Anda di halaman 1dari 15

Measurement, Vol. 12, No.

1 : 97-111
Maret 2018
P-ISSN 2252-5394

PENGARUH AUDIT FORENSIK DAN KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP


PENCEGAHAN FRAUD DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SEBAGAI
VARIABEL MODERATING PADA BPK RI PERWAKILAN
PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Kristiana Durnila, Cahyo Budi Santoso


Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Riau Kepulauan Batam
cafana07@gmail.com

Abstract: This study aims to examine the effect of forensic auditing and auditor competence on
fraud prevention with emotional intelligence as a moderating variable. This research is a
quantitative research with correlational approach. The population in this study are all auditors
working at the Supreme Audit Board of the Republic of Indonesia Representative of Riau Islands
Province. The sampling technique uses purposive sampling method.The results of research with
multiple linear regression analysis showed that forensic audits have a significant effect, while the
competence of auditors has no significant effect on fraud prevention. The analysis of moderating
variables by the method of absolute difference values indicates that emotional intelligence does
not moderate forensic audits on fraud prevention,but moderate the auditor's competence on fraud
prevention.

Keywords: Forensic Audit, Auditor Competence, Fraud Prevention, Emotional Intelligence

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh audit forensik dan kompetensi auditor
terhadap pencegahan fraud dengan kecerdasan emosional sebagai variabel moderating. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh auditor yang bekerja dikantor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau. Teknik pengambilan sampel mengunakan metode purposive
sampling. Hasil penelitian dengan analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa audit
forensik berpengaruh signifikan, sedangkan kompetensi auditor tidak berpengaruh signifikan
terhadap pencegahan fraud. Analisis variabel moderating dengan metode nilai selisih mutlak
menunjukkan bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan
antara audit forensik dan pencegahan fraud, namun berpengaruh signifikan terhadap hubungan
antara kompetensi auditor dan pencegahan fraud.
Kata Kunci: Audit Forensik, Kompetensi Auditor, Pencegahan Fraud, Kecerdasan Emosional
secara umum merupakan suatu perbuatan
PENDAHULUAN melawan hukum yang dilakukan oleh orang-
orang dari dalam maupun luar organisasi.
Tindak kecurangan saat ini terus yang dengan maksud untuk mendapatkan
terjadi. Kecurangan atau yang sering disebut keuntungan pribadi ataupun kelompoknya dan
dengan fraud, dilakukan dengan beragam secara langsung merugikan pihak lain.
modus dan semakin berkembang seiring Kasus korupsi banyak dilakukan oleh
dengan perkembangan zaman. Kecurangan orang yang ada kaitannya dengan kekuasaan

97
Measurement, Vol. 12, No. 1 : 97-111
Maret 2018
P-ISSN 2252-5394

yang dimilki seseorang untuk mengelola harta (Dua puluh sembilan) kasus. Sedangkan pada
kekayaan atau keuangan negara. tahun 2016 hanya ada 9 (Sembilan) kasus
Pengungkapan fraud relatif sulit karena pada namun berhasil menyelamatkan uang negara
umumnya dilakukan secara sistematis dan sebesar Rp. 3,8 miliar. Hal ini menunjukkan
tersembunyi dengan modus rekayasa dalam bahwa semakin pentingnya upaya pencegahan
transaksi keuangan. Untuk pembuktiannya bersama tindakan represif yang dilakukan
harus dengan bukti yang nyata, yaitu oleh instansi pemerintah dalam
terpenuhinya unsur perbuatan melawan pemberantasan fraud. Nilai tersebut didapat
hukum oleh seseorang, menguntungkan diri bukanlah dengan penindakan, melainkan
sendiri dan atau orang lain serta adanya melalui upaya pencegahan, koordinasi, dan
kerugian keuangan negara sinergi dengan instansi pemerintah yang
Penyelenggaraan pemerintahan tidak terkait, salah satunya yaitu BPK RI
dapat dilepaskan dari penggunaan anggaran perwakilan provinsi Kepulauan Riau.
negara sebagai sumber pembiayaan Hasil penelitian Njanike, Dube dan
pemerintahan. APBN dan APBD merupakan Mashanyanye (2009) jurnal Internasional
sumber pembiayaan yang sebagian besar yang mengatakan bahwa efektifitas audit
dihimpun dari masyarakat. Oleh karena itu, forensik untuk mendeteksi dan mencegah
penggunaanya harus diawasi oleh sebuah fraud dengan membentuk suatu lembaga
lembaga atau badan independen untuk di independen.
pertanggungjawabkan kepada rakyat sehingga Berdasarkan latar belakang diatas
diadakan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
Badan ini bertugas memeriksa penggunaan mengenai audit forensik, dengan judul:
APBN dan APBD. Untuk itu perkembangan “Pengaruh Audit Forensik Dan
ilmu akuntansi memasuki wilayah investigatif Kompetensi Auditor Terhadap
dan forensik untuk mendeteksi adanya Pencegahan Fraud Dengan Kecerdasan
tindakan kecurangan. Emosional Sebagai Variabel Moderating”.
Oleh karena itu, untuk membantu dan
memudahkan Aparat Penegak Hukum (APH) TINJAUAN PUSTAKA
dalam pengungkapannya diperlukan
metodologi pemanfaatan ilmu audit forensik Audit Forensik
yang dilakukan oleh auditor yang memilki Menurut Amrizal (2013) audit
kompetensi audit forensik serta memilki forensik merupakan ilmu mengenai
kecerdasan emosional yang matang, sehingga pengumpulan dan penyajian informasi dalam
dapat terungkapnya dugaan penyimpangan bentuk dan format yang dapat diterima oleh
dalam pengelolaan keuangan negara yang negara hukum di pengadilan dalam melawan
berindikasi fraud, sebab-sebab hakiki para pelaku kejahatan ekonomi.
penyimpangan, pihak-pihak yang terkait serta Menurut Standar Practices for
jumlah kerugian keuangan negara yang investigative and forensic accounting (IFA)
ditimbulkan oleh perbuatan pelaku yang Kanada, maupun dari praktik–praktik yang
berindikasi tindak pidana korupsi. dilakukan oleh Forensic Accounting di
Kapolda Kepri Irjen Pol Didid Indonesia dalam Soepardi (2009) secara garis
Widjanardi mengungkapkan dalam Regional besar terdapat tiga manfaat atas kegiatan dari
Kompas 30 Desember 2017, bahwa selama seorang auditor forensik, yaitu :
tahun 2017 kasus korupsi naik 200 persen di 1. Dukungan kepada manajemen
wilayah Kepulauan Riau yaitu sebanyak 29 2. Dukungan dalam proses hukum

98
Measurement, Vol. 12, No. 1 : 97-111
Maret 2018
P-ISSN 2252-5394

3. Keterangan ahli kemampuan mengenai perasaan diri sendiri


Amrizal (2013) mengemukakan dalam dan perasaan orang lain, memotivasi diri
Shodiq dkk (2013) terdapat indikator dalam sendiri, serta mengelola emosi dengan baik
audit forensik yaitu : pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan
1. Audit forensik dalam mencegah orang lain.
kecurangan definisi dan Dengan adanya kematangan
pelaksanaannya. kecerdasan emosional yang dimilki auditor
2. Tingkat materialitas audit forensik akan mudah bagi seorang auditor untuk dapat
3. Tugas auditor forensik bertahan dalam menghadapai tekanan,
4. Tanggung jawab auditor forensik frustasi, stress dan mnyelesaikan konflik yang
5. Spesifikasi keahlian yang diperlukan sudah menjadi bagian atau resiko profesi,
auditor forensik sehingga akan berpengaruh pada hasil kerja
6. Independensi dan objektifitas auditor.
7. Bukti audit forensik Secara koneptual, kerangka kerja
kecerdasan emosional yang dikemukakan
Kompetensi Auditor oleh Goleman (2009) dalam Irma Resmawati
Amrizal (2013) kompetensi auditor (2015) meliputi dimensi-dimensi sebagai
adalah kualifikasi yang wajib dimilki seorang berikut :
auditor forensik dalam melaksanakan tugas 1. Kesadaran diri (self awarness)
pekerjaannya. Kompetensi yang dimiliki oleh 2. Pengaturan diri (self management)
auditor forensik akan menunjukkan kualitas 3. Motivasi diri (self motivation)
auditor forensik dalam melaksanakan tugas. 4. Empati (emphaty)
Kompetensi tersebut akan terwujud dalam 5. Keterampilan sosial (relationship
bentuk penguasaan pengetahuan dan management)
professional dalam menjalankan fungsinya
sebagai auditor forensik. Pencegahan Fraud
Tuanakotta (2014) tujuan audit Diaz (2013) mengungkapkan bahwa
forensik untuk mengumpulkan bukti yang pencegahan fraud merupakan upaya untuk
orientasinya membantu pihak aparat penegak menghilangkan sebab-sebab timbulnya
hukum, dengan cara mendekatkan bukti kecurangan.
akuntansi menjadi bukti yang dapat Adapun tujuan utama dari pencegahan
digunakan di pengadilan melalui penerapan fraud yaitu untuk menghilangkan sebab
disiplin akuntansi dan auditing dalam wilayah munculnya fraud.
disiplin hukum. Menurut Diaz (2013) dalam Sastiana
Menurut Amrizal (2013) dalam (2016) indikator pencegahan fraud yaitu
Deden Teguh Pribadi (2016) indikator pada sebagai berikut:
kompetensi seorang audit investigatif atau 1. Menciptakan dan mengebangkan
forensik yaitu : budaya kejujuran dan nilai- nilai etika
1. Pengetahuan Dasar yang tinggi.
2. Kemampuan Teknis 2. Penerapan dan evaluasi proses
3. Sikap mental pengendalian anti fraud.
3. Pengembangan proses pengawasan
Kecerdasan Emosional (overright process).
Goleman (2009) mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai berikut:

99
Measurement, Vol. 12, No. 1 : 97-111
Maret 2018
P-ISSN 2252-5394

Kerangka Pemikiran (X1), kompetensi auditor (X2), kecerdasan


Berdasarkan uraian diatas maka emosional (Z), terhadap pencegahan fraud
kerangka pemikiran yang tepat untuk (Y).
mendeskripsikan pernyataan diatas adalah
sebagai berikut : Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini yaitu
auditor yang bekerja di kantor BPK RI
perwakilan provinsi Kepulauan Riau yang
berjumlah 38 orang. Peneliti menjadikan
seluruh populasi sebagai sampel karena
jumlahnya sedikit. Namun yang memenuhi
kriteria dengan masa kerja diatas 3 tahun yaitu
berjumlah 33 orang (responden).

Gambar 1 Jenis dan Sumber Data


Kerangka Pemikiran Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis data subjek. Data
Hipotesis subjek adalah jenis data penelitian yang
Hipotesis adalah suatu jawaban berupa opini, sikap, pengalaman atau
sementara terhadap permasalahan penelitian karakteristik dari seseorang atau sekelompok
(sugiyono,2010). Adapaun hipotesis yang orang yang menjadi subjek penelitian atau
akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah responden yaitu auditor pada BPK RI
sebagai berikut: perwakilan provinsi Kepulauan Riau.
H1 :Audit forensik berpengaruh Sumber data yang digunakan dalam
signifikan terhadap pencegahan fraud. penelitian ini adalah data primer. Data primer
H2 :Kompetensi auditor berpengaruh yaitu data penelitian yang diperoleh langsung
signifikan terhadap pencegahan fraud. dari sumber data (tidak melalui perantara).
H3 :Kecerdasan emosional berpengaruh Data primer dikumpulkan secara khusus oleh
signifikan terhadap hubungan antara peneliti untuk menjawab pertanyaan
audit forensik dan pencegahan fraud. penelititan. Kemudian data primer diperoleh
H4 :Kecerdasan emosional berpengaruh dengan dengan menggunakan daftar
signifikan terhadap hubungan antara pertanyaan yang tidak terstruktur untuk
kompetensi auditor dan pencegahan mengumpulkan informasi secara garis besar
fraud. melalui wawancara.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Jenis Penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan
Berdasarkan rumusan masalah dan menggunakan kuesioner tertutup kepada
tujuan penelitian yang dijelaskan pada bab auditor BPK RI perwakilan provinsi
terdahulu, maka jenis penelitian ini Kepualuan Riau. Kuesioner disebarkan
dikelompokkan pada penelitian kausatif. lasngsung ke responden, demikian pula
Dimana penelitian ini bertujuan untuk pengembaliannya dijemput sendiri oleh
melihat seberapa jauh variabel bebas peneliti sesuai dengan kesepakatan
mempengaruhi variabel terikat. Penelitian ini pengembalian yang telah disepakati
berusaha menjelaskan pengaruh audit forensik responden.

100
Measurement, Vol. 12, No. 1 : 97-111
Maret 2018
P-ISSN 2252-5394

Variabel Penelitian dan Pengukuran Moment Pearson Correlation. Data


Variabel dependen (Y) dalam dinyatakan valid jika nilai r-hitung yang
penelitian ini adalah pencegahan fraud. menggunakan nilai dari Corrected Item-Total
Variabel pencegahan fraud dalam penelitian Correlation > dari r-tabel pada signifikansi
ini diukur dengan menggunakan instrumen 0,05 (5%).
yang dikembangkan oleh Diaz (2013) dan
telah direplikasi oleh Sastiana (2016). Satuan Uji Reabilitas
pengukuran yang digunakan adalah skala Reliabilitas sebenarnya adalah alat
Likert 5. untuk mengukur suatu kuesioner yang
Variabel independen yaitu audit merupakan indikator dari variabel atau
forensik (X1) diukur dengan menggunakan konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel
instrumen yang dikembangkan oleh Amrizal atau handal jika jawaban seseorang terhadap
(2013) yang telah direplikasi oleh Shodiq dkk pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
(2007). Satuan pengukuran yang digunakan waktu ke waktu (Ghozali, 2013). Dalam
adalah skala Likert 5. penelitian ini, pengukuran reliabilitas
Kompetensi auditor (X2) diukur dilakukan dengan one shot atau pengukuran
dengan mengguanakan instrumen yang sekali saja dan kemudian hasilnya
dikembangkan oleh Amrizal (2013) yang dibandingkan dengan pernyataan lain atau
telah direplikasi oleh Deden (2016). Satuan mengukur korelasi antar pernyataan lain.
pengukuran yang digunakan adalah skala Untuk menguji reliabilitas kuesioner
Likert. digunakan teknik Cronbach Alpha, reabilitas
Kecerdasan Emosional (Z) sebagai suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas
variabel moderating, diukur dengan yang tinggi apabila nilai koefisien Cronbach
menggunakan instrumen yang dikembangkan Alpha yang diperoleh > 0,60
oleh Goleman (2010) yang telah direplikasi
oleh Irma (2015). Satuan pengukuran yang Uji Asumsi Klasik
digunakan adalah skala Likert 5. Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji
Teknik Analisis Data apakah dalam model regresi, variabel
Uji Kualitas Data pengganggu atau residual memiliki distribusi
Uji Validitas secara normal Jika distribusi data residual
Uji validitas digunakan untuk normal. Maka garis yang menggambarkan
mengukur sah atau valid tidaknya suatu data sesungguhnya akan mengikuti garis
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid diagonalnya (Ghozali, 2013). Cara lain adalah
jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk dengan uji statistik one-simple kolmogorov-
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur smirnov.
oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2013). Uji Dasar pengambilan keputusan dari
validitas ditujukan untuk mengukur seberapa one- simple kolmogorov-smirnov adalah: Jika
nyata suatu pengujian atau intrumen. hasil one-simple kolmogorov-smirnov di atas
Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tingkat signifikansi 0,05 menujukkan pola
tujuannya dengan nyata atau benar. Pengujian distribusi normal, maka model regresi tersebut
validitas data dalam penelitian ini dilakukan memenuhi asumsi normalitas.
secara statistik yaitu menghitung korelasi
antara masing-masing pernyataan dengan skor
dengan menggunakan metode Product

101
Measurement, Vol. 12, No. 1 : 97-111
Maret 2018
P-ISSN 2252-5394

Uji Multikolinearitas 𝛾 = α + 𝛽1X1 + 𝛽2X2 + e………………..(1)


Uji multikoleniaritas bertujuan untuk Keterangan:
menguji apakah model regresi ditemukan 𝛾 = Pencegahan Fraud
adanya korelasi antar variabel bebas α = Konstanta
(Ghozali, 2013). Model regresi yang baik 𝛽1 = Koefisien regresi Audit Forensik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara 𝛽2 = Koefisien regresi Kompetensi
variabel independen. Jika variabel independen Auditor
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini X1 = Variabel Audit Forensik
tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah X2 = Variabel Kompetensi Auditor
variabel independen yang nilai korelasi antar e = Error Term, yaitu tingkat kesalahan
sesama variabel independen sama dengan nol. penduga dalam penelitian
Salah satu cara mengetahui ada tidaknya Semua hasil output data yang
multikolinearitas pada suatu model regresi dihasilkan kemudian diintepretasikan satu per
adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF satu. Uji regresi linear berganda dilakukan
(Variance Inflation Factor). Jika nilai untuk menguji hipotesis H1 dan H2.
tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat
diartikan bahwa tidak terdapat Analisis Regresi Moderasi dengan
multikolonieritas pada penelitian tersebut. Pendekatan Nilai selisih Mutlak
Menurut Furcot dan Shaeron
Uji Heterokedastisitas (Ghozali,2013) interaksi ini lebih disukai oleh
Uji heteroskedastisitas bertujuan karena ekspektasinya sebelumnya
menguji apakah dalam model regresi terjadi berhubungan dengan kombinasi antara X1 dan
ketidaksamaan varian dari residual satu X2 dan berpengaruh terhadap Y. Misalnya jika
pengamatan ke pengamatan yang lain skor rendah dari variabel audit forensik dan
(Ghozali, 2013).. Jika varian dari residual satu kompetensi auditor berasosiasi dengan skor
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka tinggi dari kecerdasan emosional (skor
disebut homoskedastiditas dan jika berbeda rendah). Kedua kombinasi ini diharapkan
disebut heteroskedastisitas. Untuk akan berpengaruh terhadap pencegahan fraud.
mengetahui adanya heteroskedastisitas Langkah uji selisih mutlak dalam
adalah dengan melihat ada/tidaknya pola penelitian ini dapat digambarkan dengan
tertentu pada grafik Scattter Plot dengan persamaan regresi sebagai berikut:
ketentuan: Jika tidak ada pola yang jelas, serta 𝜸 = α + β1X1 + β2X2 + β3|X1-Z| + β4|X2-
titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka Z| + e……………… (1)
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Keterangan:
heteroskedastisitas. 𝛾 = Pencegahan fraud
X1 = Audit forensik
Uji Hipotesis X2 = Kompetensi auditor
Analisis Regresi Linear Berganda Z = Kecerdasan emosional
Analisis regresi linier berganda Xi = Merupakan nilai standardized skor
(multiple regression) dilakukan untuk [(Xi - ⅺ) / σXi] = Zscore
menguji pengaruh dua atau lebih variabel |X1-Z| = Merupakan interaksi yang diukur
independen (explanatory) terhadap satu dengan nilai absolut perbedaan
variabel dependen (Ghozali, 2013). Model antara X1 dan Z
regresi berganda dalam pernyataan ini
dinyatakan sebagai berikut :

102
Measurement, Vol. 12, No. 1 : 97-111
Maret 2018
P-ISSN 2252-5394

|X2-Z| = Merupakan interaksi yang diukur


dengan nilai absolut perbedaan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
antara X2 dan Z
α = Konstanta Analisis Deskriptif Variabel
β = Koefisien regresi Sebelum dilakukan pngujian data
e = Error Term secara statistik, terlebih dahulu dilakukan
Semua hasil output data yang pendeskripsian terhadap variabel penelitian.
dihasilkan kemudian diintepretasikan satu per Hal ini dimaksudkan agar dapat memberikan
satu. Uji regresi moderasi dengan pendekatan gambaran tentang masing-masing variabel
nilai selisih mutlak dilakukan untuk menguji yang akan di teliti. Berikut data statistik
hipotesis H3 dan H4. deskriptif variabel penelitian ini.
Tabel 1
Uji Koefisien Determinasi (R2) Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Koefisien determinasi pada intinya Descriptive Statistics
N Mini Maxi Mean Std.
mengukur seberapa besar kemampuan mum mum Deviatio
variabel bebas dalam menjelaskan variabel n
terikatnya. Nilai koefisien determinasi adalah AUDIT
33 75 99 83.36 6.887
antara nol dan satu. Apabila nilai R2 kecil FORENSIK
KOMPETE
berarti kemampuan variabel variabel NSI 33 49 68 57.00 5.414
independen dalam menjelaskan variasi AUDITOR
variabel dependen sangat terbatas dan KECERDA
SAN
sebaliknya apabila R2 besar berarti EMOSIONA
33 88 118 100.39 8.310
kemampuan variabel-variabel independen L
dalam menjelaskan variasi variabel dependen PENCEGA
HAN 33 35 48 42.00 3.122
besar. FRAUD
Valid N
33
Uji F (Uji Simultan) (listwise)
Uji F dilakukan untuk melihat Sumber: Output SPSS 21 (2018)
pengaruh variabel X1, X2 secara keseluruhan Berdasarkan tabel diatas dapat
terhadap variabel Y. Level of Significance disimpulkan bahwa nilai rata-rata tertinggi
yang digunakan sebesar 5% atau (α) = 0,05. berada pada variabel kecerdasan emosional
Jika Signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan yaitu 100,39 sedangkan yang terendah adalah
jika Signifikansi > 0,05 maka Ho diterima. variabel pencegahan fraud yaitu 42,00. Untuk
standar deviasi yang tertinggi berada pada
Uji t (Uji Parsial) variabel kecerdasan emosional 8,310 dan
Uji t pada dasarnya digunakan untuk yang terendah adalah variabel pencegahan
mengetahui tingkat signifikan koefisien fraud yaitu 3,122.
regresi. Jika suatu koefesien regresi signifikan
menunjukan seberapa jauh pengaruh satu Analisis Deskriptif Pernyataan
variabel independen (explanatory) secara Sebelum dilakukan pngujian data
individual dalam menerangkan variabel secara statistik, terlebih dahulu dilakukan
dependen. Level of Significance yang pendeskripsian terhadap variabel penelitian.
digunakan sebesar 5% atau (α) = 0,05. Jika Hal ini dimaksudkan agar dapat memberikan
signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan jika gambaran tentang masing-masing variabel
signifikansi > 0,05 maka Ho diterima. yang akan di teliti. Berikut data statistik

103
Measurement, Vol. 12, No. 1 : 97-111
Maret 2018
P-ISSN 2252-5394

deskriptif pernyataan pada masing-masing Uji Asumsi Klasik


variabel: Batas
Tabel 2 Cronbach' Keteranga
Variabel Reliabilita
s Alpha n
Statistik Deskriptif Pernyataan s
Variabel N Rata-rata Kategori Audit
0.920 0.60 Reliabel
Audit Forensik (X1) 33 4,15 Tinggi Forensik
Kompetensi Auditor Kompetens
33 4,07 Tinggi 0.898 0.60 Reliabel
(X2) i Auditor
Kecerdasan Kecerdasa
33 4,08 Tinggi n 0.914 0.60 Reliabel
Emosional (Y)
Pencegahan Fraud Emosional
33 4,20 Tinggi Pencegaha
(Y) 0.769 0.60 Reliabel
n Fraud
Sumber: Data primer diolah, 2018
Hasil Uji Normalitas
Suatu persamaan regresi dikatakan
Uji Kualitas Data
lolos normalitas apabila nilai signifikansi uji
Hasil Uji Validitas
Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05.
Data dinyatakan valid jika nilai r
Hasil pengujian normalitas yang dilakukan
hitung yang merupakan nilai item dari
menunjukkan bahwa data berdistribusi
Corrected Item-Total Correlation > dari r
normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
tabel pada signifikan 0,05 (5%). Dalam
signifikansi sebesar > 0,05. Pengujian
pengujian validitas data dilakukan dengan
normalitas data juga dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Pearson
Correlation. Dimana r tabel untuk N = 30
adalah 0,334. Berikut ini disajikan hasil dari
uji validitas dari masing-masing item variabel
X1, X2, Z, Y semuanya diatas r tabel.
Tabel 3
Nilai Corrected Item-Corelation Terkecil
Nilai Corrected Item-
Variabel Total Corelation
Terkecil
Audit Forensik (X1) 0,389
Kompetensi Auditor (X2) 0,369
Kecerdasan Emosional 0,399
(Z)
Pencegahan Fraud (Y) 0,415
Sumber: Data primer diolah, 2018 menggunakan grafik histogram. Berikut
grafik histogram hasil uji normalitas :
Hasil Uji Reabilitas Sumber: Output SPSS 21 (2018)
Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika Gambar 2
jawaban dari responden itu stabil dari waktu Hasil Uji Normalitas-Histogram
ke waktu. Kriteria suatu instrumen penelitian
dikatakan reliabel jika dengan menggunakan Berdasarkan grafik histogram dan uji
uji statistik Cronbach Alpha (𝜶), koefisien statistik sederhana dapat disimpulkan bahwa
reliabilitas > 0,60. data terdistribusi normal. Hal ini dibuktikan
Tabel 4 dengan hasil uji statistik menggunakan nilai
Hasil Uji Reliabilitas Kolmogorov-Smirnov. Dari tabel 5 dapat
Sumber: Data primer diolah, 2018 dilihat signifikansi nilai Kolmogorov-Smirnov

104
Measurement, Vol. 12, No. 1 : 97-111
Maret 2018
P-ISSN 2252-5394

yang diatas tingkat kepercayaan 5% yaitu: Grafik scatterplot penelitian ini


sebesar 0,921, hal tersebut menunjukkan terlihat menyebar secra acak serta tersebar
bahwa data terdistribusi normal. baik diatas maupun dibawah antara 0 pada
Tabel 5 sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak terjadi
Hasil Uji Normalitas - One Sample Kolmogorov- heteroskedastisitas pada model regresi,
Smirnov sehingga model regresi layak dipakai untuk
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test memprediksi pencegahan fraud berdasarkan
Unstandardized masukan independennya (audit forensik,
Residual
N 33
kompetensi auditor dan kecerdasan
Normal Mean .0000000 emosional).
Parameters 2.90190516
a,b Std. Deviation
Most Absolute .096
Extreme Positive .096
Differences Negative -.060
Kolmogorov-Smirnov Z .552
Asymp. Sig. (2-tailed) .921
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Output SPSS 21 (2018)

Hasil Uji Multikolinearitas


Salah satu cara untuk menguji adanya
multikolinearitas dapat dilihat dari Variance
Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance.
Jika nilai VIF > 10 dan nilai tolerance < 0,10 Sumber: Output SPSS 21 (2018)
maka tidak terjadi multikolinearitas. Gambar 3
Tabel 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas-Scatterplot
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa Uji Hipotesis
Model Collinearity Statistics Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Tolerance VIF Pengujian hipotesis H1 dan H2
AUDIT .938 1.066 dilakukan dengan regresi berganda pengaruh
FORENSIK audit forensik dan kompetensi auditor
KOMPETENSI .981 1.019
1
AUDITOR
terhadao pencegahan fraud. Hasil pengujian
KECERDASAN .951 1.052 berikut ditampilkan sebagai berikut:
EMOSIONAL Tabel 7
a. Dependent Variable: PENCEGAHAN FRAUD Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Sumber: Output SPSS 21 (2018) Sumber: Output SPSS 21 (2018)
Model Summary
Berdasarkan hasil pengujian pada
Model R R Adjusted Std. Error of
tabel 6 diatas, karena nilai VIF untuk semua Squar R Square the Estimate
variabel memiliki nilai lebih kecil dari pada 10 e
dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10, maka 1
.366 .134 .076 3.001
a
dapat disimpulkan tidak terdapat gejala
a. Predictors: (Constant), KOMPETENSI AUDITOR,
multikolinearitas antar variabel. AUDIT FORENSIK
Hasil Uji Heterokedastisitas

105
Measurement, Vol. 12, No. 1 : 97-111
Maret 2018
P-ISSN 2252-5394

Berdasarkan tabel 7 diatas nilai R


adalah 0,366, menurut pedoman interpretasi Tabel 9
koefisien kolerasi, angka ini termasuk Hasil Uji t Hitung
kedalam kategori korelasi lemah karena Coefficientsa
berada pada interval 0,30 s/d 0,49. Hal ini Model Unstandardize Standardized t Sig.
menunjukkan bahwa audit forensik dan d Coefficients Coefficients
B Std. Beta
kompetensi auditor berpengaruh lemah Error
terhadap pencegahan fraud. 30.18 7.673 3.93 .000
(Constant)
Berdasarkan hasil uji koefisien 4 4
AUDIT .154 .071 .368 2.15 .040
determinasi diatas, nilai R Square dari model 1 FORENSIK 3
regresi digunakan untuk mengetahui seberapa KOMPETE -.016 .099 -.028 - .870
besar kemampuan variabel bebas NSI .165
AUDITOR
(independen) dalam menerangkan variabel a. Dependent Variable: PENCEGAHAN FRAUD
terikat (dependen). Dari tabel diatas diketahui Sumber: Output SPSS 21 (2018)
bahwa nilai R Square sebesar 0,134. Hal ini Berdasarkan tabel 9 diatas dapat
berarti bahwa 13,4 % yang menunjukkan dianalisis model estimasi sebagai berikut:
bahwa pencegahan fraud dipengaruhi oleh Y= 30,184 + 0,154 X1 + (-0,016)X2 + e…(1)
variabel audit forensik dan kompetensi Keterangan :
auditor. Sisanya sebesar 86,6 % dipengaruhi Y = Pencegahan Fraud
oleh variabel lain yang belum diteliti dalam X1 = Auditor Forensik
penelitian ini. X2 = Kompetensi Auditor
Tabel 8 𝛼 = Konstanta
Hasil Uji F Hitung 𝛽1 = Koefisien regresi Audit Forensik
ANOVAa 𝛽2 = Koefisien regresi Kompetensi
Model Sum of df Mean F Sig. Auditor
Squares Square e = Standar error
Regressio 41.818 2 20.909 2.32 .115b
Dari persamaan diatas dapat dijelaskan
n 2
1 bahwa:
Residual 270.182 30 9.006
Total 312.000 32
1. Nilai konstanta sebesar 30,184
a. Dependent Variable: PENCEGAHAN FRAUD
mengindikasikan bahwa jika variabel
b. Predictors: (Constant), KOMPETENSI independen (audit forensik dan
AUDITOR, AUDIT FORENSIK kompetensi auditor) adalah nol maka
Sumber: Output SPSS 21 (2018) pencegahan fraud akan terjadi sebesar
30,184.
Berdasarkan tabel 8 diatas dapat 2. Koefisien regresi variabel audit
dilihat bahwa dalam pengujian regresi forensik (X1) sebesar 0,154
berganda menunjukkan hasil F hitung sebesar mengindikasikan bahwa setiap
2,322 dengan tingkat signifikansi 0,115 yang kenaikan satu satuan variabel audit
lebih besar dari 0,05, dimana nilai F hitung forensik akan meningkatkan
sebesar 2,322 < nilai F tabel sebesar 3,32 pencegahan fraud sebesar 0,154.
(df1=3-1=2 dan df2=33-3=30), maka Ho 3. Koefisien regresi variabel kompetensi
diterima. Artinya audit forensik dan auditor (X2) sebesar -0,016
kompetensi auditor secara bersama-sama mengindikasikan bahwa setiap
tidak berpengaruh signifikan terhadap kenaikan satu satuan variabel
pencegahan fraud. kompetensi auditor akan

106
Measurement, Vol. 12, No. 1 : 97-111
Maret 2018
P-ISSN 2252-5394

meningkatkan pencegahan fraud X2 yang berpengaruh terhadap Y. Misalnya


sebesar -0,016. jika skor tinggi (skor rendah) untuk variabel
Hasil interpretasi atas hipotesis audit forensik dan kompetensi auditor dengan
penelitian (H1 dan H2) yang diajukan dapat skor rendah, kecerdasan emosional skor
dilihat sebagai berikut: tinggi, maka akan terjadi perbedaan antara
1. Audit forensik berpengaruh signifikan absolut yang besar. Hal ini juga akan berlaku
terhadap pencegahan fraud (H1) skor rendah dari variabel audit forensik dan
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat kompetensi auditor dengan berasosiasi
bahwa tingkat kecurangan memilki t hitung dengan skor tinggi dari kecerdasan emosional
sebesar 2,153 > t tabel sebesar 1,697 (df = n- (skor rendah). Kedua kombinasi ini
k, yaitu 33-3 = 30) dan sig.𝛼 = 0,05. Dengan diharapkan akan berpengaruh terhadap
tingkat signifikansi 0,040 yang lebih kecil dari pencegahan fraud.
0,05, maka Ha diterima. Hal ini berarti audit Langkah uji nilai selisih mutlak dalam
forensik berpengaruh positif dan signifikan penelitian ini dapat digambarkan dengan
terhadap pencegahan fraud. Dengan demikian persamaan regresi sebagai berikut:
hipotesis pertama yang menyatakan audit 𝜸 = 𝜶 + 𝜷𝟏𝑿𝟏 + 𝜷𝟐𝑿𝟐 + 𝜷𝟑|𝑿𝟏 − 𝒁|
forensik berpengaruh positif terhadap + 𝜷𝟒|𝑿𝟐 − 𝒁|
pencegahan fraud terbukti. Hasil penelitian ini Pembahasan terkait pengujian hipotesis yang
menunjukkan bahwa semakin tinggi melibatkan variabel moderasi dapat
pelaksanaan audit forensik dalam organisasi dijabarkan sebagai berikut:
maka akan semakin tinggi pencegahan fraud. Tabel 10
2. Kompetensi auditor berpengaruh Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
signifikan terhadap pencegahan fraud Model Summary
(H2) Model R R Adjusted Std.
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat Square R Square Error of
the
bahwa variabel kompetensi auditor memiliki t Estimat
hitung sebesar -0,165 < t tabel I,697 dengan e
tingkat signifikansi 0,870 yang lebih besar 1 .405a .164 .009 3.108
dari 0,05, maka Ha ditolak. Hal ini berarti a. Predictors: (Constant), AbsX2_Z, Zscore(X1)
kompetensi auditor tidak berpengaruh AUDIT FORENSIK, Zscore(X2) KOMPETENSI
AUDITOR, Zscore(Z) KECERDASAN EMOSIONAL,
signifikan terhadap pencegahan fraud. AbsX1_Z
Dengan demikian hipotesis kedua yang Sumber: Output SPSS 21 (2018)
menyatakan kompetensi auditor berpengaruh Berdasarkan tabel 10 diatas, nilai R
positif terhadap pencegahan fraud tidak adalah 0,405, menurut pedoman interpretasi
terbukti. Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien korelasi, angka ini termasuk ke
bahwa kompetensi auditor tidak dalam kategorei korelasi berpengaruh lemah
mempengaruhi organisasi dalam mencegah karena berada pada interval 0,30 s/d 0,49. Hal
fraud. ini menunjukkan bahwa AbsX2_Z, Zaudit
forensik, Zkompetensi auditor, Zkecerdasan
Hasil Uji Regresi Moderasi Dengan emosional, AbsX1_Z, berpengaruh lemah
Pendekatan Nilai Selisih Mutlak terhadap pencegahan fraud.
Menurut Furcot dan shearon Berdasarkan hasil uji koefisien
(Ghozali,2013) interaksi ini lebih disukai oleh determinasi diatas, nilai R Square sebesar
karena ekspektasinya sebelumnya 0,164 yang berarti variabilitas pencegahan
berhubungan dengan kombinasi antara X1 dan fraud yang dapat dijelaskan oleh variabel

107
Measurement, Vol. 12, No. 1 : 97-111
Maret 2018
P-ISSN 2252-5394

Zkecerdasan emosional, AbsX2_Z, Zaudit coefficienst) sebesar -0,793 dan angka


Coefficientsa signifikan sebesar 0,355 (lebih besar dari
Model Unstandardize Standar t Sig. 0,05). Hal ini berarti bahwa variabel
d Coefficients dized kecerdasan emosional merupakan variabel
Coeffici
ents moderasi yang memperkuat atau
B Std. Beta memperlemah hubungan variabel audit
Error
42.81 1.206 35.5 .000
forensik berpengaruh terhadap pencegahan
(Constant) fraud. Jadi hipotesis ketiga (H3) yang
7 a 11
ANOVA
Zscore(X1) 1.546 .729 .495 2.12 .043 mengatakan kecerdasan emosional
AUDIT
Model Sum of df Mean F 1 Sig.
FORENSIK berpengaruh signifikan terhadap hubungan
Squares Square
Zscore(X2) 51.122 -.091 5 .571
Regres 10.224 -.029
1.05 - .405
.874b antara audit forensik dan pencegahan fraud
KOMPETENSI .160 tidak terbukti atau ditolak.
1 sion
AUDITOR
8
1 Residu
Zscore(Z) 260.878 .28527 9.662
.768 .091 .371 .713
alKECERDASAN 2. Kecerdasan emosional berpengaruh
EMOSIONAL
Total 312.000 32
-.793 .843 -.253 - .355
signifikan terhadap hubungan antara
a. Dependent
AbsX1_Z Variable: PENCEGAHAN FRAUD
.941 kompetensi auditor dan pencegahan
b. Predictors:
AbsX2_Z (Constant), .116 AbsX2_Z,
.704 Zscore(X1)
.034 .165 .027 fraud (H4)
AUDIT
a. FORENSIK,
Dependent Variable:Zscore(X2)
PENCEGAHAN KOMPETENSI
FRAUD
AUDITOR, Zscore(Z) KECERDASAN EMOSIONAL, Dari hasil uji nilai selisih mutlak yang
Sumber: Output SPSS 21 (2018)
AbsX1_Z terlihat pada tabel 12 menunjukkan bahwa
forensik, AbsX1_Z, Zkompetensi auditor variabel moderating AbsX2_Z signifikan
sekitar 16,4 % sisanya sebesar 83,6 % dengan nilai koefisien regresi (unstandardized
dipengaruhi oleh variabel lain yang belum coefficients) sebesar 0,116 dan angka
diteliti dalam penelitian ini. signifikan sebesar 0,027 (lebih kecil dari
Tabel 11 0,05). Hal ini berarti bahwa variabel
Hasil Uji F Hitung kecerdasan emosional merupakan variabel
Sumber: Output SPSS 21 (2018) moderasi yang memperkuat atau
Hasil Anova atau F test pada tabel 11 memperlemah hubungan variabel kompetensi
menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar auditor berpengaruh terhadap pencegahan
1,058 dengan tingkat signifikasi 0,405 jauh fraud. Jadi hipotesis keempat (H4) yang
diatas 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel mengatakan kecerdasan emosional
independen Zkecerdasan emosional, berpengaruh signifikan terhadap hubungan
AbsX2_Z, Zaudit forensik, AbsX1_Z, antara kompetensi auditor dan pencegahan
Zkompetensi auditor secara bersama-sama fraud diterima.
atau simultan tidak mempengaruhi
pencegahan fraud.
Tabel 12
Hasil Uji t Hitung
1. Kecerdasan emosional berpengaruh
signifikan terhadap hubungan antara Penelitian mengenai pengaruh
audit forensik dan pencegahan fraud variabel independen (audit forensik dan
(H3) kompetensi auditor) terhadap variabel
Dari hasil uji nilai selisih mutlak yang dependen (pencegahan fraud) dengan
terlihat pada tabel 12 menunjukkan bahwa kecerdasan emosional sebagai variabel
variabel moderating AbsX1_Z signifikan moderasi, dapat dibuat pembahasan sebagai
dengan nilai koefisien regresi (unstandardized berikut:

108
Measurement, Vol. 12, No. 1 : 97-111
Maret 2018
P-ISSN 2252-5394

1. Pengaruh audit forensik terhadap mencegah fraud. Dengan demikian Hipotesis


pencegahan fraud kedua (H2) ditolak.
Hipotesis pertama yang diajukan Hasil penelitian ini sejalan dengan
dalam penelitian ini adalah bahwa audit penelitian Kadir (2017) yang mengatakan
forensik berpengaruh terhadap pencegahan bahwa kompetensi auditor belum efektif
fraud. Artinya audit forensik sangat berperan dalam hal mencegah terjadinya tindak
penting dalam pelaksanaan pendeteksian dan kecurangan. Kompetensi seorang auditor akan
pencegahan fraud. Teknik yang digunakan memiliki peran penting dengan hasil kerjanya
dalam audit forensik telah menjurus secara dan juga dapat sebaliknya auditor yang
spesifik untuk mendeteksi adanya fraud. memilki kompetensi yang tinggi dapat
Teknik tersebut dalam mendeteksi fraud lebih melakukan fraud
mendalam dan sampai kepada pencarian siapa 3. Pengaruh kecerdasan emosional
pelaku fraud. Berdasarkan hasil analisis terhadap hubungan antara audit
menunjukkan bahwa audit forensik forensik dan pencegahan fraud
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Hasil analisis regresi memoderasi
pencegahan fraud. Hal ini menunjukkan dengan pendekatan nilai selisih mutlak
bahwa semakin diterapkannya pelaksanaan menunjukkan bahwa interaksi kecerdasan
audit forensik dalam organisasi maka akan emosional dan audit forensik terhadap
semakin baik pencegahan fraud. Dengan pencegahan fraud merupakan variabel
demikian Hipotesis pertama (H1) diterima. moderasi dengan hasil negatif. Hal ini
Hasil penelitian ini mendukung menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yang
penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh mengatakan bahwa kecerdasan emosional
Akenbor dan Ironkwe (2014) dan Pamungkas berpengaruh signifikan terhadap hubungan
(2013) menunjukkan bahwa efektifitas audit antara audit forensik dan pencegahan fraud
forensik sangat berpengaruh dalam tidak terbukti atau ditolak. Dengan demikian
mendeteksi, menginvestigasi dan mencegah Hipotesis ketiga (H3) ditolak.
fraud dengan menggunakan teknik proaktif Dengan demikian hasil penelitian ini
yaitu auditor mendeteksi kemungkinan resiko sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
terjanya fraud dan reaktif yaitu audit akan Arief dkk (2015), yang menyatakan bahwa
dilakukan ketika ada indikasi (bukti) awal kecerdasan emosional tidak mempengaruhi
terjadinya fraud. seorang auditor dalam menerapkan ilmu audit
2. Pengaruh kompetensi auditor terhadap forensiknya.
pencegahan fraud 4. Pengaruh kecerdasan emosional
Hipotesis kedua yang diajukan dalam terhadap hubungan antara kompetensi
penelitian ini adalah bahwa kompetensi auditor dan pencegahan fraud
auditor berpengaruh terhadap pencegahan Hasil analisis regresi moderasi dengan
fraud. Artinya kompetensi auditor sangat menggunakan pendekatan nilai selisih mutlak
berperan penting dalam pelaksanaan menunjukkan bahwa interaksi kecerdasan
pendeteksian dan pencegahan fraud. emosional dan kompetensi auditor terhadap
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan pencegahan fraud merupakan variabel
bahwa kompetensi auditor berpengaruh moderasi dengan hasil positif. Hal ini berarti
negatif dan tidak signifikan terhadap bahwa hipotesis keempat yang mengatakan
pencegahan fraud. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh
bahwa semakin auditor memiliki kompetensi, signifikan terhadap hubungan antara
maka bukan berarti auditor tersebut dapat kompetensi auditor dan pencegahan fraud

109
Measurement, Vol. 12, No. 1 : 97-111
Maret 2018
P-ISSN 2252-5394

terbukti. Dengan demikian Hipotesis pengelolaan dan tangung jawab keuangan


keempat (H4) diterima daerah, dengan memiliki Sumber Daya
Hal ini sejalan dengan penelitian Manusia dengan tingkat kompetensi dan
Amilin (2017) mengatakan bahwa kecerdasan kecerdasan emosional yang tinggi saja tidak
emosional sebagai faktor moderate cukup dalam menerapkan ilmu audit forensik
berpengaruh terhadap kinerja akuntan. bidang investigatif untuk mendeteksi dan
mencegah fraud di lingkungan entitas BPK
KESIMPULAN DAN SARAN RI perwakilan provinsi Kepulauan Riau.
Diperlukan untuk merancang suatu strategi
Kesimpulan yaitu mengembangkan sistem informasi untuk
Penelitian ini memiliki tujuan untuk akses data BPK RI perwakilan provinsi
mengetahui pengaruh audit forensik dan Kepulauan Riau dengan Pemerintah Provinsi
kompetensi auditor terhadap pencegahan Kepulauan Riau serta mengoptimalkan
fraud dengan kecerdasan emosional sebagai Elektronic Audit (e-audit) yang merupakan
variabel moderating. Responden dalam sistem berbentuk sinergi antara sistem
penelitian ini berjumlah 33 auditor yang informasi internal BPK (e-BPK) dengan
bekerja di BPK RI perwakilan provinsi sistem informasi milik entitas pemeriksaan (e-
Kepulauan Riau. Berdasarkan pada data yang auditee) melalui komunikasi data secara
telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang online dan membentuk pusat data. Sehingga
telah dilakukan terhadap permasalahan dengan adanya Elektronic Audit (e-audit)
dengan menggunakan software program IBM yang terstruktur dan teridentifikasi diharapkan
SPSS (Statistical Package for Social Sciences) penyajian Laporan Keuangan menjadi lebih
versi 21, maka berdasarkan hasil analisis transparan dan akuntabel, dapat
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: dipertanggungjawabkan dan dapat dideteksi
1. Audit forensik berpengaruh signifikan serta mampu mencegah fraud secara sistemik
terhadap pencegahan fraud pada BPK RI sedini mungkin.
perwakilan provinsi Kepulauan Riau.
2. Kompetensi auditor tidak berpengaruh
signifikan terhadap pencegahan fraud pada DAFTAR PUSTAKA
BPK RI perwakilan provinsi Kepulauan
Riau. Amilin. (2017). “The Impact of Role Conflict
3. Kecerdasan emosional tidak berpengaruh and Role Ambiguity on Accountants
signifikan terhadap hubungan antara audit Performance: The Moderating Effect
forensik dan pencegahan fraud pada BPK of Emotional Quotient”. European
RI perwakilan Provinsi Kepulauan Riau. Research Studies Journal. Vol XX,
4. Kecerdasan emosional berpengaruh Issue 2A,
signifikan terhadap hubungan antara
kompetensi auditor dan pencegahan fraud Akenbor, C.O and Uwaoma Ironkwe. (2014).
pada BPK RI perwakilan Provinsi “Forensic Auditing Techniques and
Kepulauan Riau. Fraudulent Practices of Public
Institutions in Nigeria”. Jurnal of
Saran Modern Accounting and Auditing.
Untuk instansi/lembaga negara BPK ISSN 1548-6583
RI Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau yang
mempunyai tugas penting yakni memeriksa

110
Measurement, Vol. 12, No. 1 : 97-111
Maret 2018
P-ISSN 2252-5394

Amrizal, Sutan Kayo. (2012).”Audit Resmawati, Irma. (2015). “Pengaruh


Forensik: Penggunaan dan Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan
Kompetensi Auditor dalam Emosional, dan Kecerdasan
Pemberantasan Tindak Pidana Intelektual Terhadap Kemampuan
Korupsi”. Yogyakarta: Graha Ilmu Mendeteksi Kecurangan”. (Skripsi).

Deden, Teguh P. (2016). “Pengaruh Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis.


kompetensi auditor forensik terhadap Bandung: CV. Alfabeta.
proses penginvestigasian Kasus
Tindak Pidana Korupsi”. (Skripsi). Soepardi, Eddy Mulyadi. (2009). “Pendekatan
Universitas Pendidikan Indonesia, Komprehensif dalam Upaya
Bandung. Pencegahan dan Pemberantasan
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Korupsi di Indonesia”. Pidato
Multivariate Dengan Program IBM Pengukuhan Guru Besar Ilmu
SPSS 21. Semarang: Penerbit Akuntansi, FE Universitas Pakuan.
Universitas Diponegoro.
Shodiq, Nur Carolina dan Sambharakresna.
Goleman, Daniel. (2009). Emotional (2013). “Persepsi Auditor terhadap
Intelligence. Jakarta: PT. Gramedia penerapan audit forensik dalam
Pustaka Utama mendeteksi kecurangan penyajian
laporan keuangan”. JAFFA. Vol 1
Kadir. (2017) Pengaruh Pengendalian Internal no.2
dan Kompetensi Auditor Terhadap
Efektifitas Pelaksanaan Prosedur Sastiana. (2016).”Pengaruh Audit Forensik
Audit Dalam Pencegahan Fraud Dan Profesionalisme Auditor
(Studi Pada Auditor Inspektorat Kota Terhadap Pencegahan Fraud Dengan
Kendari) Jurnal Akuntansi Vol.2 No.1 Kecerdasan Spiritual Sebagai Variabel
Moderating Pada Perwakilan BPKP
Njanike, Kosmas, Thulani Dube, and Edwin Provinsi Sulawesi Selatan”. Vol 1 No.
Mashanye. (2009). “The Effectiveness 1. Makasar.
of Forensic Auditing in Detecting,
Investigating and Preventing Bank Tuanakotta, Theodorus M. (2014). Akuntansi
Frauds”. Vol 1, No.4. Zimbabwe. Forensik dan Audit Investigatif. Edisi
2. Jakarta: Salemba Empat.
Priantara, Diaz. (2013).”Fraud Auditing And
Investigation”. Jakarta:Mitra Wacana https://regional.kompas.com (2017/12/30)
Media.
www.acfe-indonesia.or.id
Pamungkas, D. Imang. (2013. “Peran Audit
Forensik Dalam Mendeteksi www.tanjungpinang.bpk.go.id
Kecurangan Melalui Faktor-Faktor
Keuangan Pada Perusahaan Publik di
Indonesia”. ISSN 978-602-95322-7-2.

111

Anda mungkin juga menyukai