Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa masalah adalah suatu persoalan atau
pertanyaan yang bersifat menantang yang tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin yang
sudah biasa dilakukan atau sudah diketahui. Lenchner dalam Wardani (2010:15) menyatakan bahwa
“memecahkan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan matematika yang telah diperoleh
sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal”. Gagne dalam Wena (2012: 52) menyataka
bahwa:
Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah
aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Pemecahan masalah tidak
sekedar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui
kegiatan-kegiatan belajar terdahulu, melainkan lebih dari itu, merupakan proses untuk mendapatkan
seperangkat aturan pada tingkat yang lebih tinggi. Apabila seseorang telah mendapatkan suatu
kombinasi perangkat aturan yang terbukti dapat dioperasikan sesuai dengan situasi yang sedang
dihadapi maka ia tidak saja dapat memecahkan suatu masalah, melainkan juga telah berhasil
menemukan sesuatu yang baru, Sesuatu yang dimaksud adalah perangkat prosedur yang
memungkinkan seseorang dapat meningkatkan kemandirian dalam berpikir.
Arends dalam Supinah (2010: 17) mengemukakan bahwa “PBM merupakan model
pembelajaran yang bertujuan merangsang terjadinya proses berpikir tingkat tinggi dalam situasi
yang berorientasi masalah”. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
model PBM berbeda dengan model pembelajaran yang lain, pembelajaran ini menekankan pada
presentasi ide-ide atau demonstrasi keterampilan siswa. Peran guru dalam model pembelajaran ini
adalah menyajikan masalah.
Walaupun peran guru pada pembelajaran ini kadang melibatkan presentasi dan penjelasan
sesuatu hal kepada siswa, namun yang lazim adalah berperan sebagai pembimbing dan fasilitator
sehingga siswa belajar memecahkan masalah oleh mereka sendiri. Pada model PBM, fokus
pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga pembelajar (siswa) tidak saja mempelajari
konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan
masalah tersebut.
Model PBM ini digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dengan situasi
berorientasi pada masalah. Dengan model ini, siswa dapat berpikir kritis dan lebih kreatif dalam
belajar. Dengan membuat permasalahan sebagai tumpuan pembelajaran, siswa didorong untuk
mencari informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan. Dengan membuat
permasalahan sebagai tumpuan pembelajaran, siswa didorong untuk mencari informasi yang
diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan.
Dengan kata lain model PBM adalah suatu model pembelajaran yang didalamnya terdapat
serangkaian aktifitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah. Dalam pembelajaran ini masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran
dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga memberi pengalaman–pengalaman
beragam pada siswa yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti hipotesis, merancang
percobaan, melakukan penyelidikan, pengumpulan data, menginterpretasikan data, membuat
kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan. Pierce dan Jones dalam Rusman
(2012: 242) mengemukakan bahwa:
Kejadian – kejadian yang harus muncul dalam implementasi PBM adalah:
1. Keterlibatan (engagement): Mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah
dengan bekerja sama,
2. Inquiry dan investigasi: Mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi
3. Performansi : Menyajikan temuan
4. Tanya jawab : Menguji keakuratan dari solusi,
5. Refleksi terhadap pemecahan masalah.
Langkah – langkah model PBM menurut Ibrahim dan Nur dalam Rusman
(2012: 243) :
Tabel II.1 Langkah-Langkah Model PBM
Fase Indikator Perilaku Guru
1. Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan, dan
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah.
2. Mengorganisasi siswa untuk Membantu siswa mendefinisikan dan
belajar mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing pengalaman Mendorong siswa untuk mengumpulkan
individual / kelompok informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan Membantu siswa dalam merencanakan dan
menyajikan hasil karya menyiapkan karya yang sesuai, seperti
laporan, dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan Membantu siswa untuk melakukan refleksi
mengevaluasi proses atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
pemecahan masalah dan proses yang mereka gunakan.
Sumber : Rusman (2012: 243)
Sabtu, 20 Oktober 2012
Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan.
Taksonomi ini pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan
pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan).
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan
dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku
yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah
laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai
“pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada
tingkatan pertama.
Taksonomi Bloom dalam klasifikasi aspek kognitif mengalami revisi dari Taksonomi Bloom
versi lama ke Taksonomi Bloom versi baru. Klasifikasi Bloom dalam aspek kognitif versi lama
memiliki 6 level mulai dari C1 sampai level C6 yaitu :
C1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom. “Aspek pengetahuan
menekankan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-
informasi yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh
sebelumnya” (Suherman, dkk., 2001). Informasi-informasi yang dimaksud disini berkaitan dengan
simbol-simbol maematika, terminologi dan peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan prinsip-
prinsip.. Secara terinci, jenjang pengetahuan ini mencakup hal – hal seperti berikut ini :
1.1 Pengetahuan tentang fakta yang spesifik. Dalam hal ini siswa dituntut untuk mengingat
kembali materi yang mirip sama dengan materi yang telah dipelajarinya dalam kegiatan
belajar mengajar. Missal, diberikan beberapa bilangan cacah dan bukan bilangan cacah, siswa
( kelas I SMP ) dapat memilih bilangan yang bukan anggota bilangan cacah.
1.2 Pengetahuan tentang terminology. Dalam hal ini siswa dituntut untuk mengingat kembali
istilah – istilah atau symbol – symbol yang berkenaan dengan konsep matematika. Missal,
siswa dapat mengingat kembali definisi himpunan kosong.
1.3 Kemampuan untuk mengerjakan algoritma ( manipulasi ) rutin.
C2. Pemahaman
“Aspek pemahaman adalah tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang
berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu” (Suherman, dkk., 2001). Dalam
tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat
menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkan dengan ide-ide lain
dengan segala implikasinya. Secara teperinci, jenjang kognitif tahap pemahaman ini mencakup hal
– hal berikut :
2.1 Pemahaman konsep. Suatu konsep terbentuk dari komponen konsep, dan komponen ini
merupakan suatu fakta yang spesifik. Dengan demikian suatu konsep dapat dipandang sebagai
kumpulan fakta spesifik yang saling terkait secara fungsional. Misal, siswa dapat
mengurutkan bilangan rasional, dari yang terkecil ke yang terbesar.
2.2 Pemahaman prinsip, aturan dan generalisasi. Soal – soal yang berkenaan dengan aspek ini
berkenaan dengan hubungan antara konsep dan elemennya. Missal, siswa dapat menentukan
sifat yang berlaku pada suatu pecahan.
2.3 Pemahaman terhadap struktur matematika. Soal yang berkenaan dengan jenjang kognitif ini
menuntut siswa untuk memahami tentang sifat – sifat dasar dalam struktur matematika.
Missal, dengan menggunakan sifat distributive, siswa dapat mencari nilai dari variable dalam
suatu persamaan.
2.4 Kemampuan untuk membuat transformasi. Kemampuan ini dimaksudkan sebagai
kemampuan siswa untuk mengubah suatu bentuk matematika tertentu menjadi bentuk lainnya.
Missal, siswa dapat mengubah bentuk pecahan biasa menjadi pecahan decimal.
2.5 Kemampuan untuk mengikuti pola berpikir. Matematika kebanyakan disajikan secara
deduktif formal. Kemampuan untuk dapat mengikutinya disebut kemampuan mengikuti pola
berpikir matematik. Missal, jika ditentukan dua segitiga sama kaki berimpit alasnya, siswa
dapat membuktikan bahwa selisih antar sudut – sudut alasnya sama.
2.6 Kemampuan untuk membaca dan menginterpretasikan masalah social atau data matematika.
Missal, siswa dapat mengubah susatu permasalahan ke dalam bentuk matematika serta
menentukan penyelesaiannya.
C4. Analisis
Dalam analisis, seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu
ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya. Tahap analisis ini dibagi menjadi
3, yaitu :
4.1 Analisis terhadap elemen. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk mampu mengidentifikasi unsure
– unsure yang terkandung dalam suatu hubungan. Missal, dengan menggunakan suatu konsep
pemfaktoran siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian suatu persamaan eksponen.
4.2 Analisis Hubungan. Dalam hal ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengecek
ketepatan hubungan dan interaksi antara unsure – unsure dalam soal, kemudian membuat
keputusan sebagai penyelesaiannya. Missal, siswa dapat menentukan nilai variable dari suatu
persamaan kuadrat.
4.3 Analisis tehadap aturan. Hal ini dimaksudkan sebagai analisis tentang pengorganisasian,
sistematika dan struktur yang ada hubungannya satu sama lain.
C5. Sintesis
Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan
menggabungkan berbagai faktor yang ada. Tahap sintesis ini dibagi menjadi 2, yaitu :
5.1 Kemampuan untuk menemukan hubungan. Soal – soal yang berkenaan dengan tahap ini
berupa kemampuan siswa untuk menyusun kembali elemen – elemen masalah dan
merumuskan suatu hubungan dengan penyelesaiannya. Missal, siswa dapat menentukan letak
suatu tempat dari tempat tertentu dengan menggunakan perbandingan.
5.2 Kemampuan untuk menyusun pembuktian. Perlu diketahui bahwa membuktikan bukan berarti
memberi contoh, meskipun contoh itu sebanyak – banyaknya. Jadi membuktikan tidak boleh
melalui contoh, pembuktian matematika sifatnya harus berlaku umum ( deduktif formal )
setelah itu untuk memperjelas bisa diberikan contoh.
Konsep taksonomi Bloom seperti yang telah disebutkan di atas, telah mengalami revisi atau
perbaikan. Pada dasarnya, masing-masing kategori tetap disusun secara hirarki dari urutan terendah
ke urutan yang lebih tinggi, dari C1 hingga C6. Taksonomi Bloom yang telah mengalami revisi
adalah sebagai berikut:
2.1 Menafsirkan (interpreting) atau mengartikan/ menggambarkan ulang : mengubah dari satu
bentuk gambaran (misal: angka) ke bentuk lain (misal: kalimat) (misalnya: menafsirkan hal
penting yang disampaikan dan ditulis)
2.2 Memberi contoh (exampliying) atau mengilustrasikan : menemukan contoh yang sesuai dan
cocok atau mengilustrasikan suatu konsep (misal: memberi contoh macam-macam gaya
menggambar artistik)
2.3 Mengklasifikasi (Classifying) atau mengelompokkan : menentukan konsep yang ada pada
suatu materi atau kategori (misal : klasifikasi atau menentukan apakah kasus kelainan jiwa
akan diobservasi atau dideskripsikan)
2.4 Meringkas (summarizing) : meringkas suatu bagian yang umum atau poin-poin utama dari
suatu tema (misal: menulis ringkasan singkat dari kejadian-kejadian dalam bentuk gambar
yang direkam)
2.5 Menduga (inferring) atau mengambil kesimpulan atau memprediksi: menggambarkan
kesimpulan secara nyata dari informasi yang disajikan (misal: mempelajari bahasa luar,
menduga atau mengambil kesimpulan mengenai tata bahasa dari contoh yang disajikan)
2.6 Membandingkan (compairing) atau memetakan dan mencocokkan : mendeteksi atau mencari
kesesuaian antara dua ide, objek dan hal-hal yang serupa (misal: membandingkan kejadian-
kejadian bersejarah dengan keadaan masa kini)
2.7 Menjelaskan (explaining) atau membangun suatu model : membangun hubungan sebab-akibat
dari suatu sistem (misal: menjelaskan penyebab kejadian penting pada abad ke-18 di Perancis)
C3. Mengaplikasikan (Apply)
Menerapkan atau menggunakan suatu tata cara yang telah diberikan pada suatu keadaan. Proses
kognitif yang dilalui adalah :
3.1 Menjalankan (executing) : menerapkan suatu cara yang telah dikenal untuk tugas yang telah
biasa dijumpai (misal: membagi atau memisahkan satu kelompok angka dari kumpulan angka
yang lain, dimana kedua kelompok angka tersebut beranggotakan lebih dari satu angka)
3.2 Mengimplementasikan (implementing) : menggunakan cara yang telah ada untuk
menyelesaikan tugas yang belum dikenal sebelumnya (misal: menggunakan Hukum Newton 2
dalam keadaan yang tepat atau khusus).
Taksonomi Bloom dalam klasifikasi aspek kognitif mengalami revisi dari Taksonomi Bloom
versi lama ke Taksonomi Bloom versi baru. Klasifikasi Bloom dalam aspek kognitif versi lama
memiliki 6 level mulai dari C1 sampai level C6 yaitu pengetahuan, kepahaman, penerapan,
penguraian, pemaduan, dan penilaian. Dalam versi lama ini, sistem Klasifikasi Bloom memiliki satu
dimensi yaitu dimensi proses kognitif. Versi baru dalam Klasifikasi Bloom tentang aspek kognitif
memiliki dua dimensi, yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan kognitif. Dimensi
pengetahuan kognitif ini memiliki memiliki 4 kategori yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Namun kedua dimensi dalam
Taksonomi Bloom versi baru ini belum dipadukan. Pada Taksonomi Bloom versi baru , dimensi
proses kognitif juga dibagi menjadi 6 level. Keenam level ini mengalami beberapa revisi . Tabel
berikut ini menggambarkan perbedaan keenam level proses kognitif antara Klasifikasi Bloom versi
lama dengan Klasifikasi Bloom versi baru.
Level Klasifikasi Bloom versi lama Klasifikasi Bloom versi revisi
C1 Pengetahuan Mengingat
C2 Pemahaman Memahami
C3 Penerapan Menerapkan
C4 Analisis Menganalisis
C5 Sintesis Mengevaluasi
C6 Evaluasi Mencipta
Dari tabel di atas, terlihat perbedaan antara keenam level Taksonomi Bloom versi lama dengan
Taksonomi Bloom versi baru. Perbedaan terletak pada level C1 yang pada versi lama adalah
Pengetahuan menjadi Mengingat. Pada level C2, Kepahaman dipertegas menjadi Memahami. Pada
level C3, Penerapan dirubah sebutkan menjadi Menerapkan , demikian pula level C4 mengalami
perubahan dari Analisis menjadi Menganalisis. Perubahan yang paling mendasar ada pada level C5
dan C6. Penilaian pada versi lama menempati level C6 , sementara pada versi baru Penilaian
menempati level C5. Pemaduan ( Sintesis ) pada versi lama dihilangkan dan pada level baru
berubah menjadi Create ( Mencipta ).
C1. Pengetahuan
Jenjang ini meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur yang telah
dipelajari oleh siswa. Contoh : Simbol unsur perak, tembaga, dan emas secara berturut-turut
adalah…..
C2. Pemahaman
Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat
menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkan dengan ide-ide lain
dengan segala implikasinya.
Contoh. (SMP)
“Terdapat sebuah segitiga siku-siku dengan panjang kedua sisinya adalah 3 cm dan 4 cm.
Berapakah sisi yang ketiga?”
C3. Penerapan
Penerapan adalah kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu mendemonstrasikan
pemahaman mereka berkenaan dengan sebuah abstraksi matematika melalui penggunaannya secara
tepat ketika mereka diminta untuk itu
Contoh. (SD)
“Manakah yang lebih luas, kebun yang berbentuk persegi panjang dengan panjang 314 m dan 12 m
atau kolam renang yang berbentuk lingkaran dengan jari-jari lingkarannya 12 m?’
Jawab.
Luas persegi panjang di atas yaitu 3768 cm2 sedangkan luas lingkarannya yaitu 452,6 cm2. Jadi
lebih luah persegi panjang.
C4. Analisis
Analisis adalah adalah kemampuan untuk memilah sebuh struktur informasi ke dalam komponen-
komponennya sedeikian sehingga hierarki dan keterkaitan antar idea dalam informasi tersebut
menjadi tampak jelas
Contoh. (SMP)
“Mengapa setiap persegi adalah persegi panjang”
C5. Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah
struktur yang unik atau system
Contoh. (SMA)
“Buktikan bahwa jumlah n buah bilangan asli ganjil berurutan sama dengan n2?”
Jawab.
Jmlah n suku pertama adalah:
1 + 3 + 5 + … + (2n - 1) = n x n
Untuk n = 1, persamaan di atas menjadi 1 = 1 x 1. Ini benar. Kemudian, andaikan persamaan itu
benar untuk n = k, maka :
1 + 3 + 5 + … + (2k - 1) = k x k.
Kita tambahkan 2 (k + 1) - 1 kepada kedua ruas persamaan terakhir. Maka diperoleh:
1 + 3 + 5 … + (2k - 1) + 2 (k+1) – 1 = k x k + 2 (k+1) – 1
= k2 + 2k + 1
= (k + 1) (k + 1)
Bentuk 1 + 3 + 5 … + (2k - 1) + 2 (k+1) – 1 = (k + 1) (k + 1) tidak lain dari bentuk persamaan
pertama untuk n = k + 1. Karena persamaan pertama itu benar untuk n = 1, n = k, n= k + 1, maka
persamaan itu benar untuk semua n bilangan asli.
C6. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan membuat penilaian (judgment) berkenaan dengan nilai sebuah idea, kreasi,
cara atau metode
Contoh. (SMA)
“Buktikan bahwa jumlah dua buah bilangan ganjil adalah bilangan genap?”
Jawab.
Andaikan m dan n adalah sembarang dua bilangan bulat, maka 2m+1 dan 2n+1 tentunya masing
masing merupakan bilangan ganjil. Jika kita jumlahka:
(2m+1)+(2n+1) = 2(m+n+1)
Karena m dan n bilangan bulat, maka (m+n+1) bilangan bulat, sehingga 2(m+n+1) adalah bilangan
genap. Jadi jumlah dua buah bilangan ganjil selalu genap.
C1. Mengingat
Sebutkan rumus luas permukaan tabung ?
Alasan :
Pada C1, kerja otak hanya mengambil informasi yang telah diingat dalam satu langkah dan
menulisnya secara apa adanya. Untuk menjawab soal di atas, otak tidak berpikir namun hanya
mencari rumus luas permukaan tabung dalam ingatan lalu kemudian menuliskan bahwa rumus luas
permukaan tabung adalah L=2(πr2+πrt)
C2. Memahami
Jelaskan apa perbedaan dari luas permukaan tabung dan volume tabung ?
Alasan :
Pada C2, kerja otak mengambil informasi dalam satu langkah dan menjelaskannya secara rinci.
Untuk menjawab soal di atas, otak akan mengambil informasi tentang luas dan volume tabung
dalam sekali langkah kemudian menjelaskan luas dan volume tabung secara bersama-sama untuk
mengetahui perbedaannya. Jawaban soal akan bervariasi. Jadi untuk memeriksanya dapat dilihat
apakah jawaban yang diberikan sudah mengandung poin-poin penting.
C3. Menerapkan
Berapa volume tabung dengan jari-jari 10 cm dan tingginya 7 cm ?
Alasan :
Pada C3, kerja otak mengambil informasi dalam satu langkah dan menerapkan informasi itu untuk
memecahkan permasalahan. Untuk menjawab soal di atas, setelah mengetahui permasalahannya
tentang volume tabung maka otak akan mencari ingatan tentang rumus volume tabung. Setelah itu
langsung diterapkan dan bisa memecahkan permasalahan.
Diketahui : r = 10 cm
t = 7 cm
Ditanya : volume tabung ?
Jawab : Rumus volume tabung: V=πr2t
Volume tabung =πr2t
=π(102)(7)
=700π cm3
C4. Menganalisis
Umar mempunyai botol berbentuk tabung dengan jari-jari 10 cm dan tingginya 50 cm. Umar ingin
mengisi penuh botol tersebut dengan bensin. Jika harga bensin di SPBU Pertamina Rp4.500 per
liter, berapa uang yang harus disediakan oleh Umar ?
Alasan :
Pada C4, kerja otak mengambil informasi dalam satu langkah dan menerapkan informasi itu untuk
memecahkan permasalahan. Akan tetapi informasi itu belum bisa memecahkan permasalahan,
sehingga dibutuhkan informasi lain yang berbeda untuk membantu memecahkan permasalahan.
Untuk menjawab soal diatas, permasalahannya adalah berapa uang yang harus disediakan Umar
untuk mengisi penuh botol. Untuk itu perlu diketahui jumlah bensin yang harus dibeli, dalam hal ini
sama dengan volume botol karena botol akan diisi penuh.
Diketahui : harga bensin = Rp4.500
r = 10 cm
t = 50 cm
π didekati dengan 3,14
Ditanya : Berapa uang yang harus disediakan Umar
Jawab : Volume tabung = πr2t
= 3,14 x 102 x 50
= 15700 cm3
Volume dalam liter = 15,7 liter
Harga 15,7 liter bensin = 15,7 x Rp 4.500 = Rp 70.650
Jadi uang yang harus disediakan Umar untuk membeli bensin adalah Rp 70.650
C5. Mengevaluasi
Diketahui tabung A dengan volume 1500π cm3 dan tinggi 15 cm serta tabung B dengan luas
permukaan 500π cm2 dan jari-jarinya 10 cm. Tentukan apakah tabung A dan B merupakan tabung
dengan ukuran yang sama? Jelaskan jawabanmu!
Alasan :
Pada C5, suatu permasalahan menuntut adanya keputusan. Keputusan diambil setelah dilakukan
analisa secara menyeluruh. Untuk menjawab soal di atas perlu mengetahui apakah tabung A dan B
mempunyai jari-jari dan tinggi yang sama. Oleh karena itu harus dicari jari- jari tabung A dan tinggi
tabung B agar kedua tabung bias dibandingkan ukurannya.
Diketahui : VA= 1500π cm3
tA = 15 cm
LB = 500π cm2
rB = 10 cm
Ditanya : Apakah tabung A dan B memiliki ukuran yang sama ?
Jawab :
Tabung A Tabung A
VA = πrA2t LB=2(πrB2+πrBtB )
1500 π = πrA2(15) 500π=2(π102+π(10)tB )
rA2=1500 π 15 π 500π=2(100π+π(10)tB )
rA2=100 500π=200π+20πtB
rA=100 500π-200π=20πtB
rA=10 300π=20πtB
tB =300π20π
Diperoleh rA= rB = 10 cm, tA= tB=15 cm tB =15 cm
Jadi tabung A dan B memiliki ukuran yang
sama.
C6. Mencipta
Jelaskan secara matematika hubungan antara luas permukaan dan volume tabung!
Alasan :
Pada C6, otak dituntut untuk memikirkan sesuatu yang baru yang bias digunakan untuk
memecahkan persoalan. Misalnya menurunkan rumus yang baru dari rumus yang sudah ada
Penyelesaiannya dimulai dari menuliskan rumus luas permukaan dan volume tabung!
L=2(πr2+πrt)
V=πr2t
Kemudian mencari hubungannya
V=πr2t
r2=Vπt
r=Vπt …. Rumus 1
L=2(πr2+πrt)
L=2πVπt2+2πVπtt
L=2Vt+ πVt ….Rumus 2
Jadi hubungannya dapat dilihat pada rumus 2. Rumus 2 dapat digunakan langsung untuk mencari
luas permukaan tabung jika volume dan tinggi tabung diketahui.
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini
pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi
menjadi beberapa domain (ranah, kawasan).
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan
dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku
yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah
laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai
“pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada
tingkatan pertama.
Taksonomi Bloom dalam klasifikasi aspek kognitif mengalami revisi dari Taksonomi Bloom versi
lama ke Taksonomi Bloom versi baru. Klasifikasi Bloom dalam aspek kognitif versi lama memiliki
6 level mulai dari C1 sampai level C6 yaitu :
C1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom. “Aspek pengetahuan
menekankan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-
informasi yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh
sebelumnya” (Suherman, dkk., 2001). Informasi-informasi yang dimaksud disini berkaitan dengan
simbol-simbol maematika, terminologi dan peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan prinsip-
prinsip.. Secara terinci, jenjang pengetahuan ini mencakup hal – hal seperti berikut ini :
1.1 Pengetahuan tentang fakta yang spesifik. Dalam hal ini siswa dituntut untuk mengingat
kembali materi yang mirip sama dengan materi yang telah dipelajarinya dalam kegiatan
belajar mengajar. Missal, diberikan beberapa bilangan cacah dan bukan bilangan cacah, siswa
( kelas I SMP ) dapat memilih bilangan yang bukan anggota bilangan cacah.
1.2 Pengetahuan tentang terminology. Dalam hal ini siswa dituntut untuk mengingat kembali
istilah – istilah atau symbol – symbol yang berkenaan dengan konsep matematika. Missal,
siswa dapat mengingat kembali definisi himpunan kosong.
1.3 Kemampuan untuk mengerjakan algoritma ( manipulasi ) rutin.
C2. Pemahaman
“Aspek pemahaman adalah tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang berhubungan
dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu” (Suherman, dkk., 2001). Dalam tingkatan ini
siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa
kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkan dengan ide-ide lain dengan segala implikasinya.
Secara teperinci, jenjang kognitif tahap pemahaman ini mencakup hal – hal berikut :
2.1 Pemahaman konsep. Suatu konsep terbentuk dari komponen konsep, dan komponen ini
merupakan suatu fakta yang spesifik. Dengan demikian suatu konsep dapat dipandang sebagai
kumpulan fakta spesifik yang saling terkait secara fungsional. Misal, siswa dapat mengurutkan
bilangan rasional, dari yang terkecil ke yang terbesar.
2.2 Pemahaman prinsip, aturan dan generalisasi. Soal – soal yang berkenaan dengan aspek ini
berkenaan dengan hubungan antara konsep dan elemennya. Missal, siswa dapat menentukan
sifat yang berlaku pada suatu pecahan.
2.3 Pemahaman terhadap struktur matematika. Soal yang berkenaan dengan jenjang kognitif ini
menuntut siswa untuk memahami tentang sifat – sifat dasar dalam struktur matematika. Missal,
dengan menggunakan sifat distributive, siswa dapat mencari nilai dari variable dalam suatu
persamaan.
2.4 Kemampuan untuk membuat transformasi. Kemampuan ini dimaksudkan sebagai kemampuan
siswa untuk mengubah suatu bentuk matematika tertentu menjadi bentuk lainnya. Missal, siswa
dapat mengubah bentuk pecahan biasa menjadi pecahan decimal.
2.5 Kemampuan untuk mengikuti pola berpikir. Matematika kebanyakan disajikan secara deduktif
formal. Kemampuan untuk dapat mengikutinya disebut kemampuan mengikuti pola berpikir
matematik. Missal, jika ditentukan dua segitiga sama kaki berimpit alasnya, siswa dapat
membuktikan bahwa selisih antar sudut – sudut alasnya sama.
2.6 Kemampuan untuk membaca dan menginterpretasikan masalah social atau data matematika.
Missal, siswa dapat mengubah susatu permasalahan ke dalam bentuk matematika serta
menentukan penyelesaiannya.
C4. Analisis
Dalam analisis, seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke
dalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya. Tahap analisis ini dibagi menjadi 3,
yaitu :
4.1 Analisis terhadap elemen. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk mampu mengidentifikasi unsure
– unsure yang terkandung dalam suatu hubungan. Missal, dengan menggunakan suatu konsep
pemfaktoran siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian suatu persamaan eksponen.
4.2 Analisis Hubungan. Dalam hal ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengecek
ketepatan hubungan dan interaksi antara unsure – unsure dalam soal, kemudian membuat
keputusan sebagai penyelesaiannya. Missal, siswa dapat menentukan nilai variable dari suatu
persamaan kuadrat.
4.3 Analisis tehadap aturan. Hal ini dimaksudkan sebagai analisis tentang pengorganisasian,
sistematika dan struktur yang ada hubungannya satu sama lain.
C5. Sintesis
Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan
menggabungkan berbagai faktor yang ada. Tahap sintesis ini dibagi menjadi 2, yaitu :
5.1 Kemampuan untuk menemukan hubungan. Soal – soal yang berkenaan dengan tahap ini
berupa kemampuan siswa untuk menyusun kembali elemen – elemen masalah dan
merumuskan suatu hubungan dengan penyelesaiannya. Missal, siswa dapat menentukan letak
suatu tempat dari tempat tertentu dengan menggunakan perbandingan.
5.2 Kemampuan untuk menyusun pembuktian. Perlu diketahui bahwa membuktikan bukan berarti
memberi contoh, meskipun contoh itu sebanyak – banyaknya. Jadi membuktikan tidak boleh
melalui contoh, pembuktian matematika sifatnya harus berlaku umum ( deduktif formal )
setelah itu untuk memperjelas bisa diberikan contoh.
1. Pengetahuan faktual adalah pengetahuan dasar yang harus diketahui siswa sehingga siswa
mampu memahami suatu masalah atau memecahkan masalah tersebut.
2. Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan-pengetahuan dasar yang saling berhubungan dan
dengan struktur yang lebih besar sehingga dapat digunakan secara bersama-sama
3. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan mengenai bagaimana untuk melakukan sesuatu ;
metode untuk mencari sesuatu , suatu pengetahuan yang mengutamakan kemampuan, algoritma,
teknik dan metode.
4. Pengetahuan metakognisi adalah pengetahuan yang melibatkan pengetahuan kognitif secara
umum.