nyeri yang timbul bila rangsangan bukan pada
reseptornya, tetapi langsung pada serat saraf di salah satu tempat
dalam perjalanan sarafnya. Rasa nyeri tidak pada tempat
rangsangan, tetapi pada proyeksi perifer (ujung) saraf yang
bersangkutan.
2. Nyeri alih: rasa nyeri berasal dari sufat dalam, serat saraf yang
terangsang di ala+ dalam dan serat saraf dari kulit atau segmen
dengan alat dalam serta bersinaps pada satu neuron yang sama
yang menimbulkan eksitasi(rangsangan) sehingga impuls
diteruskan ke SSP. Rasa nyeri yang timbul dan diinterprestasikan
dating dari kulit.
3. Hiperalgesia: salah satu bentuk nyeri khusus dialami seseorang
adalah saat kulit terkena rangsangan nosissptif misalnya terik
matahari dan luka bakar.
4. Hipoalgesia: menurunnya rasa nyeri akibat kerusakan saraf atau
tindakan analgesia dengan obat atau tusuk jarum. Hal ini bisa
disertai dengan hilangnya modalitas rasa.
5. Nyeri Kronis: suatu perubahan pada system saraf pusat dalam
pengolahan rasa nyerinya belum diketahui sebabnya. Salah satu
organ tubuh yang diamputasi dapat mengalami rasa nyeri yang
dirasakan seperti berasal dari bagian tubuh yang telah dibuang.
7
e. Rasa Gatal
Merupakan bentuk khusus rasa nyeri yang timbul pada kondisi
perangsangan tertentu. Semakin kuat rangsangan suatu rasa, rasa gatal
yang timbul akan diganti dengan rasa nyeri. Bila rangsangan mencapai
intensitas yang tinggi, maka rasa gatal yang dialami dapat hilang. Pada
jaras spinotalmik, yang sedang dilewati rasa gatal dilewati juga oleh rasa
nyeri dengan cara tertentu jika titik gatal sesuai dengan titik nyeri.
Reseptor gatal terletak pada bagian kulit permukaan, sedangkan reseptor
nyeri terdapat lebih dalam dari kulit.
8
3. Otot arektor pili adalah pita tipit otot polos yang berhubungan
dengan folikel rambut. Kontraksi otot ini menyebabkan ujung-ujung
rambut berdiri (“merinding”) dan mengakibatkan keluarnya sekresi
kelenjar sebasea. Setiap folikel rambut mengandung satu atau
beberapa kelenjar sebasea.
4. Pertumbuhan rambut bersifat siklik (siklus).
a. Ada periode pertumbuhan pasti yang diikuti dengan fase
istirahat, jika rambut telah mencapai batas pertumbuhan
maksimal.
1) Selama masa istirahat, bagian dasar rambut berubah
menjadi suatu massa terkeratinisasi menyerupai pentungan
yang tetap melekat pada folikel.
2) Setelah masa istirahat, bulbus rambut yang baru terbentuk
dari bagian bawah massa yang lama. Rambut yang baru
mendorong keluar rambut yang lama, sehingga rambut
lama menjadi rontok.
3) Di suatu saat tertentu 90% rambut kepala sedang tumbuh
dengan aktif, sedangkan 10% sisanya beristirahat.
b. Rambut di kulit kepala tumbuh dalam masa 2 sampai 6 tahun
dan kemudian memasuki fase istirahat selama 3 bulan sebelum
rontok.
c. Rambut di tubuh tumbuh sepanjang kurang lebih 0,05
inci/minggu. Sedangkan, rambut pada kulit kepala
membutuhkan waktu sekitar 7 minggu untuk dapat tumbuh
sepanjang satu inci.
d. Kebotakan adalah suatu deteriorasi folikel yang progresif.
Prevalensinya lebih besar pada laki-laki karena memiliki
karakteristik pengaruh genetik kelamin yang hanya akan muncul
jika hormon laki-laki ada dalam tubuh.
9
3. Kutikel (eponikium) adalah lipatan epidermis berlekuk yang
menutup akar kuku. Hiponikium adalah stratum korneum tebal di
bawah ujung lepas kuku.
4. Lunula (bulan sabit) adalah area keputihan berbentuk melengkung
dekat kutikel.
10
c. Jerawat adalah gangguan pada kelenjar sebasea diwajah, leher,
dan punggung yang terjadi terutama pada dekade kedua masa
kehidupan. Kelenjar sebasea ini dapat terinfeksi sehingga
menyebabkan furunkel ( bisul ).
Vasokontriksi Vasodilatasi
11
4. Pengaturan Aliran Darah Setempat
Mempunyai peranan kecil untuk pengaturan aliran darah
kulit, bila orang duduk selama lebih tiga puluh menit kemudian
berdiri akan mengalami kemerahan yang hebat pada daerah kulit
yang terkena. Proses ini disebut juga hyperemia reaktif karena
berkurangnya penyediaan bahan gizi untuk jaringan selama periode
penekanan.
2. Lupus
12
sehat dan merusak jaringan lunak seperti kulit dan organ lainnya.
Penyakit lupus dapat menimbulkan masalah lanjutan pada ginjal,
sistem saraf, jaringan darah dan kulit.
4. Jerawat
13
5. Hemangioma
14
7. Psoriasis
8. Rosacea
15
9. Seborrheic Eczema (Eksim Seborrheic)
16
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem Integumen pada manusia adalah terdiri dari kulit, kuku,
rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak dan kelenjar susu. Kulit
merupakan sistem organ yang luar biasa melindungi struktur internal tubuh
dari kerusakan, mencegah dehidrasi, lemak dan menghasilkan vitamin dan
hormon. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi : fungsi proteksi,
absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan
pembentukan vitamin D. Gangguan Pada Sistem Integumen Manusia
diantaranya yaitu Kanker Kulit, penyakit pupus, Rubeola atau Penyakit
Campak, Jerawat, Hemangioma, Cold Sore (Herpes Simplex Virus),
Psoriasis, Rosacea, Seborrheic Eczema (Eksim Seborrheic), dan Hives /
Urticaria (Gatal Alergi).
4.2 Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan
penulis atas partisipasi para pembaca, agar sekiranya mau memberikan
kritik dan saran yang sehat dan bersifat membangun demi kemajuan
penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah manusia biasa
yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik
dan saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan
makalah ke depan menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat
memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua. Perawat diharapkan lebih
meningkatkan pengetahuan tentang konsep.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.scribd.com/doc/52471266/8/Kelenjar-pada-kulit
2. http://www.docstoc.com/docs/58180799/Anatomi-dan-fisiologi-
sistem-integumen-(kulit)
3. Ethel, Sloane.2003.Anatomi dan fisiologi untuk pemula.Jakarta :Buku
Kedokteran EGC.
4. Guyton, Hall.2012.Buku ajar fisiologi Kedokteran.Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
5. Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
6. Syaifuddin.2006.Anatomi fisiologi untuk mahasiswa
keperawatan.Jakarta : EGC.
7. Setiadi.2007.Anatomi & fisiologi manusia.Yogyakarta : Graha Ilmu.
18