Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan bentuk pelayanan kesehatan professional dan
bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual secara
komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga, masyarakat mencakup
seluruh daur hidup manusia. Pada perkembangannya, ilmu keperawatan
selalu mengikuti perkembangan ilmu lain mengingat ilmu keperawatan
merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan
zaman.
Keperawatan mempunyai focus intervensi memberikan bantuan karena
adanya kelemahan fisik, mental, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya
kemampuan yang merupakan respon dari masalah, baik yang actual maupun
potensial yang ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan klien.
Praktek keperawatan dipengaruhi oleh tuntutan kebutuhan masyarakat
dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat sebagai
komponen dalam masyarakat terdiri dari berbagai tingkat usia. Karena
keperawatan mempunyai tujuan utama yaitu pemenuhan kebutuhan dasar
manusia maka menghadapi satu individu dengan individu lain tidak sama
karena manusia adalah makhluk unik sehingga dalam pendekatannya pun
harus berdasarkan tingkat perkembangan individu itu sendiri yang tentunya
berbeda dengan tingkat usianya.
Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan
diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
professional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi
bidang kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan

1
keperawatan di sebagian besar rumah sakit di Indonesia umumnya telah
menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.
Salah satu pendekatan praktek keperawatan adalah dengan menggunakan
teori Madeleine Leininger yang membangun teori Transcultural Nursing yang
menguraikan bahwa indivu-individu setiap kultur tidak hanya tahu dan
menentukan cara yang mereka alami dan rasakan dalam asuhan keperawatan
tapi juga pengalaman-pengalaman dan persepsi ini untuk kepercayaan-
kepercayaan dan praktek terhadap kesehatan mereka secara umum. Oleh
karena itu pada makalah ini kami mencoba untuk menguraikan teori model
Madeleine Leininger sebagai acuan dalam penerapan teori keperawatan guna
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan yang kami peroleh dalam makalah ini yaitu :
1. Apa yang diuraikan dalam teori model Madeleine Leininger ?
2. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan berdasarkan pendekatan
teori model Madeleine Leininger ?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin kami capai dari makalah ini yaitu :
1. Mengetahui teori model Madeleine Leininger
2. Mampu menerapkan asuhan keperawatan berdasarkan pendekatan
teori model Madeleine Leininger

2
BAB II
TEORI MADELEINE LEININGER

A. Perspektif Transkultural dalam Keperawatan


Dalam buku Leininger dan McFarland (2002) “Transcultural Nursing :
Conceps, Theories, Research and Practice” Third Edition, keperawatan
transkultural adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan praktik keperawatan yang focus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya atau keutuhan
budaya pada manusia.
Teori Leininger tentang keragaman pelayanan berdasarkan kultur dan
universalitas (1991) menyatakan bahwa kasih sayang merupakan inti dari
keperawatan, dominan, karakteristik, dan ciri khas keperawatan. Tujuan Teori
Leininger adalah menyediakan pelayanan kesehatan spesifik secara kultural
bagi klien. Untuk memberikan asuhan keperawatan bagi klien dengan kultur
tertentu, perawat perlu memperhitungkan tradisi kultur klien, nilai-nilai, dan
kepercayaan ke dalam rencana keperawatan.

B. Keperawatan Transkultural dalam Pelayanan Kesehatan


Tujuan dari keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan
pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada
kultur yang spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur yang
dengan nilai-nilai norma spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti
bahasa. Sedangkan, kultur yang universal adalah nilai atau norma yang
diyakini dan dilakukan oleh hampir semua kultur, seperti budaya olahraga

3
yang dapat membuat badan sehat, bugar; budaya minum teh dapat membuat
tubuh sehat. Keperawatan transkultural juga bertujuan untuk
mengidentifikasi, menguji, mengerti, dan menggunakan pemahaman
perawatan transkultural untuk meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam
pemberian asuhan keperawatan.
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi
dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang
dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku
Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam
perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia
itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu
yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh.
Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur
dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
Dalam zaman yang serba maju seperti saat ini, keperawatan dituntut untuk
menjadi semakin maju pula dan mengikuti perkembangan zaman. Masyarakat
akan menuntut asuhan keperawatan yang berkualitas. Ditambah dengan
adanya perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) sehingga
memungkinkan adanya pergeseran tuntutan asuhan keperawatan. Konsep
keperawatan didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
cultural yang melekat dalam masyarakat.
Sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai
dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal ini diabaikan
oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock
dialami klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi
dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Ini akan mengakibatkan
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan pada klien, dan beberapa mengalami
disorientasi.

4
C. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
Ada dua belas konsep teori transkultural Leininger (1985) dalam buku
Leininger dan McFarland (2002) “Transcultural Nursing: Concepts, Theories,
Research and Practice” Third Edition yaitu :
1. Budaya (kultur) adalah norma atau aturan tindakan dari anggota
kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam
berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. Budaya adalah sesuatu
yang kompleks yang mengandung pengetahuan,keyakinan, seni, moral,
hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan
manusia sebagai anggota kemunitas setempat. Kebudayaan adalah
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan
belajar, beserta keselurahan hasil budi dan karyanya dan sebuah rencana
untuk melakukan kegiatan tertentu (Leininger, 1991).
Menurut konsep budaya Leininger (1978, 1984), karakteristik budaya
dapat digambarkan sebagai berikut : (1) Budaya adalah pengalaman yang
bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis, (2)
Budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut
diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan,
(3) Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa
disadari
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih
diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu
tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
3. Culture care diversity (perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan)
merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan,
mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai
budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap

5
lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali
lagi. (Leininger, 1985)
4. Culture care universality (kesatuan perawat kultural) mengacu pada
suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman
yang paling dominan, pola-pola, nilai-nilai, gaya hidup atau symbol-simbol
yang dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta merefleksikan
pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara
yang memungkinkan untuk menolong orang lain (Terminlogy universality)
tidak digunakan pada suatu cara yang absolute atau suatu temuan
statistic yang signifikan.
5. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap
bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang
dimiliki oleh orang lain.
6. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya
yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. Etnik adalah
seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu
(kelompok etnik). Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu yang
mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya ke
generasi berikutnya (Handerson, 1981)
7. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia. Ras merupakan sistem
pengklasifikasian manusia berdasarkan karakteristik fisik pigmentasi,
bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh dan bentuk kepala. Ada
tiga jenis ras yang umumnya dikenal, yaitu Kaukasoid, Negroid,
Mongoloid. Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau
diajarkan manusia kepada generasi berikutnya (Taylor, 1989).
8. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi
pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap

6
individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan
orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya
9. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya
kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia
10. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada
keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan
kondisi kehidupan manusia.
11. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan
hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
12. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang
lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi
daripada kelompok lain

D. Paradigma Transkultural Nursing


Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural
sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesui dengan latar belakang budaya
terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat,
lingkungan dan keperawatan (Andrew and Boyle, 1995).
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai
dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan

7
dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan
suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan
untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat
diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai
tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam
rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan
yaitu: fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam
atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan,
pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir
tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun.
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat
yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti
struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan

8
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan
individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
asuhan keperawatan adalah mempertahankan budaya, negosiasi budaya
dan restrukturisasi budaya.
a. Mempertahankan Budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan
status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b. Negosiasi Budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat
memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil dan pantang
makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber
protein hewani yang lain.
c. Restrukturisasi Budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Misalnya perawat berupaya
merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

9
BAB III
APLIKASI TEORI MADELEINE LEININGER

A. Proses Keperawatan Transkultural


Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses
keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan
memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger
and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan7 komponen yang
ada pada "Sunrise Model" yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

10
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi
yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya,
bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji
oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara
pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status,
tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan
terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor
ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga,
bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang
dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari dan kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995).Yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

11
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya :
pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian
biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-
bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga
tidak terulang kembali.

Prinsip-prinsip pengkajian budaya:


a. Jangan menggunakan asumsi
b. Jangan membuat streotip bisa terjadi konflik misal:orang padang
pelit, orang jawa halus
c. Menerima dan memahami metode komunikasi
d. Menghargai perbedaan individual
e. Menghargai kebutuhan personal dari setiap individu
f. Tidak beleh membeda-bedakan keyakinan klien
g. Menyediakn privacy terkait kebutuhan pribadi

12
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangimelalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapattiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi
sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan erhubungan dengan
sistem nilai yang diyakini.

3. Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan
adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien
(Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya
klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila
budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

a. Cultural care preservation/ Maintenance/ Mempertahankan budaya


Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang
telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga
setiap pagi.

13
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan
klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan
perawat

b. Cultural care accommodation/ Negotiation/Negosiasi budaya


Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang
lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar
dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang lain.
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik

c.Cultural care repartening/ Reconstruction/Restrukturisasi budaya


Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi
gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola
rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan
sesuai dengan keyakinan yang dianut.
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya

14
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa
kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya
masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya
akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak
memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawatdengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat
terapeutik.

4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan
atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan
dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

B. Analisa Teori Keperawatan Transkultural


1. Kelebihan :
a. Teori ini bersifat komprehensif dan holistic yang dapat memberikan
pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar
belakang budaya yang berbeda.

15
b. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk
memaksimalkan pelaksanaan model teori lainnya.
c. Penggunaan teori ini dapat mengatasi hambatan factor budaya yang
akan berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap
rumah sakit.
d. Penggunaan teori transkultural dapat membantu perawat untuk
membuat keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan
keperawatan.
e. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan
pengembangan praktek keperawatan.

2. Kekurangan :
a. Teori transkultural bersifat sangat luas sehingga tidak dapat berdiri
sendiri dan hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam
konseptual model lainnya.
b. Teori transkultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam
mengatasi masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan
model teori lainnya.

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori Keperawatan Transkultural Leininger tentang keragaman pelayanan
berdasarkan kultur dan universalitas (1991) menyatakan bahwa kasih sayang
merupakan inti dari keperawatan, dominan, karakteristik, dan ciri khas
keperawatan. Tujuan Teori Leininger adalah menyediakan pelayanan
kesehatan spesifik secara kultural bagi klien dengan memperhitungkan tradisi
kultur klien, nilai-nilai, dan kepercayaan ke dalam rencana perawatan.
Tujuan dari keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan
pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada
kultur yang spesifik dan universal serta mengidentifikasi, menguji, mengerti
dan menggunakan pemahaman keperawatan transkulturaluntuk
meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan
keperawatan.
Konsep dalam keperawatan transkultural diantaranya : budaya, nilai
budaya, cultur care diversity, culture care universality, etnosentris, etnis, ras,
etnografi, care, caring, culture care, cultural imposition.

B. Saran
1. Teori transkultural yang dikemukakan oleh Madeleine Leininger hendaknya
dapat diaplikasikan dalam proses keperawatan.
2. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna penyempurnaan
makalah di kemudian hari.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, dkk.2010.Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses &


Praktik:Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran ECG
Damayanti,Denidya.2013.Buku Pintar Perawat Profesional Teori dan Praktik
Asuhan Keperawatan:Yogyakarta.Mantra Books
Potter and Ferry.2010.Fundamental Keperawatan Edisi 7:Jakarta.Salemba
Medika
Potter and Ferry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4:Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran ECG
Afifah,Eny.”Keragaman Budaya dan Perspektif Transkultural Dalam
Keperawatan.10 September
2016.http://staff2.ui.ac.id/upload/afifah/material/transkulturalnursing.pdf
Sitzman.”Madeleine Leininger’s Culture Care : Diversity and Universality
Theory.15 September 2016.https://nursing.jbpub.com/sitzman/ch15pdf.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai