Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN

EKONOMI, PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN

Syamsudin, Bayu Tri Cahya, Syahrina Nurmala Dewi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-mail: syamsudin_ums@yahoo.co.id

ABSTRACT

The Purpose of this research is to examine directly effect variables financial


performance on economic growth, to examine directly effect economic growth on
jpoverty and unemployment also to examine indirectly effect variables financial
performance on poverty and unemployment. The samples of study are region expense
and revenue budget in 2006 – 20011 at 7 municipal. The result of study with regression
indicate that variables finacial performance namely independently ratio, directly
have positive significantly effect on economic growth, while effectiveness ratio and
efficiency ratio directly have not significantly effect on economic growth. At economic
growth directly have positive significantly effect on unemployment and also directly
have positive significantly effect on poverty. To examine indirectly among variables
financial performance on unemployment and povery indicate independently ratio,
effectiveness ratio and efficiency ratio have significant effect on unemployment and
poverty, while effectiveness have not significant effect on unemployment and poverty.

Keyword: financial performance, economic growth, poverty, unemployment

PENDAHULUAN pemerintah daerah disetiap kabupaten/kota di


Sejak dimulainya pelimpahan wewenang Karesidenan Surakarta masih relative rendah
dan tanggung jawab dari pemerintah pusat karena pemerintah daerah sangat tergantung
kepada pemerintah daerah ( UU no 22 tahun pada pemerintah pusat, sehingga dapat
1999) dan pengaturan perimbangan keuangan dikatakan pemerintah daerah di Karesidenan
antara pusat dan daerah ( UU no 25 tahun Surakarta dilihat dari segi keuangannya
1999), atau lebih populer dengan Otonomi belum berhasil untuk mencukupi kebutuhan
Daerah, telah banyak studi empiris yang telah daerahnya sendiri. Hal ini terlihat dari hasil
dilakukan terkait dengan kinerja pemerintah perhitungan derajat desentralisasi fiskal,
daerah terutama kinerja anggaran/ keuangan. dimana rasio PAD dan BHPBP baik secara
Penelitian ini merupakan kajian kinerja rata-rata maupun untuk setiap tahunnya selama
keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi, tiga tahun anggaran (2001-2003) memiliki
pengangguran dan kemiskinan di Eks- proporsi yang lebih kecil jika dibandingkan
Karesidenan Surakarta 2005-2011. Sularmi dengan rasio sumbangan/subsidi pemerintah
dan Agus Endro Suwarno (2006) dalam pusat.
penelitiannya yang berjudul “Analisis Kinerja Sebagaimana diketahui bahwa sruktur
Pemerintah Daerah Dalam Menghadapi pemerintahan yang baik pada umumnya
Otonomi Daerah Ditinjau Aspek Keuangan mampu melindungi dan melayani kebutuhan
(Studi Empiris pada Wilayah Karesidenan masyarakat. Pada pemerintahan yang baik,
Surakarta)”, menyebutkan bahwa kemandirian struktur pemerintah biasanya berdasarkan

15
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi, Pengangguran Dan Kemiskinan (15-27)

sistem “check and balances”. Indikator berupa perbandingan antara komponen-


kesusksesan pada organisasi pemerintahan komponen yang terdapat pada anggaran.
tidak diukur dari saldo laba, tetapi dilihat dari Kajian kinerja keuangan dalam penelitian
mutu pelayanan dan efisiensi dari penggunaan ini berupa rasio kemandirian, rasio efektifitas,
dana yang tersedia. Maka, suatu daerah bisa dan rasio efisiensi. Ketiga rasio tersebut
kuat keuangannya karena tergantung pada dapat digunakan peneliti untuk menguji
cara pengelolaan keuangannya. Di mana secara langsung pengaruh kinerja keuangan
Pengelolaan keuangan daerah sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi, menguji
pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah. secara langsung pertumbuhan ekonomi
Pengelolaan keuangan daerah yang terhadap kemiskinan dan pengangguran serta
dilakukan secara ekonomis, efisien, dan menguji secara tidak langsung pengaruh
efektif atau memenuhi value for money kinerja keuangan terhadap kemiskinan dan
serta partisipasi, transparansi, akuntabilitas pengangguran.
dan keadilan akan mendorong pertumbuhan
ekonomi yang selanjutnya mengurangi KAJIAN PUSTAKA
jumlah pengangguran serta menurunkan 1. Kemandirian Pemerintah Daerah
tingkat kemiskinan. Untuk pengelolaan Pemerintah daerah dituntut untuk
daerah tidak hanya dibutuhkan sumber daya bisa lebih mandiri dalam mengelola
manusia, tetapi juga sumber daya ekonomi penerimaaan daerah yang ditujukan untuk
berupa keuangan yang dituangkan dalam proses restrukturisasi pembangunan daerah.
suatu anggaran pemerintah daerah. Otonomi daerah merupakan salah satu bentuk
Anggaran daerah atau Anggaran dari program pemerintah yang dibuat dengan
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tujuan agar dapat menyelesaikan permasalahan
merupakan rencana keuangan tahunan daerah dalam mengelola informasi kedaerahan,
pemerintah daerah yang disetujui dan membuat pemerintah daerah berada dalam
ditetapkan DPRD melalui peraturan daerah. posisi lebih baik, untuk memobilisasi sumber
APBD merupakan instrumen kebijakan yang daya secara mandiri serta untuk pencapaian
utama bagi pemerintah daerah. Anggaran tujuan pembangunan daerah. Setelah suatu
daerah menduduki posisi sentral dalam sistem pengelolaan keuangan terbentuk, perlu
upaya pengembangan kapabilitas, efisiensi, disiapkan suatu alat untuk mengukur kinerja
dan efektifitas pemerintah daerah, dan dan untuk mengendalikan pemerintahan agar
dipergunakan sebagai alat untuk menentukan tidak terjadi : KKN (Korupsi, Kolusi dan
besarnya pendapatan, pengeluaran, dan Nepotisme), tidak adanya kepastian hukum
pembiayaan, alat bantu pengambilan dan stabilitas politik, dan ketidak jelasan arah
keputusan dan perencanaan pembangunan. dan kebijakan pembangunan (Mardiasmo,
Anggaran daerah juga sebagai alat otoritas 2002).
pengeluaran di masa yang akan datang, Menurut Halim (2001), gambaran
ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta kemandirian daerah dalam berotonomi
alat koordinasi bagi semua aktivitas di dapat diketahui melalui seberapa besar
berbagai unit kerja. Selain itu, anggaran kemampuan sumber daya keuangan untuk
tersebut dapat digunakan sebagai instrumen daerah tersebut agar mampu membangun
kebijakan dan menduduki posisi sentral yang daerahnya, dan untuk bersaing secara sehat
harus memuat kinerja keuangan, baik untuk dengan daerah lainnya dalam mencapai
penilaian secara internal maupun keterkaitan otonomi yang sesungguhnya. Upaya nyata
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, dalam mengukur tingkat kemandirian, yaitu
mengurangi pengangguran dan menurunkan dengan membandingkan besarnya realsiasi
tingkat kemiskinan. Kinerja yang terkait PAD dengan total pendapatan daerah.
dengan anggaran merupakan kinerja keuangan

16
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya
Vol. 17, No. 1, Juni 2015

Pendapatan Asli Daerah 3. Efisiensi Pendapatan Asli Daerah


Tingkat
Kemandirian
= Kinerja pemerintah daerah dalam
Total Penerimaan Daerah melakukan pemungutan pendapatan
dikategorikan efisien, apabila rasio yang
Tingkat kemandirian daerah dicapai kurang dari 1(satu) atau dibawa
menggambarkan tingkat partisipasi 100%. Semakin kecil rasio ini, berarti
masyarakat dalam membangun daerahnya. kinerja pemerintah semakin baik. Untuk itu
Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam pemerintah daerah perlu menghitung secara
membayar pajak dan retribusi daerah yang cermat, berapa besar biaya yang dikeluarkan
merupakan komponen utama Pendapatan untuk merealisasikan seluruh pendapatan yang
Asli Daerah, berarti semakin tinggi tingkat diterima, sehingga dapat diketahui apakah
kemandirian. Semakin tingginya tingkat kegiatan pemungutan pendapatannya tersebut
kesadaran masyarakat dalam membayar pajak efisien atau tidak. Hal itu perlu dilakukan,
dan retribusi daerah menggambarkan tingkat karena keberhasilan Pemerintah daerah
kesejahteraan masyarakat yang semakin dalam merealisasikan pendapatannya sesuai
tinggi pula. Rasio ini juga menggambarkan target kurang memiliki arti, jika biaya yang
ketergantungan pemerintah daerah terhadap dikeluarkan untuk itu lebih besar dari realisasi
sumber dana eksternal. Semakin tinggi rasio pendapatannya. Dalam hal ini, asumsinya
ini, maka tingkat ketergantungan daerah adalah pengeluaran yang dibelanjakan sesuai
terhadap pihak eksternal semakin rendah, dengan kebutuhannya, dan memenuhi apa
begitu pula sebaliknya. yang direncanakan.
Kegiatan pada sektor pelayanan
2. Efektifitas Pendapatan Asli Daerah masyarakat, adalah suatu kegiatan yang
(PAD) dilakukan dengan baik, dengan pengorbanan
seminimal
Pengertian efektifitas terkait dengan derajat mungkin. Suatu kegiatan
keberhasilan suatu operasi pada sektor publik dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan
sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika pekerjaan tersebut telah mencapai hasil
(output) dengan biaya (input) yang terendah,
kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar
atau, dengan biaya minimal diperoleh hasil
terhadap kemampuan menyediakan pelayanan
yang diinginkan. Rasio efisiensi adalah
masyarakat yang merupakan sasaran yang
rasio yang menggambarkan perbandingan
telah ditetapkan sebelumnya. Rasio efektifitas
antara besarnya biaya yang dikeluarkan
menggambarkan kemampuan pemerintah
untuk memperoleh pendapatan dengan
daerah dalam merealisasikan Pendapatan
realisasi pendapatan yang diterima. Dengan
Asli Daerah (PAD) yang direncanakan
mengetahui hasil perbandingan antara realisasi
dibandingkan dengan target yang ditetapkan
pengeluaran dan realisasi penerimaan (dengan
berdasarkan potensi riil daerah. Semakin menggunakan ukuran efisiensi tersebut), maka
besar realisasi penerimaan PAD dibanding penilaian kinerja keuangan dapat ditentukan
target penerimaan PAD, maka dapat dikatakan (Budiarto, 2007). Apabila kinerja keuangan
semakin efektif, begitu pula sebaliknya. diatas 100% ke atas dapat dikatakan tidak
Nilai efektifitas diperoleh dari perbandingan efisien, 90% - 100% adalah kurang efisien,
sebagaimana tersebut diatas, diukur dengan 80% - 90% adalah cukup efisien, 60% - 80%
kriteria penilaian kinerja keuangan (Budiarto, adalah efisien dan dibawah dari 60% adalah
2007). Apabila persentase kinerja keuangan sangat efisien.
di atas 100% dapat dikatakan sangat efektif,
90% - 100 % adalah efektif, 80% - 90% 4. Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran
adalah cukup efektif, 60% - 80% adalah dan Kemiskinan
kurang efektif dan kurang dari 60% adalah Pertumbuhan ekonomi secara umum
tidak efektif. dapat diartikan perkembangan kegiatan dalam

17
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi, Pengangguran Dan Kemiskinan (15-27)

perekonomian yang menyebabkan barang sebesar 2,5% diatas trendnya yang telah
dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat dicapai pada tahun tertentu, maka tingkat
bertambah dan kemakmuran masyarakat pengangguran akan turun sebesar 1%.
meningkat. Pertumbuhan ekonomi dapat Jadi 1%/2,5% = 0,4%. Apabila tingkat
juga diartikan sebagai kenaikan Gross pengangguran ingin diturunkan sebesar 2%,
Domestic Product (GDP) atau Gross National maka pertumbuhan ekonomi haruslah dipacu
Product (GNP) tanpa memandang apakah agar bisa tumbuh sebesar 5% diatas ratarata..
kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari Ada beberapa indikator yang
tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah menyebabkan orang terperangkap kemiskinan,
perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak diantaranya perkembangan di bidang sosial
(Arsyad, 1999). dan ekonomi antara lain pelayanan kesehatan,
Menurut pendapat Sadono Sukirno gizi, pengajaran, perumahan, konsumsi,
(1994), pertumbuhan ekonomi adalah transportasi dan jasa, pertanian, industri dan
perkembangan kegiatan dalam perekonomian perdagangan.
yang menyebabkan barang dan jasa yang Diluar hasil tersebut secara logis
diproduksikan dalam masyarakat bertambah Keterkaitan Antara Kinerja Keuangan Dengan
dan kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran,
Ukuran yang sering digunakan dalam dan Kemiskinan ketika Kemandirian dan
menghitung pertumbuhan ekonomi adalah pengelolaan secara ekonomis, efektif, dan
Produk Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan efisiensi suatu daerah atau wilayah akan dapat
ekonomi menerangkan atau mengukur prestasi mendorong pertumbuhan ekonomi daerah
dari perkembangan suatu perekonomian. tersebut. Hal ini dikarenakan kurang atau
Dalam kegiatan ekonomi yang sebenarnya tidak adanya intervensi dalam hal kebijakan
pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan terkait dengan pengelolaan daerah tersebut.
ekonomi fiskal yang terjadi di suatu negara, Di samping itu, aparatur daerah dapat secara
seperti pertambahan jumlah dan produksi inisiatif dan kreatif dalam mengelola daerah
barang industri, perkembangan infrastruktur, untuk mendorong pertumbuhan daerah.
pertambahan jumlah sekolah, pertambahan Pertumbuhan ekonomi daerah selanjutnya
produksi kegiatan ekonomi yang sudah ada, akan mengurangi tingkat pengangguran dan
dan perkembangan lainnya. Todaro (1997) menurunkan tingkat kemiskinan pada daerah
secara spesifik menyebutkan ada tiga faktor tersebut. Dari beberapa definisi di atas dapat
atau komponen utama pertumbuhan ekonomi, disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi
yaitu akumulasi modal, pertumbuhan merupakan kemampuan suatu negara dalam
penduduk, dan hal-hal yang berhubungan menyediakan kebutuhan akan barang dan jasa
dengan kenaikan jumlah angkatan kerja kepada masyarakat dalam jumlah yang banyak
yang dianggap secara positif merangsang sehingga memungkinkan untuk kenaikan
pertumbuhan ekonomi. Pengertian standar hidup yang mana berdampak pula
pengangguran adalah penduduk yang tidak bagi penurunan tingkat pengangguran dalam
bekerja, tetapi sedang mencari pekerjaan jangka panjang.
atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru
atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan 5. Penelitian Terdahulu
karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan Riset yang pernah dilakukan oleh
(discouraged workers) atau penduduk Hamzah (2007), yaitu studi pada 29
yang tidak mencari pekerjaan karena sudah Kabupaten dan 9 kota di Propinsi Jawa Timur
diterima bekerja atau mempunyai pekerjaan menyebutkan bahwa, hasil pengujian secara
tetapi belum bekerja (Putong, 2003). langsung antara kinerja keuangan terhadap
Penelitian Arthur Okun dalam Putong pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa,
(2003) mengatakan apabila GNP tumbuh rasio kemandirian1, rasio kemandirian2,

18
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya
Vol. 17, No. 1, Juni 2015

dan rasio efisiensi, berpengaruh positif Penelitian ini mendukung pernyataan


secara signifikan terhadap pertumbuhan BAPENAS (2003) yang menegaskan bahwa
ekonomi, sedangkan rasio efektifitas tidak pertumbuhan PAD seharusnya sensitif
berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan ekonomi. Untuk pengujian (Harianto dan Adi, 2007).
pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap Penelitian lain yang dilakukan oleh
pengangguran menunjukkan terdapat Priyo Hari Adi (2007) menyimpulkan bahwa
pengaruh positif, sedangkan pengaruh belanja pembangunan memberikan dampak
pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan yang positif dan signifikan terhadap PAD
terdapat pengaruh secara negatif. Pada maupun pertumbuhan ekonomi . Hasil
pengujian secara tidak langsung antara ini mendukung sintesa yang menyatakan
kinerja keuangan dengan pengangguran bahwa, pemberian otonomi yang lebih besar
dan kemiskinan menunjukkan rasio memberikan peluang bagi daerah untuk
kemandirian1, rasio kemandirian2, dan rasio mengalokasikan secara lebih efisien berbagai
efisiensi secara tidak langsung berpengaruh potensi lokal untuk kepentingan pelayanan
terhadap pengangguran dan kemiskinan publik (Mardiasmo, 2002).
melalui pertumbuhan ekonomi. Setiaji dan Hadi (2007) dengan judul
Sebelumnya Landiyanto (2005), “Peta Kemampuan Keuangan Daerah Sesudah
melakukan penelitian pada Pemerintahan Otonomi Daerah : Apakah Mengalami
Kota Surabaya (Pemkod Surabaya) Pergeseran? (Studi pada Kabupaten dan
Kota se Jawa-Bali)”. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa pemerintah kota
terdapat perbedaan Growth (pertumbuhan)
Surabaya memiliki ketergantungan
PAD yang signifikan antara sebelum dan
yang tinggi kepada pemerintah pusat,
sesudah otonomi daerah. Pertumbuhan
yang disebabkan oleh belum optimalnya
PAD setelah otonomi secara empiris lebih
penerimaan PAD kota Surabaya. Pemkot
tinggi (lebih baik) dibanding pertumbuhan
Surabaya perlu meningkatkan penerimaan
PAD sebelum otonomi. Namun demikian,
dari sumber daya daerah ( pajak dan retribusi
perbedaan ini tidak diikuti dengan
) serta optimalisasi kinerja BUMD. Selain
kenaikan share (kontribusi) PAD terhadap
itu juga perlu diberi keleluasaan dalam
belanja. Kontribusi PAD terhadap belanja
melakukan pinjaman untuk pembiyaan justru lebih rendah dibanding kontribusi
pembangunan. Ketergantungan finansial setelah otonomi.
pemerintah daerah juga dikemukan oleh Setu Tawangningrum (2009) melakukan
Setyawan ketika mengukur kinerja Anggaran penelitian dengan judul ”Analisis Kinerja
pemerintah kota Malang. Keuangan Pemerintah Kabupaten Boyolali
Haryanto (2007), dalam penelitian Tahun Anggaran 2005-2007”. Hasil dari
mengenai Dampak Desentralisasi fiskal penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja
terhadap pertumbuhan Ekonomi dan keuangan pemerintah daerah kabupaten
Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah di Boyolali belum dapat dikatakan baik. Hal ini
Indonesia menyebutkan dalam kesimpulan dapat dilihat dari Rasio Kemandirian daerah
penelitiannya bahwa, desentralisasi fiskal yang masih rendah, karena ketergantungan
berdampak meningkatkan pertumbuhan pada sumber pendapatan dari pihak ekstern
ekonomi relatif lebih tinggi di daerah pusat yang masih cukup tinggi. Hal ini dikarenakan
bisnis dan daerah yang kaya sumber daya sumber-sumber keuangan potensial negara
alam, daripada daerah bukan pusat bisnis, dan adalah milik pemerintah pusat. Namun bila
miskin sumber daya alam. Pendapatan Asli dilihat dari Rasio Efektifitas dan Efisiensi
Daerah berpengaruh positif dan signifikan kinerja pemerintah daerah Boyolali sudah
terhadap perubahan Pendapatan Per Kapita. berjalan efektif dan efisien.

19
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi, Pengangguran Dan Kemiskinan (15-27)

Penelitian yang dilakukan oleh Ronald Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten/Kota


dan Sarmiyatiningsih (2010) dengan tahun 2006-2011.
judul “Analisis Kinerja Keuangan dan Metode pengumpulan data adalah suatu
Pertumbuhan Ekonomi Sebelum dan cara yang digunakan untuk mendapatkan
Sesudah Diberlakukannya Otonomi Daerah informasi yang dibutuhkan yang kemudian
di Kabupaten Kulon Progo” Hasil dari dikumpulkan sebagai bahan penelitian. Data
penelitian ini menunjukkan bahwa sesudah LKPD yang dikumpulkan diperoleh dari
diberlakukannya Otonomi Daerah, rasio Laporan Hasil Pemeriksaan oleh BPK RI,
melalui situs www.bpk.go.id dan situs-situs
efisiensi belanja cenderung menurun, artinya
lain yang menyediakan informasi tersebut,
Belanja Daerah cenderung efisien sehingga
serta kunjungan langsung pada DPPKA
pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan masing-masing kabupaten/kota Se-Soloraya
meskipun dalam angka yang relatif kecil. Hal Teknik pengambilan sampel dilakukan
ini dimungkinkan karena dalm penelitian ini secara judgement-sampling, dimana sampel
tidak mengidentifikasi penyebab terjadinya diambil berdasarkan kriteria yang telah
varians dalam analisis efisiensi belanja peneliti ditetapkan. Kriteria tersebut antara
sehingga ada kemungkinan memang terjadi lain, (a) Laporan keuangan pemerintah daerah
efisiensi yang tinggi. Akan tetapi dapat juga yang telah diaudit oleh BPK (Badan Pemeriksa
karena ada sebagian kegiatan yang tidak Keuangan) dengan pendapat wajar dengan
dilaksanakan atau dikarenakan penyusunan pengecualian atau wajar tanpa pengecualian
anggaran yang masih menggunakan sistem (b) Tersedia data-data yang dibutuhkan dalam
tradisional sehingga terdapat kemungkinan penelitian.
penentuan anggaran yang kurang tepat yang Pengukuran Variabel Penelitian, yaitu
berakibat pada hasil pengukuran kinerja dengan variabel kinerja keuangan berupa
menggunakan ukuran efisiensi belanja menjadi rasio kemandirian, rasio efektifitas, dan rasio
efisiensi serta pertumbuhan ekonomi. (a)
tinggi.
Rasio Kemandirian. Merupakan perbandingan
antara ketergantungan pendapatan asli daerah
METODOLOGI PENELITIAN dengan pendapatan daerah yang berasal dari
Penelitian ini menggunakan pendekatan sumber lain. Formula yang digunakan untuk
kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti mengukur adalah sebagai berikut:
menggunakan statistik deskriptif dan regresi
linier berganda untuk melakukan analisis
terhadap variabel-variabel penelitian. Pendapatan Asli Daerah
Penelitian ini merupakan penelitian empiris Tingkat
Kemandirian
=
yang dirancang untuk mengetahui pengaruh Total Penerimaan Daerah
kinerja keuangan (rasio kemandirian, rasio
efektifitas, dan rasio efisiensi) terhadap
pertumbuhan ekonomi dan pengaruh (b) Rasio Efektifitas. Menurut Widodo
(Halim, 2004:285) Rasio efektifitas PAD
tidak terhadap tingkat pengangguran dan
menggambarkan kemampuan pemerintah
kemiskinan.
daerah dalam merealisasikan PAD yang
Penelitian ini menggunakan data sekunder, direncanakan dibandingkan dengan target
yaitu informasi yang diperoleh dari pihak lain yang ditetapkan berdasarkan potensi riil
(Sekaran, 2006). Alasan penggunaan data daerah. PAD efektif apabila rasio yang
sekunder dengan pertimbangan bahwa data ini dicapai minimal sebesar 100. Namun
mempunyai validitas data yang dijamin oleh demikian, semakin besar rasio efektifitas
pihak lain sehingga handal untuk digunakan menggambarkan kinerja pemerintah ynag
dalam penelitian. Data yang digunakan dalam semakin baik. Formulanya adalah sebagai
penelitian ini diambil dari Laporan Keuangan berikut

20
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya
Vol. 17, No. 1, Juni 2015

(e) Pengangguran. Tingkat pengangguran


Realisasi penerimaan dapat dihitung, yaitu dengan cara
Pendapatan Asli Daerah membandingkan jumlah pengangguran dengan
Rasio
Efektivitas
=
Target Penerimaan PAD yang jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam
ditetapkan berdasarkan potensi persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan
riil daerah penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya
(c) Rasio Efisiensi. Menurut mahmudi ( tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
2007: 152 ) rasio efisiensi belanja merupakan Pengangguran yang berkepanjangan juga
rasio yang menggambarkan perbandingan dapat menimbulkan efek psikologis yang
antara realisasi pengeluaran/belanja daerah buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
dengan anggaran belanja daerah. Semakin Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi
kecil rasio belanja maka semakin efisien, juga dapat menyebabkan kekacauan politik
begitu pula sebaliknya. Anggaran pemerintah keamanan dan sosial sehingga mengganggu
efisiensi jika rasionya kurang dari 100, dan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
sebaliknya. Formulanya adalah sebagai Akibat jangka panjang adalah menurunnya
berikut: GNP dan pendapatan per kapita suatu negara
(f) Kemiskinan. Mendefinisikan
Biaya yang dikeluarkan untuk kemiskinan berarti pula harus memahami
Rasio
memungut PAD konsep yang ada terhadap makna ’makmur’.
= (Realisasi Pengeluaran) dikaitkan dengan apa yang pada umumnya
Efisiensi
Realisasi Penerimaan PAD dimaknai sebagai miskin, baik individu
maupun keluarga dimana mereka tidak
memiliki cukup sumber daya untuk memenuhi
(d) Pertumbuhan Ekonomi, untuk
kebutuhan sehari-hari. Konsep ini adalah
pertumbuhan ekonomi diukur pendapatan
dengan melakukan perbandingan terhadap
domestik regional bruto (PDRB) saat
pendapatan, konsumsi, pendidikan atau atribut
ini dikurangi dengan PDRB sebelumnya
lainnya dari ’si miskin’ dengan ambang batas
dibagi dengan PDRB saat ini. Pertumbuhan
yang telah didefinisikan dan dalam penelitian
ekonomi berguna untuk mengukur seberapa
ini menitikberatkan pada dimensi moneter
besar kemampuan pemerintah daerah
terhadap kondisi ‘sejahtera’, pendapatan dan
dalam mempertahankan dan meningkatkan
konsumsi secara obyektif dan kuantitatif
keberhasilannya yang telah dicapai dari
periode ke periode berikutnya. Dalam
kegiatan ekonomi yang sebenarnya HASIL PENELITIAN DAN PEM-
pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan BAHASAN
ekonomi fiskal yang terjadi di suatu negara, 1. Statistik Deskriptif
seperti pertambahan jumlah dan produksi Dalam analisis deksriptif yang tersaji
barang industri, perkembangan infrastruktur, dalam tabel 1 menunjukkan bahwa rasio
pertambahan jumlah sekolah, pertambahan kemandirian memiliki mean sebesar
produksi kegiatan ekonomi yang sudah ada, 8,3602 yang berarti pemerintah kota dan
dan berbagai perkembangan lainnya. pemerintah daerah di karisidenan Solo rara-
rata mempunyai kemampuan PAD sebesar
8,3% dari total penerimaan daerah. Sementara
GDPt - GDPt-1
Laju Pertumbuhan
= x100% itu unuk rasio efektivitas memiliki mean
Ekonomi sebesar 105,4648 yang berarti bahwa rata-
GDPt-1

21
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi, Pengangguran Dan Kemiskinan (15-27)

rata kemampuan pemerintah daaerah dalam sangat efektif. Hal ini dikatrenakan prosentase
merealisasikan PAD yang direncanakan kinerja keuangan yang dicapai diatas 100%,
dibandingkan target yang ditetapkan adalah yaitu sebesar 105,46%.

Tabel 1. Statistik Deskriptif


N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
RASIO.KEMANDIRIAN 42 .06 17.59 8.2205 3.07852
RASIO.EFEKTIVITAS 42 76.90 124.50 105.4648 10.17009
RASIO.EFISIENSI 42 7.50 14.64 11.1738 1.75349
PERTUMBUHAN.EKO 42 1.73 6.53 4.8907 1.12759
KEMISKINAN 42 6.21 19.08 14.1336 3.42080
PENGANGGURAN 42 3.19 15.52 6.6555 2.89796

Dalam analisis deksriptif dalam tabel 1 di 2. Uji Asumsi Klasik


atas menunjukkan bahwa rasio kemandirian Uji normalitas menunjukkan bahwa
memiliki mean sebesar 8,3602 yang berarti besarnya nilai Kolmogorov Smirnov adalah
pemerintah kota dan pemerintah daerah 0,309.Sehingga karena nilai signifikansinya
di karisidenan Solo rara-rata mempunyai lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
kemampuan PAD sebesar 8,3% dari total data tersebut berdistribusi normal. Sedangkan
penerimaan daerah. Sementara itu unuk rasio terkait hasil analisis menunjukkan bahwa
efektivitas memiliki mean sebesar 105,4648 nilai VIF semua variabel independendibawah
yang berarti bahwa rata-rata kemampuan nilai 10 dan tolerance value diatas 0,10.
pemerintah daaerah dalam merealisasikan Sehingga dapat disimpulkan dari hasil diatas
PAD yang direncanakan dibandingkan target maka tidak ada multikolinearitas antar
yang ditetapkan adalah sangat efektif. Hal ini variabel independen dalam model regresi.
dikatrenakan prosentase kinerja keuangan Untuk heteroskedastisitas dalam penelitian
yang dicapai diatas 100%, yaitu sebesar ini dilakukan dengan uji Glejser. Dimana
105,46%. dalam uji ini meregresi nilai absolut residual
Sedangkan untuk rasio efisiensi memiliki dengan variabel independen. Dari hasil
mean sebesar 11,1738 yang berarti bahwa olah data yang dilakukan tidak ada satupun
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk variabel yang secara signifikan secara
memperoleh pendapatan sebesar 11,17% dari statistik mempengaruhi variabel dependen
total realisasi pendapatan. Selanjutnya untuk absolut. Hal tersebut kadang dari probabilitas
nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi adalah signifikansinya diatas tingkat kepercayaan
sebesar 4,89. Nilai minimum pertumbuhan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi
ekonomi sebesar 1,73 dan nilai maksimumnya tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
sebesar 6,53. Dari pertumbuhan ekonomi Begitu juga dengan uji autokorelasi Dari hasil
tersebut menunjukkan bahwasanya terdapat pengujian tampak bahwa nilai DW untuk
hasil yang cukup baik walaupun belum pada persamaan model regersinya adalah sebesar
tingkat yang memuaskan. Begitu juga dengan 1,314. Nilai tersebut berdasarkan kriteria
tingkat pengganguran dan kemiskinan dimana dari pernyataan Singgih Santoso angka D-W
masih juga belum menunjukkan pada tingkat sebesar 1,314 terletak di antara -2 sampai 2
yang baik. berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi.

22
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya
Vol. 17, No. 1, Juni 2015

3. Analisis Regresi
Dari hasil perhitungan data yang diperoleh secara studi empiris disajikan dalam tabel 2
berikut ini
Tabel 2. Hasil Analisis Regresi

Dari hasil olah data diketahui bahwa pinjaman dan bantuan pusat, maka semakin
kinerja keuangan yang diukur menggunakan mandiri daerah tersebut.
rasio kemandirian, rasio efektifitas, dan Dengan semakin mandiri daerah tersebut,
rasio efisiensi mempengaruhi pertumbuhan maka pertumbuhan ekonomi di daerah
ekonomi sebesar 21,8 % sedangkan sisanya tersebut dapat mengalami peningkatan. Hal
dipengaruhi dari aspek lain. Dari hasil olah data ini dikarenakan daerah tersebut mampu
tersebut diketahui bahwa rasio kemandirian mengelola dengan ekonomis, efisien, dan
beroengaruh positif terhadap pertumbuhan efektif serta kurangnya campur tangan
ekonomi pada tingkat signifikansi 1% kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
Hasil analisis regresi di atas menunjukkan pusat.
bahwa dari ketiga hipotesis yang diajukan Selain itu Hasil analisis regresi juga
oleh peneliti hanya hipotesis pertama yang menunjukkan bahwa rasio efektivitas dan
diterima, dimana rasio mempunyai pengaruh efisiensi terbukti tidak berpengaruh terhadap
yang signifikan terhadap pertumbuhan pertumbuhan ekonomi pada pemerintah
ekonomi. Sedangkan hipotesis pertama dan kota/kabupaten di kawasan Solo Raya. Hal
kedua ditolak, dimana rasio efektifitas dan ini berarti hipotesis kedua dan ketiga yang
rasio efisiensi tidak mempunyai pengaruh peneliti ajukan ditolak.
yang signifikan terhadap pertumbuhan Pada rasio efektifitas tidak berpengaruh
ekonomi. signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil analisis regresi menunjukkan Hal ini dikarenakan perbedaan antara realisasi
bahwa rasio kemadirian berpengaruh secara penerimaan PAD dengan target penerimaan
positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada PAD pada masing-masing daerah tidak terlalu
pemerintah kota/kabupaten di kawasan signifikan atau kurang memenuhi ekonomis,
Solo Raya. Penelitian ini konsisten dengan efisien, dan efektif (value for money). Dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hamzah kurang adanya perbedaan yang signifikan
(2008), studi pada 29 Kabupaten dan 9 kota di tersebut, maka kurang mendorong adanya
Propinsi Jawa Timur pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
Penelitian ini mendukung hipotesis Untuk rasio efisiensi tidak berpengaruh
yang diajukan. Hal ini dikarenakan semakin terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini
besar PAD yang diperoleh dari pajak dikarenakan realisasi belanja yang tidak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan cukup kecil daripada realisasi pendapatan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain- yang diterima atau adanya inefisiensi. Dengan
lain pendapatan yang sah serta semakin kecil adanya inefisiensi, maka sebgai anggaran yang

23
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi, Pengangguran Dan Kemiskinan (15-27)

dialokasin belum mampu yang mendorong pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap


pertumbuhan ekonom secara signifikan.
pengangguran dapat ditunjukkan pada tabel
Sedangkan terkait dengan menunjukkan
hasil sebagai berikut Untuk hasil pengujian IV.7 sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Linear


Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B
Std. Error Beta
(Constant) 1.970 1.891 1.042 .304
1 PERTUMBUHAN.
.958 .377 .373 2.541 .015
EKONOMI
a. Dependent Variable: PENGANGGURAN

Hasil penelitian ini menunjukkan dikarenakan fungsi intermediasi perbankan


ada pengaruh signifikan yang positif dalam menyalurkan kredit kepada sektor
antara pertumbuuhan ekonomi dengan riil juga relatif kecil sehingga pertumbuhan
tingkat pengangguran. Hal ini dikarenakan sektor riil juga stagnan bahkan menurun.
pertumbuhan ekonomi hanya berdasarkan Efeknya, daya serap sektor riil terhadap jumlah
angka-angka makro saja, seperti tingkat pengangguran tidak berjalan sebagaimana
inflasi yang terkendali, nilai tukar rupiah yang mestinya. Ditambah lagi, akumulasi modal
stabil, Indeks Harga Saham Gabungan (HSG) untuk pertumbuhan ekonomi bukan lebih
yang menguat dan lain-lain, sedangkan pada banyak dibelanjakan untuk belanja publik, tetapi
sektor riil khususnya Usaha Mikro Kecil dan disimpan pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Menengah (UMKM) kurang berkembang dan dan pertambahan jumlah penduduk khususnya
berdaya sehingga kurang atau tidak menyerap angkatan kerja melebihi dari pertumbuhan
jumlah pengangguran. Selain itu, juga ekonomi yang ada.

Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linear


Standardized
Model Unstandardized Coefficients
Coefficients t Sig.
B
Std. Error Beta
(Constant) 8.590 2.232 3.849 .000
1 PERTUMBUHAN.
1.134 .445 .374 2.548 .015
EKONOMI
a. Dependent Variable: KEMISKINAN

Dengan mengacu pada tabel 4 di atas masih bertamabh pula tingkat pengangguran.
dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi Dari data yang dimiliki pemerintah daerah
berpengaruh positif secara signifkan pada level kota Surakarta dan sekitarnya menunjukkan
0,15 terhadap kemiskinan. Penelitian ini sesuai peningkatan yang cukup baik, hal ini mungkin
hipotesis yang diajukan. Dengan mengacu disebabkan oelh melonjaknya konsumsi pada
pada tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa kawasan solo raya dan minat investasi yang
pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif kuat selama beberapa tahun ini. Tetapi ternyata
secara signifikan pada level 0,15 terhadap penignkatan pendapatan tersebut tidak
kemiskinan. Penelitian ini sesuai hipotesis dirasakan oleh para masyarkat miskin. Hal
yang diajukan. Dari hasil riset menunjukkan ini dikarenakan pertumbuhan saat ini terjadi
bahwa meningkat laju pertumbuhan ekonomi di sector yang tidak menciptakan lapangan

24
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya
Vol. 17, No. 1, Juni 2015

pekerjaan (sektor non‐tradable). Sektor dimana:


industry pengolahan terbelit banyakmasalah R2m = total keragaman data
,seperti infrastruktur, birokrasi perpajakan ,dan PE1 2 = nilai kuadrat residu pada
korupsi.Adapun sector pertanian, peternakan, pertumbuhan ekonomi
kehutanan, dan perikanan terhambat masalah PE2 = nilai
2
kuadrat residu pada
seputar perizinan dan penyediaan lahan. pengangguran
Hal‐hal itulah yang menyebabkan terjadinya PE3 2 = nilai kuadrat residu pada kemiskinan
penurunan kontribusi.
Besarnya R2m sebesar 42,4 % artinya
Selanjutnya terdapat dua indikator validitas
keragaman data yang dapat dijelaskan oleh
model di dalam analisis jalur (path analysis)
model tersebut adalah sebesar 42,4 % atau
yaitu koefisien determinan total dan trimming
dengan kata lain informasi yang terkandung
theory. Untuk koefisien determinan total dalam data 42,,4% dapat dijelaskan oleh
merupakan total keragaman data yang dapat model tersebut, sedangkan sisanya sebesar
dijelaskan oleh model yang diukur dengan: 57,6 % dijelaskan oleh variabel lain yang
belum dimasukkan alam model penelitian.
R2m = 1 - PE1.2 PE2.2 PE32 Berdasarkan teori trimming, maka jalur-jalur
R2m = 1 – (0,864)2 (0,939)2(0,936)2 yang non signifikan dibuang sehingga diperoleh
R2m = 1 – 0,746. 0.882. 0.876 model yang didukung oleh data empirik. Adapun
R2m = 1 – 0,576 model dalam bentuk diagram jalur berdasarkan
R2m = 0,424 atau 42,4% teori trimming adalah sebagai berikut:

Berdasarkan model tersebut di atas Pada pengaruh tidak langsung rasio


menunjukkan pengaruh tidak langsung rasio efektivitas ke pengangguran melalui
Kemandirian ke pengangguran melalui pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 0,124
pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 0,572 X 0,373 = 0,046 atau sebesar 4,6%. Hasil
X 0,373 = 0,2133 atau sebesar 21.33%. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Ini menunjukkan bahwa rasio kemandirian
Ini menunjukkan bahwa rasio kemandirian dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
selanjutnya pertumbuhan ekonomi
selanjutnya pertumbuhan ekonomi
berpengaruh positif pada pengangguran. Pada
berpengaruh positif pada pengangguran. Pada
pengaruh tidak langsung rasio efektivitas ke
pengaruh tidak langsung rasio kemandirian1
ke kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi
adalah sebesar 0,572 X 0,374 = 0.214 atau adalah sebesar 0,124 X 0,374 = 0,047
21.4 %. Hasil ini sesuai hipotesis yang atau 4,7%. Hasil ini sesuai hipotesis yang
diajukan. Ini menunjukkan rasio kemandirian diajukan. Ini menunjukkan rasio efektivitas
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi selanjutnya pertumbuhan ekonomi ekonomi selanjutnya pertumbuhan ekonomi
berpengaruh positif juga terhadap kemiskinan. berpengaruh negatif terhadap kemiskinan.

25
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi, Pengangguran Dan Kemiskinan (15-27)

Pada pengaruh tidak langsung Karesidenan Surakarta. Semakin besar PAD


rasio efisiensi ke pengangguran melalui yang diperoleh dari pajak daerah, retribusi
pertumbuhan ekonomi adalah sebesar daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
0,103 X 0,373 = 0,038 atau sebesar 3,8%. yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan
Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang yang sah serta semakin kecil pinjaman dan
diajukan. Ini menunjukkan bahwa rasio bantuan pusat, maka semakin mandiri daerah
efisiensi dapat meningkatkan pertumbuhan tersebut. Dengan semakin mandiri daerah
ekonomi, selanjutnya pertumbuhan ekonomi tersebut, maka pertumbuhan ekonomi di
berpengaruh positif pada pengangguran. Pada daerah tersebut dapat mengalami peningkatan.
pengaruh tidak langsung rasio efisiensi ke (b) Fokus penelitian ini pada kinerja keuangan
kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang diukur melalui rasio kemandiria, rasio
adalah sebesar 0,103 X 0,374 = 0,039 efektifitas dan rasio efisiensi saja.
atau 3,9%. Hasil ini sesuai hipotesis yang Peneliti menyarankan bagi peneliti
diajukan. Ini menunjukkan rasio efisiensi selanjutnya untuk melakukan penelitian yang
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan sejenis bisa memasukkan variabel-variabel
ekonomi selanjutnya pertumbuhan ekonomi lainnya, seperti karakteristik pemerintah daerah
berpengaruh negatif terhadap kemiskinan. yang terdiri dari ukuran (size) pemerintah
daerah, kemakmuran (wealth), ukuran
KESIMPULAN legislatif, leverage, dan intergovermental
Penelitian ini dapat dsimpulkan sebagai revenue terhadap pertumbuhan ekonomi
berikut. (a) Ratio kemandirian berpengaruh yang dilakukan dengan menggunakan model
positif terhadap pertumbuhan ekonomi Eks- regresi berganda

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Priyo Hari , 2007. Peta Kemampuan Keuangan Daerah Sesudah Otonomi Daerah: Apakah
Mengalami Pergeseran? (Studi Pada Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali). Simposium
Nasional Akuntansi X.
Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi
Pertama. Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Bruijn, Hans De. 2002. Performance Measurement in The Public Sector: Strategies to Cope
With The Risk of Performance Measurement. Emerald Insight.
Budiarto, Bambang. 2007. Pengukuran Keberhasilan Pengelolaan Keuangan Daerah. Seminar
Ekonomi Daerah. Surabaya.
Budiarto, Bambang. 2007. Pemgukuran Keberhasilan Pengelolaan Keuangan Daerah. Seminar
Ekonomi Daerah. Surabaya.
Ghozali, Imam. 2006. Statistik Multivariat SPSS. Penerbit Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang.
Greiling, Dorothea. 2005. Performance measurement in the public sector: the German
experience. Emerald Research, Vol. 54: 551-567.
Halim, Abdul. 2001. Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit UPP Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN. Yogyakarta.
Hamzah, Ardi, 2008. Analisa Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi,
Pengangguran, Dan Kemiskinan: Pendekatan Analisisjalur (Studi Pada 29 Kabupaten

26
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya
Vol. 17, No. 1, Juni 2015

Dan 9 Kota Di Propinsi Jawa Timur Periode 2001 – 2006). Jurnal Studi Ekonomi, Vol
III No. 1, Juni.
Harianto, David dan Priyo Hari Adi, 2007. Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja
Modal, Pendapatan Asli Daerah, dan Pendapatan Per Kapita. Simposium Nasional
Akuntansi X, Makassar.
Landiyanto, Erlangga Agustino, 2005. Kinerja Keuangan dan Strategi Pembangunan Kota di
Era Otonomi Daerah: Studi Kasus Kota Surabaya.Cures Working Paper, No. 05/01.
Mahmudi. 2007. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Nolan, James F, Moore, Adrian, dan Segal, Geoffrey. 2003. Putting out the trash: measuring
municipal service efficiency in U.S. cities. Working Paper Series. SSRN September
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business : Metodologi Penelitian untuk Bisnis.
Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat.
Todaro, MP. 1997. Economic Development. Sixth Edition. Published by New York University.
UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
UU No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

27

Anda mungkin juga menyukai