PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berfikir radikal dalam arti mulai dari
suatu gejala dari akar suatu hal yang hendak dimasalahkan, dan dengan jalan
penjajagan yang radikal filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan yang
universal.
Filsafat saat ini telah berkembang lebih maju dalam berbagai bidang dan
mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Cabang filsafat sendiri saat ini
telah berkembang dalam berbagai bidang yaitu filsafat pengetahuan, filsafat moral,
filsafat seni, metafisika, politik, filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan,
filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat matematika dan lain sebagainya. Filsafat
juga sangat berperan dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan. Filsafat
dalam bidang keperawatan ini dapat dipandang atau dilihat dari dua sisi yaitu dari
sisi filsafat pendidikannya dan filsafat ilmu keperawatannya serta pelayanannya.
Sehingga perlu dikaitkan atau dipahami dengan filsafat untuk mencari kebenaran
tentang ilmu keperawatan guna memajukan ilmu keperawatan.
Oleh karena itu, inilah alasan mengapa ilmu filsafat itu sangat penting untuk
dipelajari terutama filsafat keperawatan, sebagai tuntunan atau dasar untuk
melakukan penalaran yang tepat dan berpikir secara mandiri, logika, kritis.
2. Tujuan Penulisan
1) Tujuan umum
Adapun tujuan umum penyusunan makalah ini adalah mendukung
kegiatan pembelajaran keperawatan, khususnya mata kuliah filsafat ilmu serta
melatih mahasiswa untuk berpikir kritis.
1
2) Tujuan khusus
Untuk mengetahui dan memahami tentang :
a. Konsep filsafat ilmu keperawatan
b. Keperawatan sebagai ilmu (Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi)
c. Manfaaat filsafat dalam ilmu keperawatan
d. Keperawatan sebagai profesi
e. Dasar Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi pada keperawatan sebagai suatu
profesi
3. Manfaat
Mendapatkan pengetahuan tentang filsafat keperawatan dan ilmu filsafat
sebagai fondasi profesi keperawatan
2
BAB II
KONSEP TEORI
A. Filsafat Ilmu
1. Pengertian
Filsafat dalam bahasa Yunani yaitu philosophia yang terdiri dari dua
kata, yaitu philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia
(hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis,
inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau
kebenaran.
Filsafat adalah sebuah studi mengenai dasar-dasar dari pengetahuan,
realitas, dan eksistensi. Filsafat memiliki banyak studi disiplin seperti
epistemologi (teori pengetahuan), metafisika (teori menjadi), logika (teori akal
dan kesimpulan), teori nilai (termasuk etika, politik dan estetika), dan sejarah
filsafat. Studi disiplin ini muncul dari berbagai pertanyaan orang-orang
terdahulu, seperti pertanyaan ‘Apa kebenaran itu?’, ‘Apakah tuhan ada?’,
‘Apakah manusia benar-benar bebas?’ dan sebagainya.
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga
disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc
yang berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori. Istilah ini
pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua
cabang filsafat yakni epistemology dan ontology (on=being, wujud, apa+logos
= teori ), ontology ( teori tentang apa ).
Filsafat ilmu adalah cabang dari Filsafat yang merupakan bagian dari
epistemologi. Filsafat ilmu mengkaji ilmu pengetahuan dari segi ciri-cirinya
serta cara-cara memperoleh ilmu pengetahuan. Selain itu, filsafat ilmu juga
3
dapat diartikan sebagai examination of beliefs atau proses dari cara berfikir
seseorang terhadap serangkaian keyakinan yang cukup beralasan. Namun
secara sederhana filsafat ilmu adalah dasar dari dinamika proses kegiatan
memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Dari sini didapatkan bahwa
pengetahuan ada yang bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Ilmiah adalah yang
disebut ilmu pengetahuan, yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disusun
secara sestematis dan diorganisasi sedemikian rupa sehingga memenuhi asas
pengaturan secara prosedural, metologis, teknis, dan normatif akademis.
Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnya sehingga memenuhi validitas
ilmu, atau secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Sedang pengetahuan
tak-ilmiah adalah yang masih tergolong pra-ilmiah yang berupa pengetahuan
hasil serapan inderawi yang secara sadar diperoleh, baik yang telah lama
maupun baru didapat. Di samping itu termasuk yang diperoleh secara pasif
atau di luar kesadaran seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu (oleh nabi).
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan
pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat
ilmu.
a. Robert Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang
pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-
pendapat terdahulu yang telah dibuktikan.
b. Lewis White Beck: Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-
metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya
upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
c. Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat
ilmui yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-
metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta
letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.
d. May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan
filsafat ilmui, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
4
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa
filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafat ilmuan yang ingin menjawab
pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan
memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat
pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang tergolong ilmiah ialah
yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja, yaitu akumulasi
pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi sedemikian rupa,
sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural, metologis, teknis, dan
normatif akademis.
Inti sari dari filsafat ilmu terdiri dari kebenaran, fakta, logika, dan
konfirmasi. Adapun ciri-ciri dan cara kerja filsafat ilmu antara lain sebagai
berikut:
1) Mengkaji dan menganalisis konsep-konsep, asumsi dan metode ilmiah
2) Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya
3) Menyelidiki berbagai dampak pengetahuan ilmiah terhadap : cara pandang
manusia, hakikat manusia, nilai-nilai yang dianut manusia, tempat tinggal
manusia, sumber-sumber pengetahuan dan hakekatnya, logika dengan
matematika, logika dan matematika dengan realitas yang ada
Sedangkan fungsi dari filsafat ilmu itu sendiri antara lain :
1) Alat-alat untuk menulusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat disaksikan
dengan panca indra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah
2) Memberikan pengertian tentang cara hidup dan pandangan hidup
3) Panduan ten99tang ajaran moral dan etika
4) Sumber ilham dan panduan untuk menjalani berbagai aspek kehidupan
Sehingga dengan demikian filsafat ilmu sangatlah penting peranannya
bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Tentu juga filsafat ilmu sangat
bermanfaat bagi manusia untuk menjalani berbagai aspek kehidupan.
5
2. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Bidang garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada
komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu,
yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi ilmu meliputi apa
hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan
pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat ilmu tentang apa
dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang
terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme
dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya
menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa
dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan
sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal
pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan
dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi
(Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi,
merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal
adanya model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme,
kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dengan
berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan
sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah)
itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.
Akslologi llmu meliputi nilal-nilai (values) yang bersifat normatif
dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita
jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti
kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik-material. Lebih dari itu
nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua
non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan
penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.
6
Dalam perkembangannya Filsafat ilmu juga mengarahkan
pandangannya pada Strategi Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik
dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi kebudayaan untuk menangkap
tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi
kehidupan.
7
B. Filsafat Ilmu Menjadi Filsafat Keperawatan
8
C. Pandangan Para Ahli Filosofi Ilmu Secara Umum
1. Menurut Berry Pengertian Filsafat Ilmu adalah penelaahan berkenaan
logika intern dan teori – teori ilmiah dan jalinan – jalinan antara percobaan
dan teori, yaitu berkenaan metode ilmiah. Bagi Berry, filsafat ilmu adalah
ilmu yang di memakai untuk menelaah berkenaan logika, teori – teori
ilmiah dan juga usaha pelaksanaannya untuk membuahkan suatu metode
atau teori ilmiah.
2. Menurut May Brodbeck, Pengertian Filsafat ilmu adalah suatu analis
netral yang secara etis dan falasafi, pelukisan dan penjelasan berkenaan
landasan – landasan ilmu menurut Brodbck, ilmu itu harus mampu
menganalisis, menggali, mengupas apalagi melukiskannya sesuatu secara
netral , etis dan filosofis supaya ilmu itu mampu di memakai secara benar
dan relevan.
3. Menurut Lewis White pengertian Filsafat ilmu atau philosophy of science
adalah ilmu yang mengupas dan mengevaluasi metode – metode pemikiran
ilmiah dan juga coba menemukan dan pentingnya usaha ilmiah sebagai
suatu keseluruhan.Lebih jauh Lewis menyatakan Filsafat ilmu adalah ilmu
yang mempertanyakan dan menilai metode – metode pemikiran ilmiah dan
juga coba memastikan nilai dan pentingnya bisnis ilmiah sebagai suatu
keseluruhan. Melalui filsafat ilmu ini kami akan mampu menyadari dan
memastikan akan arti pentingnya bisnis ilmiah, sebagai suatu keseluruhan
4. Menurut A. Cornelius Benyamin, pengertian filsafat ilmu adalah belajar
sistematis berkenaan sifat dan hakikat ilmu, terlebih yang berkenaan
dengan metodenya, konsepnya, kedudukannya di didalam skhema umum
tekun intelektual. Benyamin lebih lihat sifat dan hakikat ilmu ditinjau dari
segi metode, konsep, dan kedudukannya didalam tekun keilmuan.
5. Menurut Robert Ackermann pengertian filsafat ilmu adalah sebuah
tinjauan kronis berkenaan pendapat – pendapat ilmiah dewasa ini dengan
perbandingan terhadap pendapat – pendapat lampau yang sudah dibuktikan
9
atau didalam rangka ukuran – ukuran yang dikembangkan dari pendapat –
pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian menyadari bukan suatu
cabang ilmu yang bebas dari praktik ilmiah senyatanya .
6. Menurut Peter Caw Pengertian filsafat ilmu adalah suatu anggota filsafat
yang coba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat biasanya laksanakan
terhadap semua pengalaman manusia. Filsafat laksanakan dua macam
perihal di satu pihak, ini membangun teori – teori berkenaan manusia dan
alam semesta, dan menyajikannya landasan bagi kepercayaan dan tindakan
di pihak lain, filsafat memeriksa secara kronis segala perihal yang mampu
disediakan sebagai suatu landasan bagi tindakan termasuk teori – teori nya
sendiri dengan harapan dan penghapusan tidak ajegan dan kesalahan. Caw
percaya bahwa melalui filsat ilmu seseoang membangun dua hal,
menyajikan teori sebagai landasan bagi kepercayaan tindakan dan
memeriksa secara kronis segala sesuatu sebagai landasan bagi sebuah
kepercayaan atau tindakan.
7. Menurut Alfred Cyril Ewing Pengertian Filsafat ilmu menurutnya adalah
keliru satu anggota filsafat yang mengupas berkenaan logika, di mana di
dalamnya mengupas berkenaan cara yang di khususkan metode – metode
dari ilmu – ilmu yang berbeda . Lebih lanjut menyatakan tanfa penguasaan
filsafat ilmu, maka akan sulitlah seseorang didalam usahanya untuk
menyadari berkenaan ilmu secara baik dan profesional.
8. Menurut The Liang Gie Merumuskan Pengertian Filsafat ilmu
merupakan segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan – persoalan
berkenaan segala perihal yang menyangkut landasan ilmu maupun jalinan
ilmu dengan segala segi kehidupan manusia. Bagi Gie, filsafat ilmu bukan
cuma di pahami sebagai ilmu untuk menyadari metode dan pemikiran ilmu
– ilmu lain, tetapi filsafat ilmu sebagai bisnis seseorang didalam mengupas
persoalan – persoalan yang keluar melalui perenungan yang mendalam
10
supaya mampu diketahui duduk persoalannya secara mendasar supaya
mampu di memakai didalam kehidupan manusia.
9. Menurut Beerling, pengertian filsafat ilmu adalah penyelidikan berkenaan
ciri – ciri berkenaan ilmu ilmiah dan cara – cara untuk meraih ilmu
tersebut. Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat ilmu atau epistemologi
yang secara umum menyelidiki syarat – syarat dan juga wujud wujud
pengalamn manusia termasuk berkenaan logika dan metodologi.
D. Aliran-Aliran Filsafat
1. Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna,
bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut
sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory).
Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy
Bentham dan muridnya, John Stuart Mill.
Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang
baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang
jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan.
Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi
berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini,
tersusunlah teori tujuan perbuatan.
2. Idealisme
Idealisme berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa
(Plato), jadi pandangan ini lebih menekankan hal-hal bersifat ide, dan
merendahkan hal-hal yang materi dan fisik. Realitas sendiri dijelaskan dengan
gejala-gejala psikis, roh, pikiran, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan
dengan materi. Kata idealisme pun merupakan istilah yang digunakan pertama
kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18. Ia menerapkan
11
istilah ini pada pemikiran Plato, seraya memperlawankan dengan materialisme
Epikuros.
Istilah Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang mental dan
ideasional sebagai kunci ke hakikat realitas. Dari abad 17 sampai permulaan
abad 20 istilah ini banyak dipakai dalam pengklarifikasian filsafat. Tokoh-
tokoh lain cukup banyak ; Barkeley, Jonathan Edwards, Howison, Edmund
Husserl, Messer dan sebagainya.
12
dipengaruhi oleh semakin majunya peradaban manusia maka semakin
berkembang keperawatan. Pekerjaan “merawat” dikerjakan berdasarkan naluri
(instink) “mother instinct” (naluri keibuan) yang merupakan suatu naluri yang
bersendi pada pemeliharaan jenis (melindungi anak, dan merawat orang
lemah).
Diawali oleh seorang Florence Nightingale yang mengamati fenomena
bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih ternyata
lebih cepat sembuh dibanding pasien yang dirawat dalam kondisi lingkungan
yang kotor. Hal ini membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan
berperan dalam keberhasilan perawatan pasien yang kemudian menjadi
paradigma keperawatan berdasarkan lingkungan. Sehingga semenjak itu
banyak pemikiran baru yang didasari dengan berbagai tehnik untuk
mendapatan kebenaran baik dengan cara Revelasi (pengalaman pribadi),
otoritas dari seorang yang ahli, intuisi (diluar kesadaran), dump common
sense (pengalaman tidak sengaja), dan penggunaan metode ilmiah dengan
penelitian-peneltian dalam bidang keperawatan. Misalnya Peplau (1952)
menemukan teori interpersonal sebagai dasar perawatan. Orlando (1961)
menemukan teori komunikasi sebagai dasar perawatan. Roy (1970)
menemukan teori adaptasi sebagai dasar perawatan. Johnson (1961)
menemukan stabilitas sebagai tujuan perawatan dan Rogers (1970)
menemukan konsep manusia yang unik.
13
atau sekelompok orang dari kondisi sakit menjadi sembuh dan yang sudah
sehat dapat mempertahankan atau mengoptimalkan derajat kes
Keperawatan saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang
tampaknya belum akan segera berakhir. Keperawatan yang awalnya
merupakan vokasi dan sangat didasari oleh mother instinct – naluri keibuan,
mengalami perubahan atau pergeseran yang sangat mendasar atas konsep dan
proses, menuju keperawatan sebagai profesi. Perubahan ini terjadi karena
tuntutan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
secara umum, perkembangan IPTEK dan perkembangan profesi keperawatan
sendiri.
Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang
jelas, yang menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara
rasional–etis, serta kematangan untuk bersikap tanggap terhadap kebutuhan
dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan.
Keperawatan sebagai direct human care harus dapat menjawab mengapa
seseorang membutuhkan keperawatan, domain keperawatan dan keterbatasan
lingkup pengetahuan serta lingkup garapan praktek keperawatan, basis konsep
dari teori dan struktur substantif setiap konsep menyiapkan substansi dari ilmu
keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk melihat wujud konkrit
permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana perawat atau
keperawatan diperlukan keberadaannya. Secara mendasar, keperawatan
sebagai profesi dapat terwujud bila para profesionalnya dalam lingkup
karyanya senantiasa berpikir analitis, kritis dan logis terhadap fenomena yang
dihadapinya, bertindak secara rasional-etis, serta bersikap tanggap atau peka
terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna jasanya. Sehingga perlu dikaitkan
atau dipahami dengan filsafat untuk mencari kebenaran tentang ilmu
keperawatan guna memajukan ilmu keperawatan.
Filsafat keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat
manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam
14
praktek keperawatan. Pendapat lain tentang filsafat keperawatan adalah suatu
ilmu yg mempalajari tentang cara berfikir seorang perawat dalam menghadapi
pasiennya tentang kebenaran dan kebijaksanaan sehingga tingkat
kesejahteraan dan kesehatan pasien dapat meningkat. Ilmu keperawatan jika
dilihat dari sudut pandang filsafat akan dapat muncul pertanyaan-pertanyaan
antara lain pertanyaan ontologi ( apa ilmu keperawatan ), pertanyaan
epistemologi ( bagaimana lahirnya ilmu keperawatan ) dan pertanyaan
aksiologi ( untuk apa ilmu keperawatan itu digunakan).
Jawaban pertanyaan ontologi tentang apa itu ilmu keperawatan dapat
didefinisikan dalam beberapa pendapat. Calilista Roy (1976) mendefinisikan
bahwa keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi kepada
praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk
memberikan pelayanan kepada klien. Sedangkan Florence Nightingale (1895)
mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah
menempatkan pasien dalam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk
bertindak. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat
humanistic dan expert, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, serta standart
pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat
expert secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.
Jawaban pertanyaan epistemologi tentang bagaimana lahirnya ilmu
keperawatan berkaitan dengan kehidupan dahulu. Secara naluriah
keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia. Orang-orang pada
zaman dahulu hidup dalam keadaan original. Namun demikian mereka sudah
mampu memiliki sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau
mengobati. Perkembangan keperawatan dipengaruhi oleh semakin majunya
peradaban manusia maka semakin berkembang keperawatan. Pekerjaan
“merawat” dikerjakan berdasarkan naluri (instink) “mother instinct” (naluri
keibuan) yang merupakan suatu naluri yang bersendi pada pemeliharaan jenis
15
(melindungi anak, dan merawat orang lemah). Diawali ole seorang Florence
Nightingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan
keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh dibanding pasien
yang dirawat dalam kondisi lingkungan yang kotor. Hal ini membuahkan
kesimpulan bahwa perawatan lingkungan berperan dalam keberhasilan
perawatan pasien yang kemudian menjadi paradigma keperawatan
berdasarkan lingkungan. Sehingga semenjak itu banyak pemikiran baru yang
didasari dengan berbagai tehnik untuk mendapatan kebenaran baik dengan
cara Revelasi (pengalaman pribadi), otoritas dari seorang yang ahli, intuisi
(diluar kesadaran), dump common sense (pengalaman tidak sengaja), dan
penggunaan metode ilmiah dengan penelitian-peneltian dalam bidang
keperawatan. Misalnya Peplau (1952) menemukan teori interpersonal sebagai
dasar perawatan. Orlando (1961) menemukan teori komunikasi sebagai dasar
perawatan. Roy (1970) menemukan teori adaptasi sebagai dasar perawatan.
Johnson (1961) menemukan stabilitas sebagai tujuan perawatan dan Rogers
(1970) menemukan konsep manusia yang unik.
Jawaban pertanyaan aksiologis diatas dapat dijelaskan bahwa ilmu
keperawatan digunakan sebagai ilmu, pedoman, dan dasar dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien dengan berbagai tingkatan dari individu,
keluarga, kelompok bahkan sampai masyarakat luas guna meningkatkan
derajat kesehatan pasien tersebut. Sehingga bisa merubah kondisi seseorang
atau sekelompok orang dari kondisi sakit menjadi sembuh dan yang sudah
sehat dapat mempertahankan atau mengoptimalkan derajat kesehatannya.
16
F. Manfaat Filsafat dalam Ilmu Keperawatan
Berbagai manfaat dapat diambil dari filsafat untuk ilmu keperwatan. Berikut
ini beberapat manfaat filsafat bagi Ilmu Keperawatan:
17
BAB III
PEMBAHASAN
A. Filsafat Keperawatan
18
Bidang garapan dan fenomena yang menjadi obyek studi ilmu keperawatan
Ada penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-
psiko-sosio-kultural-spiritual) mulai dari tingkat individu utuh, mencakup
seluruh siklus kehidupan sampai pada tingkat masyarakat, yang juga
tercerminkan pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat sistem
organ fungsional sampai molekuler.
19
b. Bentuk pelayanan keperawatan harus diberikan secara langsung dengan
memperhatikan aspek kemanusiaan.
c. Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaaan
suku, kepercayaan, status sosial, agama dan ekonomi.
d. Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem
pelayanan kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan
bukan sendiri-sendiri. Pasien adalah mitra aktif dalam pelayanan kesehatan
bukan sebagai penerima jasa yang pasif.
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam
menentukan tindakannya didasar pada ilmu pengetahuan serta memiliki
keterampilan yang jelas dalam keahliannya. Klasifikasi keperawatan sebagai
profesi adalah :
1. Scientific Nursing (Landasan ilmu pengetahuan), Mempunyai cabang ilmu
yang terdiri dari :
a. Ilmu keperawatan dasar
b. Ilmu keperawatan klinik
c. Ilmu keperawatan komunitas
d. Ilmu keperawatan penunjang
2. Code of etik
Kode keperawatan pada tiap negara berbeda-beda akan tetapi pada
prinsipnya adalah sama yaitu berlandaskan etika keperawatan yang
dimilikinya. Dalam hal ini terdapat 5 tanggung jawab perawat, yaitu :
a. Perawat dan klien
b. Perawat dan praktik
c. Perawat dan masyarakat
d. Perawat dan teman sejawat
e. Perawat dan profesi
20
3. Lingkup dan wewenang / otonomi. Lingkup dan wewenang praktek keperawatan
berdasarkan standar praktek keperawatan yang bersifat dinamis antara lain terdiri
dari
a. Falsafah keperawatan
b. Tujuan askep
c. Pegkajian keperawatan
d. Diagnosa keperawatan
e. Perencanaan keperawatan
f. Intervensi keperawatan
g. Evaluasi
h. Catatan asuhan keperawatan
4. Nursing organization
Saat ini di indonesia memilki organisasi profesi keperawatan dengan nama PPNI,
dengan aggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sedangkan organisasi
keperawatan di dunia dengan nama internasional Council Of Nurse (ICN)
21
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Filsafat ilmu adalah cabang dari Filsafat yang merupakan bagian dari
epistemologi. Filsafat ilmu mengkaji ilmu pengetahuan dari segi ciri-cirinya serta
cara-cara memperoleh ilmu pengetahuan. Selain itu, filsafat ilmu juga dapat
diartikan sebagai examination of beliefs atau proses dari cara berfikir seseorang
terhadap serangkaian keyakinan yang cukup beralasan. Namun secara sederhana
filsafat ilmu adalah dasar dari dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan
secara ilmiah.
Hubungan antara filsafat imu dengan keperawatan adalah dimana filsafat
dalam keperawatan mengkaji apa penyebab dan hukum-hukum yang mendasari
realitas (kebenaran), serta keingintahuan mengenai gambaran akan sesuat yang
lebih berdasakan pada alasan logis daripada metode empiris. Filsafat keilmuan
harus menunjukkan bagaimana pengetahuan ilmiah sebenarnya dapat
diaplikasikan, dalam hal ini pengetahuan keperawatan, sehingga filsafat
keperawatan merupakan keyakinan dasar mengenai Ilmu Keperawatan yang berisi
tentang segi biologis manusia (klien) dan perilakunya dalam keadaan sehat dan
sakit terutama berfokus kepada respon klien terhadap situasi yang dihadapinya.
Pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang
berorientasi pada pelayanan, memiliki tingkat klien (individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup seluruh rentang pelayanan
kesehatan secara keseluruhan.
22
B. SARAN
Keperawatan sebagai profesi dalam aplikasinya harus benar – benar
professional. Memperhatikan hakekat keperawatan sebagai suatu profesi
23
DAFTAR PUSTAKA
Alligood M.R. & Tomey. A.M. (2010). Nursing Theory Utilization and Application.
4nd Ed. Mosby, United States of America
Asmadi. 2013. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wills M.Evelyn, McEwen Melanie . (2011). Theoretical Basis Of Nursing. 3rd Ed.
Lippincott Williams& wilkins.
24