Anda di halaman 1dari 7

Bahan Renungan Evanggelium Minggu Misericordias Domini, 05 Mei 2019

Jeremia 33 : 10 – 13
“ Mensyukuri kebaikan Tuhan “

Pengantar :

Hidup yang kita jalani pastinya tidak selalu berjalan seperti yang kita ingin atau harapkan ; suka
dan duka, berhasil dan gagal, sehat dan sakit datang silih berganti dalam kehidupan kita. Bila kita
berada dalam duka, gagal, dan sakit bahkan dalam keterpurukan hidup, kadang kita kehilangan
harapan dan jatuh pada keputusasaan, dan saat itu hati kita mulai bertanya, adakah harapan bagi
kita untuk dipulihkan?
Pada bacaan Evanggelium di Minggu Misericordias Domini hari ini, umat Allah, yaitu umat
Yehuda berada pada situasi keterpurukan. Keterpurukan itu timbul akibat murka Allah yang
menghukum mereka karena dosa dan kejahatan yang telah mereka lakukan. Hukuman itu berupa
kekalahan perang melawan serangan Babel serta kehancuran dan kesengsaraan yang
mengikutinya (ay. 4, 5, 10 dan 12a). Namun di tengah keterpurukan yang sedang mereka hadapi
itu, ada harapan yang disuarakan oleh Nabi Yeremia mengenai janji pemulihan Tuhan kepada
umat-Nya. Di tengah kehancuran yang sedang dan masih akan dialami umat sampai bertahun-
tahun ke depan, Tuhan berjanji bahwa kelak Tuhan akan memulihkan mereka ketika mereka
datang dan berseru kepada Tuhan.

Penjelasan Nas dan Aplikasi :

Yeremia pasal 30 sampai pasal 33 merupakan satu kesatuan yang berbicara tentang pembaharuan
yang dijanjikan Allah kepada umatNya. Janji pembaharuan Allah berisi pemulihan hidup secara
menyeluruh sehingga umat hidup dalam perdamaian, keselamatan dan pengharapan. Nubuat nabi
Yeremia yang disampaikan pada abad ke 6 ditujukan kepada bangsa Israel yang mengalami
kesengsaraan yang sangat mengerikan. Bangsa itu telah menjadi lumpuh dan terpuruk total sebab
para pahlawannya seperti wanita yang akan melahirkan dan ditimpa kegentaran yang luar biasa
sehingga hanya dapat menjerit-jerit tak berdaya (5-6). Tidak ada pemimpin yang dapat
diharapkan untuk memulihkan harkat dan martabat bangsa Israel sebagai negara berdaulat yang
diberkati Allah. Mereka tak dapat berbuat apa-apa sebab berada dalam jajahan bangsa Babel.
Semua terjadi karena mereka melakukan apa yang jahat di mata Tuhan karena lebih suka hidup
dalam penyembahan berhala, melakukan perbuatan amoral dan lebih mempercayai nubuat nabi
palsu yang meramalkan kejayaan Israel tanpa campur tangan Tuhan.
Bangsa Israel tidak mungkin bangkit dengan kekuatannya sendiri. Allah dengan jelas
mengatakan bahwa 'akan datang waktunya' (3). Penderitaan dan kegentaran akan berakhir jika
Allah sendiri yang mengadakan pembaharuan. Artinya pembaharuan itu adalah anugerah Allah
sebab mereka adalah bangsa yang berdosa (11). Pembaharuan yang dilakukan Allah adalah
pembaharuan yang sejati sebab tujuan utama pembaharuan-Nya bukanlah sekadar membebaskan
bangsa Yehuda dari jajahan bangsa lain (8, 9) ataupun memberikan kehidupan yang tenang dan
aman (10). Tujuan utama pembaharuan Allah adalah agar Yehuda kembali beribadah kepada
Allah (9). Arah pembaharuan sejati adalah mengembalikan manusia ke dalam hubungan yang
benar dengan Allah yaitu manusia yang menyembah, memuliakan dan mentaati kehendak-Nya.
Janji pemulihan Allah jelas merupakan kabar baik yang membawa sukacita pengharapan karena
Allah sejatinya tidak pernah meninggalkan umatNya. Allah tetap setia kepada umatNya dan
memulihkan kehidupan mereka seperti yang dikehendakiNya. Tanpa campur tangan Allah, umat
akan selamanya hidup dalam permusuhan, sakit penyakit, kesalahan dan mustahil dapat
membangun masa depanNya. Di sini umat diarahkan untuk menantikan tindakan Allah yang
memulihkan mereka dengan selalu mempercayai kebenaran firman Tuhan yang sudah
disampaikan hambaNya, Yeremia
Janji pemulihan yang disampaikan Allah melalui Yeremia, mencakup beberapa hal, antara lain :

- Akan terdengar lagi suara kegirangan di kota kota Yehuda yang menyuarakan : ucapan
syukur atas kebaikan dan kasih setia Tuhan ( ayat 10 – 11 )
- Daerah yang telah menjadi reruntuhan di Yehuda, seketika akan berubah menjadi padang
rumput dimana para gembala akan kembali dapat membaringkan dombanya (ayat 12-13)

Gambaran yang disampaikan itu merupakan gambaran pemulihan yang akan segera diterima dan
dirasakan oleh bangsa yang telah terpuruk itu.
Tindakan pembaharuan Allah menjadi peristiwa menakjubkan yang patut terjadi dalam hidup
kita masing-masing jika iman, kasih dan pengharapan kita selalu tertuju kepada Tuhan Yesus,
Firman Allah yang hidup dan kekal. Pembaharuan yang dialami hanya dapat terjadi jika kita
berada dalam persekutuan dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan menjadi jaminan mutlak atas
janji Allah dan berkat-berkatNya yang sempurna dalam hidup kita. Karena itu tidak perlu kita
mencari pembenaran diri, menolak kenyataan dan melemparkan kesalahan pada orang lain jika
memang hidup kita saat ini berada dalam kebimbangan, kebuntuan dan kehancuran. Masa hidup
suram dan kelam pekat pada akhirnya mengingatkan kita bahwa hidup dengan mengandalkan
kekuatan pribadi dengan kelengkapan duniawi, tidak menghasilkan kehidupan yang dipenuhi
damai sejahtera dan sukacita. Saudara diingatkan untuk memberi diri dituntun oleh Firman Allah
dan menerima janji pemulihan Allah yang memperbaharui hati, pikiran dan perbuatan kita yang
akhirnya dapat menyenangkan hati Allah.
Waktu Tuhan untuk bertindak membaharui hidup manusia adalah satu kepastian yang tidak perlu
diragukan. Kepekaan terhadap kebenaran Firman Allah membuat masing-masing pribadi
mendengar dengan jelas apa yang dikehendaki Allah sesuai petunjuk kuasa dan berarti agar kita
dapat bersukacita atas kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Memberi diri untuk melakukan
apa yang dikehendaki Allah berarti kita bersedia untuk mengampuni yang salah, bertekun dalam
doa, dan melayani dengan kasih Kristus.
Sebagai umat Tuhan kita berada dalam proses pembaharuan hidup yang terus menerus dibaharui
sehingga tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa segalanya sudah terlambat, atau tidak punya
keberanian untuk meninggalkan kehidupan maksiat dan menilai bahwa sudah tidak ada gunanya
lagi hidup ini. Pembaharuan hidup yang dikehendaki Allah mustahil terjadi jika kita
menggunakan kelemahan daging kita dengan segala keterbatasannya. Kita diajarkan untuk
berdiri teguh dalam menghadapi kuasa kegelapan dengan pedang roh yaitu Firman Allah dan
iman yang teguh serta mengenakan seluruh kelengkapan senjata rohani. Peperangan rohani dapat
dimenangkan jika sejak awal selalu terbit ucapan syukur yang melimpah kepada Allah.
Kita diingatkan untuk bersyukur atas karya keselamatan yang dianugerahkan Allah bagi kita
sebab pembaharuanNya mengajarkan kita untuk berserah dan bergantung sepenuhnya kepada
Kuasa Kristus yang sudah menebus dosa manusia, yang menyembuhkan segala penyakit kita dan
yang mengaruniakan damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal. Dengan selalu
bersyukur kepada Allah maka kita memberi diri bertumbuh dan menjadi kuat dalam iman kepada
Tuhan Yesus. Ucapan syukur kepada Allah menolong kita untuk semakin diteguhkan bahwa
bersama kuasa Tuhan Yesus kita cakap dalam menghadapi pergumulan hidup dan tidak kuatir
sebab tidak ada yang mustahil bagi orang percaya yang mengasihi Tuhan Yesus.
Firman Tuhan hari ini menunjukan kepada kita bahwa kasih dan kepedulian Allah kpd umat-Nya
tidak akan pernah pudar. Betapa pun jahat dan najisnya mereka karena pelanggaran dan dosa
mereka, sehingga harus dihukum Allah dengan dahsyat, Allah tetap menginginkan pertobatan
sehingga Ia bisa mengampuni dan memulihkan mereka.
Keterpurukan dalam hidup ini bisa dialami oleh siapa pun, baik pribadi mau pun keluaga, bahkan
sebagai umat (gereja) dan sebagai bangsa. Bila kita mengalami keterpurukan, marilah kita
introsfeksi diri, mungkinkah keterpurukan itu akibat dosa dan kejahatan kita kepada Tuhan? Bila
demikian, datanglah dan berserulah kepada Tuhan dengan pertobatan, sehingga janji pemulihan
Tuhan boleh menjadi milik kita. Amin.
Pdt. Samuel RP Aritonang, SSi
GKPI Resort Padalarang

Bahan Renungan Epistel Minggu Misericordias Domini, 05 Mei 2019


1 Tesalonika 5 : 12 – 22
“ Milikilah identitas Kristen yang seutuhnya “

Pengantar :
Tesalonika, adalah ibukota provinsi Makedonia, wilayah yang menjadi sasaran penginjilan
Paulus di Eropa (lih. Kis 16-17). Jemaat Tesalonika ini didirikan oleh Rasul Paulus. Paulus
sendiri tidak terlalu lama berada di Tesalonika ini, karena ia sudah harus menyingkir dari daerah
itu karena tekanan dari orang-orang Yahudi yang membuat ulah (Kis. 16-17).
Rasul Paulus mengirim anak rohaninya Timotius untuk mendampingi jemaat yang baru
bertumbuh itu. Ketika Timotius kembali membawa kabar baik mengenai ketekunan dan
kesetiaan jemaat maka Paulus menuliskan surat ini. Sebuah surat yang menyatakan syukur dan
doa serta berbagai nasihat agar jemaat tetap bertekun bahkan bertumbuh terus didalam Kristus.
Surat I Tesalonika yang ditulis tidak lama setelah Paulus meninggalkan jemaat, berisikan pujian
serta pengharapan Paulus kepada mereka karena mereka bertumbuh dan menjadi teladan untuk
jemaat-jemaat lainnya.
Surat ini terkesan sangat bersifat intim karena :
1. Paulus menggunakan istilah-istilah kekeluargaan (ibu,bapak) untuk merelasikan dirinya
dengan mereka ;
2. Paulus menyatakan kepeduliannya terhadap kehidupan iman mereka menghadapi
tekanan-tekanan dari orang-orang Yahudi yang tidak ingin bangsa-bangsa non Yahudi
mengenal Allah dan keselamatanNya.
3. Paulus menyatakan kerinduannya untuk berkunjung kembali ke Tesalonika.

Penjelasan Nas :

Rasul Paulus memberikan nasihat penutup suratnya kepada jemaat Tesalonika. Jemaat Tesalonika
adalah mereka yang berlatar belakang non Yahudi (Gentiles) yang bertobat menjadi pengikut
Kristus. Nasihat ini hendak memberikan identitas atau indikator kepada mereka yang menjadi
pengikut Kristus di tengah lingkungan sosial budaya yang menentang ajaran Yesus. Jemaat
Tesalonika mengalami pergumulan-pergumulan berat di kota tersebut (3: 1-13).
Nasihat Paulus kepada jemaat di Tesalonika ini dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu :
Pertama, relasi jemaat dengan sesama (14-15). Kedua, relasi jemaat dengan diri sendiri atau
inner life (16-22). Relasi dengan sesama memperhatikan aspek etika. Relasi dengan diri sendiri
menyangkut hubungan dengan Allah.
Aspek etika di sini mengutamakan kebaikan jemaat kepada sesama. Menegur mereka yang hidup
tidak tertib mencerminkan kehidupan jemaat Tesalonika sendiri harus tertib. Hidup tidak tertib
(ATAKTOS) berarti hidup yang melanggar aturan atau seenaknya sendiri. Hal ini berkaitan
dengan aturan atau norma yang berlaku di kota ini. Kota ini adalah salah satu propinsi Kerajaan
Romawi. Ada banyak aturan kota yang harus ditaati. Jemaat Tesalonika harus menjadi teladan
dalam ketaatan dan kedisiplinan di kehidupan masyarakat (civil society). Kebaikan lain adalah
menghibur mereka yang tawar hati. Jemaat harus hidup berbaur dengan masyarakat sekitar
sehingga mereka dapat merasakan pergumulan dan kesulitan hidup. Perasaan empati dan
encouragement dibutuhkan untuk mereka yang sedang mundur atau tawar hati
(OLIGOFUCHOS). Kebaikan lain yang dinasihati Paulus adalah membela mereka yang lemah.
Bukan hanya perkataan dan sikap empati tapi juga perbuatan nyata menolong mereka yang
lemah. Lemah (ASTHENHS) di sini dalam pengertian kehidupan moralitas. Mereka
membutuhkan bantuan. Jemaat Tesalonika harus menjadi contoh memiliki kehidupan yang
kudus. Menegur, menghibur, dan menolong mereka yang memiliki kehidupan kacau balau
membutuhkan kesabaran. Rasul Paulus menyadari hal ini karena kebaikan seperti ini tidak
mudah diterapkan di tengah masyarakat seperti kota Tesalonika. Bersikap sabar
(MAKROTHUMEW) menunjukkan sikap konsisten dan tidak mudah menyerah ketika
menghadapi kesulitan. Terakhir kebaikan yang jauh lebih sulit yakni kasih yang tidak membalas
kejahatan dengan kejahatan tetapi kebaikan. Ini tingkat kebaikan yang paling sulit dilakukan oleh
manusia. Kita cenderung membalas kejahatan dengan kejahatan. Ada pengampunan dan belas
kasihan. Ini adalah praktik kasih ketika kita mengampuni orang yang bersalah dan melakukan
belas kasihan senantiasa kepada mereka yang berbuat jahat. Ini tidak mudah dan ini
membutuhkan campur tangan Allah. Sehingga Rasul Paulus menasihati pada bagian yang kedua
yakni aspek inner life dengan Allah.
Aspek diri sendiri dimulai oleh Rasul Paulus di ayat 16-22. Bersukacita senantiasa, tetaplah
berdoa, dan mengucap syukur dalam segala hal merupakan kehendak Allah bagi jemaat yang
hidup bersekutu dengan Kristus. Ini merupakan inner life yang sehat dan diinginkan oleh Allah.
Allah tahu seluk beluk dan kelemahan manusia sehingga manusia membutuhkan sukacita,
ucapan syukur, dan doa yang tidak putus kepada Allah. Melakukan kebaikan kepada sesama akan
terpancar ketika kita senantiasa bersukacita, bersyukur, dan berdoa kepada Allah. Inilah
kehidupan yang dikehendaki Allah bagi kita. Inner life yang sehat merupakan solusi menghadapi
kehidupan yang keras dan sulit. Lalu Rasul Paulus melanjutkan dengan menasihati jangan
padamkan Roh. Hal ini berarti jemaat Tesalonika aktif menghidupi karunia rohani yang sudah
diberikan. Membiarkan Roh Allah bekerja di dalam hidup mereka sehingga mereka melayani
dengan karunia rohani yang Tuhan berikan seperti karunia bernubuat. Artinya hidup ini terus
aktif bergerak sesuai dengan tuntunan Roh Allah yang merupakan energi dan penolong bagi kita.
Roh Allah adalah semacam energi dinamis bagi kehidupan kita. Terakhir aspek inner life adalah
mewaspadai kejahatan dari luar sehingga Rasul Paulus meminta jemaat Tesalonika untuk
menguji segala sesuatu dan memegang yang baik, melayani dengan karunia rohani dan
mewaspadai kejahatan yang dapat merusak hidup, ucapan syukur, dan doa kepada Allah.

Aplikasi :

Jika kita ditanyakan suatu pertanyaan, Apa tujuan kita menjadi orang Kristen? Jawaban dari
pertanyaan itu bisa beraneka ragam. Namun sesungguhnya, jawaban sederhananya adalah
melakukan 2 hal yakni melakukan kebaikan kepada sesama dan diri sendiri. Kebaikan ini adalah
buah dari hidup kita yang bersekutu dengan Kristus. Kebaikan kepada sesama adalah seperti
yang diuraikan oleh Rasul Paulus di ayat 14-15. Kebaikan kepada diri sendiri diuraikan di ayat
16-22. Kedua kebaikan ini adalah Christian identity-indicators yang melekat pada diri setiap
orang Kristen. Kiranya kita senantiasa menjaga identitas kita di tengah dunia yang sudah
semakin jauh dari Allah dan menjadi terang bagi mereka. Amin!

Anda mungkin juga menyukai