Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan nasional terutama dibidang kesehatan secara tidak
langsung telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk serta
meningkatkan usia harapan hidup (UHH). Peningkatan angka usia harapan hidup ini
sekaligus berdampak pada peningkatan jumlah penduduk lanjut usia atau lansia
(Arisman, 2009). Lansia adalah tahap akhir dalam siklus hidup manusia yang pasti
dialami oleh setiap individu. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13
Tahun 1998 pasal 1 ayat 2 menyatakan lansia adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun keatas.
Menurut Macao (dalam Fatmah, 2010) populasi penduduk lansia di Asia dan
Pasifik meningkat pesat dari 410.000.000 jiwa pada tahun 2007 diprediksi akan
menjadi 733.000.000 jiwa pada tahun 2025 dan mencapai 1,3 triliun pada tahun 2050.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga mengalami peningkatan
populasi penduduk lansia dari 4,48% (53.000.000 jiwa) pada tahun 1971 menjadi
9,77% (23.900.000 jiwa) pada tahun 2010. Bahkan pada tahun 2020 diprediksi akan
menjadi ledakan penduduk lansia sebesar 11,34% atau sekitar 28.800.000 jiwa
(Makmur 2006).
Dampak dari meningkatnya jumlah lansia dapat dilihat dari pola penyakit
yang bergeser kearah penyakit – penyakit degenaratif seperti gangguan sendi,
hipertensi, stroke dan diabetes yang berkaitan dengan status gizi lansia. Pada saat
sekarang ini lansia kurang mendapat perhatian di tengah masyarakat terutama
mengenai kecukupan gizi pada mereka. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus,
lansia dapat menjadi beban bagi keluarganya, masyarakat, bahkan bagi negara
(Sativa, 2010).
Status gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan zat gizi dan penggunaan zat – zat tersebut, atau keadaan fisiologi akibat
dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Azizah, 2011). Bagi lansia pemenuhan
kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi
atau penyesuaian diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya, selain itu dapat
menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.
Semua proses pertumbuhan memerlukan zat gizi yang terkandung dalam makanan.

1
Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para lansia. Orang yang berusia 70
tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berusia 50 tahun, namun nafsu makan
mereka cenderung terus menurun, karena itu harus terus diupayakan konsumsi
makanan penuh gizi (Proverawati dan Wati, 2010).
Masalah gizi yang terjadi pada lansia dapat berupa gizi kurang atau gizi
lebih. Masalah gizi dan penyakit yang dipengaruhi oleh makanan yang sering kali
menimpa lansia adalah berkaitan dengan masalah kekurangan dan kelebihan gizi.
Perubahan kebutuhan dan asupan gizi harus diantisipasi dengan pemberian nutrisi
secara tepat sehingga tidak menimbulkan masalah gizi atau memperburuk kondisi
fisik lansia. Banyak penelitian yang dilakukan ternyata kebanyakan masalah gizi pada
lansia adalah masalah gizi lebih atau kegemukan (Maryam dkk, 2008).
Ketidakselektifan dalam memilih makanan yang dikombinasi dengan
melemahnya daya serap saluran pencernaan, memicu kekurangan vitamin dan
mineral yang akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan status gizi mereka
(Arisman, 2009). Kondisi kesehatan pada tahap lansia sangat ditentukan oleh kualitas
dan kuantitas asupan gizi. Gizi yang baik akan berperan dalam upaya penurunan
prosentase timbulnya penyakit dan angka kematian lansia. Lansia yang tinggal di
panti werdha dihadapkan pada situasi yang berbeda dengan sebelum mereka tingga di
panti. Hal ini menyebabkan lansia melakukan penyesuaian diri agar pemenuhan
kebutuhan diri mereka dapat terlaksana. Walaupun lansia sudah mendapat perhatian
terkait kesehatan oleh pihak panti tapi masalah kesehatan lansia tidak dapat dihindari
termasuk masalah gizi (Sumiyati, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Lanjut Usia (Lansia)
2. Apa saja Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Asupan Gizi Lansia
3. Apa itu Kebutuhan Gizi Seimbang Pada Lansia
4. Apa saja Kebutuhan Gizi Seimbang Pada Lansia
5. Apa saja Diet Pada Lansia
C. Tujuan
1. Mengetahui Prinsip Gizi Bagi Lansia
2. Mengetahui Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Asupan Gizi Lansia
3. Mengetahui Kebutuhan Gizi Seimbang Pada Lansia
4. Mengetahui Kebutuhan Gizi Seimbang Pada Lansia
5. Mengetahui Diet Pada Lansia

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Lanjut Usia (Lansia)
1. Pengertian Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut
Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannyatubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada ekonomi dan sosiallansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada
activity of daily living(Fatmah, 2010)
2. Batasan-batasan usia lanjut
Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World
Health Organitation (WHO) lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)
pengelompokkan lansia menjadi :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia
lanjut dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia
>65 tahun)

3
B. Kebutuhan Gizi pada Lansia
Diet dan penuaan mempunyai peran besar dalam meningkatkan kualitas hidup
dan proses penuaan. Pada percobaan tikus dengan pembatasan jumlah asupan kalori
diet dapat memperpanjang usia hidup atau penyakit yang bersamaan dengan usia
lanjut karena akan menurunkan produksi radikal beba. Diet juga dapat
menurunkanpenyakit kronis. Bila adanya peningkatan asupan protein dan lemak
maka insiden kanker (tumor ganas) meningkat dan terjadi gangguan organ dan
mempercepat proses penuaan secara fisik, biokimiadan imunologi (Oenzil, 2012).
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lansia
Berbagai penelitian menunjukan bahwa kecepata metabolism basal pada
orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%. Hal ini disebabkan oleh
berkurangnya masa otot. Selain itu, aktivitas fisik yang dilakukan oleh lansia
umumnya menurun. Rincian factor yang mempengaruhi kebutuhan dan
kecukupan zat gizi lansia dijelaskan berikut ini (Fatmah 2010).
a. Usia
Seiring bertambahnya usia, kebutuhan zat gizi karbohidrat dan lemak
menurun, sedangkan kebutuhan protein , vitamin, dan mineral meningkat
karena ketiganya berfungsi sebagai anti oksidan untuk melindungi sel sel
tubuh dan radikal bebas.
b. Jenis kelamin
Dibandingkan lansia wanita, lansia pria lebih banyak memerlukan kalori,
protein, dan lemak. Ini disebebkan karena perbedaan tingkat aktivitas fisik.
c. Faktor lingkungan
Perubuhan lingkungan sosial seperti perubahan kondisi ekonomi karena
pension dan kehilangan pasangan hidup dapat membuat lansia merasa
terisolasi dari kehidupan sosial dan mengalami depresi. Akibatnya lansia
kehilangan nafsu makan yang berdampak pada penurunan status gizi.
d. Penurunan aktivitas fisik
Semakin bertambahnya usia seseorang maka aktivitas fisik yang dilakukan
menurun. Hal ini alamiah sayang aktivitas fisik nya menurun asupan energi
harus dilakukan untuk mencapai keseimbangan energi dan mencegah
terjadinya obesitas karena salah satu faktor yang menentukan berat badan
seseorang adalah keseimbangan antara memasukkan energi dan keluaran
energi.

4
e. Penyakit
Jika seseorang lansia memiliki penyakit degeneratif maka asupan gizinya
sangat penting untuk diperhatikan, serta disesuaikan dengan ketersediaan dan
kebutuhan zat gizi dalam lansia Selain itu dianjurkan untuk menggantikan
asupan lemak jenuh dengan MUFA (lemak tak jenuh ganda) dan PUFA
(lemak tak jenuh ganda) yang dapat menurunkan LDL dalam tubuh. Sumber
PUFA dibagi menjadi dua macam yaitu omega-6 adalah inoleat (minyak
jagung, kapas, kacang kedelai, wijen, bunga matahari) dan araki donat
(minyak kacang tanah). Sedangkan sumber omega-3 adalah linoleat (minyak
kacang kedelai, kecambah, gandum, minyak biji rami) eikosapentaenoat/epa
(minyak ikan tertentu dan dokosaheksaenoat atau ASI minyak ikan tertentu)
f. Pengobatan
Pengobatan yang sedang dijalani lansia dapat mempengaruhi kebutuhan
lansia akan zat gizi. Beberapa obat misalnya untuk obat pasien kanker, dapat
menurunkan nafsu makan, bahkan dapat menyebabkan mual, muntah dan
berbagai rasa sakit tidak enak lainnya, keadaan ini dapat berakibat buruk
pada pasien.
Adapun faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Asupan Gizi Lansia juga
sebagai berikut.

a) Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau


ompong.
b) Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita
rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c) Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
d) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e) Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan
konstipasi.
f) Penyerapan makanan di usus menurun.

2. Masalah Gizi pada Lansia


Masalah gizi pada lansia menurut Beck(2011) dibedakan menjadi 3 kelompok
yaitu :
a. Malnutrisi Umum

5
Malnutrisi umum dapat diartikan sebagai diet tidak mengandung beberapa
nutrien dalam jumlah yang memadai. Keadaan ini disebabkan oleh
ketidakacuhan secara umum yang disebabkan oleh berbagai keadaan.
b. Defisiensi nutrien tertentu
Defisiensi ini terjadi bila suatu makanan atau kelompok makanan tertentu
tidak ada dalam diet, seperti Vitamin C, Vitamin D, asam folat dan besi.
c. Obesitas
Besarnya permasalahan ini akan meningkat bilamana masukan energi tidak
dikurangi saat aktivitas jasmaniah semakin menurun. Obesitas yang ekstrem
jarang terjadi begitu seseorang masuk usia pensiun. Obesitas biasanya
disebabkan oleh kebiasaan makan yang jelek sejak usia muda.

3. Kebutuhan Gizi Seimbang Pada Lansia


Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan menurunnya aktivitas
biologis tubuhnya. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan memperburuk
kondisi lansia yang secara alami memang sudah menurun.
a. Pemantauan status nutrisi
1) Penimbangan Berat Badan
Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali,
waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu.
Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap
kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg
/minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
2) Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB
kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm – 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal
artinya gizi kurang

b. Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal
pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan

6
berkurangnya massa otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9
Kkal, karbohidrat 4 Kkal, dan protein 4 Kkal per gramnya. Bagi lansia
komposisi energi sebaiknya 10-15% berasal dari protein, 20% dari lemak,
dan sisanya dari karbohidrat 60-70%. Kebutuhan kalori untuk lansia laki-laki
sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah
kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan
berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu sedikit,
maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi
kurus.
c. Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa
per hari adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya
berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang,
bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi
penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang
(disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Beberapa
penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya
ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein
yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
d. Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total
kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari
40% dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis
(penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari
konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA =
polyunsaturatedfatyacid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak
tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam
lemak jenuh.
e. Karbohidrat dan serat makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat
makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber
serat yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian
utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual

7
secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang
dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga
tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi
gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang
berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai sumber
energi dan sumber serat.
f. Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang
mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan
E umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi
makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan mineral yang
paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang
menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan
anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk
membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya
dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.

g. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan
tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine),
membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi
kerja ginjal). Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.

4. Pengaruh Status Gizi Terhadap Kesehatan Lansia

a. Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia


cenderung mengalami kegemukan/obesitas
b. Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya
cenderung kegemukan/obesitas
c. Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya
cenderung kegemukan/obesitas
d. Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak dan
nafsu makan menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang energi
protein yang kronis)

8
e. Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat
(sayur, daging) dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi klaori), hal
ini menyebabkan lansia cenderung kegemukan/obesitas
f. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini
mengganggu penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi
defisiensi zat-zat gizi mikro
g. Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga
lansia menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu
terjadinya anemia
h. Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan
nafsu makan yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati
i. Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan
makanan sendiri dan menjadi kurang gizi
j. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu
makan menurun dan menjadi kurang gizi
k. Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun
akibatnya menjadi kurang gizi

5. Diet Pada Lansia


a. Perhatikan Jadwal Konsumsi Buah-buahan
Seperti yang kita ketahui bahwa ada banyak sekali jenis buah yang sangat
baik dan dianjurkan untuk para manula. Konsumsi buah dua sampai tiga kali
dalam sehari, akan memberi manfaat antioksidan dan mencegah sembelit.

b. Konsumsi Telur Secara Rutin


Putih telur yang terdapat didalam satu butir telur memiliki protein yang baik
untuk memperbaiki sel-sel yang sudah usang didalam tubuh anda termasuk
jaringan. Untuk para vegetarian, paneer yang terbuat dari susu rendah lemak
ini bisa anda jadikan sebagai pengganti dari putih telur tersebut.

c. Konsumsi Makanan Kecil


Untuk menjalankan cara diet yang benar untuk orang tua usia lanjut, maka
para lansia ini tidak harus mengonsumsi makanan besar setiap harinya,
karena dengan makanan kecil yang sehat saja para manula ini sudah bisa
mendapatkan energi yang baik dari makanan kecil tersebut.

9
d. Perbanyak Makan Sayuran, Hindari Konsumsi Makanan Berpengawet.
Sayuran segar tanpa pengawet dan agen pengental merupakan makanan yang
sehat dan tentunya dapat memperbaiki serta menambah energi yang baik
kedalam tubuh. Selain itu, untuk menjalankan diet sehat, para manula harus
menjauhi makanan yang diawetkan atau makanan cepat saji supaya para
manula pun bisa tetap sehat dalam menjalankan program diet tersebut.

6. Cara menghitung kebutuhan energi dan zat gizi sehari


Komponen yg menentukan kebutuhan energi:
Cara menentukan status gizi
Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
(Body Mass Index) dg rumus :
IMT = BB (kg)

TB 2 (m)
Klasifikasi :
- IMT < 18,5 = status gizi kurang (kurus)
- IMT antara 18,5 s/d 25 = Status gizi Normal
- IMT antara 25 s/d 27 = BB lebih
- IMT > 27 = obesitas (gemuk)

Contoh : Seorang pria dewasa, TB = 165 cm dan BB = 78kg. Tentukan status


gizi pria tersebut berdasarkan IMT.
Jawab :
IMT = BB = 78 = 78 = 28,6
TB2 (1,65)2 2,72
Status gizi : obesitas (> 27)

10
Berdasarkan Indeks Brocca :
Rumus :
Berat Badan Ideal (BBI)
BBI = TB % (TB – 100)
Menentukan status gizi :
BBA
………… x 100 %
BBI
Klasifikasi Status gizi :
- BB kurang = < 90 % BBI
- BB normal = 90 – 110 BBI
- BB lebih = > 110 – 120 % BBI
- Gemuk = > 120 % BBI
Contoh : Seorang wanita dewasa, TB = 160 cm dan BB = 75 kg. Tentukan status gizi pria
tersebut berdasarkan Indeks Brocca.
Jawab :
BBI = TB – 100 – 10% (TB-100)
= 160 – 100 - 10% (160-100)
= 60 – 6 = 54 kg
BBA = 75 kg
Indeks Brocca = BBA
……. X 100 %BBI
BBI
Indeks Brocca = 75
….. X 100 %
54
= 1,38 x 100 %=
= 138 %
Status gizi : Gemuk (> 120 %)

11
a. Angka Metabolisme Basal (AMB)
1) Cara menentukan AMB : Menggunakan Rumus Harris Benedict :
Laki-laki = (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
Perempuan = (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
Keterangan : BB = berat badan dlm kg ,TB = tinggi badan dlm cm U =
umur dlm tahun
2) Cara menentukan kebutuhan energi untuk aktivitas fisik
Aktivitas fisik : 4 golongan : sangat ringan, ringan, sedang dan berat.
Kebutuhan energi sehari : indeks aktivitas fisik x AMB
Tabel Cara menaksir Indeks Aktivitas
JenisAktivitas Laki-laki Perempuan
Sangat ringan 1.30 1.30
Ringan 1.65 1.55
Sedang 1.76 1.70
Berat 2.10 2.00

Contoh cara menaksir kebutuhan energi sehari :


Seorang perempuan berumur 62 tahun dengan beratbadan 52 kg dan tinggi badan 158 cm
dg aktivitas ringan.
1. Kebutuhan energi untuk AMB
Harris Benedict
AMB = 665 (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
= 665 (9,6 x 52) + (1,8 x 158) – (4,7 x 62)
= 665 (499,2) + (284,4) – (291,4)
AMB = 1147,2 kkalori dibulatkan 1147 kkalori
2. Kebutuhan energi dengan aktivitas fisik
Kalikan nilai AMB dg kelipatan yg sesuai dgjenisaktivitas.Dalam hal ini aktivitas
ringan utk perempuan (1,55) = 1,55 x 1147 kkal = 1778 kkalori → Total Energi
sehari
3. Protein : 10 – 15 % dari total energy.
Satuan jumlah protein = gram1 gram
protein = 4 kkal
Berdasarkan total energi di atas, maka kebutuhan protein perhari :
10 % x 1778 kkal = 177,8 kkal

12
= 177,8 / 4 gram
= 44,45 gram
4. Lemak : 20 – 30 % dari total energi
Satuan jumlah lemak = gram
1 gram lemak = 9 kkal
Berdasarkan total energi di atas, maka kebutuhan
lemak perhari :
20 % x 1778 kkal = 355,6 kkal
= 355,6 / 9 gram
= 39,5 gram
5. Karbohidrat (KH) : 60 – 70 % dari total energi
satuan jumlah KH = gram
1 gram KH = 4 kkal KHperhari :
70 % x 1778 kkal = 1244,6 kkal
= 1244,6 / 4 gram
= 311 gram

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat
membantu dalam proses beradaptasi atau penyesuaian diri dengan perubahan-
perubahan yang dialaminya, selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel
tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Semua proses pertumbuhan memerlukan
zat gizi yang terkandung dalam makanan. Kecukupan makanan sehat sangat penting
bagi para lansia. Orang yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat
berusia 50 tahun, namun nafsu makan mereka cenderung terus menurun, karena itu
harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi (Proverawati dan Wati, 2010).

14

Anda mungkin juga menyukai