Anda di halaman 1dari 3

Sonya sangat menyukai Rahul sejak SMP.

Tiada hari tanpa ia sisihkan waktu untuk


memikirkannya, sebelum tidur, mandi, dan di saat dia tengah sendirian tanpa melakukan
kegiatan apapun. Rahul selalu melintas di pikirannya. Terkadang ketika sedang belajar di kelas,
Sonya mengabaikan penjelasan guru demi mencuri-curi pandang pada Rahul yang duduk di
barisan kedua dekat tembok, menguping pembicaraan dia dengan teman-temannya. Tak jarang
Sonya harus menahan tawa mendengar celotehan mereka yang sebenarnya agak jorok tapi lucu,
mereka memang berkepribadian humoris dan jujur saja tanpa mereka kelas terasa tak bernyawa.

Akibatnya, Sonya harus menanggung risiko mendapat nilai rendah terutama di pelajaran rumit
seperti Matematika, karena cukup sering mengabaikan guru dia jadi sama sekali tidak mengerti
materi apa yang sedang dipelajari. Untungnya Sonya adalah gadis pintar, berkat bantuan kakak
sepupunya yang berkuliah di jurusan MIPA dan buku-buku paket yang Mama beli untuknya, dia
bisa mengejar ketertinggalan sekaligus menyalip teman-temannya yang rajin. Lagipula Sonya
memang merasa tidak cocok diajar oleh guru-guru sekolah, lebih nyaman belajar sendiri. Hanya
guru B. Inggris yang ia sedikit sukai, itu pun karena mata pelajaran tersebut adalah favoritnya.

Ketika lulus SMP, Sonya sibuk mengecek daftar PPDB SMA di internet, karena dengar-dengar
Rahul berencana masuk sekolah negeri, meski entah tepatnya di mana, dia pun mengecek
puluhan sekolah satu-per satu untuk menuntaskan rasa penasarannya. Tentu saja dia
melakukannya secara diam-diam agar tidak ketahuan orangtua, nanti mereka bertanya-tanya buat
apa Sonya mengecek PPDB, toh dia kan sudah mendaftar sekolah swasta meskipun NEM-nya
terbilang tinggi.

Sebuah keajaiban muncul di hari pertama Sonya bersekolah di SMA Ksatria Nusantara, sekolah
swasta favorit yang terkenal dengan fasilitas lengkap dan kegiatan ekstrakurikuler yang beraneka
ragam. Tiba-tiba saja wajah Rahul terlihat di antara ratusan siswa yang tengah berbaris di
lapangan untuk mengikuti upacara pembukaan MOS, tubuh tinggi tegapnya mempermudah
Sonya menemukannya. Seketika jantung gadis itu berdegup kencang, jaraknya dengan Rahul
cukup jauh, tapi bahkan dengan jarak segitu dia bisa merasa salah tingkah dan bergerak kikuk.

Kebahagiaan Sonya bertambah dua kali lipat saat dia menemukan nama Rahul berada di daftar
siswa kelas X IPS 3 sama dengan dirinya, mereka akan sekelas untuk tiga tahun ke depan,
bunga-bunga di hatinya bermekaran mengetahui dia punya kesempatan lagi untuk
memperhatikan Rahul dari dekat seolah tiga tahun sekelas dengan Rahul di SMP tidaklah cukup.
Meskipun dia tahu dirinya dan Rahul tidak akan pernah menjadi ‘sesuatu’, tetapi setidaknya dia
bisa menjadikan cowok itu sebagai motivasinya bersekolah.

Hari pertama di kelas X IPS 3, Sonya berkenalan dengan Natasha Arabella atau yang biasa
disapa Nabel, cewek cantik yang jika dilihat dari tingkah lakunya terkesan tomboy. Mereka
duduk sebangku di barisan ketiga di tengah, sengaja karena Sonya ingin bersebelahan dengan
Rahul yang duduk dekat tembok. Awalnya Rahul tidak menyadari kehadiran Sonya, tapi
menjelang bel masuk, matanya tiba-tiba menangkap sosok gadis itu sedang membaca buku.
“Lho, Sonya? Sekolah di sini juga?”

Sonya segera mendongak, pura-pura terkejut seolah baru melihat cowok itu padahal sudah sejak
seminggu lalu ia mengetahui mereka satu sekolah. “Eh, iya,” jawabnya dengan suara serak.
Sonya pun berdehem agar suaranya enak didengar.

“NEM kamu kan tinggi, kenapa gak masuk negeri?” tanya Rahul sambil maju satu langkah lebih
dekat.

“Gak tertarik, hehe.” Sonya menunduk menyembunyikan wajahnya yang merona, jangan sampai
terlihat kalau ia senang diajak bicara oleh Rahul.

“Oh.”

Sedetik kemudian cowok itu berlalu dari hadapannya, Sonya kembali membaca buku walau tidak
fokus. Sedari dulu percakapan mereka selalu hanya sepanjang itu, tapi dia tetap senang karena
setidaknya dia masih bisa bicara pada orang yang disukainya. Nabel sedang di luar menghampiri
teman-temannya di kelas lain, Sonya memilih diam di bangku karena tidak ada yang dia kenal,
satu-satunya teman SMP di kelas ini hanya Rahul.

Setelah ada pembinaan dari wali kelas, kegiatan dilanjut dengan pelajaran Bahasa Inggris, mata
pelajaran favorit Sonya. Satu per satu siswa dipanggil ke depan untuk memperkenalkan diri
menggunakan Bahasa Inggris, Sonya merasa sedikit down, lantaran ternyata teman-teman
barunya rata-rata punya kemampuan cukup baik dalam berbahasa Inggris. Berbeda ketika dia
masih di SMP, di kelas Sonya dianggap paling jago.

Ada beberapa orang yang menarik perhatian Sonya. Pertama adalah Dastan, cowok blasteran
Inggris-Indonesia yang ayahnya merupakan seorang pengusaha kaya. Tubuhnya tinggi, kulitnya
putih bersih, rambutnya hitam kecoklatan, dan wajahnya tampan luar biasa. Dia pasti akan
menjadi cowok paling populer di sekolah ini.

Kedua adalah Elang, cowok asal Sukabumi dengan logat Sunda yang khas, tapi ketika berbicara
Bahasa Inggris logat Sundanya itu hilang entah ke mana dan Sonya seolah mendengar bule tulen
tengah berbicara. Dia memiliki tubuh atletis alias tinggi tegap dan berotot, kulitnya gelap eksotis,
meskipun tidak tampan-tampan amat tapi pasti banyak cewek yang setuju kalau dia macho dan
keren.

Ketiga adalah Leo, cowok berwajah oriental yang membantah keras ketika teman-temannya
berkata bahwa dia keturunan Cina, dan memang bukan sebenarnya. Dia memiliki perawakan
sedang-sedang saja, tidak pendek tidak juga tinggi, kulitnya sawo matang, suaranya cempreng
terutama ketika tertawa, dan dia kelihatannya humoris. Sonya senang bisa mengenal teman-
teman baru yang menakjubkan, sayangnya Rahul sedang dipanggil guru karena harus
memindahkan motornya ke tempat lain, tidak boleh parkir di sekolah karena masih kelas
sepuluh. Padahal Sonya ingin melihatnya tampil ke depan, ingin melihat bagaimana reaksi
cewek-cewek di sini terhadap Rahul.

Tibalah giliran Sonya untuk memperkenalkan diri, dia bangkit dari kursinya dengan sedikit
gugup, kelemahannya sejak dulu adalah berbicara di depan umum. Ketika sudah berdiri di depan
kelas, mulutnya seolah terkunci rapat, apalagi kini suasana begitu hening sampai nafasnya
sendiri terdengar, padahal tadi agak sedikit berisik.

“Hi, my name is Sonya Adara,” ucapnya seraya berusaha menampilkan senyum.

“Wow, what a beautiful name!” puji Miss Flora. Sonya membalas dengan senyum kikuk lalu
menatap kembali teman-temannya.

“I was born in Bandung on July 17th 2001. My hobbies are reading books, writing, watching
movies, and many more. I’m an introvert, a cat lover, and a big fan of The Lord of the Rings.”

“Wah, kutubuku! Tipe aku banget, tuh!” celetuk Roman membuat suasana kelas tak lagi hening,
sebab setelah itu cowok-cowok lain terprovokasi untuk ikut menggoda Sonya.

Gadis itu hanya menanggapi dengan senyum malu-malu, kedua tangannya saling bertautan dan
berkeringat.

Anda mungkin juga menyukai