Anda di halaman 1dari 19

LITERALLY LOVE

karya : Kelompok 1 (Satu)

Pagi yang indah. Awan secantik senja. Mentari tersenyum ria. Angin berlari
manja . Bunga tumbuh ceria. Burung menari bahagia. Tuhan, terimakasih telah
memberiku kesempatan hidup di bumi juga keluarga yang begitu hangat dan
penyanyang. Anna sayang Ayah Bunda, Anna sayang Eyang, Anna sayang adik , kakak
dan abang. Kecuali manusia jahat di luar sana.
“Katanya, yang lahir dari perut Bunda itu namanya orang ya Bun? berarti
Anna juga orang? tapi kenapa aku dipanggil Anna, bukan orang?" ucap si kecil Anna.
"Hahaha, iya sayang, semua orang yang dilahirkan mempunyai nama, termasuk kamu,
Anna." ucap Bunda Hera, ibu kandung Anna. "Nanti orang itu namanya siapa? Apakah
Anna juga?" Ucap Anna sambil menunjuk perut bundanya. "Bunda akan memberikan
nama yang berbeda dong setiap orangnya. Pertama Tareeza, kedua--" " Kedua
Ghazan, ketiga Freeya, keempat Anna, kelima orang " ucap Anna memotong perkataan
Bundanya dengan ekspresi datar.Bunda Hera dan Ayah Tama tertawa keras ,
sedangkan Anna hanya cemberut tidak mengerti apa-apa. Anna, anak keempat dari
keluarga kesayangannya.
"Dannn lahirlah seorang bayi kecil yang Anna sendiri beri nama. ". "Zahra.
Aku memberikan nama Zahra kan eyang??" Ucap Anna sambil tersenyum. "iya, kamu
memaksa terus ingin memberi nama untuk adik kamu yang terakhir". Eyang dan Anna
tersenyum lembut. Bunda Anna memang sengaja ingin berhenti mempunyai anak, ia
rasa punya anak 5 sudah lebih dari cukup.
Pagi ini terlalu indah untuk bercerita masa lalu. Hari ini aku harus sekolah
dan meninggalkan eyang. Aku masih rindu pada eyang. Beliau hanya setahun sekali
bermain ke rumah. Seperti lebaran saja setahun sekali. Dan kalau eyang kesini, pasti
menceritakan bagaimana bawelnya aku waktu kecil. Menceritakan bagaimana ayah
bunda merawat aku dan saudara-saudaraku waktu dulu. Karena aku selalu rindu masa-
masa dimana aku belum mengenal orang orang jahat di dunia ini.
Semua telah berkumpul di ruang makan. Ada Tama ayahku yang super galak
tapi baik, Hera bundaku tercantik, dan kelima anaknya serta Eyang. Tareeza atau biasa
disebut Risa ber anak 2 dan ber ayah 1, tentu. Ghazan atau ojan abangku satu - satunya,
ia pengusaha sukses seperti Tama yang juga mungkin akan disusul olehku. Freeya atau
kak Iya yang super pintar, buktinya ia mendapat beasiswa terus di kampusnya. Zahra
atau Ara generasi terakhir keluarga Tama, dan Yohana, eyangku yang lembut, serta
Anna anak ter polos dan banyak maunya, katanya. Anna Seehab Punjabi, Ia sangat
bawel, tapi jarang sekali ceria. Ia cantik, putih, tinggi, galak dan hobby melamun. Tapi
ia banyak teman, karena selalu dipercaya teman se gengnya sebagai pendengar yang
baik, mungkin?
Hari ini aku bersemangat sekolah karena hari Jum’at. Ini tahun pertengahan
ke- 2 ku di SMK 34 Bandung. Yah seperti yang kalian baca, aku bersekolah di SMK
yang mungkin sedikit peminatnya bagi orang yang famous. Sudah tau kan tempatnya
orang famous itu dimana? Kalau bukan SMA Negeri ya sekolah swasta elit. Dulu aku
terkenal, tapi sekarang jiwaku terasa terlempar dari kalangan anak muda. Mereka yang
berkuasa dengan uang akan lebih banyak teman daripada orang yang polos apa adanya.
Sejak saat itu, aku mulai membenci teman – teman SMPku. Ada acara aku kena tikung,
lalu cowok pas-pasan tapi selingkuh dan satu per satu temanku hilang tanpa kabar,
pergi saat dibutuhkan dan datang saat aku terpandang. Maksudku terpandang disini
adalah terkenal di sosial media. Pernah sekali aku coba gaya hidup tinggi dan lihat apa
yang terjadi. Mereka mulai menganggapku “teman”. Namun aku tidak melakukannya
lagi, kurasa itu menjijikan. Menjadi diri sendiri akan lebih nyaman. Berkat teman –
teman ku di 34, aku sadar bahwa hidup tidak bisa tergantung pada orang lain.
Aku lulus dengan nem yang kurang bagus, padahal aku pintar, dalam hal
mengoceh. Itu alasan mengapa aku ada di sekolah ini. Padahal bisa saja aku menyogok,
namun keluargaku tidak mengajarkan ku untuk curang. Aku pilih Jurusan Akuntansi,
bukan, Bunda sebenarnya yang memilih. Katanya di jurusan ini akan membuatku kaya
karena selalu menghitung uang orang lain. Aku berusaha menyibukkan diri agar bisa
nyaman sama sekolah ini. Aku ikut ekstrakulikuler alam, masuk OSIS dan les
mingguan Bahasa inggris. Entah apa yang merasuki ku padahal aku benci pelajaran itu.
Aku kelas 11 Kejuruan Akuntansi 1. Temanku tidak berganti, itu-itu saja karena tidak
ada sistem acak. Dan kalian tau apa yang membosankan? Di kelas ku isinya berjilbab
semua. Kecuali aku, karena menurutku belum ingin saja dan Bunda juga Ayah tidak
bisa memaksaku, toh mereka juga mau aku berjilbab karena ingin, bukan karena
dipaksa. Oh ya, di kelas tidak ada cowo yang bisa ku mintai traktiran, atau aku tabok
kalau aku kesal atau juga dijadikan curhat. Itu sangat membosankan. Menurutku
berteman dengan pria lebih seru kejujurannya daripada dengan wanita. Tapi aku
bersyukur, mereka terlihat apa adanya, mereka baik, dan aku bahagia.
Sudah cukup perkenalannya, sekarang aku mau bercerita tentang seorang
makhluk. Ia banyak digemari, bersosok tinggi dan berwajah tampan. Yah dia ketua
basket 34. Dia kelas 11 Jurusan Arsitek. Aku menyukainya dari awal masuk sekolah.
Siapa yang tidak suka? Dia tampan, tinggi, putih, badan ideal dan no minus. Sering ku
dengar gosip bahwa dia dingin, cuek dan sangat tidak peduli dengan cewek – cewek
yang mengejarnya termasuk aku. Aku sudah terbiasa diabaikan olehnya, aku tidak
peduli. Toh kalau menyukai seseorang dilarang keras untuk berharap disukai balik,
beresiko tinggi bagi hati. Padahal tiap detik aku mengharapkannya. Akupun aneh,
sebelumnya aku tidak pernah menyukai orang selama dan sedalam ini. Dulu mana mau
aku yang suka duluan, yang ada gengsi. Tapi sekarang, ambyar sudah. Pria bernama
Taysaar Ganna Hafzan telah merusak semuanya.
Hari ini jadwal Taysaar olahraga. Sudah tau dong kenapa aku suka hari
Jum'at?. Tidak hanya hari jumat saja, akupun selalu menonton Taysaar basket saat ada
jadwal eskulnya. Sambil melihat dari koridor atas, aku merasa sedih. Tak terasa
sebentar lagi aku akan berpisah dan tidak bisa melihat pemandangan indah lagi.
Apalagi kelas 12 tidak seutuhnya masuk 1 tahun .
" Ann, udah ada guru nih, ayo masuk " ucap Silla teman kelas Anna, ia sangat
cantik dan selalu setia menemani saat saat seperti ini. " Aku masih betah, La. ". " Ya
kalo Taysaar olahraraga sampai magrib juga kamu pasti bilangnya betah terus Ann". "
yaudah ayo ". " udahlah, ini tuh masa masa kita sekolah terakhir, nanti kita sibuk kuliah
dan kerja. Jangan sia sia in waktu kamu buat suka sama orang yang ga suka kamu,
come on Ann, banyak cowo cowo disana yang nunggu kamu". " Aku gamau la, gatau
kenapa instingku tentang Taysaar benar, "." benar apa?". " benar bahwa dia jodohku"
ucap cengir Anna membuat Silla geleng geleng kepala.
6 bulan kemudian…
Setelah Ujian akhir semeter berakhir, Sekolah mengadakan classmeet selama
3 hari. Tentu saja aku tidak boleh melewatkannya karena Taysaar pasti main. " Oke
kaka kaka yang cantik dan tampan untuk lebih memeriahkan acara classmeet di akhir
tahun ini, buat yang mau titip titip pesan buat si doi bisa tulis di kertas dan simpan di
box depan yaa " ucap MC terkenal di 34 Bandung, Gege. Pertandingan basket kelas 12
pun sudah mulai. Dan MC pun mulai membacakan satu per satu pesannya. " Oke yang
pertama untuk bang Adit nicc dari Teteh Dita, semangat basketnyaa muac muac , uncc
meni romantisme kie iyeu teh , netizen siap siap lebih baper di penghujung taun 2018
ini oksss! bang rama semangat , kalo menang aku kasih itu ... , wah wah wah APANIH!
, dari anisa adik kelas buat kamu ka Andi, aku mencintaimu sejak pertama melihatmu
, aweuuu aweuuuu mantan ketos jadi target dede gemesh eyy, ka Taysaar jangan judes
judes nanti tampannya nambah, Taysaar nanti pulang bareng yukk, Taysaar sayang
semangattt, Taysaar aku menunggumu sejak kamu lahir, wadududuhh bang Taysaar
jadi target setelahnya nihh. Ehh asal kalian tau aja ya netijen Taysaar itu udah punya
pacar. " ucap Gege setelah beres membaca semua kertas yang terlipat di wadah.
Pertandingan basketpun semakin seru setelah Taysaar memasuki poin beberapa kali
ditambah MC yang unyu unyu itu terus menggoda Taysaar. " Pacarnya adalahhhh,
jeeng jeeng jengggg. AKU. hehe". "huuuuuuuu!!!" Semua siswa bersorak karena
Taysaar sudah sangat popoler di kalangan siswa siswi 34 Bandung.
Selain mereka ricuh dengan pertandingan basket, disini , di koridor kelas atas
aku sangat bersemangat menonton Taysaar sekaligus aku bahagia karena handuk yang
aku berikan sewaktu Taysaar ulang tahun yang ke - 17 dipakai. Yah, saat Taysaar ulang
tahun, aku diam diam memberikan kado seperangkat alat basket, hanya handuk dan
headband saja sih. Aku menitipkan lewat temannya.
Kali ini aku ditemani Sani. Ia teman sekelasku juga. Tempat berceritaku
banyak, tidak hanya 1/2 melainkan 1 baris. Kami sama sama tukang gosip. Oh ya, Silla
sakit, jadi tidak bisa masuk sekolah. "San, aku ga mimpi kan? Sannnn aku seneng
banget!". " Uuwww senengnya. Tapi sayang sih dia kan taunya itu bukan dari kamu".
" Ya masa bodo lah tentang itu, yang penting dipake!!!" ucap gregetku saking
senangnya. Namun disana terlihat ada seorang wanita yang duduk di dekat lapang. Ia
membawa botol minuman segar dan nampaknya itu akan diberikan pada Taysaar.
Dilihat dari jauh sih seperti ka Yessy, anak osis kelas 12 yang sangat baik. Ah mungkin
wajar saja ia datang untuk menyemangati Taysaar sesama rekan osis.
Pertandingan pun berakhir juara yang dimenangkan oleh kelas Taysaar yang
pemainnya terdapat geng tampan juga. Yang jago hanya Taysaar sih, sisanya hanya
ingin pamer tampan. Hari pun berganti jadi sore, cuacanya mendung dan angin mulai
memasuki tubuh mungilku. Padahal aku alergi singin, semua badanku bisa pegal dan
hidungku bisa mimisan. Aku tidak peduli, aku sangat senang dan tidak ingin berpindah
dari sini. Taysaar terus membawa bawa handuk itu, dijinjing, di simpan di kepala, di
simpan di dada bidangnya dan dipegang erat erat. Saat ia jadi wasit pun, handuknya
masih di bawa. Ga kebayang tuh hati semeledak apa sampai sampai makan saja tidak
ingin kecuali kalo Sani membelikannya. Aku sudah terhipnotis pria tampan.
Tak terasa hari-hari pun berlalu cepat seperti air sungai yang mengalir.
Niatnya, setelah pulang les Inggris aku mau menonton Taysaar eskul basket. Mumpung
hari Rabu dan biasanya koridor kelas atas sepi. "Mau nonton lagi?’’ tanya Silla padaku.
“Hmm’’ jawabku disertai anggukan yang semangat. “Kali ini aku temani deh, siapa tau
ketagihan juga nonton Taysaar.’’ Dengan reflek aku menabok lengan Silla. Habisnya
kalau ngomong gak difilter dulu sih.“Ann, kamu yakin mau bersaing sama anak cewe
sebanyak itu? Bayangin deh. Kelas 12 ada 30 orang. Kelas 11 ada 27 orang. Kelas 10
ada 115 orang. Total jadi seratus….’’ “Aaaaaaa itu Taysaarrr!!!!’’ teriakku pelan
sambil jingkrak – jingkrak di koridor atas kelas. Posisi yang tepat untuk menonton anak
basket. Silla hanya geleng – geleng kepala saja. Aneh dengan rutinitasku yang suka
hari rabu dan jumat di jam pulang. Silla tidak bisa lama-lama menemaniku disini. Ia
sudah dijemput pacarnya di depan. Akupun berniat pergi 15 menit lagi karena Taysaar
juga sebentar lagi beres. " Eh mbak Anna, masih suka nontonin Taysaar nih? ". " siapa
ya? Anna gakenal sama bapak". " Masa gatau saya sih , neng cantik " ucap genit pria
tua itu sambil menyentuh bahu Anna. " Eh apa apaan ini. Jangan macem macem ya
Anna bisa teriak!" ucap Anna sangat ketakutan." Hahahha, cuman ada kita disini, dan
yang lagi main basket juga gakan denger. Taysaar pasti lebih merhatiin basket daripada
kamu, cantik " Ucap pria tua itu sambil memegang kedua bahu Anna.
"Tolonggggg!!!!!!! TOLONGIN ANNA, MOHONNNN!!" Anna ketakutan. Benar
benar ketakutan. Ia punya trauma tinggi tentang orang orang jahat yang dulu
menyakitinya. Seperti penculikan, pencopetan, dan lainnya. Makanya Anna sangat
tidak ingin berteman dan berkenalan dengan mudahnya dengan orang orang di luar
sana. " Anna mohon omm, Anna mohon jangan sakitin Anna. Anna salah aapa sama
om? Anna juga gakenal sama om. Anna mohonnnn ommm" ucap Anna gemetar sambil
menangis. " Denger ya cantik, suruh siapa kamu sore sore begini masih nontonin pacar
kamu hah? Saya juga tampan. Saya berhak mendapat perlakuan manis dari orang cantik
dari kamu" Pria tua itu semakin menjadi jadi. "Tolonggggggg--". "Aaaaaa!". Suaraku
berteriak kaget. Pria tua itu jatuh tidak sadarkan diri. Taysaar dan beberapa temannya
datang. Taysaar menendang keras punggung pria itu dari belakang. Demi apapun aku
merasa lega. Aku senang, sudah hampir mau pingsan tadi. "Udah jangan nangis, udah
ada kita disini." ucap Acil sambil menenangkanku. Ia mantan ketua basket sekaligus
teman dekat Taysaar. "Mau ngapain sih kamu disini ? Jam segini masih keluyuran di
sekolah. Nonton pacarnya gabisa besok besoknya? Demi modus ginian kamu rela diem
di sekolah? Hah? " ucap kejam itu keluar dari mulut Taysaar. Aku kaget setengah mati
, baru pertama kali aku melihat Taysaar marah." AKU DISINI BUAT NONTONIN
KAMU DAN AKU GAPUNYA PACAR TAYSAAR, INGET YA!" Aku kesal sambil
mengusap air mata di pipi, aku meninggalkan semua orang disana tanpa mengucapkan
terimakasih, lupa. "Mau kemana kamu?" ucap Taysaar sambil berdiri. "PULANG!".
"Sama siapa?". "PACAR!". Aku pergi dengan cepat. Baru saja aku merasa senang ,
sudah dibuat sakit hati lagi. Mungkin aku tidak pantas bahagia. Taysaar memberi kode
kepada Acil untuk memberikan kunci motornya. Meskipun Taysaar marah karena
khawatir, ia tidak bisa membiarkanku pergi sendiri apalagi setelah kejadian ini. Hari
ini Taysaar bawa mobil. Jadi sedikit ribet untuk mengejarku. Pria tua itu sudah
ditangani oleh Acil dan sudah dilaporkan ke polisi. Dia adalah tukang bangunan di
sekolah. Tenyata diam diam ia menguntit Anna, sampai tau Anna diam di sekolah
sampai sore untuk Taysaar.
Saat depan gerbang sekolah, Taysaar menghampiriku. "Mana pacar kamu?"
ucap Taysaar sambil mengendarai motor ninja merah. "ada, bentar lagi juga dateng!"
ucap judesku sambil mengusap air mata, aku masih menangis. " Maaf. Ayo pulang". "
Bentar lagi juga pacar Anna dateng gausa--". Taysaar merebut handphoneku dan
membatalkan pesanan ojek online nya. Kebetulan hari ini aku tidak dijemput. "Naik".
Aku malah cemberut melihat Taysaar. "Naik atau dikasih pria tua itu lagi?" Dengan
cepat aku menaiki motor itu dan memeluk erat Taysaar. " Jangan pernahh ngomong
ngomong lagi tentang ini , Anna bener bener takut, Anna punya penyakit trauma tinggi.
Anna mohon" Aku memeluk erat tubuh Taysaar. "Maaf" Taysaar memegangi tangan
Anna yang mungil.
Taysaar menjalani motor itu dengan pelan. Sambil menikmati udara sore
Taysaar berusaha menenangkanku. Ia benar benar menyesal atas kejadian hari ini yang
menimpaku. Ia tidak bisa berada di dekatku. Meskipun sebenarnya Taysaar tau aku
selalu pulang sore untuk menunggunya. Setelah menanyakan arah rumah dan segala
macem, kami sampai di depan rumah. Tanpa banyak kata Taysaar langsung
menyalakan motor dan pergi. "Taysar. " ucapku memberhentikan motornya. "Hm?". "
Makasih , udah anterin Anna pulang dengan selamat. " "hm". " Taysaar," " kenapa?".
"Makasih sekali lagi". "iya Anna. Tapi kan aku kaka kelas, kenapa gapake 'ka' ? ". " Ga
mau, ga nyaman". Taysaar hanya diam. Ia menyalakan motornya."Taysaar,". "kenapa
? mau bilang makasih lagi?". "Anna gapunya pacar. Anna juga nontonin Taysaar, Anna
ganontonin yang lain. Anna ga modus kesiapa siapa selain Taysaar. Beneran". " oh ".
" Hah? ". "yaudah. terus kenapa?" " ko cuman jawab 'oh' doang sih " ucapku sedih.
"Masuk sana " Aku tidak menjawab dan malah nunduk " Anna cepetan. Motor nya di
tunggu Acil." " oke, hati hati Taysaar. Makasih " ucapku tanpa melihat Taysaar dan
"brukkk!" Awww. Aku menubruk gerbang rumahku sendiri. Suruh siapa berjalan tanpa
melihat ke depan. haduh. " Ann, gapapa?". " gapapa, " ucapku sambil berbalik,
perlahan aku menangis. " Ann kenapa? sakit ? mana yang luka?" ucap Taysaar
mendekatiku setelah turun dari motor. " Anna malu " aku menangis. " huhh. " Taysaar
bernafas lega. Ia ta habis pikir kenapa juga harus nangis. " yaudah sana masuk ". " Hati
hati , liat liat jalannya " lanjutnya. Aku pun masuk ke halaman rumah. " aduhhh!" kali
ini Aku menendang batu dan hampir kehilangan keseimbangan. "huaaaaa!!!" Aku
menangis semakin kencang. "Ann udahh jangan nangiss, gausah malu lagiii aku gapapa
ko beneran dah " ucap Taysaar sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.
Hari ini waktunya berkumpul dengan keluarga kesayanganku, ada eyang
juga. Kami berencana mengantar Bang Ojan ke Bandara di Jakarta. Ia ada urusan bisnis
di Jerman dan akan tinggal disana selama 1 tahun. Tentu kami sedih, 1 tahun adalah
bukan waktu yang sebentar. Kemarin lusa Kak Freeya dapat KKN di Jogja 6 bulan dan
Ara ambil kelas pesantren di Bandung. Ka Risa pun sudah beda rumah. Kini di rumah
hanya ada aku, Bunda, Ayah dan Eyang. Aku memaksa Eyang untuk tinggal di rumah
karena Bunda dan Ayah sering ke luar kota urusan bisnis. Kami mengunjungi Mall
terdekat untuk makan di sebuah restoran sunda kesukaan eyang. Bunda juga
membekali Bang Ojan beberapa mantel hangat. Aku senang dan selalu berharap kami
akur seperti ini. Walaupun ada yang beberapa LDR tapi kami tetap saling menyayangi.
Saat sampai di rumah, bunda memanggilku ke ruang keluarga. Di sana ada
Ayah dengan tampang seriusnya dan Eyang sedang membaca majalah. "Ada apa
bunda? Anna ngantuk." ucapku sambil duduk dekat bunda. "Bunda mau ngomong
sesuatu yang penting sama Ayah. Bunda berencana menikahkan puteri kesayangan
bunda," "Bukannya Ka Iya masih kuliah ya Bun? Lagian Bang Ojan juga belum nikah"
ucapku memotong. "Bukan Kakakmu, tapi kamu" "HAAAA??? BUNDA APA
APAAN IH GASUKA ANNA GALUCU DEH BENERAN" Sontak aku berdiri kaget
dengan omongan bunda yang sangat tidak masuk akal. "Anna, duduk gausah teriak-
teriak. Jodohmu itu anak temen Ayah di kampung. Dia sekolah juga di Bandung." "Tapi
ayah. Anna masih kecil terus masa ngelangkahin Bang Ojan sama Kak Iya, Aneh
banget ini bun" ucapku tanpa spasi sambil duduk. "Yaa menurut Eyang juga kalau
kamu nikah duluan tidak ada salahnya. Kamu cucu kesayangan eyang, eyang mau lihat
kamu bahagia sebelum eyang gaada." "Eyang ih apaan ah. Dah pokonya Anna gamau
ya, Anna tidur! samlikum!" aku meninggalkan ruang keluarga dengan penuh emosi.
Benar-benar, mereka kemasukan jin apa sih sampai bilang begitu. "Apa ayah yakin
anak teman ayah itu bisa dipercaya?" ucap bunda sedikit ragu, wajar. "Hm, dulu kami
sepakat menjodohkan tapi Ayah menganggap ini serius. Ayah hanya terlalu
menyayangi Anna, dia butuh pendamping hidup dengan cepat." "Eyang setuju eyang
setuju, kali kali bawa dia ke rumah ya Tama. " ucap eyang sambil mengacungkan
jempol. Aku diam-diam menguping penasaran sosok jodoh untukku nanti. Sumpah aku
malas, alasan perjodohan? Sangat kuno sekali. Pokoknya aku tidak mau!.
Besok ada acara diklat osis di Lembang. Tentu aku sangat senang, Taysaar
ada disana. Aku sudah tidak ingin memikirkan omongan mereka masalah perjodohan
lagi. Seperti biasa anak kelas 10 yang baru masuk akan kami beri pelajaran sedikit.
Sekaligus latihan sertijab pada kelas 11.“Ada yang liat Anna?’’ ucap Andi mantan
ketua osis. “Disinii.. disini ka.. maaf datang ter..” “Apa kamu tau? Kita harus nunggu
20 menit buat nunggu anak ngaret gajelas disini.” “Aku datang sedikit terlambat,
padahal hanya telat 19 menit lebih 55 detik. Ia melebih – lebihkan , hih 20 menit
apanya!” Ucapku dalam hati. Namanya Lisa, dia mantan Taysaar yang sangat sinis
padaku karena aku menyukai mantannya. Suruh siapa selingkuh, punya pacar ganteng
di sia-sia in, kan nyesel jadinya. “Sudah lengkap ya? Ayo masuk ke Bis.” Ucap Andi.
“Ann, masuk.” Andi menyuruhku duduk di kursi kosong yang sepertinya secara tidak
langsung ia mengajakku duduk dengannya. “Okay ka.” Aku menurut saja, karena aku
tidak merasa dirugikan. Toh Taysaar duduk dikursi depanku. Selama perjalanan Andi
terus mengoceh. Ia bercerita tentang pengalamannya menjadi ketos. Sedangkan aku
tidak mendengarkannya. Aku terganggu dengan pemandangan di depanku. Lisa terus
menempel pada Taysaar. Sangat menyebalkan!. “arggghhh!.” Sontak semua orang
melihat ke arahku. “Kenapa Ann? Ada yang luka?” tanya Andi khawatir. “Ohhh haha..
hahaha.. itu ka aku lagi latihan nyanyi katanya biar suara bagus harus banyak teriak.
Haa..ha..” Semua orang ber oh ria padahal itu entah alasan yang tepat entah bukan. Ahh
masa bodo yang jelas aku malu Taysaar memandang aneh terhadapku. Kamipun
dibagikan makanan ringan oleh ka Yessy. Semua dibagi rata dan makanan Taysaar
entah kenapa diberikan lagi pada ka Yessy. Apakah Taysaar puasa? Tidak mungkin.
Sesampainya di Lembang, kami menyiapkan kamar dan segala peralatan yang
dibutuhkan untuk diklat. Yah, tidak ada istirahat. Padahal kalau dibilang cape sangat
cape, enaknya rebahan sambil nonton drama korea. Tapi harus sadar diri aku disini
bukan untuk liburan. Semua anggota osis baru sudah dikumpulkan dan melaksanakan
post to post. Ini sangat seru, akhirnya mereka merasakan bagaimana rasanya dirundung
seperti aku dan teman osis lainnya tahun lalu. "JAWAB!!!" ucap tegas Andi. Aku
tersentak kaget. Aku tertidur pada tembok yang cukup tinggi, lelah sekali rasanya
padahal tidak ngapa-ngapain. Beberapa detik kemudian perutku bunyi. Seperti orang
kelaparan, buru-buru aku bersin untuk menutupi suara perut. Ahhh sangat memalukan!.
"Ngantuk tidur laper makan. " ucap tiis Taysaar. Bukannya menjawab aku malah
menatapnya seperti orang bodoh, antara percaya dan tidak percaya kok bisa manusia
es itu care? ya meskipun dalam perkataan yang biasa saja. " Ahh.. itu kaa anuu.. itu
aku gak laper tadi suara kodok kayanya.. push pushh keluar kamu takk katakk.. " "
Bisa izin ke Andi. Jangan maksain" Taysaar pun pergi tanpa meninggalkan sepatah
kata lagi. Demi apasih itu orang mau ngobrol walaupun sedetik. Rasa ngantuk pun
hilang, dan aku sudah kenyang dengan omongan care Taysaar. "Yuhuuuu!!!!!!!!".
Semua orang di ruangan melihat, dan aku langsung terdiam sebagai tanda ucapan maaf.
Andi yang tadinya sibuk memarahi anggota osis jadi tertawa kecil melihatku. Ah tiada
hari tanpa memalukan bagi seorang Anna. Bunda dan ayah, sepertinya sudah pasrah
mempunyai anak sepertiku.
Api unggun pun menyala. Setelah beberapa kali gagal karena kurangnya kayu
bakar. Kami semua dikumpulkan di halaman Villa sebagai acara bebas. Acara diklat
sudah resmi beres besok pagi. Malam ini waktunya bersenang-senang seperti biasa
Andi dan Taysaar main gitar dan semua orang menyanyi. Semua orang menikmati lagu,
canda tawa dan keharmonisan. Dan aku hanya menikmati Taysaar. Kami layaknya
keluarga kecil ketiga, setelah rumah dan sekolah. Jam 12 malam pun tiba. Kami di bagi
kelompok untuk jerit malam. Ini sih sebenarnya tidak terdaftar di acara, tapi Udin
sekbid Olahraga kelas 12 menyarankan ini. Si Udin itu memang tidak punya hati, sudah
tau aku penakut tapi tidak mau mengerti. Tapi setelah beberapa detik kemudian aku
berterimakasih padanya dalam hati. Karena Udin aku bisa 1 kelompok dengan Taysaar.
Meskipun Udin masuk kelompok dengan kami, tapi dia bukan penghambat toh Taysaar
kan gak suka cowo apalagi macam Udin.
"Ada yang keberatan dengan kelompoknya?" ucap Andi. "tiii..daak.." ucapku
sangat kecil. "Aku, aku mau sama Taysaar Di, gak nyaman kalau di kelompok ini
cewek semua kan harus ada pelindung" ucap Lisa si nenek lampir. "Baiklah Tay--"
"Udah ayo udah jam set1 malam nanti keburu pagi. " ucap Taysaar memotong ucapan
Andi dan langsung pergi begitu saja. Ucapku yes dalam hati dengan penuh tenaga
karena senang tidak jadi tukar kelompok. Bye bye Lisa jelek. Ah senang sekali aku
memojokkan dia meskipun beraninya cuman dalam hati. " Ka, emang bener ya jalannya
kaya gini?". Baik Taysaar maupun Udin gak ada yang jawab pertanyaanku. Kalau
Taysaar sih gak papa, dia cool cool saja bersikap acuh. Tapi ini si Udin, apa-apaan?
Sangat menjijikan. "Anna, menurut geografis, arah jalan ditentukan dengan niat hati
dan bantuan doa, kamu sebagai wanita harus bisa meminta doa pada Tuhan sebanyak-
banyaknya, karena-- ehh buset dah gua ditinggal woyyy Ann, Tayy, tungguinnn!!!" .
Kami terus berjalan menelusuri hutan. " Aaak!!" Kakiku menendang batu
keras cukup besar. "Jalan itu pakai kaki liatnya pakai mata Anna jelek! Sini gue
bantuin" ucap si Udin. "yeee kalo ga niat bantu gausah sosoan bantu Udin jelek" Btw
aku sama Udin sudah seperti teman seumuran karena kami bisa dibilang dekat tapi
tidak akur, sering berantem karena Udin sering ngajak ribut. "Lo bawa sendalnya, gue
bawa nene sihirnya. " ucap Udin pada Taysaar. Taysaar hanya menanggapi dengan
diam. "Paansih Din, kamu mau gendong Anna? Ogah ah. Anna bisa sendiri, mending
jalan kaki daripada nempel ke Udin. " "Dih dasar nene jomblang udah dibantuin malah
ngatain" "Naik" Taysaar langsung memposisikan diri jongkok depan mereka. Aku dan
Udin pun terdiam saat Taysaar buka suara. "Gue Tay?? Asikkk" Namun Udin terjatuh
saat Taysaar pindah ke depan Anna. "Aku gapapa ko ka, lagian aku berat banget aku
yakin ini bakal malu-maluin hehe.." "keburu pagi" ucapnya masih dalam posisi
jongkok. Mau gak mau aku naik ke punggung Taysaar. Senang? Sudah pasti ini kaya
mimpi yang gabisa aku lupain. Punggung Taysaar yang hangat dan parfumnya yang
wangi bikin aku nyaman dan rasanya gamau turun seharian. "Lo bawa sendalnya gue
bawa Anna" Kini ucapan Udin berbalik pada dirinya sendiri. Ahhhhhhh aku sudah
seperti puteri yang direbutkan 2 pangeran yang padahal Udin sangat jauh tampangnya
jika harus disebut pangeran. Hihi ampun yak, Udin. Sepanjang jalan aku tersenyum
bahagia padahal itu dini hari di tengah hutan. Selama ada Taysaar aku merasa dunia
adalah Surga.
"Turun". Hening, ucapan Taysaar diacuhkan. Udin sudah duluan pergi ke
depan Villa lapar katanya ingin jagung bakar. "Ann? Tidur?" Aku tertidur di pangkuan
Taysaar.Mau gak mau dia harus nurunin aku depan semua orang di Villa nanti. Tapi
aku gak tau kenapa Taysaar mau nurunin aku di jalan, bukan di depan Villa. Aku
senang saja, tidak merasa dirugikan. Aku sudah bangun padahal, hanya saja ingin
berlama lama memeluk pria tampan bernama Taysaar Ganna Hafzan ini. Dari kejauhan
anak-anak sudah melihat serius ke arah kami sambil memakan jagung bakar mereka.
"Anna kenapa Tay?" ucap Andi panik menghampiri kami. "Kelihatannya?" balas
Taysaar dingin. "Anna tidur? Sepanjang jalan?" sahut Andi lagi. " Tadi si nenek sihir
kakinya nendang batu terus kakinya luka, jadi Taysaar nawari diri deh buat gendong
Anna." ucap si Udin yang gak pakai spasi koma sambil gigit jagung. "Langsung bawa
aja ke kamar, Mel, tunjukkin ke Taysaar kamarnya." "Oke ka, ayo ka Taysaar" ucap
Amel. Ia salah satu teman dekatku di osis. Namun pandangan Taysaar tidak berhenti
menatap wanita yang ada di pojok sana, nampaknya melihat ke arah Yessy. Entah apa
yang aku lihat sekarang, namun Taysaar tidak berhenti menatap Yessy, yang dikenal
sebagai wanita paling ramah di osis. Sesampainya di kamar, Amel mengucapkan
banyak terimakasih pada Taysaar, lalu Taysaar pun pergi. Aku terbangun dari kasur
karena ingin melihat kepergian Taysaar namun tidak keburu. "Loh Ann, udah bangun?
Kaki kamu mana yang sakit?" " Taysaar nya mana? udah pulang? yahh kenapa dia gak
tidur disini aja sama Anna." " Hushh ngawur kamu. Jadi kamu ngerjain dia? Berani
banget kamu Ann sama kaka kelas, ka Taysaar lagi." " Hahaha, bodo amat deh. Yang
penting aku gak akan mandi 7 hari 7 malam biar wangi Taysaar terus nempel"
"Teerserahhh aku mau tidur aja." ucap Amel pasrah sambil tarik selimut. 20 menit
kemudian setelah aku basuh muka, aku berniat keluar cari udara segar karena waktu
menunjukkan pukul set 5. Aku berjalan berniat mencari Taysaar siapa tau dia sudah
bangun dan ternyata benar, aku menemukannya tapi tidak sendiri. Dia bersamaa...
Yessy? Wanita tadi yang dipandang lama oleh Taysaar? Ko mereka berduaan, depan
Villa? Pegangan ta-- "So sweet ya mereka?" "huhhh! ka Andi? ngapain ka disini malem
malem?" "Mau lihat orang pacaran." " Siapa? Mereka?" "Heem". Kakiku bergetar
lemas, entah kenapa sekujur tubuhku kaku setelah mendengar ucapan Andi. Mereka...
Pacaran?. "Oh iya Ann, kakimu mana yang sakit?" Setelah menoleh kesamping aku
sudah tidak ada. Aku langsung meninggalkan mereka detik itu juga. Merasa tidak adil
dengan semuanya, Hah? yang benar saja? Lagi lagi aku terjatuh ke lubang yang salah?
Lagi?
Libur semester akan tiba, aku harus mempersiapkan berbagai ujian karena
aku ingin mendaftar kuliah di Polban. Kini mereka yang menjadi beban hidupku telah
lulus, tidak akan ada lagi yang membuatku kesal di sekolah. Belakangan ini aku
berhenti melakukan rutinitas, aku vakum di osis dan berusaha menyibukkan diri
dengan belajar. Aku ingin melupakan semuanya. Lagi dan lagi aku dibodohi. Tidak,
bukan. Bukan dibodohi namun nampaknya aku yang bodoh. Dia hanya baik, Anna.
Bukan mencintaimu atau sayang padamu, dia hanya.... baik. Aku menundukkan kepala
di meja berharap suara isakan tangisku tidak terdengar. "Ann kamu kenapa? kamu
nangis?" ucap Silla. "San, kamu tau Anna kenapa?" ucap teman teman dibarisanku
sahut menyahut dan sudah menebak aku menjadi pendiam dan terlihat menyedihkan
sejak Taysaar menjadi daftar orang jahat di hidupku. Siapa yang tidak berharap? Aku
yakin pembaca mengharapkan paling tidak 25% tentang Taysaar. Dan benar, Taysaar
dan wanita itu-- ahh rasanya aku malas menyebutkan namanya. Yah, mereka pacaran,
bahkan setelah apa yang Taysaar lakukan padaku, wanitanya tidak cemburu. Mungkin
mental nya sudah terlatih menerima resiko pacaran dengan manusia tampan. Hari-hari
pun berlalu, tentu sulit namun aku tidak ambil pusing. Kini kami sudah bebas dan
tinggal menunggu hasil pendaftaran ke universitas. Bunda menyarankan ku ke Unpas,
dan aku jadikan Polban pilihan ke dua. Alhamdulillah aku diterima di jurusan Ekonomi
Bisnis di Unpas.
Sebelum masuk kuliah, mumpung masih ada waktu nyantai, Silla
mengajakku liburan ke pantai. Tidak jauh-jauh hanya Pangandaran. Mungkin liburan
sedetik bisa menenangkan pikiranku. Tidak hanya berdua, ia juga mengajak teman-
teman tapi bukan anak sekolah. Mereka terlihat seru dan aku cukup senang karena
banyak cowok yang receh. Karena perjalanan kami naik motor, mau tidak mau cewek
harus dibonceng. Aku kebagian dengan cowok yang emm tidak terlalu jelek tapi terlalu
tampan namun terlihat oon. Ah apasih aku ini. Masih untung dapat boncengan masih
saja ngatain. Selama perjalanan sangat seru, mulai dari berhenti di rest area, lalu touring
dan mengebut di jalan raya seperti jalan sendiri. 1 hal yang aku lupa adalah aku lupa
membawa jaket tebal hanya jaket jeans saja padahal itu kebutuhan utama karena aku
alergi dingin. Selama perjalanan aku bersin dan untungnya tidak mimisan. Dafin,
teman Silla yang memboncengiku menyuruhku memeluknya, bukan untuk modus
katanya tapi biar tidak kedinginan. Aku hanya memegang jaket bagian sampingnya
saja. Tidak berani memeluk apalagi ini hari pertama kami bertemu. Aku juga mudah
mengantuk, kalian tahu apa yang paling memalukan? Aku tertidur nunduk dengan
kedua tangan menutupi wajah. Mereka langsung menertawaiku saat lampu merah dan
Dafin tidak membangunkanku, ia malah memegangi kakiku, sedikit mengusap. Aku
sadar tidak sadar saat itu, tapi jantungku langsung sakit, kaget dengan sikap Dafin.
Memang di jalan tadi ia berusaha mengajakku ngobrol, memegang tangan kiri ku
dengan erat karena dia juga kedinginan katanya, memegang kakiku agar aku tidak
tertidur. Tapi kaca helm ku terus membentur helm Dafin, itu pasti sangat mengganggu.
Tidak lama dari situ ia menarik tanganku dan menyuruhku memeluk erat, lalu
menempatkan kepalaku di pundak kanannya. Bukannya mendapat posisi enak untuk
tidur aku malah tidak nyaman, karena ini baru pertama kali ku. Saat mau melepas
pelukan, Dafin menahanku. Ia bilang, "Tenang saja, aku tidak modus. Demi
keselamatanmu". Kira-kira begitu suka duka ku selama perjalanan. Aku tidak mau
jatuh lagi, luka yang kemarin belum terobati. Jangan sampai aku tertipu lagi.
Saat sampai di pantai, kami menikmati senja, bercanda dan bermain air,
menyewa sepeda juga makan Seafood pinggir pantai. Mereka disini berpasangan,
hanya aku dan Dafin yang tak punya pacar. Keesokannya kami pulang karena perkiraan
cuaca buruk di sini. Kami sampai dengan selamat, Dafin mengantarku pulang padahal
aku sudah bilang tidak perlu. Saat di depan rumah, aku meminta handphone ku
padanya. Aku sengaja menitipkan pada waistbagnya agar mudah menghubungi saat
dijalan tadi. Akupun mengucapkan terimakasih padanya. Dafin pun pergi dengan
motor Ninja hitamnya. Bayangkan punggungku sakit setelah berjam-jam dijalan tadi.
"Huffftttt" aku pun merebahkan badanku di kasur sambil mescroll kontak entah kenapa
ingin saja. Terlihat nama Dafin disitu. Namun ditulis "Dhafin" bukan Dafin. Aku
berpikir perasaan tidak punya teman bernama Dhafin. Hah? jangan-jangan dia save
nomornya di handphoneku? begitu? tidak mungkin. Sewaktu di penginapan kemarin
Silla bercerita tentang Dhafin kalau dia sangat baik tapi cuek ke cewek karena banyak
yang mengejarnya, apalagi denganku belum kenal lama. Pikiranku buyar memikirkan
sikap Dhafin sangat beda dengan apa yang diceritakan Silla. Dia juga tidak secuek itu
padaku. "Ahahha.. hahahha ga mungkin Dhafin suka sama Anna, haa..haa..huhh." aku
tertawa sekaligus menghela nafas, malas menanggapi hal begini, paling malas sakit hati
dan uring-uringan seperti orang gak waras. Tiba-tiba ada chat dari Silla. "Ann, congrats
ya. Dhafin minta nomor kamu *emot tertawa* " Ehh sebentar, ini benerann???? .
Malam yang dingin ini tak terasa karena saking hangat lembutnya mereka, ya,
kami bermain lagi di lain tempat yaitu Punclut. Semakin kini kami semakin dekat
begitupun hubunganku dengan Dhafin. Entah mengapa hal itu berjalan dengan
sendirinya. Aku datang terlambat karena tadi ke kamar mandi dulu. Dari jauh aku
melihat ada.. Taysaar? dengan Yessy? Ingin ku tertawa melihat mereka, ingin sekali
menyumpah, tapi aku tidak boleh jahat seperti mereka. Ia memandangiku dalam, aku
langsung pergi dan tidak ingin mengungkitnya lagi. Masa bodoh dia mau minta maaf
atau apapun itu, aku masih membencinya. Aku duduk di dekat Silla dan sebelahku
kosong. Aku mencari keberadaan Dhafin tapi ia tidak ada. Tiba-tiba ada yang
memegang tangan kananku dengan erat, dan ternyata Dhafin. "Darimana lo fin, ngudud
ya?" ucap Hari. "Habis anter Anna ke kamar mandi" "HEYY?? HAH barengan gitu?
ke dalem?" teriak Rama. Saat aku mau mengangkat tangan kanan karena reflek mau
menyangkal perkataan mereka, Dhafin malah lebih memegang erat. Entah kenapa
jantungku sudah tidak bisa diajak kompromi. "Enggak ko tadi aku sendiri, kamu
gaada." " Kan aku ngintip makanya kamu gatau." "Dhafinn!!" ucapku sedikit kesal. Ia
tertawa kecil. "Duh bau bau aroma kelapa ya ini mah, Fin, gaskeun!" "Udah ayo kita
mulai main game TOD nya sambil nunggu makanan." ucap Silla. Aku menatap Dhafin
dengan penuh tanya, tapi ia malah tersenyum, duh jangan gitu-gitu ah ganteng banget
soalnya. "Yashhhh Iqbal botolnya ngarah ke elu. Jawab gue ya. Diantara semua cewe
disini siapa yang lo suka?" Iqbal jawab dengan entengnya "Tadinya gue suka Anna dari
pertama liat tapi keburu sama Dhafin. Jadi gue suka diri gue sendiri aja." " Gue suka
gaya lo." ucap Dahfin sambil mengacungkan jempol. Semua orang tertawa dan entah
kenapa aku merasa senang, hal sederhana yang padahal tidak aku kejar tapi mampu
membuatku bahagia. Kini aku sudah lupa Taysaar. Tuhan, aku menemukan
kebahagiaanku. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya denganku dan Dhafin, tapi
kuharap Dhafin tidak akan dan tidak pernah terdaftar sebagai orang jahat di hidupku.
Dan 1 kejutan lagi, ternyata Dhafin adalah anak dari ayahku yang akan dijodohkan
denganku. Aku merasa ini seperti sinetron tapi aku sangat senang. Ayah benar-benar
memilihkan jodoh yang baik. Kalau tahu begitu aku sudah mau terima nikah dengan
Dhafin saat lulus juga.
Hari ini Dhafin mengajakku jalan. Tapi tidak dengan anak lainnya, ingin
berdua saja katanya. Kami pergi ke Braga mencicipi setiap makanan yang ada dan
berswafoto di sana. Liburanku tinggal sebentar lagi, jadi aku harus banyak
menghabiskan waktu dengannya. "Ann, aku cinta kamu." Aku tertawa, aneh saja.
"Gombal" ucapku sambil tersenyum meledek. Dhafin hanya tersenyum, tampan sekali
ya Tuhan. "Ann, " ia memanggilku lagi. "hm?" "ayo pulang udah jam set10 malam.
Kamu tunggu disini bentar ya aku ambil motor dulu. " Aku hanya mengangguk. Aku
juga membeli beberapa makanan untuk eyang karena eyang tadi meminta roti bakar
pada Dhafin. Aku menunggunya di pinggir jalan tapi ia tak kunjung datang. Perasaanku
mulai tak enak, tapi aku lega saat ia datang dengan motor hitam kesayangannya. Aku
tersenyum padanya lalu tiba-tiba sebuah mobil truk menghantam keras motor Dhafin.
Aku melepas kantong kresek belanjaanku dan berlari lemas ke arah Dhafin sambil
menangis. Tuhan, Anna mohon. Kali ini Anna tidak mau kehilangan lagi orang yang
Anna cintai. Anna... mohon... Aku terjatuh tidak sadarkan diri. Setibanya di rumah
sakit, aku sudah terbangun lemas, ada Silla juga anak-anak. Dilihat dari raut mukanya
mereka sedih, Iqbal menangis, Rama menunduk pasrah dan yang lainnya, melihat sedih
ke arahku. "Silla,, Dhafinn.. manaa," aku bertanya dengan penuh harap. Silla menjawab
dengan gelengan kepala sambil menangis dan memelukku. Aku tidak bisa menahan
diri. Aku nangis sekencang kencangnya. Aku benar-benar tidak mau kehilangan
Dhafin, Tuhan Anna mohon, Anna gak punya orang yang tulus kaya Dhafin, Anna
gamau yang lain Anna cuma mau Dhafin. Aku berteriak dalam hati berharap Dhafin
kembali, namun hasilnya nihil. Tuhan lebih sayang Dhafin, selamat tinggal. Aku
menyesal belum sempat bilang aku cinta kamu. Aku, cinta kamu, Dhafin. Aku berjalan
menuju kamar mayat Dhafin, aku benar-benar tidak menyangka ini malam terakhir aku
dengannya. Lagi-lagi aku menangis, memeluk erat Dhafin yang terakhir kalinya. Tiba-
tiba handphone ku berdering, panggilan dari Bunda. "Anna, eyang masuk rumah sakit."
Tanpa berkata-kata aku langsung pergi keluar mencari kamar eyang. Kebetulan mereka
di rumah sakit yang sama. "Annaa..." bunda memanggilku sambil menangis, "Bundaa..
" disitu aku menumpahkan segala kesedihanku mulai dari kehilangan Dhafin dan
melihat eyang sakit, aku merasa terpukul. Tuhan jangan sampai kau mengambil eyang,
jangan lagi kau ambil orang-orang yang aku cintai. Jika sampai begitu, aku marah!
Akan sangat marah dan membenci semua takdir omong kosong ini.
1 tahun kemudian aku menjalani hari-hariku, Alhamduliah eyang sehat
kembali hanya sesekali perlu kursi roda karena sakit faktor usia. Aku sudah mulai
berhijab. Mulai dari kerudung dan pakaian yang rapi. Entah harus merasa senang atau
sedih, aku masih merasa kehilangan tapi aku sudah ikhlas, aku akan menerima segala
takdir yang Tuhan kasih karena itu yang terbaik. Di tempat kuliah aku cukup sibuk,
mulai dari banyaknya tugas hingga bisnis sampingan online ku yang Alhamdulillah
berjalan lancar. Aku memang sudah merencanakan ini dari dulu, karena menurutku
bekerja harus sesuai hobi agar nyaman. Kini aku berencana menikah, dia adalah anak
kenalan Bunda ku di tempat mengaji. Dirfas Fauzi Malik namanya. Ia 1 kuliah
denganku dan kami beda 3 tahun. Ia jurusan teknologi. Rencananya bulan depan kami
menikah setelah wisuda Kak Dirfas. Aku harus bisa menghilangkan traumaku,
meskipun jika kali ini Tuhan akan mengambil orang yang aku cintai lagi, aku ikhlas
karena aku hanya hamba-Nya yang diciptakan dan dikembalikan pada-Nya. Begitupun
dengan Kak Dirfas, bunda, ayah dan eyang.

Anda mungkin juga menyukai