Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Pneumonia

Pneumonia adalah inflamasi jalan nafas akhir dan alveolus akibat infeksi

akut oleh berbagai agens, atau pneumonia adalah infeksi saluran

pernapasan akut bagian berdasarkan agens penyebabnya yang dapat

berupa bakteri (Streptococcus, atau stapilococcus, H. Influenza, Klebsiella,

Jamur / Pneumocytis Carinii, Mycoplasma, atau agens lainnya), Agens

Infeksius tersebut memasuki paru-paru melalui jalan nafas (inhalasi ke

aliran darah atau melalui pembedahan) (Humaniora, 2004).

Pneumonia pada anak sering terjadi kali bersamaan dengan terjadinya

proses infeksi akut pada bronkus yang tersebut Bronchopneumonia

biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala

klinis batuk, disertai adanya nafas cepat ataupun adanya tarikan dinding

kebagian dalam / bawah (Nelson, 2003).

Pneumonia adalah penyakit yang dapat menyerang semua kelompok usia

dari bayi, anak-anak sampai orangtua, tetapi angka kejadian tertinggi

11
ditemukan pada usia 2 tahun sampai 5 tahun. Menurut data World Health

Organization (WHO) 2001, telah menemukan 1 dari 3 penyebab kematian

anak dibawah 5 tahun adalah infeksi saluran pernafasan dengan

Pneumonia sebesar 80% dari sejumlah kematian.

Pneumonia pada anak balita paling sering disebabkan oleh virus

pernapasan dan puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun, sedangkan pada

anak umur sekolah paling sering disebabkan oleh bakteri Mycoplasma

Pneumoniae, ( Misnadiarly, 2008 ).

Infeksi Saluran Pernafasan merupakan pembunuh utama bayi dan balita di

Indonesia. Sebagian besar kematian tersebut diakibatkan oleh Infeksi

Saluran Pernapasan bagian bawah (Pneumonia), namun masyarakat masih

awam dengan gangguan ini. Penderita cepat meninggal akibat Pneumonia

berat dan sering tidak tertolong. Lambatnya pertolongan disebabkan oleh

ketidak tahuan masyarakat tentang penyakit Pneumonia.

2.2 Etiologi Pneumonia

2.2.1 Patogenesis Pneumonia

Sebagian besar penyebab Pneumonia adalah mikroorganisme (virus,

bakteri), dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon

(minyak tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan,

minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernapasan (aspirasi).

Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan

12
golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya

(komplikasi), (Misnadiarly, 2008).

Mikroorganisme tersering sebagai penyebab Pneumonia adalah virus,

terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%, sedangkan

golongan baklteri yang ikut berperan terutama Streptococcus Pneumonia

dan Haemophilus Influenzae type b (Hib), (Misnadiarly, 2008).

Haemophilus Influenzae merupakan penyakit infeksi bakteri yang sangat

serius pada bayi dan anak yang belum mendapat vaksin Haemophilus.

Pada bayi dan anak kecil juga ditemukan Staphyloccus sebagai penyebab

Pneumonia yang merupakan infeksi berat dan sangat progresif berat dan

sangat pregresif dengan mortalitas yang tinggi (Setiawulan, 2004).

Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet),

kemudian terjadi penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian

atas ke jaringan (parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran

melalui aliran darah, ( Misnadiarly, 2008).

Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan organisme,

keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru dan terdapat

bakteri di dalam paru yang merupakan akibat ketidakseimbangan antara

daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme di lingkungan dapat

berkembang biak dan menimbulkan penyakit.

13
Masuknya mikroorganisme kesaluran napas dan paru dapat melalui

berbagai cara yaitu :

1. Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme langsung dari udara

2. Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh lainnya

3. Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-

paru, (dr. Iskandar Junaidi).

2.2.2 Tanda dan Gejala Pneumonia

1. Tanda Pneumonia

Berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat

bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi nafas), perkusi pekak,

fremitus melemah, suara nafas melemah, dan ronki, (Misnadiarly,

2008).

Anak umur 2 bulan sampaikurang dari 5 tahun, terjadinya Pneumonia

berat ditandai, antara lain :

1. Batuk atau juga disertai kesulitan bernapas

2. Napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam

(severe chest indrawing).

3. Dahak berwarna kehijauan atau seperti karet

14
Anak di bawah umur 2 bulan, terjadinya Pneumonia ditandai, antara

lain :

1. Frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih

2. Penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam

2. Gejala Pneumonia

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah sebagai berikut:

a. Pneumonia berat yaitu adanya tarikan dinding dada kebawah pada

waktu anak menarik napas disertai batuk atau kesulitan bernapas.

b. Pneumonia yaitu bila disertai dengan nafas cepat, usia 2 bulan

sampai dengan dibawah 12 bulan > 50 kali per menit dan untuk

usia 1 tahun sampai 5 tahun > 40 kali per menit.

c. Bukan Pneumonia yaitu batuk pilek biasa, tidak ada tarikan

dinding dada ke bawah dan tidak ada nafas cepat (Penuntun

Penanganan Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut, 2003).

2.2.3 Pencegahan Pneumonia

Pencegahan Pneumonia dilaksanakan melalui peningkatan pemerataan

cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan, juga akan menekankan

mortibilitas dan mortalitas Pneumonia maka dilaksanakan program

pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan bawah yang ditujukan

pada kelompok usia balita yang difokuskan untuk penanganan Pneumonia

yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada

balita melalui upaya pencegahan dan penanggulangan faktor resiko.

15
Cara yang terbukti efektif saat ini adalah pencegahan melalui pemberian

imunisasi campak dan pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak yang

efektif sekitar 11% kematian Pneumonia dapat dicegah dengan imunisasi

pertusis (DPT) 6 kematian pneumonia dapat dicegah (Setiowulan, 2004).

Dalam penanggulangan Pneumonia yang dilaksanakan oleh pemerintah

Departemen kesehatan (Depkes) memfokuskan dan menitik beratkan pada

penanggulangan Pneumonia. Hal ini searah dengan garis besar haluan

negara (GBHN) 1998 bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk

lebih meningkatkan derajat kesehatan, dimana salah satu indikatornya

adalah angka kematian bayi (AKB).

Upaya penanggulangan Pneumonia, Depkes (2004) telah menyiapkan

sarana kesehatan (Puskesmas, RS) yang mampu memberikan pelayanan

terhadap penderita Pneumonia dengan tepat dan segera. Teknologi yang

dipergunakan adalah teknologi tepat guna yaitu teknologi deteksi dini

Pneumonia balita yang dapat diterapkan oleh saran terdepan.

2.2.4 Penatalaksanaan

Menurut WHO pengobatan dan tatalaksana kasus infeksi saluran

pernapasan yang tepat dapat mencegah secara efektif terjadinya kematian

akibat infeksi pernapasan pada balita khususnya Pneumonia sekitar 40-

80%.

16
Sesuai dengan kebijakan program pemberantasan penyakit infeksi saluran

pernapasan memberikan antibiotik yang dipakai untuk pengobatan

Pneumonia seperti kontrmoksasol yaitu Ampicilin, Amoxilin, dan Prokain

Penicilin (Setiowulan, 2004).

2.3 Faktor yang menyebabkan Pneumonia pada balita

2.3.1 Status Imunisasi

Menurut Depkes RI 2001, imunisasi adalah suatu usaha memberikan

kekebalan pada tubuh bayi dan anak terhadap penyakit tertentu sehingga

diharapkan bayi atau anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat.

Dewasa ini angka kesakitan dan kematian balita cukup tinggi, hal ini

disebabkan oleh berbagai faktor salah satu penyebabnya adalah penyakit

menular, padahal penyakit ini sebagian dapat dicegah dengan pemberian

kekebalan terhadap bayi dan anak. Menurut Kartasasmita (2003) yang

mengutip pendapat Hartono, terjadinya penyakit infeksi saluran

pernapasan khususnya Pneumonia dapat dipengaruhi oleh status imunisasi

yang belum lengkap (Humaniora, 2004).

Upaya pencegahan merupakan komponen strategis dalam pemberantasan

pneumonia pada anak terdiri atas pencegahan melalui imunisasi dan upaya

pencegahan non-imunisasi. Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang

meliputi imunisasi DPT dan campak yang telah dilaksanakan pemerintah

17
selama ini dapat menurunkan proporsi kematian balita akibat pneumonia.

Hal ini dapat dimengerti karena campak, pertusis dan juga difteri bisa juga

menyebabkan pneumonia atau merupakan penyakit penyerta pada

pneumonia balita, ( Misnadiarly, 2008 ).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa FK UGM diklaten

(1999) menunjukan bahwa ketidak patuhan imunisasi (anak yang

imunisasi tidak lengkap) berhubungan dengan peningkatan tinggi insiden

Pneumonia pada balita.

Imunisasi lengkap dan gizi baik dapat mencegah pneumonia (Misnadiarly,

2008).

NO VAKSIN DOSIS USIA


1 BCG 0,05 cc 2 – 3 bulan
2 DPT 0,5 cc 2 – 11 bulan
3 Hepatitis 0,5 cc 0 – 11 bulan
4 Polio 2 tetes 0 – 11 bulan
5 Campak 0,5 cc 9 – 11 bulan

Tabel 2.1 Tabel Imunisasi

2.3.2 Riwayat Pemberian Air Susu Ibu

Dalam GBHN diamanfaatkan bahwa pembinaan balita terutama ditujukan

pada peningkatan mutu gizi terhadap kesehatan dan perkembangan anak,

dimana hal tersebut terpenuhi dengan pemberian ASI eksklusif. Di

Indonesia 80-90% dari ibu-ibu didaerah pedesaan masih menyusui bayinya

sampai lebih dari 6 bulan, sedangkan didaerah perkotaan Air Susu Ibu

diganti dengan susu kaleng. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan

18
penggunaan ASI dan banyak ibu tidak menyusui anaknya karena sibuk

dengan pekerjaan sehingga tidak dapat menyusui bayinya dengan baik dan

teratur (Tumbelaka, 2001).

Yang tidak kalah penting sebenarnya adalah upaya pencegahan non-

imunisasi yang meliputi pemberian ASI eksklusif, pemberian nutrisi yang

baik, penghindaran pajanan asap rokok, asap dapur, dan lain-lain,

perbaikan lingkungan hidup dan sikap hidup sehat, yang semuanya itu

dapat menghindarkan terhadap resiko terinfeksi penyakit menular

termasuk penghindaran terhadap pneumonia, (Misnadiarly, 2008).

Pemberian ASI eksklusif yang teratur, peningkatan status gizi akan baik

sehingga penurunan angka kesakitan akan menjadi 10-20 kali dan

kematian 1-7 kali akan berkurang jika bayi mendapatkan ASI eksklusif

sejak lahir sampai 6 bulan. Penelitian di Negara-negara berkembang

menunjukkan bahwa ASI eksklusif melindungi bayi dari infeksi saluran

pernapasan berat. Angka kematian kasus akan lebih tinggi pada anak yang

telah disapih dari pada anak yang masih diberi pada anak yang masih

diberi ASI eksklusif. Menurut Kartasasmita bahwa pemberian ASI

eksklusif dapat melindungi bayi terhadap infeksi saluran pernapasan

(Handayani, 2003)

19
2.3.3 Faktor Pencemaran dalam Rumah

Polusi udara dapat terjadi diluar (outdoor) dan didalam ruangan (indoor)

polusi udara diluar ruangan biasanya terjadi akibat asap kenderaan

bermotor dan asap industri sedangkan polusi udara didalam ruangan akibat

gangguan pola pernapasan balita seperti batuk atau kesulitan bernapas. Hal

ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan ventilasinya kurang dan dapur

bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat balita bermain. Hal ini

dimungkinkan karena balita lebih lama berada dirumah bersama ibunya

sehingga dosis pencemaran tentunya akan tinggi.

WHO memperkirakan sekitar 400-500% juta orang khususnya di Negara-

negara berkembang saat ini menghadapi masalah polusi didalam ruangan

dan diperkirakan setiap tahunnya dari sekitar 3 juta kematian akibat polusi

2,8 juta diantaranya polusi didalam ruangan dan 0,2 juta akibat polusi

diluar ruangan.

Polusi udara didalam ruangan dapat mempengaruhi berkembangnya

bakteri yang menyebabkan Pneumonia seperti Streptococcus Pneumonia

dan Haemophilus Influenza. Sunarya menemukan bahwa kuman yang

paling sering adalah Streptococcus Pneumonia sebanyak 30% (Faisal

Y.dkk.2002).

20
a. Ventilasi rumah

Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara dari

ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari

ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung

kadar oksigen optimum bagi pernapasan.

2. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun

debu dan zat-zat pencemaran dengan cara pengeceran udara.

3. Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang.

4. Mensuplai panas agar hilangnya panas yang disebabkan

oleh radiasi tubuh, kondisi evaporasi ataupun keadaan eksternal

( luar rumah ).

5. Mendisfungsikan suhu udara secara merata.

b. Kepadatan penghuni rumah

Kepadatan penghuni dalam rumah menurut keputusan materi

kesehatan nomor 829/MENKES/VII/1999 tentang persyaratan

kesehatan rumah. Satu orang minimal menempati luas rumah 8m 2,

dengan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan

penyakit dan melancarkan aktivitas. Keadaan tempat tinggal yang

padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam rumah yang telah ada.

Penelitian Massie, 2003 menunjukan ada hubungan bermakna antara

kepadatan penghuni rumah dan peningkatan angka kejadian dan

kematian pada balita dengan kasus Pneumonia.

21
c. Bahan Bakar Masak

Sumber karbon monoksida (CO) yang signifikan menimbulkan

pencemaran dalam ruangan terutama berasal dari oven, kompor gas,

kompor dan kayu bakar. Carbon monoksida (CO) dapat cepat

memenuhi ruangan dapur pada saat ibu-ibu aktif memasak, Sedangkan

sumbu kompor yang tidak terkontrol akan menghasilkan CO yang

tidak tertolern. Hal ini dapat merangsang sakit kepala, batuk, iritasi,

ganggguan kerongkongan dan akan membawa resiko berat berupa

penyakit paru-paru dan jantung.

Angggota keluarga yang menggunakan bahan bakar dari kayu bakar

dengan menggunakan minyak tanah baik untuk memasak maupun

sumber penerangan memberikan resiko terkena infeksi saluran

pernapasan bawah pada balita 3,8 kali lebih besar dibandingkan

dengan bahan bakar gas. Hal ini sesuai dengan penelitian Tuana (2001)

yang menyatakan bahwa penderita infeksi saluran pernapasan bawah

yang menggunakan kayu sebagai bahan bakar masak mempunyai

resiko 2x lebih besar dari non infeksi saluran pernapasan bawah.

d. Asap rokok

Paparan asap rokok terhadap anak-anak dapat menimbulkan gangguan

pernapasan terutama memperberat timbulnya infeksi saluran pernpasan

dan gangguan fungsi paru-paru pada waktu dewasa nantinya. Dari satu

22
batang rokok yang dinyalakan akan menghasilkan asap sampingan

selama sekitar 10 menit, walaupun asap sampingan dikeluarkan ke

udara bebas sebelum dihisap oleh perokok pasif tetap menerima akibat

buruk dari kebiasaan merokok orang sekitarnya (Tutut, 2007).

Bayi dan anak balita merupakan bagian dari keluarga yang mempunyai

resiko yang tinggi terhadap pencemaran dalam ruangan. Salah satu

contoh permasalahan diantaranya adalah asap rokok. Menurut hasil

penelitian (Hoemar, dkk 2001) menemukan bahwa kebiasaan merokok

dalam ruangan akan menimbulkan resiko terjadinya Pneumonia

sebanyak 62,80%.

e. Anti Nyamuk Bakar

Untuk mengusir nyamuk sering dipakai insektisida yang dikemas

dalam bentuk gulungan bakar yang menggunakan subtansi kmia,

namun demikian apabila pemakaian anti nyamuk bakar didalam

ruangan merupakan kebiasaan rutinitas menurut kaidah akumulasi

akan mengganggu kesehatan penghuni khususnya pada bayi karena

sistem pernapasan yang masih relative belum sempurna.

Menurut hasil penelitian Charles, dkk(1999) menyatakan bahwa

pemakaian anti nyamuk bakar juga merupakan faktor resiko yang

bermakna terjadinya penyakit Pneumonia pada balita.

23
2.4 Kerangka Teori

Menurut ( Misnadiarly, 2003)

Faktor Predisposisi
(Predisposising
faktor) status
imunisasi

Faktor Pendukung
(Enabling faktor) PNEUMONIA
Riwayat pemberian
ASI

Faktor pendorong
(Renforcing faktor)
pencemaran dalam
rumah

Gambar 2.2 Kerangka Teori Menurut Misnadiarly, 2003

24

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Ards Fix
    Referat Ards Fix
    Dokumen57 halaman
    Referat Ards Fix
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • NHL
    NHL
    Dokumen29 halaman
    NHL
    Diana Margareta
    Belum ada peringkat
  • Tumor Mediastinum
    Tumor Mediastinum
    Dokumen30 halaman
    Tumor Mediastinum
    Cindy Prayogo
    86% (7)
  • LAPORAN KASUS Retensio Plasenta
    LAPORAN KASUS Retensio Plasenta
    Dokumen26 halaman
    LAPORAN KASUS Retensio Plasenta
    Dwi Akbarini Awi
    100% (1)
  • Referat Glaukoma
    Referat Glaukoma
    Dokumen1 halaman
    Referat Glaukoma
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • Peb
    Peb
    Dokumen22 halaman
    Peb
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • Referat Gagal Napas Akut
    Referat Gagal Napas Akut
    Dokumen32 halaman
    Referat Gagal Napas Akut
    Franciscus Buwana
    100% (1)
  • Trauma Urogenital
    Trauma Urogenital
    Dokumen42 halaman
    Trauma Urogenital
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • Contoh Visum Et Repertum
    Contoh Visum Et Repertum
    Dokumen2 halaman
    Contoh Visum Et Repertum
    Dwi Oki Oktarina
    86% (7)
  • Jaringan Air Kotor PDF
    Jaringan Air Kotor PDF
    Dokumen10 halaman
    Jaringan Air Kotor PDF
    Faizah Tri Rakhmawati
    Belum ada peringkat
  • Appendix PDF
    Appendix PDF
    Dokumen28 halaman
    Appendix PDF
    Khaerudin Rangers
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Uveitis Posterior
    Laporan Kasus Uveitis Posterior
    Dokumen25 halaman
    Laporan Kasus Uveitis Posterior
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • Penatalaksanaan Kedaruratan Cedera Kepala PDF
    Penatalaksanaan Kedaruratan Cedera Kepala PDF
    Dokumen5 halaman
    Penatalaksanaan Kedaruratan Cedera Kepala PDF
    Dellysa Eka Nugraha T
    100% (2)
  • Bab 1 Filariasis
    Bab 1 Filariasis
    Dokumen6 halaman
    Bab 1 Filariasis
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • Demam
    Demam
    Dokumen30 halaman
    Demam
    Frishia Dida
    Belum ada peringkat
  • Grafik
    Grafik
    Dokumen2 halaman
    Grafik
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • Tingkat Pengeth
    Tingkat Pengeth
    Dokumen75 halaman
    Tingkat Pengeth
    madrikayantiasp
    Belum ada peringkat
  • Peb
    Peb
    Dokumen22 halaman
    Peb
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • Referat Hipertiroid
    Referat Hipertiroid
    Dokumen25 halaman
    Referat Hipertiroid
    Rei Jtrax
    Belum ada peringkat
  • Ulkus Kornea
    Ulkus Kornea
    Dokumen22 halaman
    Ulkus Kornea
    Irfan Adi Saputra
    75% (4)
  • Skabies
    Skabies
    Dokumen28 halaman
    Skabies
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • Grafik
    Grafik
    Dokumen2 halaman
    Grafik
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • Motto
    Motto
    Dokumen2 halaman
    Motto
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • Daftar Tabel
    Daftar Tabel
    Dokumen2 halaman
    Daftar Tabel
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • KUISIONER
    KUISIONER
    Dokumen6 halaman
    KUISIONER
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • Power Point Mbak Maya
    Power Point Mbak Maya
    Dokumen11 halaman
    Power Point Mbak Maya
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Dilla Zie Abra Chadabra
    Belum ada peringkat