Dibuat Oleh :
NAMA : DEVI YANTI TOBING
NIM : 20180502262
11. Pasal 11: Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara
proposional.
Setiap wartawan harus mendengarkan tanggapan dan koreksi dari seseorang terhadap
pemberitaan yang menyangkut fakta.Penilaian akhir atas pelanggaran KEJ dilakukan
oleh Dewan Pers. Sedangkan, sanksi atas pelanggaran KEJ dilakukan oleh organisasi
wartawan dan atau perusahaan pers. Biasanya sanksi yang dikenakan bisa bermacam-
macam tergantung seberapa parah pelanggaran yang diperbuat, dimulai dari hanya
teguran lisan sampai pemecatan yang bisa berdampak hancurnya kredibilitas seorang
jurnalis.
Dalam kaitan itu, Pedoman Perilaku Penyiaran dirancang dengan memperhatikan berbagai
bentuk Kode Etik yang telah dikembangkan oleh komunitas profesional dalam dunia penyiaran
dan media massa di Indonesia selama ini, seperti: Kode Etik Wartawan Indonesia, Standar
Profesional Radio Siaran serta Pedoman Program Penyiaran. Selain itu, Pedoman ini merujuk
pada berbagai peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia: Kitab Undang-undang
Hukum Pidana, UU Pers, serta UU Perfilman. Pedoman Perilaku Penyiaran dikeluarkan
dengan harapan agar tujuan penyiaran sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3 UU Penyiaran
No.32 tahun 2002, dapat diwujudkan, yakni: ‘’ memperkukuh integrasi nasional, terbinanya
watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa,
memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri,
demokratis, adil dan sejahtera. ‘’
Pedoman Perilaku Penyiaran pada dasarnya dirancang dengan merujuk pada serangkaian
prinsip dasar yang harus diikuti setiap lembaga penyiaran di Indonesia, yakni:
1. Lembaga penyiaran wajib taat dan patuh hukum terhadap segenap peraturan
perundangan yang berlaku di Indonesia.
2. Lembaga penyiaran wajib menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan Negara
Republik Indonesia.
3. Lembaga penyiaran wajib menjunjung tinggi norma dan nilai agama dan budaya bangsa
yang multikultural.
4. Lembaga penyiaran wajib menjunjung tinggi Hak-hak Asasi Manusia dan Hak Privasi.
5. Lembaga Penyiaran harus menjujung tinggi prinsip ketidakberpihakan dan keakuratan.
6. Lembaga penyiaran wajib melindungi kehidupan anak-anak, remaja dan kaum
perempuan.
7. Lembaga penyiaran wajib melindungi kaum yang tidak diuntungkan.
8. Lembaga penyiaran wajib melindungi publik dari kebodohan dan kejahatan.
9. Lembaga penyiaran wajib menumbuhkan demokratisasi.
A. Prinsip-prinsip Jurnalistik
Prinsip jurnalistik tanpa dapat ditawar, lembaga penyiaran harus menyajikan informasi dalam
program faktual dengan senantiasa mengindahkan prinsip akurasi, keadilan, dan
ketidakberpihakan (imparsialitas).
1. Akurasi
a) Dalam program faktual lembaga penyiaran bertanggungjawab menyajikan informasi
yang akurat dan tidak melakukan kecerobohan dalam penyajian fakta, apalagi
penyesatan dan pemutarbalikkan fakta yang dapat merugikan seseorang, organisasi,
perusahaan, dan pemerintah. Sebelum menyiarkan sebuah fakta, lembaga penyiaran
harus memastikan bahwa materi siaran tersebut telah dicek keakuratan dan
kebenarannya.
b) Bila lembaga penyiaran memperoleh informasi dari pihak lain yang belum dapat
dipastikan kebenarannya, lembaga harus menjelaskan pada khalayak bahwa informasi
tersebut adalah dalam versi berdasarkan sumber tertentu tersebut. Bila lembaga
penyiaran menggunakan materi siaran yang diperoleh dari pihak lain (misalnya kantor
berita asing), lembaga penyiaran berkewajiban mencek kebenaran berita tersebut
sebelum menyiarkannya.
c) Saat siaran langsung (baik berbentuk diskusi ataupun wawancara via telepon), lembaga
penyiaran harus waspada terhadap kemungkinan narasumber atau partisipan di studio
atau via telepon melontarkan pernyataan tanpa bukti atau belum bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam hal itu, semua presenter harus siap
mengatasi hal ini dengan melakukan verifikasi atau meminta penjelasan lebih lanjut
tentang fakta yang disampaikan narasumber atau partisipasi tersebut.
d) Jika lembaga penyiaran mengetahui atau menyadari bahwa mereka telah menyajikan
informasi yang tidak akurat atau yang menimbulkan salah interpretasi, maka lembaga
penyiaran wajib sesegera mungkin menyiarkan koreksi dan pernyataan permintaan
maaf jika diminta oleh pihak yang merasa dirugikan oleh penyajian informasi tersebut.
Namun demikian jika kesalahan yang terjadi telah merugikan kepentingan publik atau
merugikan reputasi seseorang atau pihak tertentu maka lembaga penyiaran wajib
menyiarkan koreksi dan pernyataan permintaan maaf tanpa perlu diminta terlebih
dahulu.
2. Adil
a) Lembaga penyiaran harus menghindari terjadinya keraguan atau interpretasi yang salah
pada khalayak akibat cara penyajian informasi yang tidak lengkap dan tidak adil.
b) Penggunaan footage atau potongan gambar dalam sebuah acara yang sebenarnya
berasal dari program lain jangan sampai menimbulkan interpretasi yang salah.
c) Penyuntingan sebuah rekaman wawancara tidak boleh menimbulkan salah interpretasi
terhadap pandangan narasumber bersangkutan.
d) Dalam pemberitaan kasus kriminalitas dan hukum, setiap tersangka harus diberitakan
sebagai tersangka sebelum pengadilan memutuskannya sebagai bersalah.
e) Dalam pemberitaan kasus kriminalitas dan hukum, lembaga penyiaran harus
menyamarkan identitas (termasuk menyamarkan wajah) tersangka, kecuali identitas
tersangka memang sudah terpublikasi dan dikenal secara luas.
f) Jika sebuah program acara memuat kritik yang menyerang atau merusak citra individu
atau organisasi, mereka yang mendapat kritikan itu harus diberikan kesempatan dalam
waktu yang setara untuk memberikan komentar atau argumen balik terhadap kritikan
yang diarahkan kepadanya.
3. Tidak Berpihak, Netral
a) Pada saat menyajikan isu-isu kontroversial yang menyangkut kepentingan publik,
lembaga penyiaran harus menyajikan berita, fakta, dan opini secara obyektif dan secara
berimbang
b) Jika terdapat dua atau lebih pihak yang saling bertentangan, pandangan semua pihak
harus disajikan dalam satu berita atau dalam satu siaran program faktual (berita,
dokumenter, talkshow) yang sama atau siaran berseri yang berurutan.
c) Lembaga penyiaran dapat menyajikan program yang mendalami pandangan hanya dari
satu pihak saja, dengan ketentuan harus menyajikan pandangan-pandangan yang
berbeda dari opini si narasumber dan membuat mekanisme yang memungkinkan
adanya pemberian tanggapan, misalnya telepon dari khalayak yang disiarkan dalam
program bersangkutan sehingga pandangan yang berbeda juga diberi kesempatan untuk
disiarkan.
d) Dalam program acara yang mendiskusikan isu kontroversial, moderator, pemandu
acara, atau pewawancara:
i. Tidak boleh memiliki kepentingan pribadi atau keterkaitan dengan salah satu
pihak/pandangan.
ii. Harus berusaha agar semua partisipan dan narasumber, dapat secara baik
mengekspresikan pandangannya.