Anda di halaman 1dari 15

Jumat, 22 Agustus 2014

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Suherman dkk (2003: 92) menyatakan bahwa:


Suatu masalah biasanya memuat situasi yang dapat mendorong seseorang untuk menyelesaikannya
akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika
suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut langsung dapat menyelesaikannya
dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah.

Selanjutnya, menurut Shadiq dalam Supinah (2010: 9) menyatakan bahwa:


Masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab. Namun, tidak semua pertanyaan otomatis akan
menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan
adanya suatu tantangan (chellenge) yang tidak dapat dipecahkan dengan prosedur rutin (routine
procedure) yang sudah diketahui pelaku.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa masalah adalah suatu persoalan atau
pertanyaan yang bersifat menantang yang tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin yang
sudah biasa dilakukan atau sudah diketahui. Lenchner dalam Wardani (2010:15) menyatakan bahwa
“memecahkan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan matematika yang telah diperoleh
sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal”. Gagne dalam Wena (2012: 52) menyataka
bahwa:
Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah
aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Pemecahan masalah tidak
sekedar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui
kegiatan-kegiatan belajar terdahulu, melainkan lebih dari itu, merupakan proses untuk mendapatkan
seperangkat aturan pada tingkat yang lebih tinggi. Apabila seseorang telah mendapatkan suatu
kombinasi perangkat aturan yang terbukti dapat dioperasikan sesuai dengan situasi yang sedang
dihadapi maka ia tidak saja dapat memecahkan suatu masalah, melainkan juga telah berhasil
menemukan sesuatu yang baru, Sesuatu yang dimaksud adalah perangkat prosedur yang
memungkinkan seseorang dapat meningkatkan kemandirian dalam berpikir.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah


usaha individu untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahamannya untuk
menemukan solusi dari suatu masalah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan kompetensi
dalam kurikulum matematika yang harus dimiliki siswa. Dalam pemecahan masalah siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya untuk menyelesaikan masalah yang bersifat nonrutin.
Suherman dkk (2003: 89) menyatakan bahwa “melalui kegiatan pemecahan masalah aspek-
aspek kemampuan matematika penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin,
penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi matematika dan lain-lain dapat dikembangkan
secara lebih baik.”
Dari kutipan–kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
adalah suatu daya atau kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan dan
pemahamannya dalam rangka menemukan solusi dari suatu masalah . Sumarmo (2013: 5)
menyatakan bahwa seseorang dikatakan memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis
apabila seseorang tersebut mampu :
1. Mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan
2. Merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik
3. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam atau diluar matematika
4. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal
5. Menggunakan matematika secara bermakna.

Polya dalam Afgani (2011: 4.30) menyatakan bahwa:


Terdapat empat langkah dalam pemecahan masalah, yakni :
1. Memahami masalah (understanding the problem);
2. Membuat rencana penyelesaian (devise a plan for solving it);
3. Melaksanakan rencana penyelesaian (carry out your plan);
4. Mengecek kembali jawaban yang diperoleh (looking back to examine the solution obtained)
5. Memahami masalah.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Ivor K. Davis dalam Rusman (2012: 229) menyatakan bahwa:


Salah satu kecendrungan yang sering dilupakan yaitu melupakan bahwa hakikat pembelajaran
adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru. Guru dituntut dapat memilih model
pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam
pengalaman belajarnya. Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan
dikembangkannya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam
memecahkan masalah adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

Tan dalam Rusman (2012: 229) menyatakan bahwa:


PBM merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul–
betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis sehingga siswa
dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
berkesinambungan.

Arends dalam Supinah (2010: 17) mengemukakan bahwa “PBM merupakan model
pembelajaran yang bertujuan merangsang terjadinya proses berpikir tingkat tinggi dalam situasi
yang berorientasi masalah”. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
model PBM berbeda dengan model pembelajaran yang lain, pembelajaran ini menekankan pada
presentasi ide-ide atau demonstrasi keterampilan siswa. Peran guru dalam model pembelajaran ini
adalah menyajikan masalah.
Walaupun peran guru pada pembelajaran ini kadang melibatkan presentasi dan penjelasan
sesuatu hal kepada siswa, namun yang lazim adalah berperan sebagai pembimbing dan fasilitator
sehingga siswa belajar memecahkan masalah oleh mereka sendiri. Pada model PBM, fokus
pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga pembelajar (siswa) tidak saja mempelajari
konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan
masalah tersebut.
Model PBM ini digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dengan situasi
berorientasi pada masalah. Dengan model ini, siswa dapat berpikir kritis dan lebih kreatif dalam
belajar. Dengan membuat permasalahan sebagai tumpuan pembelajaran, siswa didorong untuk
mencari informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan. Dengan membuat
permasalahan sebagai tumpuan pembelajaran, siswa didorong untuk mencari informasi yang
diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan.
Dengan kata lain model PBM adalah suatu model pembelajaran yang didalamnya terdapat
serangkaian aktifitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah. Dalam pembelajaran ini masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran
dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga memberi pengalaman–pengalaman
beragam pada siswa yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti hipotesis, merancang
percobaan, melakukan penyelidikan, pengumpulan data, menginterpretasikan data, membuat
kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan. Pierce dan Jones dalam Rusman
(2012: 242) mengemukakan bahwa:
Kejadian – kejadian yang harus muncul dalam implementasi PBM adalah:
1. Keterlibatan (engagement): Mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah
dengan bekerja sama,
2. Inquiry dan investigasi: Mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi
3. Performansi : Menyajikan temuan
4. Tanya jawab : Menguji keakuratan dari solusi,
5. Refleksi terhadap pemecahan masalah.

Langkah – langkah model PBM menurut Ibrahim dan Nur dalam Rusman
(2012: 243) :
Tabel II.1 Langkah-Langkah Model PBM
Fase Indikator Perilaku Guru
1. Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan, dan
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah.
2. Mengorganisasi siswa untuk Membantu siswa mendefinisikan dan
belajar mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing pengalaman Mendorong siswa untuk mengumpulkan
individual / kelompok informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan Membantu siswa dalam merencanakan dan
menyajikan hasil karya menyiapkan karya yang sesuai, seperti
laporan, dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan Membantu siswa untuk melakukan refleksi
mengevaluasi proses atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
pemecahan masalah dan proses yang mereka gunakan.
Sumber : Rusman (2012: 243)
Sabtu, 20 Oktober 2012
Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan.
Taksonomi ini pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan
pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan).
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan
dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku
yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah
laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai
“pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada
tingkatan pertama.
Taksonomi Bloom dalam klasifikasi aspek kognitif mengalami revisi dari Taksonomi Bloom
versi lama ke Taksonomi Bloom versi baru. Klasifikasi Bloom dalam aspek kognitif versi lama
memiliki 6 level mulai dari C1 sampai level C6 yaitu :

C1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom. “Aspek pengetahuan
menekankan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-
informasi yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh
sebelumnya” (Suherman, dkk., 2001). Informasi-informasi yang dimaksud disini berkaitan dengan
simbol-simbol maematika, terminologi dan peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan prinsip-
prinsip.. Secara terinci, jenjang pengetahuan ini mencakup hal – hal seperti berikut ini :
1.1 Pengetahuan tentang fakta yang spesifik. Dalam hal ini siswa dituntut untuk mengingat
kembali materi yang mirip sama dengan materi yang telah dipelajarinya dalam kegiatan
belajar mengajar. Missal, diberikan beberapa bilangan cacah dan bukan bilangan cacah, siswa
( kelas I SMP ) dapat memilih bilangan yang bukan anggota bilangan cacah.
1.2 Pengetahuan tentang terminology. Dalam hal ini siswa dituntut untuk mengingat kembali
istilah – istilah atau symbol – symbol yang berkenaan dengan konsep matematika. Missal,
siswa dapat mengingat kembali definisi himpunan kosong.
1.3 Kemampuan untuk mengerjakan algoritma ( manipulasi ) rutin.

C2. Pemahaman
“Aspek pemahaman adalah tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang
berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu” (Suherman, dkk., 2001). Dalam
tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat
menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkan dengan ide-ide lain
dengan segala implikasinya. Secara teperinci, jenjang kognitif tahap pemahaman ini mencakup hal
– hal berikut :
2.1 Pemahaman konsep. Suatu konsep terbentuk dari komponen konsep, dan komponen ini
merupakan suatu fakta yang spesifik. Dengan demikian suatu konsep dapat dipandang sebagai
kumpulan fakta spesifik yang saling terkait secara fungsional. Misal, siswa dapat
mengurutkan bilangan rasional, dari yang terkecil ke yang terbesar.
2.2 Pemahaman prinsip, aturan dan generalisasi. Soal – soal yang berkenaan dengan aspek ini
berkenaan dengan hubungan antara konsep dan elemennya. Missal, siswa dapat menentukan
sifat yang berlaku pada suatu pecahan.
2.3 Pemahaman terhadap struktur matematika. Soal yang berkenaan dengan jenjang kognitif ini
menuntut siswa untuk memahami tentang sifat – sifat dasar dalam struktur matematika.
Missal, dengan menggunakan sifat distributive, siswa dapat mencari nilai dari variable dalam
suatu persamaan.
2.4 Kemampuan untuk membuat transformasi. Kemampuan ini dimaksudkan sebagai
kemampuan siswa untuk mengubah suatu bentuk matematika tertentu menjadi bentuk lainnya.
Missal, siswa dapat mengubah bentuk pecahan biasa menjadi pecahan decimal.
2.5 Kemampuan untuk mengikuti pola berpikir. Matematika kebanyakan disajikan secara
deduktif formal. Kemampuan untuk dapat mengikutinya disebut kemampuan mengikuti pola
berpikir matematik. Missal, jika ditentukan dua segitiga sama kaki berimpit alasnya, siswa
dapat membuktikan bahwa selisih antar sudut – sudut alasnya sama.
2.6 Kemampuan untuk membaca dan menginterpretasikan masalah social atau data matematika.
Missal, siswa dapat mengubah susatu permasalahan ke dalam bentuk matematika serta
menentukan penyelesaiannya.

C3. Penerapan atau Aplikasi


Menerapkan aplikasi ke dalam situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah. Pada
aplikasi ini siswa dituntun memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abseksi
tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam situasi
baru dan menerapkannya secara benar. Secara teperinci, jenjang kognitif tahap penerapan ini
mencakup hal – hal berikut :
3.1 Kemampuan untuk menyelesaikan masalah rutin. Masalah rutin adalah masalah atau soal yang
materinya sejenis dengan bahan pelajaran, begitupun cara penyelesaiannya. Missal, siswa
dapat menentukan sebuah bilangan dalam basis 7 yang merupakan bilangan prima ganjil.
3.2 Kemampuan untuk membandingkan. Soal yang masuk ke dalam tahap ini menuntut siswa
untuk dapat menentukan hubungan antara dua kelompok informasi atau lebih kemudian
memberikan penialian berupa keputusan. Perhitungan bisa digunakan dan pengetahuan yang
relevan biasanya diperlukan. Kemampuan penalaran dan berpikir logic sangat diperlukan.
Missal, diberikan beberapa buah data, siswa dapat menentukan data terbesar dan rata –
ratanya.
3.3 Kemampuan untuk menganalisis data. Kemampuan ini melibatkan kemampuan membaca,
mengumpulkan, menginterpretasikan, dan memanipulasi informasi. Kemampuan lainnya
adalah menilai suatu permasalahan ke dalam bagian – bagian sehingga dapat dibedakan antara
informasi yang relevan dengan yang tidak relevan, serta mampu untuk mengaitkan setiap sub
masalah. Missal, siswa dapat mengidentifikasi dan mengambil keputusan terhadap masalah
yang dihadapi.
3.4 Kemampuan mengenal pola, isomorfisme, dan simetri. Kemapuan ini melibatkan kemampuan
mengingat kembali informasi yang relevan, mentransformasi, komponen – komponen
masalah, memanipulasi data dan mengenal hubungan. Missal, ditentukan sebuah kesamaan
dengan beberapa variable, siswa dapat mencari nilai salah satu variabelnya dinyatakan
ndengan variable lain.

C4. Analisis
Dalam analisis, seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu
ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya. Tahap analisis ini dibagi menjadi
3, yaitu :
4.1 Analisis terhadap elemen. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk mampu mengidentifikasi unsure
– unsure yang terkandung dalam suatu hubungan. Missal, dengan menggunakan suatu konsep
pemfaktoran siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian suatu persamaan eksponen.
4.2 Analisis Hubungan. Dalam hal ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengecek
ketepatan hubungan dan interaksi antara unsure – unsure dalam soal, kemudian membuat
keputusan sebagai penyelesaiannya. Missal, siswa dapat menentukan nilai variable dari suatu
persamaan kuadrat.
4.3 Analisis tehadap aturan. Hal ini dimaksudkan sebagai analisis tentang pengorganisasian,
sistematika dan struktur yang ada hubungannya satu sama lain.

C5. Sintesis
Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan
menggabungkan berbagai faktor yang ada. Tahap sintesis ini dibagi menjadi 2, yaitu :
5.1 Kemampuan untuk menemukan hubungan. Soal – soal yang berkenaan dengan tahap ini
berupa kemampuan siswa untuk menyusun kembali elemen – elemen masalah dan
merumuskan suatu hubungan dengan penyelesaiannya. Missal, siswa dapat menentukan letak
suatu tempat dari tempat tertentu dengan menggunakan perbandingan.
5.2 Kemampuan untuk menyusun pembuktian. Perlu diketahui bahwa membuktikan bukan berarti
memberi contoh, meskipun contoh itu sebanyak – banyaknya. Jadi membuktikan tidak boleh
melalui contoh, pembuktian matematika sifatnya harus berlaku umum ( deduktif formal )
setelah itu untuk memperjelas bisa diberikan contoh.

C6. Evaluasi (C6)


Seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep
berdasarkam suatu kriteria tertentu. Tahap evaluasi ini dibagi menjadi 2, yaitu :
6.1 Kemampaun untuk mengkritik pembuktian. Hal ini berupa kemampuan siswa untuk memberi
komentar, mengupas, menambah, mengurangi, atau menyusun kembali suatu pembuktian
matematika yang telah dipelajarinya.
6.2 Kemampuan untuk merumuskan dan memvalidasi generalisasi. Tahap ini sejalan dengan tahap
analisis, tetapi lebih kompleks. Dalam tahap ini, siswa dituntut untuk merumuskan dan
memvalidasi suatu hubungan. Dalam hal ini, ia bisa diminta menemukan dan membuktikan
pernyataan matematika atau menentukan suatu algoritma dan membuktikannya.

Konsep taksonomi Bloom seperti yang telah disebutkan di atas, telah mengalami revisi atau
perbaikan. Pada dasarnya, masing-masing kategori tetap disusun secara hirarki dari urutan terendah
ke urutan yang lebih tinggi, dari C1 hingga C6. Taksonomi Bloom yang telah mengalami revisi
adalah sebagai berikut:

C1. Mengingat (Remember)


Mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dari ingatan jangka panjang. Adapun proses
dalam ranah kognitif ini adalah :
1.1 Mengenali (recognizing) atau mengidentifikasi : menemukan pengetahuan dari ingatan jangka
panjang yang sesuai dengan materi yang disajikan (misalnya: mengenali tanggal-tanggal
penting dalam sejarah Amerika)
1.2 Mengingat (recalling) atau menemukan kembali : menemukan hubungan atau kaitan antara
pengetahuan dari ingatan jangka panjang (misalnya: mengingat kembali hari-hari penting
dalam sejarah Amerika)

C2. Memahami (Understand)


Membangun pengertian atau makna dari pesan berupa perintah atau instruksi, termasuk secara
lisan, tertulis dan hubungan dengan kejadian yang sebenarnya atau dalam bentuk gambar. Adapun
proses dalam ranah kognitif tingkat ini meliputi:

2.1 Menafsirkan (interpreting) atau mengartikan/ menggambarkan ulang : mengubah dari satu
bentuk gambaran (misal: angka) ke bentuk lain (misal: kalimat) (misalnya: menafsirkan hal
penting yang disampaikan dan ditulis)
2.2 Memberi contoh (exampliying) atau mengilustrasikan : menemukan contoh yang sesuai dan
cocok atau mengilustrasikan suatu konsep (misal: memberi contoh macam-macam gaya
menggambar artistik)
2.3 Mengklasifikasi (Classifying) atau mengelompokkan : menentukan konsep yang ada pada
suatu materi atau kategori (misal : klasifikasi atau menentukan apakah kasus kelainan jiwa
akan diobservasi atau dideskripsikan)
2.4 Meringkas (summarizing) : meringkas suatu bagian yang umum atau poin-poin utama dari
suatu tema (misal: menulis ringkasan singkat dari kejadian-kejadian dalam bentuk gambar
yang direkam)
2.5 Menduga (inferring) atau mengambil kesimpulan atau memprediksi: menggambarkan
kesimpulan secara nyata dari informasi yang disajikan (misal: mempelajari bahasa luar,
menduga atau mengambil kesimpulan mengenai tata bahasa dari contoh yang disajikan)
2.6 Membandingkan (compairing) atau memetakan dan mencocokkan : mendeteksi atau mencari
kesesuaian antara dua ide, objek dan hal-hal yang serupa (misal: membandingkan kejadian-
kejadian bersejarah dengan keadaan masa kini)
2.7 Menjelaskan (explaining) atau membangun suatu model : membangun hubungan sebab-akibat
dari suatu sistem (misal: menjelaskan penyebab kejadian penting pada abad ke-18 di Perancis)
C3. Mengaplikasikan (Apply)
Menerapkan atau menggunakan suatu tata cara yang telah diberikan pada suatu keadaan. Proses
kognitif yang dilalui adalah :
3.1 Menjalankan (executing) : menerapkan suatu cara yang telah dikenal untuk tugas yang telah
biasa dijumpai (misal: membagi atau memisahkan satu kelompok angka dari kumpulan angka
yang lain, dimana kedua kelompok angka tersebut beranggotakan lebih dari satu angka)
3.2 Mengimplementasikan (implementing) : menggunakan cara yang telah ada untuk
menyelesaikan tugas yang belum dikenal sebelumnya (misal: menggunakan Hukum Newton 2
dalam keadaan yang tepat atau khusus).

C4. Menganalisis (Analyze)


Memutuskan suatu material ke dalam unsur-unsur pokok dan menentukan bagaimana
hubungan/kaitan dari satu unsur tersebut dengan unsur yang lain dan kedalam tujuan atau struktur
umum dari suatu materi. Proses kognitif yang dilalui adalah:
4.1 Membedakan (diffrentiating) atau memilih : membedakan bagian yang memiliki hubungan
dengan bagian yang tidak memiliki hubungan atau memisahkan bagian yang penting dengan
bagian yang tidak penting dari materi yang telah disajikan (misal: membedakan antara angka
yang berhubungan dengan angka yang tidak berhubungan dalam masalah kalimat
matematika)
4.2 Mengorganisir (organizing) atau menemukan hubungan, mengintegrasi, garis besar, uraian dan
menyusun secara struktur : menentukan bagaimana suatu unsur atau fungsi sesuai dengan
strukturnya (misal: menentukan kesesuaian fakta-fakta dalam cerita sejarah dengan fakta-
fakta yang sesuai atau keterangan sejarah yangbertentangan)
4.3 Menemukan makna tersirat (attributing) : menetukan pokok permasalahan, bias, nilai atau
maksud tersembunyi dari materi yang ada (misal: menentukan pokok permasalahan atau tema
yang diambil penulis essay dari sudut pandang politik)

C5. Evaluasi (Evaluate)


Membuat penilaian atau keputusan berdasarkan kriteria atau standar. Proses ini meliputi:
5.1 Memeriksa (checking) atau mengkoordinasi, menemukan, mengawasi dan menguji :
menemukan ketidaksesuaian atau kesalahan antara proses dan hasil; menentukan bahwa
proses dan hasil memiliki kesesuaian; mengawasi ketidakefektifan suatu cara dalam
penerapan (misal: menentukan bahwa ilmuwan mengambil kesimpulan dari data observasi
yang diperoleh)
5.2 Mengritik (Critiquing) atau memutuskan : menemukan ketidaksesuaian antara hasil dan
kriteria dari luar, menentukan bahwa hasil sesuai atau tidak, menemukan kesalahan dari suatu
cara yang menyebabkan suatu masalah ( memutuskan satu dar dua metode atau cara yang
terbaik untuk memecahakan permasalahan yang ada).

C6. Mencipta (Create)


Mengambil semua unsur pokok untuk membuat sesuatu yang memiliki fungsi atau
mengorganisasikan kembali element yang ada ke dalam stuktur atau pola yang baru. proses ini
meliputi :
6.1 Merumuskan (generating) : membuat hipotesis atau dugaan sebagai alternatif berdasarkan
kriteria yang ada (misal: menyusun hipotesis untuk laporan dari fenomena yang telah diamati)
6.2 Merencanakan (planning) atau mendesain : merencanakan cara untuk menyelesaikan tugas
(misal: rencana penelitian dengantelaah pustaka ditulis berdasarkan topik sejarah yang ada)
6.3 Memproduksi (producing) : menemukan atau menghasilkan suatu produk ( menciptakan suatu
lingkungan atau keadaan untuk tujuan tertentu)

Dimensi pengetahuan terdiri atas pengetahuan faktual (factual knowledge), pengetahuan


konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan
pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge).
1. Pengetahuan faktual adalah pengetahuan dasar yang harus diketahui siswa sehingga siswa
mampu memahami suatu masalah atau memecahkan masalah tersebut.
2. Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan-pengetahuan dasar yang saling berhubungan
dan dengan struktur yang lebih besar sehingga dapat digunakan secara bersama-sama
3. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan mengenai bagaimana untuk melakukan sesuatu;
metode untuk mencari sesuatu , suatu pengetahuan yang mengutamakan kemampuan,
algoritma, teknik dan metode.
4. Pengetahuan metakognisi adalah pengetahuan yang melibatkan pengetahuan kognitif secara
umum.
Perbedaan taksonomi bloom yang lama dan yang telah direvisi

Taksonomi Bloom dalam klasifikasi aspek kognitif mengalami revisi dari Taksonomi Bloom
versi lama ke Taksonomi Bloom versi baru. Klasifikasi Bloom dalam aspek kognitif versi lama
memiliki 6 level mulai dari C1 sampai level C6 yaitu pengetahuan, kepahaman, penerapan,
penguraian, pemaduan, dan penilaian. Dalam versi lama ini, sistem Klasifikasi Bloom memiliki satu
dimensi yaitu dimensi proses kognitif. Versi baru dalam Klasifikasi Bloom tentang aspek kognitif
memiliki dua dimensi, yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan kognitif. Dimensi
pengetahuan kognitif ini memiliki memiliki 4 kategori yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Namun kedua dimensi dalam
Taksonomi Bloom versi baru ini belum dipadukan. Pada Taksonomi Bloom versi baru , dimensi
proses kognitif juga dibagi menjadi 6 level. Keenam level ini mengalami beberapa revisi . Tabel
berikut ini menggambarkan perbedaan keenam level proses kognitif antara Klasifikasi Bloom versi
lama dengan Klasifikasi Bloom versi baru.
Level Klasifikasi Bloom versi lama Klasifikasi Bloom versi revisi
C1 Pengetahuan Mengingat
C2 Pemahaman Memahami
C3 Penerapan Menerapkan
C4 Analisis Menganalisis
C5 Sintesis Mengevaluasi
C6 Evaluasi Mencipta

Dari tabel di atas, terlihat perbedaan antara keenam level Taksonomi Bloom versi lama dengan
Taksonomi Bloom versi baru. Perbedaan terletak pada level C1 yang pada versi lama adalah
Pengetahuan menjadi Mengingat. Pada level C2, Kepahaman dipertegas menjadi Memahami. Pada
level C3, Penerapan dirubah sebutkan menjadi Menerapkan , demikian pula level C4 mengalami
perubahan dari Analisis menjadi Menganalisis. Perubahan yang paling mendasar ada pada level C5
dan C6. Penilaian pada versi lama menempati level C6 , sementara pada versi baru Penilaian
menempati level C5. Pemaduan ( Sintesis ) pada versi lama dihilangkan dan pada level baru
berubah menjadi Create ( Mencipta ).

Contoh soal penerapan Taksonomi Bloom :


Taksonomi Bloom yang lama

C1. Pengetahuan
Jenjang ini meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur yang telah
dipelajari oleh siswa. Contoh : Simbol unsur perak, tembaga, dan emas secara berturut-turut
adalah…..

C2. Pemahaman
Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat
menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkan dengan ide-ide lain
dengan segala implikasinya.
Contoh. (SMP)
“Terdapat sebuah segitiga siku-siku dengan panjang kedua sisinya adalah 3 cm dan 4 cm.
Berapakah sisi yang ketiga?”

C3. Penerapan
Penerapan adalah kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu mendemonstrasikan
pemahaman mereka berkenaan dengan sebuah abstraksi matematika melalui penggunaannya secara
tepat ketika mereka diminta untuk itu
Contoh. (SD)
“Manakah yang lebih luas, kebun yang berbentuk persegi panjang dengan panjang 314 m dan 12 m
atau kolam renang yang berbentuk lingkaran dengan jari-jari lingkarannya 12 m?’
Jawab.
Luas persegi panjang di atas yaitu 3768 cm2 sedangkan luas lingkarannya yaitu 452,6 cm2. Jadi
lebih luah persegi panjang.

C4. Analisis
Analisis adalah adalah kemampuan untuk memilah sebuh struktur informasi ke dalam komponen-
komponennya sedeikian sehingga hierarki dan keterkaitan antar idea dalam informasi tersebut
menjadi tampak jelas
Contoh. (SMP)
“Mengapa setiap persegi adalah persegi panjang”

C5. Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah
struktur yang unik atau system
Contoh. (SMA)
“Buktikan bahwa jumlah n buah bilangan asli ganjil berurutan sama dengan n2?”
Jawab.
Jmlah n suku pertama adalah:
1 + 3 + 5 + … + (2n - 1) = n x n
Untuk n = 1, persamaan di atas menjadi 1 = 1 x 1. Ini benar. Kemudian, andaikan persamaan itu
benar untuk n = k, maka :
1 + 3 + 5 + … + (2k - 1) = k x k.
Kita tambahkan 2 (k + 1) - 1 kepada kedua ruas persamaan terakhir. Maka diperoleh:
1 + 3 + 5 … + (2k - 1) + 2 (k+1) – 1 = k x k + 2 (k+1) – 1
= k2 + 2k + 1
= (k + 1) (k + 1)
Bentuk 1 + 3 + 5 … + (2k - 1) + 2 (k+1) – 1 = (k + 1) (k + 1) tidak lain dari bentuk persamaan
pertama untuk n = k + 1. Karena persamaan pertama itu benar untuk n = 1, n = k, n= k + 1, maka
persamaan itu benar untuk semua n bilangan asli.

C6. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan membuat penilaian (judgment) berkenaan dengan nilai sebuah idea, kreasi,
cara atau metode
Contoh. (SMA)
“Buktikan bahwa jumlah dua buah bilangan ganjil adalah bilangan genap?”
Jawab.
Andaikan m dan n adalah sembarang dua bilangan bulat, maka 2m+1 dan 2n+1 tentunya masing
masing merupakan bilangan ganjil. Jika kita jumlahka:
(2m+1)+(2n+1) = 2(m+n+1)
Karena m dan n bilangan bulat, maka (m+n+1) bilangan bulat, sehingga 2(m+n+1) adalah bilangan
genap. Jadi jumlah dua buah bilangan ganjil selalu genap.

Taksonomi Bloom yang baru

C1. Mengingat
Sebutkan rumus luas permukaan tabung ?
Alasan :
Pada C1, kerja otak hanya mengambil informasi yang telah diingat dalam satu langkah dan
menulisnya secara apa adanya. Untuk menjawab soal di atas, otak tidak berpikir namun hanya
mencari rumus luas permukaan tabung dalam ingatan lalu kemudian menuliskan bahwa rumus luas
permukaan tabung adalah L=2(πr2+πrt)

C2. Memahami
Jelaskan apa perbedaan dari luas permukaan tabung dan volume tabung ?
Alasan :
Pada C2, kerja otak mengambil informasi dalam satu langkah dan menjelaskannya secara rinci.
Untuk menjawab soal di atas, otak akan mengambil informasi tentang luas dan volume tabung
dalam sekali langkah kemudian menjelaskan luas dan volume tabung secara bersama-sama untuk
mengetahui perbedaannya. Jawaban soal akan bervariasi. Jadi untuk memeriksanya dapat dilihat
apakah jawaban yang diberikan sudah mengandung poin-poin penting.
C3. Menerapkan
Berapa volume tabung dengan jari-jari 10 cm dan tingginya 7 cm ?
Alasan :
Pada C3, kerja otak mengambil informasi dalam satu langkah dan menerapkan informasi itu untuk
memecahkan permasalahan. Untuk menjawab soal di atas, setelah mengetahui permasalahannya
tentang volume tabung maka otak akan mencari ingatan tentang rumus volume tabung. Setelah itu
langsung diterapkan dan bisa memecahkan permasalahan.
Diketahui : r = 10 cm
t = 7 cm
Ditanya : volume tabung ?
Jawab : Rumus volume tabung: V=πr2t
Volume tabung =πr2t
=π(102)(7)
=700π cm3

C4. Menganalisis
Umar mempunyai botol berbentuk tabung dengan jari-jari 10 cm dan tingginya 50 cm. Umar ingin
mengisi penuh botol tersebut dengan bensin. Jika harga bensin di SPBU Pertamina Rp4.500 per
liter, berapa uang yang harus disediakan oleh Umar ?
Alasan :
Pada C4, kerja otak mengambil informasi dalam satu langkah dan menerapkan informasi itu untuk
memecahkan permasalahan. Akan tetapi informasi itu belum bisa memecahkan permasalahan,
sehingga dibutuhkan informasi lain yang berbeda untuk membantu memecahkan permasalahan.
Untuk menjawab soal diatas, permasalahannya adalah berapa uang yang harus disediakan Umar
untuk mengisi penuh botol. Untuk itu perlu diketahui jumlah bensin yang harus dibeli, dalam hal ini
sama dengan volume botol karena botol akan diisi penuh.
Diketahui : harga bensin = Rp4.500
r = 10 cm
t = 50 cm
π didekati dengan 3,14
Ditanya : Berapa uang yang harus disediakan Umar
Jawab : Volume tabung = πr2t
= 3,14 x 102 x 50
= 15700 cm3
Volume dalam liter = 15,7 liter
Harga 15,7 liter bensin = 15,7 x Rp 4.500 = Rp 70.650
Jadi uang yang harus disediakan Umar untuk membeli bensin adalah Rp 70.650

C5. Mengevaluasi
Diketahui tabung A dengan volume 1500π cm3 dan tinggi 15 cm serta tabung B dengan luas
permukaan 500π cm2 dan jari-jarinya 10 cm. Tentukan apakah tabung A dan B merupakan tabung
dengan ukuran yang sama? Jelaskan jawabanmu!
Alasan :
Pada C5, suatu permasalahan menuntut adanya keputusan. Keputusan diambil setelah dilakukan
analisa secara menyeluruh. Untuk menjawab soal di atas perlu mengetahui apakah tabung A dan B
mempunyai jari-jari dan tinggi yang sama. Oleh karena itu harus dicari jari- jari tabung A dan tinggi
tabung B agar kedua tabung bias dibandingkan ukurannya.
Diketahui : VA= 1500π cm3
tA = 15 cm
LB = 500π cm2
rB = 10 cm
Ditanya : Apakah tabung A dan B memiliki ukuran yang sama ?
Jawab :
Tabung A Tabung A
VA = πrA2t LB=2(πrB2+πrBtB )
1500 π = πrA2(15) 500π=2(π102+π(10)tB )
rA2=1500 π 15 π 500π=2(100π+π(10)tB )
rA2=100 500π=200π+20πtB
rA=100 500π-200π=20πtB
rA=10 300π=20πtB
tB =300π20π
Diperoleh rA= rB = 10 cm, tA= tB=15 cm tB =15 cm
Jadi tabung A dan B memiliki ukuran yang
sama.
C6. Mencipta
Jelaskan secara matematika hubungan antara luas permukaan dan volume tabung!
Alasan :
Pada C6, otak dituntut untuk memikirkan sesuatu yang baru yang bias digunakan untuk
memecahkan persoalan. Misalnya menurunkan rumus yang baru dari rumus yang sudah ada
Penyelesaiannya dimulai dari menuliskan rumus luas permukaan dan volume tabung!
L=2(πr2+πrt)
V=πr2t
Kemudian mencari hubungannya
V=πr2t
r2=Vπt
r=Vπt …. Rumus 1
L=2(πr2+πrt)
L=2πVπt2+2πVπtt
L=2Vt+ πVt ….Rumus 2
Jadi hubungannya dapat dilihat pada rumus 2. Rumus 2 dapat digunakan langsung untuk mencari
luas permukaan tabung jika volume dan tinggi tabung diketahui.

Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini
pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi
menjadi beberapa domain (ranah, kawasan).
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan
dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku
yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah
laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai
“pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada
tingkatan pertama.
Taksonomi Bloom dalam klasifikasi aspek kognitif mengalami revisi dari Taksonomi Bloom versi
lama ke Taksonomi Bloom versi baru. Klasifikasi Bloom dalam aspek kognitif versi lama memiliki
6 level mulai dari C1 sampai level C6 yaitu :

C1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom. “Aspek pengetahuan
menekankan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-
informasi yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh
sebelumnya” (Suherman, dkk., 2001). Informasi-informasi yang dimaksud disini berkaitan dengan
simbol-simbol maematika, terminologi dan peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan prinsip-
prinsip.. Secara terinci, jenjang pengetahuan ini mencakup hal – hal seperti berikut ini :
1.1 Pengetahuan tentang fakta yang spesifik. Dalam hal ini siswa dituntut untuk mengingat
kembali materi yang mirip sama dengan materi yang telah dipelajarinya dalam kegiatan
belajar mengajar. Missal, diberikan beberapa bilangan cacah dan bukan bilangan cacah, siswa
( kelas I SMP ) dapat memilih bilangan yang bukan anggota bilangan cacah.
1.2 Pengetahuan tentang terminology. Dalam hal ini siswa dituntut untuk mengingat kembali
istilah – istilah atau symbol – symbol yang berkenaan dengan konsep matematika. Missal,
siswa dapat mengingat kembali definisi himpunan kosong.
1.3 Kemampuan untuk mengerjakan algoritma ( manipulasi ) rutin.

C2. Pemahaman
“Aspek pemahaman adalah tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang berhubungan
dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu” (Suherman, dkk., 2001). Dalam tingkatan ini
siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa
kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkan dengan ide-ide lain dengan segala implikasinya.
Secara teperinci, jenjang kognitif tahap pemahaman ini mencakup hal – hal berikut :
2.1 Pemahaman konsep. Suatu konsep terbentuk dari komponen konsep, dan komponen ini
merupakan suatu fakta yang spesifik. Dengan demikian suatu konsep dapat dipandang sebagai
kumpulan fakta spesifik yang saling terkait secara fungsional. Misal, siswa dapat mengurutkan
bilangan rasional, dari yang terkecil ke yang terbesar.
2.2 Pemahaman prinsip, aturan dan generalisasi. Soal – soal yang berkenaan dengan aspek ini
berkenaan dengan hubungan antara konsep dan elemennya. Missal, siswa dapat menentukan
sifat yang berlaku pada suatu pecahan.
2.3 Pemahaman terhadap struktur matematika. Soal yang berkenaan dengan jenjang kognitif ini
menuntut siswa untuk memahami tentang sifat – sifat dasar dalam struktur matematika. Missal,
dengan menggunakan sifat distributive, siswa dapat mencari nilai dari variable dalam suatu
persamaan.
2.4 Kemampuan untuk membuat transformasi. Kemampuan ini dimaksudkan sebagai kemampuan
siswa untuk mengubah suatu bentuk matematika tertentu menjadi bentuk lainnya. Missal, siswa
dapat mengubah bentuk pecahan biasa menjadi pecahan decimal.
2.5 Kemampuan untuk mengikuti pola berpikir. Matematika kebanyakan disajikan secara deduktif
formal. Kemampuan untuk dapat mengikutinya disebut kemampuan mengikuti pola berpikir
matematik. Missal, jika ditentukan dua segitiga sama kaki berimpit alasnya, siswa dapat
membuktikan bahwa selisih antar sudut – sudut alasnya sama.
2.6 Kemampuan untuk membaca dan menginterpretasikan masalah social atau data matematika.
Missal, siswa dapat mengubah susatu permasalahan ke dalam bentuk matematika serta
menentukan penyelesaiannya.

C3. Penerapan atau Aplikasi


Menerapkan aplikasi ke dalam situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah. Pada
aplikasi ini siswa dituntun memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abseksi
tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam situasi
baru dan menerapkannya secara benar. Secara teperinci, jenjang kognitif tahap penerapan ini
mencakup hal – hal berikut :
3.1 Kemampuan untuk menyelesaikan masalah rutin. Masalah rutin adalah masalah atau soal yang
materinya sejenis dengan bahan pelajaran, begitupun cara penyelesaiannya. Missal, siswa
dapat menentukan sebuah bilangan dalam basis 7 yang merupakan bilangan prima ganjil.
3.2 Kemampuan untuk membandingkan. Soal yang masuk ke dalam tahap ini menuntut siswa
untuk dapat menentukan hubungan antara dua kelompok informasi atau lebih kemudian
memberikan penialian berupa keputusan. Perhitungan bisa digunakan dan pengetahuan yang
relevan biasanya diperlukan. Kemampuan penalaran dan berpikir logic sangat diperlukan.
Missal, diberikan beberapa buah data, siswa dapat menentukan data terbesar dan rata –
ratanya.
3.3 Kemampuan untuk menganalisis data. Kemampuan ini melibatkan kemampuan membaca,
mengumpulkan, menginterpretasikan, dan memanipulasi informasi. Kemampuan lainnya
adalah menilai suatu permasalahan ke dalam bagian – bagian sehingga dapat dibedakan antara
informasi yang relevan dengan yang tidak relevan, serta mampu untuk mengaitkan setiap sub
masalah. Missal, siswa dapat mengidentifikasi dan mengambil keputusan terhadap masalah
yang dihadapi.
3.4 Kemampuan mengenal pola, isomorfisme, dan simetri. Kemapuan ini melibatkan kemampuan
mengingat kembali informasi yang relevan, mentransformasi, komponen – komponen
masalah, memanipulasi data dan mengenal hubungan. Missal, ditentukan sebuah kesamaan
dengan beberapa variable, siswa dapat mencari nilai salah satu variabelnya dinyatakan
ndengan variable lain.

C4. Analisis
Dalam analisis, seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke
dalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya. Tahap analisis ini dibagi menjadi 3,
yaitu :
4.1 Analisis terhadap elemen. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk mampu mengidentifikasi unsure
– unsure yang terkandung dalam suatu hubungan. Missal, dengan menggunakan suatu konsep
pemfaktoran siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian suatu persamaan eksponen.
4.2 Analisis Hubungan. Dalam hal ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengecek
ketepatan hubungan dan interaksi antara unsure – unsure dalam soal, kemudian membuat
keputusan sebagai penyelesaiannya. Missal, siswa dapat menentukan nilai variable dari suatu
persamaan kuadrat.
4.3 Analisis tehadap aturan. Hal ini dimaksudkan sebagai analisis tentang pengorganisasian,
sistematika dan struktur yang ada hubungannya satu sama lain.

C5. Sintesis
Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan
menggabungkan berbagai faktor yang ada. Tahap sintesis ini dibagi menjadi 2, yaitu :
5.1 Kemampuan untuk menemukan hubungan. Soal – soal yang berkenaan dengan tahap ini
berupa kemampuan siswa untuk menyusun kembali elemen – elemen masalah dan
merumuskan suatu hubungan dengan penyelesaiannya. Missal, siswa dapat menentukan letak
suatu tempat dari tempat tertentu dengan menggunakan perbandingan.
5.2 Kemampuan untuk menyusun pembuktian. Perlu diketahui bahwa membuktikan bukan berarti
memberi contoh, meskipun contoh itu sebanyak – banyaknya. Jadi membuktikan tidak boleh
melalui contoh, pembuktian matematika sifatnya harus berlaku umum ( deduktif formal )
setelah itu untuk memperjelas bisa diberikan contoh.

C6. Evaluasi (C6)


Seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep
berdasarkam suatu kriteria tertentu. Tahap evaluasi ini dibagi menjadi 2, yaitu :
6.1 Kemampaun untuk mengkritik pembuktian. Hal ini berupa kemampuan siswa untuk memberi
komentar, mengupas, menambah, mengurangi, atau menyusun kembali suatu pembuktian
matematika yang telah dipelajarinya.
6.2 Kemampuan untuk merumuskan dan memvalidasi generalisasi. Tahap ini sejalan dengan tahap
analisis, tetapi lebih kompleks. Dalam tahap ini, siswa dituntut untuk merumuskan dan
memvalidasi suatu hubungan. Dalam hal ini, ia bisa diminta menemukan dan membuktikan
pernyataan matematika atau menentukan suatu algoritma dan membuktikannya.
Konsep taksonomi Bloom seperti yang telah disebutkan di atas, telah mengalami revisi atau
perbaikan. Pada dasarnya, masing-masing kategori tetap disusun secara hirarki dari urutan terendah
ke urutan yang lebih tinggi, dari C1 hingga C6. Taksonomi Bloom yang telah mengalami revisi
adalah sebagai berikut:

C1. Mengingat (Remember)


Mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dari ingatan jangka panjang. Adapun proses dalam
ranah kognitif ini adalah :
1.1 Mengenali (recognizing) atau mengidentifikasi : menemukan pengetahuan dari ingatan jangka
panjang yang sesuai dengan materi yang disajikan (misalnya: mengenali tanggal-tanggal
penting dalam sejarah Amerika)
1.2 Mengingat (recalling) atau menemukan kembali : menemukan hubungan atau kaitan antara
pengetahuan dari ingatan jangka panjang (misalnya: mengingat kembali hari-hari penting
dalam sejarah Amerika)

C2. Memahami (Understand)


Membangun pengertian atau makna dari pesan berupa perintah atau instruksi, termasuk secara lisan,
tertulis dan hubungan dengan kejadian yang sebenarnya atau dalam bentuk gambar. Adapun proses
dalam ranah kognitif tingkat ini meliputi:
2.1 Menafsirkan (interpreting) atau mengartikan/ menggambarkan ulang : mengubah dari satu
bentuk gambaran (misal: angka) ke bentuk lain (misal: kalimat) (misalnya: menafsirkan hal
penting yang disampaikan dan ditulis)
2.2 Memberi contoh (exampliying) atau mengilustrasikan : menemukan contoh yang sesuai dan
cocok atau mengilustrasikan suatu konsep (misal: memberi contoh macam-macam gaya
menggambar artistik)
2.3 Mengklasifikasi (Classifying) atau mengelompokkan : menentukan konsep yang ada pada
suatu materi atau kategori (misal : klasifikasi atau menentukan apakah kasus kelainan jiwa
akan diobservasi atau dideskripsikan)
2.4 Meringkas (summarizing) : meringkas suatu bagian yang umum atau poin-poin utama dari
suatu tema (misal: menulis ringkasan singkat dari kejadian-kejadian dalam bentuk gambar
yang direkam)
2.5 Menduga (inferring) atau mengambil kesimpulan atau memprediksi: menggambarkan
kesimpulan secara nyata dari informasi yang disajikan (misal: mempelajari bahasa luar,
menduga atau mengambil kesimpulan mengenai tata bahasa dari contoh yang disajikan)
2.6 Membandingkan (compairing) atau memetakan dan mencocokkan : mendeteksi atau mencari
kesesuaian antara dua ide, objek dan hal-hal yang serupa (misal: membandingkan kejadian-
kejadian bersejarah dengan keadaan masa kini)
2.7 Menjelaskan (explaining) atau membangun suatu model : membangun hubungan sebab-akibat
dari suatu sistem (misal: menjelaskan penyebab kejadian penting pada abad ke-18 di Perancis)

C3. Mengaplikasikan (Apply)


Menerapkan atau menggunakan suatu tata cara yang telah diberikan pada suatu keadaan. Proses
kognitif yang dilalui adalah :
3.1 Menjalankan (executing) : menerapkan suatu cara yang telah dikenal untuk tugas yang telah
biasa dijumpai (misal: membagi atau memisahkan satu kelompok angka dari kumpulan angka
yang lain, dimana kedua kelompok angka tersebut beranggotakan lebih dari satu angka)
3.2 Mengimplementasikan (implementing) : menggunakan cara yang telah ada untuk
menyelesaikan tugas yang belum dikenal sebelumnya (misal: menggunakan Hukum Newton 2
dalam keadaan yang tepat atau khusus).

C4. Menganalisis (Analyze)


Memutuskan suatu material ke dalam unsur-unsur pokok dan menentukan bagaimana
hubungan/kaitan dari satu unsur tersebut dengan unsur yang lain dan kedalam tujuan atau struktur
umum dari suatu materi. Proses kognitif yang dilalui adalah:
4.1 Membedakan (diffrentiating) atau memilih : membedakan bagian yang memiliki hubungan
dengan bagian yang tidak memiliki hubungan atau memisahkan bagian yang penting dengan
bagian yang tidak penting dari materi yang telah disajikan (misal: membedakan antara angka
yang berhubungan dengan angka yang tidak berhubungan dalam masalah kalimat
matematika)
4.2 Mengorganisir (organizing) atau menemukan hubungan, mengintegrasi, garis besar, uraian dan
menyusun secara struktur : menentukan bagaimana suatu unsur atau fungsi sesuai dengan
strukturnya (misal: menentukan kesesuaian fakta-fakta dalam cerita sejarah dengan fakta-
fakta yang sesuai atau keterangan sejarah yangbertentangan)
4.3 Menemukan makna tersirat (attributing) : menetukan pokok permasalahan, bias, nilai atau
maksud tersembunyi dari materi yang ada (misal: menentukan pokok permasalahan atau tema
yang diambil penulis essay dari sudut pandang politik)

C5. Evaluasi (Evaluate)


Membuat penilaian atau keputusan berdasarkan kriteria atau standar. Proses ini meliputi:
5.1 Memeriksa (checking) atau mengkoordinasi, menemukan, mengawasi dan menguji :
menemukan ketidaksesuaian atau kesalahan antara proses dan hasil; menentukan bahwa
proses dan hasil memiliki kesesuaian; mengawasi ketidakefektifan suatu cara dalam
penerapan (misal: menentukan bahwa ilmuwan mengambil kesimpulan dari data observasi
yang diperoleh)
5.2 Mengritik (Critiquing) atau memutuskan : menemukan ketidaksesuaian antara hasil dan
kriteria dari luar, menentukan bahwa hasil sesuai atau tidak, menemukan kesalahan dari suatu
cara yang menyebabkan suatu masalah ( memutuskan satu dar dua metode atau cara yang
terbaik untuk memecahakan permasalahan yang ada).
C6. Mencipta (Create)
Mengambil semua unsur pokok untuk membuat sesuatu yang memiliki fungsi atau
mengorganisasikan kembali element yang ada ke dalam stuktur atau pola yang baru. proses ini
meliputi :
6.1 Merumuskan (generating) : membuat hipotesis atau dugaan sebagai alternatif berdasarkan
kriteria yang ada (misal: menyusun hipotesis untuk laporan dari fenomena yang telah diamati)
6.2 Merencanakan (planning) atau mendesain : merencanakan cara untuk menyelesaikan tugas
(misal: rencana penelitian dengantelaah pustaka ditulis berdasarkan topik sejarah yang ada)
6.3 Memproduksi (producing) : menemukan atau menghasilkan suatu produk ( menciptakan suatu
lingkungan atau keadaan untuk tujuan tertentu)
Dimensi pengetahuan terdiri atas pengetahuan faktual (factual knowledge), pengetahuan
konseptual(conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan
pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge).

1. Pengetahuan faktual adalah pengetahuan dasar yang harus diketahui siswa sehingga siswa
mampu memahami suatu masalah atau memecahkan masalah tersebut.
2. Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan-pengetahuan dasar yang saling berhubungan dan
dengan struktur yang lebih besar sehingga dapat digunakan secara bersama-sama
3. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan mengenai bagaimana untuk melakukan sesuatu ;
metode untuk mencari sesuatu , suatu pengetahuan yang mengutamakan kemampuan, algoritma,
teknik dan metode.
4. Pengetahuan metakognisi adalah pengetahuan yang melibatkan pengetahuan kognitif secara
umum.

Anda mungkin juga menyukai