Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK ADHD

Oleh :

Kelompok 11

1. I Gst.A.A Sridana Suryadewi 17.321.2721


2. Ni Luh Gede Srinadi 17.321.2739
3. Ni Luh Putu Meita Premasuari 17.321.2741

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah
“Keperawatan anak” dengan judul “Makalah Keperawatan Anak ADHD”. Tidak lupa penulis
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis. Sehingga masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnan makalah ini.

Denpasar, 02 Desember 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................

1.3 Tujuan ..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep teori ADHD .....................................................................................

2.2 Asuhan Keperawatan Anak ADHD ..............................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan ........................................................................................................
3.2 Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iv

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak yang
ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak
sekehendak hatinya atau impulsif. Gangguan hiperaktivitas diistilahkan sebagai
gangguan kekurangan perhatian yang menandakan gangguan-gangguan sentral yang
terdapat pada anak-anak yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperkinesis,
kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal, biasa disebut dengan istilah
ADHD (Attention Deficit Hyperaktivity Disorder).
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat
gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap
perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun di rumah (Isaac,
2005). Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah
sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat hiperaktif.
Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan
professional karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang berkaitan dengan
ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimanakah Konsep Teori pada anak ADHD?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak ADHD?

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat memahami Konsep Teori pada anak ADHD
2. Agar mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan ADHD

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian ADHD


Menurut American Academy Pediactrics, Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai gangguan hiperaktifitas
defisit-perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang diakibatkan dari adanya
gangguan fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan tidak berkaitan dengan jenis
kelamin, tingkat kecerdasan, atau lingkungan kultural.
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu
kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan
perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain
Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif),
dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita
ADHD.
Dapat disimpulkan bahwa ADHD adalah gangguan neurobiologis yang
menyebabkan kelainan hiperaktifitas, kecenderungan untuk mengalami masalah
pemusatan perhatian, kontrol diri, dan kebutuhan untuk selalu mencari stimulasi yang
mulai ditunjukkan oleh anak sebelum usia 4 tahun, dan hal tersebut menyebabkan
anak ADHD akan menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk
memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan akademik, dan
bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan.

2.2 Etiologi
Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini, meliputi
berbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak.
1. Faktor Penyebab
1) Faktor Genetik
Hier (1980) telah menunjukkan adanya hubungan anatara faktor genetik
dan penyebab gangguan ini, yaitu pada anak laki-laki dengan kelebihan Y
kromosom (XYY) menunjukkan peningkatan kejadian hiperaktivitas yang
menyertai kemampuan verbal dan performance rendah. Masalah kesulitan
memusatkan perhatian dan kesulitan belajar juga diakibatkan adanya cacat

5
genetik. Pada anak perempuan dengan kromosom 45, XO juga menunjukkan
kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan menulis dan menggambar ulang.
2) Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak
Rutter berpendapat bahwa ADHD adalah gangguan fungsi otak, oleh
karena itu didapatkan defisit aktivasi yang disebabkan oleh adanya patologi di
area prefrontal dan atau sagital frontal pada otak dengan predominasi pada
korteks otak. Adanya kerusakan otak merupakan resiko tinggi terjadinya
gangguan psikiatrik termasuk ADHD. Kerusakan otak pada janin dan neonatal
paling sering disebabkan oleh kondisi hipoksia. Keadaan hipoksia memiliki
kecenderungan menyebabkan terjadinya patologi yang merata pada korteks otak
yang menimbulkan gangguan fungsi integrasi koordinasi dan pengendalian
kortikal. Korteks frontal dianggap memiliki peran penting dalam aktivasi dan
integrasi lebih lanjut dari bagian otak lain. Oleh karena itu, patologi yang merata
pada korteks otak dianggap sebagai penyebab terjadinya gejala lobus frontalis.
3) Faktor Neurotransmitter
Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa gejala aktivitas motorik
yang berlebihan pada ADHD secara patofisiologi disebabkan oleh fungsi
norepinefrin abnormal. Sedangkan gejala lain , yang tidak mampu memusatkan
perhatian dan penurunan vigilance disebabkan oleh fungsi dopaminerjik
abnormal. Gangguan pada sistem norepinefrin berpean pada terjadinya gejala
ADHD, tetapi tidak menjadi penyebab tunggal. Terjadinya ADHD disebabkan
oleh beberapa sistem yang berbeda tetapi memiliki hubungan yang erat. Sistem
tersebut memiliki peran yang berbeda terhadap metabolisme dopamin atau
norepinefrin. Meskipun berbagai obat anti ADHD memiliki komposisi kimiawi
berbeda, mekanisme kerja obat tersebut sama baik dengan dopaminerjik ataupun
norepinefrinerjik. Norepinefrin dan dopamin adalah poten agonis pada reseptor
D4 di celah pascasinaptik, gen reseptor dopamin D4 (DRD 4) sampai saat ini
telah dianggap sebagai penyebab gangguan ini ( Landau et al., 1997 ;
Biederman, 2000)
4) Faktor Psikososial
Willis dan Lovaas berpendapat bahwa perilaku hiperaktivitas disebabkan
oleh buruknya rangsang pengendalian oleh perintah dari ibu, dan pengaturan
perilaku yang buruk pada anak timbul dari manjemen pengasuhan orangtua
yang buruk.
6
Berbagai penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh faktor lingkungan
terhadap terjadinya gangguan ini seperti stimulasi berlebihan oleh orangtua pada
waktu mengasuh anak dan masalah psikologis yang terjadi pada orngtua.
5) Faktor Lingkungan
Berbagai toksin endogen juga pernah dianggap sebagai penyebab
ADHD. Seperti keracunan timbal, aditif makanan, dan reaksi alergi. Akan tetapi
berbagai penelitian terhadap faktor tersebut belum ada yang menunjukkan bukti
adanya hubungan yang bermakna antara faktor tersebut dengan ADHD.

2. Faktor Predisposisi
1) Teori psikodonamika.
Teori Mahler (1975) mengusulkan bahwa anak dengan ADHD adalah
tetap pada fase simbiotik dari perkembangan dan belum membedakan diri
dengan ibunya. Perkembangan ego mundur, dan dimanifestasikan perilaku
impulsif dan diperintahkan oleh id.
2) Teori biologia.
DSM-III-R menyatakan bahwa abnormalitas sistem saraf pusat (SSP),
seperti adnya neurotoksin-neurotoksin, serebral palsi, epilepsi, dan perilaku-
perilaku neurologis yang menyimpang lainnya, disebut sebagai faktor
predisposisi. Lingkungan-lingkungan yang tidak teratur atau semrawut serta
penyiksaan dan pengabaian terhadap anak dapat merupakan faktor-faktor
predisposisi pada beberapa kasus.
3) Teori dinamika keluarga.
Bowen (1978) mengusulkan bahwa bila ada hubungan pasangan
disfungsional, fokus dari gangguan dipindahkan pada anak, dimana perilakunya
lambat laun mulai mencerminkan pola-pola dari gangguan fungsi system.

2.3 Patofisiologi
Patofisiologi ADHD atau di indonesia dikenal dengan GPPH (Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif) memang tak jelas. Ada sejumlah teori yang
membicarakan patofisiologi ADHD. Penelitian pada anak ADHD telah menunjukkan
ada penurunan volume korteks prefrontal sebelah kiri, Penemuan ini menunjukkan
bahwa gejala ADHD inatensi, hiperaktivitas dan impulsivitas menggambarkan adanya
disfungsi lobus frontalis, tetapi area lain di otak khususnya cerebellum juga terkena.

7
Penelitian “neuroimaging” pada anak ADHD tak selalu memberikan hasil
yang konsisten, pada tahun 2008 hasilnya neuroimaging hanya digunakan untuk
penelitian, bukan untuk membuat diagnosa. Hasil penelitian “neuroimaging”,
neuropsikologi genetik dan neurokimiawi mendapatkan ada 4 area frontostriatal yang
memainkan peran patofsiologi ADHD yakni : korteks prefrontal lateral, korteks
cingulate dorsoanterior, kaudatus dan putamen. Pada sebuah penelitian anak ADHD
ada kelambatan perkembangan struktur otak tertentu rata-rata pada usia 3 tahun, di
mana gejala ADHD terjadi pada usia sekolah dasar.
Dari aspek patofisiologik, ADHD dianggap adanya disregulasi dari
neurotransmitter dopamine dan norepinephrine akibat gangguan metabolisme
catecholamine di cortex cerebral. Neuron yang menghasilkan dopamine dan
norepinephrine berasal dari mesenphalon. Nucleus sistem dopaminergik adalah
substansia nigra dan tigmentum anterior dan nucleus sistem norepinephrine adalah
locus ceroleus.

2.4 PHATWAY
Terlampir

2.5 Tanda dan gejala


Menurut Diagnostic and Satatistical Manual of Mental Disorder (DSM), terdapat 3
gejala utama ADHD, yaitu :
1. Inatensi
Yaitu anak ADHD menujukkan kesulitan memusatkan perhatian dibandingkan
dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama. Masalah tersebut
antara lain:
1) Sering tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal secara detail/rinci
2) Sering membuat kesalahan karena ceroboh
3) Sulit mempertahankan perhatiannya pada tugas-tugas atau aktivitas bermain
4) Segera tidak mendengar sewaktu diajak bicara
5) Sering tidak mengikuti perintah/cenderung menentang dan tidak memahami
perintah
6) Sering tidak dapa mengorganisir / mengatur tugas-tugas / aktivitasnya
7) Sering menolak, tidak menyenangi untuk terikat pada tugas-tugas yang
menuntut ketahanan mental

8
8) Sering kehilangan barang
9) Perhatiannya mudah beralih
10) Pelupa
2. Hiperaktivitas
Yaitu anak ADHD juga menunjukkan aktivitas yang sangat berlebihan atau
tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik aktivitas motorik maupun
verbal. Berikut merupakan perilaku anak yang menunjukkan hiperaktivitas:
1) Kaki dan tangan tidak dapat tenang
2) Berteriak-teriak di tempat duduknya
3) Sering meninggalkan tempat duduknya sewaktu di kelas
4) Berlari kesana kemari
5) Sulit melakukan aktivitas/bermain dengan tenang
6) Ada saja hal yang dilakukan
7) Seringkali berbicara dengan suara yang keras
3. Impulsivitas atau Perilaku Impulsif
Anak yang menderita ADHD pada umumnya tidak mampu menghambat
tingkah lakunya pada waktu memberikan respon terhadap tuntutan situasional
dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama.
Berikut merupakan perilaku impulsif yang mencirikan sebagai anak penderita
ADHD:
1) Menjawab sebelum selesai pertanyaan
2) Sulit menunggu giliran
3) Sering menginterupsi atau mengintrusi orang lain (misal orang lain
sedang berbicara atau bermain)

2.6 Pemeriksaan penunjang


Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan
kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan
memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada
elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit
neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang
tidak pasti. Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan
pada anak dengan ADHD antara lain :

9
1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid
yang memperberat masalah
2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak
organik
3. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan
mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa
4. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya
ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP)

2.7 Komplikasi
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika (seringkali akibat abnormalitas konsentrasi).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (seringkali akibat perilaku agresif dan
kata-kata yang diungkapkan).

2.8 Penatalaksanaan
1. Perawatan
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan orang tua
terhadap anak yang menderita ADHD antara lain :
1) Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah dan
rumah
2) Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang merusak
di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta meningkatkan
pro-sosial dan perilaku regulasi diri
3) Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di kelas,
meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro sosial
dan regulasi diri
4) Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian di rumah
dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengombinasikan perlakukan
tambahan dan pokok dalam program terapi
5) Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan individu
yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan
suami istri

10
6) Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan orang
tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman mengenai
permasalahan umum dan memberi dukungan moral
7) Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak dapat
membahas permasalahan dan curahan hati pribadinya
2. Pengobatan
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan berbagai
pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku,
pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping pendekatan yang
kontroversial antara lain melakukan diet khusus dan penggunaan obat-obatan serta
vitamin-vitamin tertentu (Delphie, 2006).
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati
ADHD antara lain :
1) Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau
supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan
setelah makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
2) Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau
adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu
makan, efek obat lengkap dalam 2 hari
3) Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay
peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2
minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap.

2.9 Askep ADHD


Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau
usia anak antara lain :
1. Neonatus (0-28 hari)
1) Apakah ketika lahir neonatus menangis?
2) Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala?
3) Bagaimana kemampuan menghisap?

11
4) Kapan mulai mengangkat kepala?
5) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan
untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap
jari atau tangan)?
6) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap
suara atau bel)?
7) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum
dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang?
2. Masa bayi / Infant (28 hari - 1 tahun)
1) Bayi usia 1-4 bulan.
(1) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat
kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang,
dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika
didukung pada posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat
kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke
miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha
untuk merangkan)?
(2) Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang
suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba
memegang benda dan memaksukkan dalam mulut, memegang
benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang
benda dengan kedua tangan, menagan benda di tangan meskipun
hanya sebentar)?
(3) Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan berbicara dan
tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu
mengucapkan kata ooh / ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh
spontan atau berekasi dengan mengoceh)?
(4) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya:
mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum
bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah
manusia, meskipun tidur dalamsehari lebih sedikit dari waktu
terhaga, membentuk siklus tidur bangun , menangis menjadi sesuatu
yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak
12
dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja
ketika ada orang asing)?
2) Bayi Umur 4-8 bulan
(1) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat
telungkup di alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan
melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan pada bulan
keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri,
sudah mulai bisa duduk dengan kepala tegak, sudah mampu
membalik badan, bangkit dengan kepala tegak, berkonsentrasi
beban pada kaki dan dada terangkat dan bertumpu pada lengan,
berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke
tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat)?
(2) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: sudah
mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda yangsedang
dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu
menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan,
menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, mentransfer
obajek dari satu tangan ke tangan yang lain)?
(3) Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya: menirukan
suara atau kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah
sumber suara, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin
banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat
membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?
(4) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa
terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut
akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul
dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?

13
3) Bayi Umur 8-12 bulan
(1) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2
detik dan berdiri sendiri)?
(2) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan
meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya,
mampu mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu
jari, membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus
ketempatnya)?
(3) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mulai
mengatakan papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga
mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?
(4) Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak
(misalnya kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan,
sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain,
main-main bola atau lainnya dengan orang)?
4) Masa Toddler
(2) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu
melanhkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara
satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bolan
dan mulai melompat)?
(3) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: mencoba
menyusun atau membuat menara pada kubus)?
(4) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya: memiliki
sepuluh perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal
serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu
menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata,
mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan)?
(5) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya:
membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok
gigi dan mencoba memakai baju)?

14
5) Masa Prasekolah (Preschool)
(1) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya:
kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik,
melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki,
menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan dengan
bantuan)?
(2) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya:
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau
tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar
orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain,
menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari
cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan,
makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)?
(3) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mampu
menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu sampai dua warna,
menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau mengartikan dua
kata, mengerti empat kata depan, mengertio beberapa kata sifat dan
sebagainya, menggunakan suara yntum mengidentifikasi objek,
orang dan aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti
larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang anggota
keluarga dekat)?
(4) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: bermain
dengan permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat
permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan
peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota
keluarga)?
6) Waktu schoolage
(1) Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar
rumah?
(2) Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami
disekolah?
(3) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan
dengan lingkungan sekolah)?
15
(4) Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah?
(5) Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di
sekolah?
(6) Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan
teman sekolah?
(7) Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak?
(8) Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah?
7) Masa adolensence
(1) Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang
dialami secara mandiri?
(2) Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi
terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami?
(3) Bagaimana kematangan identitas seksual?
(4) Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya
sebagai remaja?
(5) Bagaimana kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang
tua di rumah (misalnya membersihkan rumah, memasak)?

Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt


Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain:
1. Pengkajian riwayat penyakit
1) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami
masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai
anak berusia todler atau masuk sekolah atau daycare.
2) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan
yang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku
overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
3) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu
menghadapi perilaku anak.
4) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk
mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dansemua itu
sebagian besar tidak berhasil.

16
2. Penampilan umum dan perilaku motorik
1) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-
goyang saat mencoba melakukannya.
2) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain
dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
3) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan
sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada
apa yang telah dikatakan.
4) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke
topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tingkat
perkembangannya.
3. Mood dan afek
1) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau
tempertantrum.
2) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
3) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak
memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
4) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan
perlawanan dan kemarahan.
4. Proses dan isi piker
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk
mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat
perkembangan.

5. Sensorium dan proses intelektual


1) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau
persepsi seperti halusinasi.
2) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.
3) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2
atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.

17
4) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab,
saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada
pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuatu.
5) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang
yang mampu menyelesaikan tugas.
6. Penilaian dan daya tilik diri
1) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang
buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
2) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan
impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang
tinggi.
3) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak
kecil.
4) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai
jika dibandingkan dengan anak seusianya.
5) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari
sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
6) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang
menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan
kurang teman dengan perilaku mereka sendiri.
7. Konsep diri
1) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara
umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
2) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak
teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah,
mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
3) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri
sebagai orang yang buruk dan bodoh.
8. Peran dan hubungan
1) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun
sosial.
2) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang
menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.

18
3) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala
dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang
didiagnosis dan diterapi.
4) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki
keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak
terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak
barang-barang miliki keluarga.
5) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara
fisik.
6) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan
pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak
yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak
meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat
duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur
juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku
ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

2.10 Pengkajian
1. Identitas Klien
ADHD terjadi pada anak usia 3 tahun, anak laki – laki cenderung memiliki
kemungkinan4x lebih besar dari perempuan untuk menderita ADHD.
2. Keluhan utama
Keluarga mengatakan anaknya tidak bisa diam, kaki atau tangannya
bergerak terus
3. Riwayat penyakit sekarang
Orang tua atau pengasuh melihat tanda – tanda awal dari ADHD :
1) Anak tidak bisa duduk tenang
2) Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3) Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive
4. Riwayat penyakit sebelumnya
Tanyakan kepada keluarga apakah anak sebelumnya pernah mengalami
cedera otak.

19
5. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada faktor genetik yang diduga
sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
6. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual
Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan
membinahubungan dengan teman sebaya nya karena hiperaktivitas dan
impulsivitas
7. Riwayat tumbuh kembang
1) Prenatal : Ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan alcohol atau
obat-obatan selama kehamilan
2) Natal : Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama persalinan.
lahir premature, berat badan lahir rendah (BBLR)
3) Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan
imunisasi apatidak.8.Riwayat imunisasiTanyakan pada keluarga
apakah anak mendapat imunisasi lengkap.Usia <7 hari anak mendapat
imunisasi hepatitis B Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan
Polio IUsia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3 Usia 4
bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4 Usia 9 bulan
anak mendapat imunisasi campak
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan gangguan
hiperaktif mencakup :
1) Rambut yang halus
2) Telinga yang salah bentuk
3) Lipatan-lipatan epikantus
4) Langit-langit mulut yang melengkung tinggi
5) Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja
6) Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis, disdiadokhokinesis
serta permasalahan-permasalahan di dalam koordinasi motorik yang
halus.

20
9. Activity daily living ( ADL )
1) Nutrisi
Anak nafsu makan nya berkurang (anarexia).
2) Aktivitas
Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa tujuan
3) Eliminasi
Anak tidak mengelamai ganguan dalam eliminasi
4) Istirahat tidur
Anak mengalami gangguan tidur
5) Personal Higiane
Anak kurang memperhatikan kebersihan diri nya sendiri dan sulit di atur

2.11 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hiperaktif
2. Koping tidak efektif berhubungan dengan dukungan sosial yang tidak adekuat.
3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan harga diri rendah sekunder terhadap
prestasi yang buruk
4. Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)

2.12 Intervensi
Hari/ No Rencana Perawatan Ttd
Tgl Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
2 Diharapkan setelah SIKI :dukungan
dilakukan asuhan pengambilan
keperawatan (…x…) keputusan
jam Koping tidak keputusan
efektif berhubungan 1. Identifikasi 1. Mencari tau
dengan dukungan persepsi mengenal persepsi mengenal
sosial yang tidak masalah Dan masalah Dan
adekuat dapat teratasi informasi yang informasi yang
dengan kreteria hasil memicu konflik memicu konflik
SLKI 2. Fasilitasi 2. Membantu
1. Status mengklarifikasi membuat pilihan

21
mekanisme nilai Dan harapan
koping yang membantu
membaik membuat pilihan
2. Memiliki 3. Berikan informasi 3. Memberikan
dukungan yang diminta informasi yang
sosial yang pasien baik Dan benar
baik 4. Kolaborasi dengan 4. Kolaborasi dengan
3. Harga diri tenaga kesehatan tenaga lain agar px
meningkat lain dalam memperoleh
4. Kesadaran diri memfasilitasi kenyamanan Dan
semakin pengambilan kepercayaan yang
membaik keputusan lebih

1 Diharapkan setelah SIKI :dukungan


dilakukan asuhan tidur
keperawatan (…x…) 1. Mencari tau
1. Identifikasi pola
jam Gangguan Pola kebiasaan istirhat
istirahat Dan tidur
Tidur Berhubungan Dan tidur
dengan hiperaktif
dapat teratasi dengan 2. Buatkan jadwal 2. Menciptakan
kreteria hasil tidur rutin kebiasaan
SLKI istirahat
1. Pola tidur
teratur 3. Ajurkan menepati 3. Menerapkan
2. Memperoleh kebiasaaan waktu jadwal yang
kenyamanan tidur sudah disiapkan
3. Tidak ada
depresi 4. Ajarkan relaksasi 4. Menciptakn
4. Mengatasi otot kenyamanan
keletihsan

22
3 Diharapkan setelah SIKI : promosi
dilakukan asuhan sosial
keperawatan (…x…) 1. Identifikasi 1. Mencari tau
jam Isolasi sosial kemampuan kemampuan
menarik diri interaksi dengan dalam
berhubungan harga orang lain berimteraksi
diri rendah sekunder 2. Motivasi 2. Meningkatkan
terhadap prestasi meningkatankan keterlibatan dlam
yang buruk keterlibatan berinteraksi
dapat teratasi dengan dalam suatu
kreteria hasil : hubungan
SLKI 3. Anjurkan 3. Agar mampu
1. Memiliki berinteraksi bersosial dengan
keterlibatan dengan orang baik
sosial yang baik lain secara
2. Citra tubuh bertahap
membaik 4. Latihan 4. Agar amarah dpt
3. Harga diri mengekpresikan tersalurkan
membaik marah dngan dengan cara yang
4. berinteraksi tepat tepat
sosial dengan
baik
5.
4 Diharapkan setelah SIKI :pencegahan
dilakukan asuhan cedera
keperawatan (…x…) 1. Identifikasi area 1. Ciptakan
jam Resiko cedera lingkungan yang lingkungan yang
berhubungan dengan berpotensi tidak berpotensi
psikologis (orientasi menyebabkan jatuh
tidak efektif) cedera
dapat teratasi dengan 2. Sediakan cahaya 2. Agar tidak
kreteria hasil yang memadai beresiko cedera
karna penerangan

23
SLKI yang kurang
1. Fungsi sesori 3. Membuat
3. Jelaskan alas an
baik kepercayaan
intervensi
2. Keamanan mengapa harus
pencegahan
lingkungan ada perencanaan
jatuh ke px Dan
terjamin penegahan
keluarga
3. Mobilitas dengan 4. Menciptak latihan
4. Diskusi
baik yang membuat
mengenai latihan
4. Keseimbangan otot tidak kaku
fisik
dalam keadaan
baik

2.13 Implemntasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada
implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan
tindakan rujukan / ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan.

2.14 Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
hiperaktif antara lain:

1. Anak mampu memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat


saat pulang.
2. Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain.
3. Anak mampu mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping
yang sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial.
4. Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jam
setiap malam.
5. Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang,
sebagaimana yang ditandai oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang tidak
perilaku yang tidak mampu dalam menanggapi terhadap stres.

24
6. Anak mampu mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan
orang lain tanpa menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau
mengekspresikan pikiran waham kebesaran.
7. Orang tua dapamendemonstrasikan metode intervensi yang lebih konsisten
dan efektif dalam berespons perilaku anak.
8. Dapat mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab
masalah perilaku, perlunya terapi dalam kemampuan perkembangan.

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,


suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit
memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di
otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis
(Terlalu banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira
3 - 5% anak usia sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009).

Belum ada kepastian faktor apa yang menyebabkan seorang anak dapat
menderita ADHD, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor
genetik, neurologik dan proses dalam otak, neurotransmitter, lingkungan,
psikososial merupakan faktor penyebab dari gangguan ini.

Pada umumnya terdapat beberapa tes penunjang dalam menentukan


bahwa anak menderita ADHD atau tidak, namun yang sering dilakukan dan
merupakan tugas perawat adalah melakukan pengkajian dengan
mengguanakan formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale).

3.2 Saran

Setelah mengetahui banyak hal mengenai ADHD yang telah


dipaparkan dia tas, sudah sepantasnya sebagai mahasiswa calon tenaga
kesehatan mengaplikasikan ilmu tersebut untuk melakukan asuhan
keperawatan pada anak berkebutuhan khusus seperti anak ADHD. Bukanlah
hal yang mudah untuk melakukan asuhan keperawatan pada anak ADHD
mengingat mereka kurang konsentrasi dan memiliki perilaku maladaptif.
Maka dari itu diperlukan pengetahuan yang lebih luas dan ketrampilan yang
mendukung agar dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik.

26
Lampiran

Phatway ADHD

Trauma kelahiran

Penurunan neurobiologis

Neurotransmitter dopamine Zat toksik, Lingkungan, dll


Lobus frontal mengalami
penurunan fungsi

Merasa memiliki ADHD Sukar memerhatikan


kekurangan

Perilaku psikologis (orientasi


Gangguan Interaksi sosial
dukungan sosial yang Hiperaktivitas tidak efektif)
tidak adekuat

Resiko cedera Isolasi Sosial


Gangguan Pola
Koping Tidak Tidur
Efektif

27
DAFTAR PUSTAKA

Logaritma, Nia. 2012. Laporan Pendahuluan dan Askep Anak Hiperaktif.


http://www.academia.edu/6559812/Laporan_Pendahuluan_dan_Askep_Anak_Hiperaktif
. Diakses tanggal 4 Maret 2017
Meliastari. 2012. Mengurangi Hiperaktifitas Pada Anak Attention Deficit/Hiperactivity
Disorder (Adhd) Melalui Permainan Tradisional Teropa Tempurung (Single Subject
Research Kelas Iii Di Slb Negeri Lima Kaum).
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=24428&val=1496. Diakses 6 Maret
2017
Rudolph, Abraham M. Dkk. 2014. Buku Ajar Pediatri Rudolph Ed 20 Volume 1. Jakarta :
EGC
Rudolph, Abraham M. Dkk. 2007. Buku Ajar Pediatri Rudolph Ed 20 Volume 3. Jakarta :
EGC
Siswati, Novita. 2010. Pengaruh Social Stories Terhadap Keterampilan Sosial Anak Dengan
Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd) Studi Eksperimental Desain Kasus
Tunggal Di Sekolah Alam Ar-Ridho Semarang.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/download/2955/2641. Diakses 4
Maret 2017

28

Anda mungkin juga menyukai