Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERAN PENTING PEMIMPIN DAN KOMUNIKASI DALAM


KELUARGA

Diajukan untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester ( UAS )


Mata Kuliah Kepemimpinan dan Komunikasi Pendidikan

Dosen Pembimbing:
Dr. Helmawati, S.E., M.Pd.I

Oleh :

Siti
Saodah Susanti
NIS : 21030901400717

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
2015

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah, berkat rahmat, hidayah serta inayah-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini, shalawat serta salam semoga tercurah kepada
Rasulullah saw, keluarga serta shahabat-shabatnya juga umatnya yang selalu turut dan taat
atas petunjuknya sampai hari kiamat.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ( UAS ) mata kuliah “ Kepemimpinan dan
Komunikasi Pendidikan ”, pada program Pasca sarjana Magister Pendidikan Islam Universitas
Islam Nusantara Bandung.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Dosen Pengampu
yang telah memberikan pencerahan-pencerahan dan penerangan berkaitan dengan materi
mata kuliah Kepemimpinan dan Komunikasi Pendidikan.
Saya menyadari kekurangan serta kealphaan dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kata “sempurna atau benar”, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran serta
kritik yang membangun dari para pemerhati juga pembaca demi perbaikan makalah ini di masa
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat amin..

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………........... i


DAFTAR ISI ……………………………………………........... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………..... 1
B. Rumusan Masalah ………………………………… 2
C. Tujuan Penulisan …………………………............. 2
BAB II : KAJIAN TEORI

A. Pemimpinan .............................................................................3
B. Pemimpinan dalam Keluarga ( suami ) .....................................3
1. Fungsi Pemimpin dalam Keluarga.......................................4
2. Kewajiban dan Hak Suami ( Ayah ) ...................................5
3. Kedudukan Pemimpin dalam Keluarga ..............................7
C. Komunikasi dalam Keluarga .....................................................8
BAB III : PEMBAHASAN

A. Pentingnya peran suami sebagai pemimpin dalam


keluarga....................................................................................10
B. Penyebab konflik dalam keluarga dan
solusinya…...............................................................................11
C. Pentingnya Komunikasi Dalam Keluarga……........................14

BAB IV : SIMPULAN DAN SARAN .…………….…………................ 16

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………...............…17

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin
sejak adam diciptakan sebagai manusia pertama yang diturunkan ke bumi, ia ditunjuk sebagai
khalifah di bumi sebagai mana firman Allah dalam surat Al-baqarah : 30 yang berbunyi “
ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada malaikat “ sesungguhnya aku akan mengangkat
adam menjadi khalifah dimuka bumi.
Menurut bachtiar surin yang dikutip maman ukas “ perkataan khalifah berarti
penghubung / pemimpin yang diserahi untuk menyampaiakn / memimpin sesuatu. Maka dari
uraian tersebut jelas bahwa manusia memang telah dikarunia sifat dan tugas sebagai seorang
pemimpin.
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia
selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok
baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah
tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok
haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup
yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis
adalah tugas manusia.Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk
Tuhan lainnya.
Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah&
memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya
mampu mengelola lingkungan dengan baik.Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola
dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah
dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin,
paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat
mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan
masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam
mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik. Kepemimpinan
merupakan lokomotif organisasi yang selalu menarik dibicarakan. Daya tarik ini didasari pada
latar historis yang menunjukkan arti penting keberadaan seorang pemimpin dalam setiap
kegiatan kelompok, dan kenyataannya bahwa seorang pemimpin dalam setiap kegiatan
kelompok merupakan sentrum dalam pola interaksi antar komponen organisasi (Surya dan
Akib, Usahawan bulan Nopember 2003:42).
Lebih dari itu, kepemimpinan dan peranan pemimpin menentukan kelahiran,
pertumbuhan dan kedewasaan serta kematian organisasi. Kemampuan dan ketrampilan
kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas pemimpin. Bila organisasi
dapat mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan,
kemampuan untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin yang efektif maka organisasi tersebut
akan maju dan mendapatkan simatik dari masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan suami sebagai seorang pemimpin dalam keluarga?
2. Apa saja faktor penyebab konflik dalam keluarga dan bagaimana solusinya?
3. Apa pentingnya komunikasi dalam keluarga ?

C. Tujuan Penulisan.
1. Untuk mengetahui peranan suami sebagai seorang pemimpin dalam keluarga?
2. Untuk mengetahui Faktor penyebab konflik dalam keluarga dan solusinya?
3. Untuk mengetahui pentingnya komunikasi dalam keluarga ?

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pemimpin
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan
menggerakan orang lain untuk mencapai tujuan. Sukses tidaknya sebuah organisasi sangat
tergantung dari kemampuan kepemimpinan dalam menggerakan seluruh anggota organisasi
untuk mecapai tujuan.Ccourtois dalam Sutarto ( 2001) mengatakan “ kelompok tanpa
pemimpin seperti tubuh tanpa kepala, mudah menjadi sesat , panik , kacau, anarki dan lain –
lain.
Para pemimpin harus punya keinginn untuk memimpin . Berbagai penelitian
menegaskan suatu keinginan yang kuat untuk memimpin banyak orang menjadi karakteristik
dari pemimpin efektif ( Boyatzis , dalam Edwin A. Locke , 1997). Selanjutnya Bass ( dalam
Edwin A. Locke , 1997 ) menjelaskan bahwa para pemimpin lebih tangguh dalam menghadapi
rintangan dibandingkan nonpemimpin dan mempunyai kapasitas untuk bekerja dengan
sasaran yang jauh kedepan dan mempunyai tingkat kekuatan kemauan atau keteguhan
hati.Para pemimpin lebih memilih tindakan yang menantang proses dari pada sekedar
menunggu sambil mengumbar senyum. Para pemimpin efektif biasanya menggunakan
pendekatan menangkap dan tanpa henti menunjukan inisiatif dan kemamuan yang lebih besar
dibandingkan dengan nonpemimpin.
Jika ditinjau dalam konsep islam , tugas manusia sebagai pemimpin dibumi ini ialah
memakmurkan alam sebagai manispestasi dari rasa syukur manusia kepada Allah dan
pengabdian kepada Nya. Tugas khalifah diberikan kepada setiap manusia. Dalam
pelaksanaanya terkandung sikap kebersamaan atau pertanggungjawaban bersama kepada
Allah akan memakmurkan alam ini. Konsep ini melahirkan nilai yang sangat penting tentang “
Pemimpin “ dan anggota atau yang dipimpin , serta situasi diman kepemimpinan itu
berlangsung. Bagi setiap umat ada pemimpin yang dipercayai sehingga mereka dapat
membelajarkan tentang kebenaran , kebaikan , dan kemulyaan dengan keteladanannya.
Pemimpin harus menjadi penolong, penggerak, pengrah dan pembimbing anggota organisasi
untuk mematuhi kehendak Allah. Firman Allah dalam surah Att-taubah ayat 71 yang artinya :
“ Dan orang – orang yang beriman, laki – laki dan perempuan sebahagian mereka adalah menjadi
penolong bagi sebahagian lainnya. Mereka menyuruh ( mengerjakan ) yang ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada \Allah dan
RasulNya.” ( QS.9:71 )
Kita Semua adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang
akan kita pimpin. Seorang pemimpin sejati, harus mampu meningkatkan kemampuan dirinya
untuk memuliakan orang – orang yang dipimpinnya. Dia bekerja lebih keras dan berfikir lebih
kuat, lebih lama, dan lebih mendalam dibanding orang yang dipimpinnya. Bukan sebaliknya,
pemimpin yang selalu ingin dilayani, selalu ingin mendapatkan dan mengambil sesuatu dari
orang – orang yang dipimpinnya. Menjadi pemimpin adalah amanah yang harus dijalankan
dan dilaksanakan dengan baik oleh pemimpin tersebut, karena kelak Allah akan meminta
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya tersebut.
Ada banyak keuntungan menjadi pemimpin . Durbin ( 2009 ) menjelaskan bahwa
keuntungan utama menjadi pemimpin adalah mendapatkan kekuasaan dan prestise. Prestise
berasal dari fakta bahwa banyak orang mengagumi pemimpin. Pemimpin sering berada pada
posisi yang menguntungkan untuk membantu orang lain, karena itu pemimpin merasa senang
dengan pekerjaanya.
Kriteria Seorang Pemimpin
Pemimpin merupakan manusia pilihan yang jumlahnya sedikit, namun peranya dalam
organisasi merupakan penentu keberhasilan dan suksesnya tujuan yang hendak dicapai.
Walaupun bukan satu – satunya ukuran keberhasilan dari tingkat kinerja organisasi, akan
tetapi kenyataanya membuktikan bahwa tanpa kehadiran pemimpin, suatu organisasi akan
statis dan cenderung berjalan tanpa arah. Pemimpin yang benar – benar dapat dikatakan
sebagai pemimpin setidaknya memiliki beberapa kriteria, yaitu memiliki pengikut, memiliki
kekuasaan, dan memiliki kemampuan.
Adapun penjelasannya berikut ini :
a. Memiliki pengikut, memiliki pengikut merupakan sebuah kemutlakan bagi pemimpin.
Seseorang tidak akan dikatakan sebagai seorang pemimpin, jika ia tidak memiliki pengikut.
b. Memiliki Kekuasaan, kekuasaan ialah kekuatan, otoritas, dan legalitas yang memberikan
wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakan bawahan untuk berbuat
sesuatu.
Para pemimpin dapat memakai bentuk – bentuk kekuasaan yang berbeda untuk
mempengaruhi perilaku para anggota organisasinya. Dari berbagai teori mengenai kekuasaan,
paling tidak dapat dirumuskan enam bentuk kekuasaan kepemimpinan dalam organisasi yaitu
:
1) Kekuasaan paksaan ( Kekuasaan berdasarkan atas dasar takut ).
2) Kekuasaan legitimasi ( didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak
untuk menggunakan otoritas yang dimiliknya).
3) Kekuasaan keahlian ( kekusaan yang bersumber dari pengetahuan yang dimiliki oleh seorang
pemimpin).
4) Kekuasaan penghargaan ( Kekuasaan yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa
pemimpin mempunyai kemampuan untuk memberikan penghargaan kepada bawahan).
5) Kekuasaan referensi ( kekuasaan yang bersumber pada sifat – sifat pribadi dari seorang
pemimpin).
6) Kekuasaan informasi ( Kekuasaan yang bersumber karena adanya akses informasi yang
dimiliki oleh pemimpin yang dinilai sangat berharga oleh pengikutnya.

c. Memiliki Kemampuan, kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan
atau keterampilan teknis dan sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.
Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memimpin dan menjadi teladan bagi para
pengikutnya.

B. Pemimpinan dalam Keluarga


Pemimpin dalam sebuah keluarga adalah suami , suami harus mampu membimbing
dan membina keluarganya menuju keluarga yang sakinah mawadah warahmah yang menjadi
impian setiap keluarga.Suami harus mampu menjadi imam yang baik bagi keluarganya
sehingga mampu menciptakan ketentraman dan keharmonisan dalam keluarga.
Dr. Helmawati menjelaskan: "Ayah sebagai kepala rumah tangga memiliki kekuasaan
tertinggi dalam keluarga. Namun demikian, kekuasaan tertinggi tentunya tidak diperuntukkan
untuk menindas atau menyengsarakan anggota keluarganya. Namun dengan kekuasaannya itu,
seorang pemimpin hendaknya melindungi dan bertanggung jawab terhadap seluruh anggota
keluarganya hengga tenteram, selamat, dan sejahtera.”
Maka dari itu suami sebagai pemimpin dalam keluarga harus mampu mengarahkan
perilaku anggota keluarganya kearah pencapaian suatu tujuan tertentu yang lebih baik sesuai
dengan anjuran agama islam. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan anggota
keluarga bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah tertentu. Misalnya seorang ayah
yang berhasil merupakan ayah yang mampu memimpin dan bertanggung jawab kepada
anggota keluarganya dengan baik
Menurut Shihab (2006: 3), bahwa kepemimpinan untuk setiap unit merupakan hal yang
mutlak, lebih-lebih bagi setiap keluarga, karena mereka selalu bersama, serta merasa memiliki
pasangan dan keluarga. Persoalan yang dihadapi suami-istri, muncul dari sikap jiwa manusia
yang tercermin dari keceriaan atau cemberutnya wajah. Sehingga persesuaian dan perselisihan
dapat muncul seketika, tetapi boleh juga sirna seketika dan di mana pun. Kondisi seperti ini
membutuhkan adanya seorang pemimpin.
Hak kepemimpinan menurut al-Qur’an dibebankan kepada suami. Pembebanan ini
disebabkan oleh dua hal, yaitu:
a. Adanya sifat-sifat fisik dan psikis pada suami yang lebih menunjang suksesnya kepemimpinan
rumah tangga jika dibandingkan dengan isteri.
b. Adanya kewajiban memberi nafkah kepada isteri dan anggota keluarganya.
Dengan demikian kepemimpinan suami bersifat fungsional, bukan struktural, atau
bahkan jika dalam keluarga isteri memiliki kelebihan dari pada suami, bisa menjadi pemimpin
dalam bidang-bidang tertentu di lingkungan keluarga. Implikasinya, hakikat martabat suami-
isteri tetap sejajar, akan tetapi di-pilah sesuai dengan tugas dan perannya masing-masing.
Begitu pula dalam shalat, yang paling berhak menjadi imam adalah suami. Akan tetapi tidak
menutup kemungkinan isteri lebih layak menjadi imam dalam shalat jika memang keilmuan
dan daya baca isteri lebih fasih dari pada suami.

1. Fungsi pemimpin ( suami ) dalam keluarga


Fungsi suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga adalah meluruskan kesalahan
istri, meningkatkan ketaqwaan istri, membimbing dalam pengetahuan agama. Sudah jamak
dipahami bahwa suami adalah kepala rumah tangga, dan istri adalah ibu rumah tangga.
Logika ini tidak bisa diganti dengan sebaliknya.Problemya adalah apa yang dimaksud dengan
kepala rumah tangga dan apa yangdimaksud dengan ibu rumah tangga.Disini,adalah yang
berlaku umum dalammasyarakat kita adalah bahwa kepala rumah tangga mengurusi urusan-
urusan“besar”dalam rumah tangga,sedangkan yang menyangkut pencarian nafkah,penjagaan
hubungan rumah tangga dengan masyarakat, dan urusan-urusan lain yang melibatkan rumah
tangga dengan kehidupan sosial.
Sementara itu defenisi ibu rumah tangga adalah bahwa seorang ibu mempunyai tugas-
tugas pengaturan rumah tangga berskala kecil,seperti pengaturan rumah dan perabotan,
pengaturan urusan dapur, pengaturan urusan keuangan rumah tangga, pengaturan
kesejahteraan anggota-anggota rumah tangga dan pengaturan anak.Tampaknya, tugas ibu
rumah tangga tersebut ringan dan kecil, tetapi pada kenyataannya, seorang ibu rumah tangga
dihabiskan waktunya untuk disibukkan dalam rumah tangga tersebut.Di sinilah kadang
seorang kepala rumah tangga kurang menyadari tugas-tugas ibu rumah tangga.Jadi, kalau
para suami mau jujur terhadap dirinya sendiri, maka suami akanmenyadari bahwa tugas-tugas
konkrit seorang istri lebih berat dari pada tugas-tugasseorang suami.
Keluarga bisa dianggap sebagai miniatur dari sebuah sistem pemerintahan,yang
memerlukan seseorang pemimpin, bertujuan untuk menciptakan negara yang maju, aman dan
sejahtera. Begitu juga dengan keluarga, yang memerlukan seorang pemimpin yang biasa
disebut dengan kepala rumah tangga untuk menciptakan keluarga yang diimpikan yaitu
keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah
Allah telah menetapkan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan.Kini, fungsi
dan kewajiban masing-masing jenis kelamin, serta latar belakang perbedaan itu, disinggung
oleh ayat ini dengan menyatakan bahwa: para lelaki,yakni jenis kelamin atau suami adalah
qawwamun, pemimpin dan penanggung jawab atas para wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena mereka, yakni laki-laki secara
umum atau suami telah menafkahkan sebagian dari harta mereka untuk membayar dan biaya
hidup untuk istri dan anak-anaknya.Dengan demikian, suamilahyang akanbertanggung jawab
terhadap keluarga tersebut, karena suamimerupakan pemimpinnya. Persoalan yang dihadapi
suami istri, seringkali munculdari sikap jiwa yang tercermin dalam keceriaan wajah atau
cemberutnya,sehingga persesuaian dan perselisihan dapat muncul seketika, tapi boleh jadi juga
sirna seketika. Kondisi seperti ini membutuhkan adanya seorang pemimpin,melebihi
kebutuhan satu perusahaan yang bergelut dengan angka-angka, bukandengan perasaan, serta
diikat oleh perjanjian rinci yang dapat diselesaikanmelalui pengadilan.Perbedaan antara laki-
laki dan wanita secara fisik dan psikis serta fenomena kodrati di atas sesungguhnya diatur
sedemikian rupa oleh Allah untuk menunjangtugas masing-masing.adalah sewajarnya untuk
tidak menilai perasaan wanita yang sangat halus itu sebagai kelemahan.Justru itulah salah satu
keistimewaan yang tidak dan kurang dimiki oleh pria. Keistimewaan itu amat dibutuhkan oleh
keluarga, khususnya dalam rangka memelihara dan membimbing anak-anak.

2. Kewajiban dan Hak Suami ( Ayah )


a. Kewajiban Suami
Peran ayah dalam keluarga berdasarkan ngalim purwanto (944), yaitu:
a) sumber kekuasaan di dalam keluarga
b) penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar
c) pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga
d) pelindung terhadap ancaman dari luar
e) hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan
f) sebagai pendidik dalam segi rasional.
Diantara kewajiban suami yaitu :
a) Memelihara Keluarga dari Api Neraka
Tugas utama seorang kepala keluarga adalah menjaga dirinya dan keluarganya dari api
neraka. Seperti yang dinyatakan dalam QS.At-Tahrim (66): 6, Allah swt berfirman: “ Hai
orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
b) Mencari dan Memberi Nafkah yang Halal
Kewajiban seorang ayah adalah memenuhi semua kebutuhan dasar manusia terutama
makanan,pakaian, dan tempat tinggal. Untuk itu ia harus memberi keluarganya nafkah secara
berkecukupan dan tentu saja sesuai dengan kemampuannya ( Usaha maksimalnya ). “
hendaknya mereka yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya” ( QS. At-Thalaq
(65):7 ).
c) Bertanggung Jawab atas Ketenangan, Keselamatan dan Kesejahteraan Keluarganya.
Kewajiban utama seorang kepala keluarga harus menjaga dan melindungi keselamatan
anggota keluarganya dari ancaman neraka. Sebagai pemimpin hendaknya selalu
memperhatikan keselamatan aqidah setiap anggota keluarganya, terutama istri dan anak-
anaknya. Dalam QS.Al-Baqarah (2): 132, Allah swt berfirman: Dan ibrahim telah mewasiatkan
ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula ya’kub. ( Ibrahim berkata ):” Hai anak-anaku
sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali
dalam memeluk agama islam.
d) Memimpin Keluarga
Sebagai seorang pemimpin dalam keluarga hendaknya seorang ayah mampu mengatasi
keadaan atau mencari penyelesaian dari permasalahan secara bijaksana dan seadil-adilnya.
Oleh karena itu seorang pemimpin harus memiliki kepribadian yang matang dan dewasa, baik
dalam berfikir maupun dalam bertindak sehingga mampu mengatasikeadaan, mencari
penyelesaian masalah secara bijaksana dan tidak berbuat sewenang-wenang.
e) Mendidik Anak dengan Penuh Rasa Kasih Sayang dan Tanggung Jawab
Menunjukan cinta dan sayang dari seorang ayah salah satunya adalah melalui pendidikan.
Kewajiban mendidik dan membimbing keluarga berada dalam tangan seorang ayah sebagai
pemimpin,tetapi karena waktunya sebagian besar digunakan untuk mencari nafkah bagi
keluarga tugas mendidk anak dilimpahkan kepada ibu.Ketika pendidikan anak dilimpahkan
tanggung jawabnya kepada ibu tentu saja tidak serta merta seorang ayah cuci tangan dari
kewajiban mendidik anak dan istrinya.
f) Mencari Istri yang Solehah dan Mendidik
Seorang lelaki wajib mencari istri yang shalehah dan amampu membantunya dalam mendidik
anak-anaknya sesuai ajaran agama. Istri yang shalehah akan mampu menjalankan kewajiban
dalam rumah tangga.Dan apabila ia menjalankan pendidikan anaknya dengan baik, niscaya
akan lahir generasi baru sebagai calon pemimpin umat yang lebih baik dan kuat.
g) Memberi Kebebasan Berfikir dan Bertindak kepada Istri Sesuai dengan Ajaran Agama.
Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk berfikir dan bertindak sesuai dengan
ajarannya. Kebebasan berfikir dan bertindak dilaksanakn dengan bentuk yang demokratis
berupa kebebasan untuk mengungkapkan ide atau pendapat yang tentunya sesuai dengan
prinsip ajaran agama sehingga memberikan manfaat dalam pertumbuh kembangan keluarga.
h) Mendoakan Anak-Anaknya
Orang tua hendaknya mendoakan anak-anaknya dengan do’a yang baik. Perlakuan dan do’a
yang baik akan membentuk anak menjadi anak yang baik.
i) Menciptakan Kedamaian ( ketenangan jiwa ) dalam Keluarga
Damai artinya tidak bermusuhan. Keluarga yang terdiri dari beberapa orang tentu memiliki
cara perilaku, berfikir, dan memahami sesuatu dengan persepsi yang berbeda.
j) Memilih Lingkungan yang Baik
Seorang pemimpin hendaknya memilih lingkungan yang baik untuk keluarganya hingga anak
akan tumbuh, berkembang, dan bersosialisasi di lingkungan yang baik pula. Lingkungan yang
baik akan memberikan pengaruh baik pulapada anak, sedangkan lingkungan yang buruk
dapat berpengaruh buruk pada seluruh anggota keluarganya.
k) Berbuat Adil
Seorang suami atau pemimpin dalam keluarga berkewajiban untuk berbuat adil pada anggota
keluarga yang dipimpinnya, baik itu istri maupun anak.Rasululloh Saw bersabda “ Berbuatlah
adil diantara anak – anakmu didalam pemberian sebagaimana engkaupun menyukai mereka
berbuat adil kepadamu dadalam berbakti dan menyayangimu.
b. Hak Suami
Hak seorang suami atau ayah dalam keluarga diantaranya:
a) Dihormati dan Ditaati oleh seluruh anggota keluarga. Ayah sebagai pemimpin yang memiliki
kekuasan tertinggi dalam keluarga berhak untuk dihormati dan ditaati sesuai ajaran agama.
b) Dibantu dalam Mengelola Rumah Tangga. Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak hidup
sendiri dalam memenuhi semua kebtuhan hidupnya. Agar tujuan hidupnya tercapai, ia perlu
bantuan orang lain. Begitu pula didalam memipin keluarga .
c) Diperlukan dengan Baik dan Penuh Cinta Kasih dalam Memenuhi Kebutuhan Fisik, maupun
Psikisnya. Setelah berusaha payah mencari nafkah berapapun hasilnya, seorang pemimpin
dalam keluarga berhak untuk disambut dan diperlakukan dengan baik serta penuh kasih
sayang. Seorang suami berhak mendapatkan cinta dan kasing sayang dari keluraganya.
d) Menuntut Istri untuk Menjaga Kehormatan Dirinya dan Harta Keluarga yang Diamanahkan
Padanya. Adalah wajib bagi seorang istri menjaga kehormatan diri dan harta
suaminya.Dengan demikian, seorang suami berhak menuntut istrinya untuk menjaga
kehormatannya dan menjaga harta suaminya.
e) Disantuni dan Disayangi di Hari Tua oleh Anak Bahkan setelah Meninggalnya. Orang tua
berhak disantuni dan disayangi di hari tua oleh anaknya.Oleh karena itu, Orang tua
hendaknya mencukupi kebutuhan, mendoakan, dan mendidik anaknya dengan baik. Orang tua
harus mencontokan perbuatan yang baik yang akan diteladani anak sehingga orangtua akan
diperlakukan baik pula dihari tuanya.

3. Kedudukan Suami
Walaupun kedudukan suami lebih tinggi dari pada istri di dalam rumah tangga,
kemudian suami merupakan pemimpin dalam keluarga, kepemimpinan suami di sini tidak
sampai memutlakkan seorang istri tunduk sepenuhnya. Istri tetap mempunyai hak untuk
bermusyawarah dan melakukan tawar menawar keinginan dengan suami berdasarkan
argumen-argumen rasional-kondisional. Jelasnya bahwa dalam keluarga tetap harus
mementingkan keputusan yang disepakati bersama dalam menjalankan rumah tangga yang
diimpikan oleh keduanya. Kepemimpinan suami atas keluarganya tidak menghilangkan hak-
hak mereka dalam berbagai hal. Diantara hak istri yaitu :
a) Mendapatkan mahar Hak istri yang pertama kali yang harus dipenuhi oleh seorang suami
adalah diberi mahar dengan penuh kerelaan. Ketika istri menghendaki mahar tertentu suami
harus memenuhinya tanpa menguranginya sedikit pun. Bahkan istri berhak menolak ketika
suaminya ingin menyentuhnya apabila mahar belum diberikan.Namun, jika ingin menjadi
perempuan yang shalehah, sebaiknyamempermudah lamaran dan tidak memberatkan mahar.
b) Mendapatkan pergaulan dengan sebaik-baiknya . Secara naluri perempuan memang memiliki
perasaan yang halus,tetapi ia mudah marah. Oleh karena itu, perempuan berhak mendapatkan
perlakuan yang lembut dari suaminya saat menghadapinya. Itulah yang dilakukan oleh
Rasulullah saw.terhadap istri - istrinya.
c) Mendapatkan nafkah. Istri sangat berhak untuk mendapatkan nafkah dari suaminya,meskipun
misalnya istri tersebut adalah orang yang kaya. Secaraumum termasuk nafkahnya ialah
memberi makan dan pakaian.

C. Komunikasi Dalam Keluarga


Menurut Rae Sedwig (1985), Komunikasi Keluarga adalah suatu pengorganisasian yang
menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan
harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian (Dikutip dari Achdiat,
1997: 30)
Dilihat dari pengertian di atas bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara dan
tindakan, mengandung maksud mengajarkan, mempengaruhi dan memberikan pnengertian.
Sedangkan tujuan pokok dari komunikasi ini adalah memprakarsai
dan memelihara interaksi antara satu anggota dengan anggota lainnya sehingga tercipta
komunikasi yang efektif.
Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan
dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan
pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan (Friendly: 2002;
1).Setiap orang pasti melakukan komunikasi, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
orang lain. Dalam kegiatan sehari – haripun kita selalu melakukan proses komunikasi.
Komunikasi dilakukan selain terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia, mahluk lainnya,
juga dapat dilakukan dengan sang maha pencipta, Allah swt.Komunikasi dapat berisi
keinginan, harapan, ide, atau apapun yang dirasakan. Semuanya merupakan pesan yang dapat
di utarakan dalam proses komunikasi.Untuk menyampaikan semua pesan tersebut tentunya
dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah, ataapun masyarakat.
Banyak manfaat komunikasi bagi keluarga. Ketika kita melakukan prose komunikasi
berarti kita tengah melakukan peran sebagai makhluk sosial. Komunikasi bagi individu atau
setiap anggota keluarga bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya.
Untuk keberlangsungan hidupnya, manusia akan melakukan komunikasi. contoh, seorang anak
( bayi ) yang merasa lapar akan menangis tanda meminta makan kepada ibunya. Begitu juga
untuk memenuhi kebutuhan sikologisnya, setiap orang akan meakukan komunikasi. Untuk
mengisi jiwanya agar tenang, tentram damai, sabar, dalam menghadapi ujian,manusia perlu
berkomunikasi dengan sang maha pencipta. Manusia yang diakui keberadaannya atau ingin
mengekspresikan diri juga akan mengomunikasikan apa – apa yang ada dalam pikiran dan
perasaanya.Manfaat komunikasi khususnya dalam keluarga yaitu :
a. Dapat mengetahui apa yang ingin disampaikan oleh anggota lain dalam keluarga atau orang
lain.
b. Komunikasi yang baik, tepat dan jelas dapat menghindarkan kita dari salah sangka atau
konflik.
c. Komunikasi yang baik dapat membawa keuntungan – keuntungan yang diharapkan baik bagi
fisik maupun sikis.
d. Dengan komunikasi efektif dapat membawa pada hubungan keuarga yang lebih erat

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Peran Suami Sebagai Pemimpin Dalam Keluarga


Suami merupakan pemimpin dalam rumah tangga dan bertanggung jawab terhadap
apa yang ia pimpin, namun tidak semua suami memahami peranannya dalam rumah tangga
yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk itu sangat dibutuhkan pemahaman tentang peranan
suami dalam membina rumah tangga (keluarga), peranan suami memiliki peranan sangat
penting dalam membina keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah. Sesuai kedudukannya
dalam rumah tangga suami memikul tanggung jawab yang besar, harus bisa menjaga dan
mengayomi seluruh anggota keluarganya serta mendidiknya sehingga anggota keluarga merasa
tentram didalamnya.
Dalam Al Qur’an kedudukan suami sangat jelas digambarkan dalam surat An-Nisa
ayat 34 : “kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian harta dari mereka”
Allah telah menetapkan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan, fungsi dan
kewajiban masing-masing dalam ayat tersebut dinyatakan para laki-laki atau suami adalah
pemimpin dan penanggung jawab atas para wanita dan Allah telah melebihkan sebahagian
mereka atas sebahagian yang lain dan secara umum laki-laki menafkahkan sebagian harta
mereka dan suamilah yang bertanggung jawab terhadap keluarga tersebut.
Dari gambaran diatas semakin jelas tanggung jawab dan fungsi seorang suami dalam sebuah
rumah tangga (keluarga) sehingga peranannya dalam membina keluarga menjadi lebih besar,
inilah harus menjadi perhatian bagi para suami tentang peranannya sebagai pimpinan dalam
sebuah rumah tangga untuk membina keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah agar
dapat terwujud. Dan yang perlu menjadi catatan disini bahwa kepemimpinan yang
dianugerahkan Allah kepada kaum laki-laki atau suami tidak serta merta menjadi kesewenang-
wenangan sehingga dalam prakteknya tidak ada kepemimpinan yang diktator, otoriter dan
zolim.
Hubungan suami istri dalam sebuah rumah tangga bukanlah hubungan antara majikan
dan pembantu namun hubungan keduanya adalah hubungan sakinah, mawaddah dan rahmah
yaitu hubungan yang saling mengkondisikan ketentraman dan ketenangan, cinta kasih dan rasa
sayang.

B. Penyebab konflik dalam keluarga dan Solusinya


Dr. Helmawati (2006 : 146) menjelaskan Karena komunikasi melibatkan dua orang
atau lebih , dalam berkomunikasi selalu ada kemungkinan timbul kesalahpahaman ( konflik ).
Konflik yang sering muncul dalam keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan
faktor eksternal.
Faktor Internal diantaranya: Perbedaan persepsi, Perbedaan bahasa, Gaduh,
Emosionalitas ( psikologis ), Komunikasi verbal dan nonverbal yang tidak konsisten, faktor
fisik ( biologis ), ketidakpercayaan,
Faktor Ekstrenal diantaranya : Lingkungan ( situasional ) , sosial , ekonomi ,
Dibawah ini ada beberapa faktor penyebab masalah keluarga yang seringkali timbul
diantaranya :
1. Kurangnya kemampuan berinteraksi antar pribadi dalam menanggulangi masalah.
Dalam usahanya untuk menghadapi masa transisi dan krisis, banyak keluarga
mengalami kesulitan menangani karena kurangnya pengetahuan, kemampuan, dan fleksibilitas
untuk berubah. Menurut seorang konselor yang berpengalaman, keluarga yang mengalami
kesulitan beradaptasi seringkali berkutat pada halangan-halangan yang ada dalam keluarga --
yaitu sikap dan tingkah laku yang manghambat fleksibilitas dan menghalangi penyesuaian
kembali dengan situasi yang baru. Jenis halangan-halangan tersebut dapat muncul dengan tipe
yang berbeda- beda:
a. Halangan dalam komunikasi timbul jika masing-masing anggota keluarga tidak tahu
bagaimana mereka harus membagikan perasaan mereka dengan anggota keluarga lainnya atau
bagaimana mengungkapkan perasaan mereka dengan jelas.
b. Halangan dalam hal keakraban/kedekatan merupakan ciri dari keluarga yang mempunyai
hubungan yang tidak erat satu sama lain.
c. Halangan dalam hal aturan keluarga yang tidak tertulis, bahkan seringkali tidak dikatakan,
namun biasanya merupakan hukum-hukum yang diterima tentang siapa tidak boleh
melakukan apa.
d. Halangan sehubungan dengan sejarah keluarga, termasuk rahasia keluarga yang tidak boleh
diungkapkan oleh anggota keluarga atau berita-berita yang "tidak didiskusikan oleh keluarga.
e. Halangan mengenai tujuan yang berhubungan dengan masalah ekonomi, akademis, sosial,
politik, atau tujuan-tujuan lainnya yang ditetapkan oleh beberapa anggota keluarga bagi
mereka sendiri atau bagi anggota keluarga yang lain.
f. Halangan mengenai nilai-nilai yaitu cara berpikir yang sebelumnya diterima keluarga tetapi
kemudian ditolak oleh salah satu/banyak anggota keluarga lainnya.
Dari daftar halangan di atas, mungkin bisa ditambahkan halangan- halangan yang
berhubungan dengan orang ketiga (triangulation) dan pelimpahan kesalahan (detouring). Dua
istilah teknis tersebut menggambarkan tingkah laku yang seringkali nampak dalam keluarga.
Triangle atau segitiga adalah kelompok tiga orang dimana dua anggotanya mengucilkan
anggota yang ketiga. Ibu dan anak perempuannya misalnya, membentuk suatu koalisi melawan
sang ayah. Salah satu dari pasangan suami-istri merangkul salah satu dari anaknya untuk
melawan pasangannya. Kadang-kadang seorang suami dapat bersekutu dengan wanita
simpanannya untuk melawan istrinya. Keluarga triangulasi seperti ini jarang sekali berfungsi
dengan baik.
2. Kurangnya komitmen terhadap keluarga.
Menjadi sangat sulit untuk membangun kebersamaan keluarga dan menangani
masalah jika satu atau lebih dari anggota keluarga tidak mempunyai keinginan atau waktu
untuk terlibat. Orang-orang dimotivasi oleh karir bekerja dalam perusahaan yang
mengharapkan pekerjanya memberikan 100% komitmen. Pekerjaan yang dilakukan menuntut
kesediaan mereka bekerja keras dan dalam waktu yang panjang bagi "keluarga" perusahaan.
Para pekerja ini seringkali kehabisan energi untuk membangun hubungan dalam keluarga
mereka sendiri atau untuk menangani masalah-masalah yang berubah dari waktu ke waktu.
3. Peran yang kurang jelas dari anggota keluarga.
Setiap keluarga menetapkan peran masing-masing anggotanya. Beberapa peran ini
termasuk aktivitas; misalnya siapa yang akan membuang sampah keluar rumah, siapa yang
mencatat keuangan, siapa yang memasak, atau siapa yang membawa anak-anak ke dokter gigi.
Peran lain bersifat emosional; seperti beberapa anggota menjadi pemberi semangat, menjadi
penghibur, pemecah masalah, atau penasihat masalah etika. Biasanya peran-peran dimulai
perlahan-lahan di awal perkawinan tetapi kadang-kadang timbul konflik tentang siapa yang
akan melakukan apa. Konflik ini akan meruncing jika masing-masing anggota memegang
perannya secara kaku atau kalau ada kebingungan peran.
4. Kurangnya kestabilan lingkungan.
Masalah-masalah yang terjadi dalam keluarga kerap kali berasal dari luar rumah. Kita
telah membahas tentang berbagai krisis, perubahan pandangan sosial tentang keluarga, dan
tekanan pekerjaan yang membuat kekacauan di beberapa keluarga. Televisi telah merubah
pola komunikasi dalam rumah tangga, karena menggantikan rasa kebersamaan, dan
menyajikan banyak program yang memberikan gambaran negatif tentang keluarga. Selain itu
ditambah dengan maraknya gerakan- gerakan, penggabungan perusahaan, kehilangan
pekerjaan yang tidak diharapkan atau trend ekonomi yang membuat beberapa anggota
keluarga terpaksa berada jauh dari keluarga mereka untuk bekerja.

Solusi
Kondisi kehidupan keluarga sangat fluktuatif. Kadang berada dalam suasana yang
bahagia, nyaman, tenteram dan tenang. Namun kadang bergolak, ada suasana ketegangan yang
membuat suami dan isteri tertekan secara psikologis sehingga tidak bahagia hidupnya. Ada
banyak faktor yang mempengaruhi munculnya aneka suasana dalam kehidupan rumah tangga.
Perubahan suasana tersebut kadang begitu cepatnya. Sebuah keluarga yang semula
demikian tampak bahagia dan ceria, tiba-tiba keesokan harinya mengalami ketegangan dan
konflik yang memuncak. Sebaliknya, keluarga yang semua sudah berada di ambang
kehancuran, tiba-tiba tampak sedemikian mesra dan bahagia pada hari berikutnya. Para
konselor di Jogja Family Center sering terkejut atas perubahan yang sedemikian cepat pada
klien. Dikira masih berada dalam masalah keluarga, ternyata mereka tengah berlibur di
Australia dalam kondisi bahagia.Ada banyak cara untuk meredakan ketegangan hubungan
antara suami dan isteri, di antaranya adalah:
1. Kegiatan Spiritual
Suami dan isteri menguatkan aktivitas spiritual dengan melakukan ibadah secara tekun dan
khusyu’. Misalnya suami dan isteri menyengaja untuk bangun malam berdua, melakukan
shalat malam dan berdoa bersama untuk mendapatkan kebaikan kehidupan keluarga. Atau
menyengaja untuk mengundang tokoh spiritual, seperti ustadz atau ulama, untuk memberikan
nasihat dan pencerahan untuk semua anggota keluarga. Bahkan jika memiliki keluangan dana,
bisa melakukan umrah bersama satu keluarga. Kegiatan spiritual seperti ini diharapkan
mampu menjauhkan dan meredakan berbagai ketegangan hubungan antara suami dan isteri.
Dengan suasana spiritualitas keluarga yang terjaga, semua pihak akan selalu berusaha menjadi
orang yang terbaik. Menjadi suami yang ideal, menjadi isteri idaman, menjadi orang tua
teladan, menjadi anak-anak sesuai harapan.
2. Kegiatan Rekreatif
Sesekali waktu suami dan isteri perlu meluangkan kesempatan untuk melakukan rekreasi
berdua saja, atau bersama semua anggota keluarga. Rekreasi ini tidak mesti menuju tempat
wisata yang jauh dan mahal. Suasana rekreatif bahkan bisa dilakukan di rumah sendiri,
dengan jalan melakukan hal yang tidak biasanya. Misalnya, makan malam berdua di teras
samping rumah, atau mengobrol berdua di kebun belakang rumah, atau tidur di tenda yang
dipasang di halaman belakang. Kegiatan rekreasi diperlukan untuk menghindarkan kejenuhan
akibat kegiatan yang rutin dan monoton dalam keluarga. Ketegangan bisa muncul karena
suasana yang monoton, mekanistik, rutin dan membuat kejenuhan yang bertumpuk. Tidak ada
variasi dan tidak ada rekreasi, membuat ketegangan mudah muncul. Harapannya, dengan
kegiatan rekreasi keluarga, membuat suasana segar, mengendurkan syaraf, meredakan
ketegangan sehingga suasana menjadi nyaman dan tenteram,
3. Kegiatan Sosial
Di antara hal yang bisa meredakan ketegangan dalam keluarga adalah kegiatan sosial. Aktif
dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, membantu tetangga, menolong orang yang
memerlukan, mengunjungi panti yatim piatu, menjenguk orang sakit, dan lain sebagainya,
menjadi sarana untuk meredakan ketegangan hubungan antara suami dan isteri. Dengan
kegiatan sosial, suami dan isteri dituntut untuk memberikan contoh keteladanan bagi
masyarakat sekitar, minimal ada perasaan malu apabila ada keributan dalam keluarga
mereka. Selain itu, kegiatan sosial akan memberikan sikap empati atas masalah dan
penderitaan yang dialami orang lain, sehingga diharapkan menjadi suatu pelajaran berharga
bagi suami dan isteri untuk kembali ke rumah dalam suasana yang bahagia. Mereka bisa
melihat kesulitan yang dialami banyak kalangan masyarakat, sehingga akan memberikan
pelajaran penting agar selalu menjaga keutuhan keluarga.

C. Pentingnya Peran Komunikasi Dalam Keluarga


Komunikasi Suami Istri dari Tauladan Kita Komunikasi adalah ketrampilan paling
penting dalam kehidupan kita. Islam memerintahkan umatnya agar selalu berbuat baik kepada
sesama manusia, terlebih kepada pasangan hidup kita. Allah SWT berfirman di Al Qur'an
surah Al Qoshosh: 77:
"Dan berbuat baiklah kamu sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu." Rasulullah SAW
mengajarkan: "Ucapkanlah (kata2) yang baik atau diamlah.".
Kita biasanya berusaha untuk dimengerti terlebih dahulu, kebanyakan dari kita tidak
berusaha untuk mendengarkan dengan maksud untuk mengerti lebih dahulu. Prinsip
komunikasi yang efektif adalah semua pihak berusaha untuk mendengarkan secara
empatik(mendengarkan dengan maksud untuk mengerti). Kita mungkin mendengarkan
selektif(mendengar hanya bagian-bagian tertentu dari percakapan) atau mendengar
atentif(memfokuskan energi pada kata-kata yang diucapkan), sesungguhnya kedua cara
tersebut mungkin mengabaikan atau bahkan tidak benar-benar mendengarkan pasangan kita
sama sekali.
Rasulullah mencontohkan metode mendengarkan empatik ini ketika datang seorang
pemuda yang minta izin untuk berzina.Jika kita perhatikan betapa jitu jawaban yang
Rasulullah sampaikan untuk meredam gejolak si pemuda. "Sukakah kamu jika apa yang ingin
kamu lakukan itu menimpa ibumu...adikmu...kakakmu", Tidak jawab pemuda tersebut. "Jika
demikian ,maka orang lain pun tidak berbeda denganmu." SubhanaLLah. Islam
memerintahkan umatnya untuk berbicara yang baik , maka ia juga memerintahkan mereka
agar menjadi pendengar yang baik. Sabda Rasulullah SAW "Dengarlah baik-baik (perkataan)
orang lain."
Rasulullah SAW adalah suami tauladan, jika kita dengar cerita rumah tangga beliau
tentulah ingin kita hidup di masa beliau .Berbahagialah Aisyah yang suaminya tak pernah
memberi perlakuan kepadanya kecuali yang baik, bahkan saat terjadi perselisihan. Bukhari
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah berselisih dengan Aisyah dan meminta Abu
Bakar-ayah Aisyah- sebagai penengah. Ketika itu Rasulullah SAW berkata" Berbicaralah atau
saya yang bicara." Aisyah menjawab dengan lantang "Berbicaralah Anda! Jangan
mengucapkan yang tidak!" Mendengar perkataan itu Abu Bakar menampar muka putrinya
hingga mulutnya mengeluarkan darah dan berkata:"Engkau ini memusuhi dirimu sendiri.
Apakah beliau pernah mengucapkan yang tidak benar?" Maka Aisyah duduk berlindung di
belakang Rasul yang mulia. Kemudian Rasulullah SAW bersabda "Kami tidak
mengundangmu untuk melakukan ini. Kami tidak menginginkan tindakan seperti ini darimu.
"Tidak ada yang tercela padaRasulullah tetapi betapa sulitnya meniru.
BAB IV
SIMPULAN

1. Peran suami sebagai pemimpin dalam keluarga sangatlah penting , karena suami yang akan
menentukan kemana keluarganya itu akan dibawa.Suami memiliki tanggung jawab besar
terhadap anggota keluarganya , maka suami harus sadar betul dan memahami perannya dalam
keluarga untuk dapat menjaga, mengayomi anggota keluarganya , sehingga anggota keluarga
akan merasa nyaman dan tentram berada didalamnya. Namun kepemimpinan yang
dianugrahkan oleh allah kepada suami tidak serta – merta menjadi kewenang-wenangan
sehingga dalam prakteknya tidak ada suami yang diktator, otoriter atau dzalim.
2. A. Faktor penyebab timbulnya konflik dalam keluarga diantaranya :
a. Kurangnya kemampuan berinteraksi antar pribadi dalam menanggulangi masalah.
b. Kurangnya komitmen terhadap keluarga.
c. Peran yang kurang jelas dari anggota keluarga.

B. Solusi
a. Kegiatan Spiritual
b. Kegiatan Rekreatif
c. Kegiatan Sosial
3. Komunikasi suami istri merupakan bagian terpenting dalam keluarga , jika suami istri mampu
berkomunikasi dengan baik , maka akan menimbulkan kepuasan tersendiri dalam
keluarganya , dan sebaliknya ketidak puasan dalam keluarga bersumber dari kegagalan dalam
berkomunikasi.Dengan demikian komunikasi yang baik akan menjalin suatu hubungan yang
lebih erat, menumbuhkan rasa pengertian dan pemahan terhadap anggota keluarga , sehingga
anggota keluarga dapat saling mengerti keinginan masing

DAFTAR PUSTAKA

Helmawati, (2015), pendidikan keluarga

Helmawati, (2014 ) Managerial skills

M.Sobry sutikno, (2014 ) Pemimpin dan kepemimpinan

Shihab (2006: 3 ) Kepemimpinan dalam keluarga

Abdurahman, jibril , Mohamad, Abu (2003 ) karakteristik lelaki shalihah

Lembaga darut-tauhid ( 1990 ) Kiprah muslimah dalam keluarga islam

Abdulloh fathi, ( 2001 ) Menjadi suami tercinta

Menurut Rae Sedwig (1985), komunikasi keluarga

http://emmarachmatika.blogspot.com/2013/11/makalah-konsep-keluarga-

islam.html#ixzz3ce0Fm2M1
Diposting oleh siti saodah di 02.55
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

http://setiez-uninus.blogspot.co.id/2015/10/kepemimpinan-dalam-keluarga-suami.html

Anda mungkin juga menyukai