TANGGAL TERBIT ;
2. GAMBARAN KLINIS
2.1 Hasil Anamnesa (Subjective)
2.1.1 gejala penglihatan dekat kabur lebih awal, terutama
bila lelah. Penerangan kurang.
2.1.2 Sakit kepala terutama daerah frontal dan makin kuat
pada penggunaan mata yang lama dan membaca
dekat penglihatan tidak enak terutama bila melihat
pada jarak yang tetap dan diperlukan penglihatan
jelas pada jangka waktu yang lama, misal nonton tv.
2.1.3 Mata sensitive terhadap sinar .
2.1.4 Mata juling dapat terjadi karena akomodasi yang
berlebihan akan diikuti konvergen yang berlebihan
pula.
Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Management Representative dan Kepala
Puskesmas Kedungwuni II
2.2 Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
2.2.1 Pemerikaan Fisik :
Pemeriksaan refraksi subjektif
1. Penderita duduk menghadap kartu snellen pada jarak 6 meter.
2. Satu mata ditutup, biasanya mata kiri ditutup terlebih dahulu
untuk memeriksa mata kanan.
3. Penderita disuruh membaca kartu snellen mulai huruf terbesar
( teratas ) dan diteruskan pada baris bawahnya sampai pada
huruf terkecil yang masih dapat dibaca.lensa positif terkecil
ditambah pada mata yang diperiksa dan bila tampak lebih jelas
oleh penderita lensa positif tersebut ditambah kekuatannya
perlahan – lahan dan disuruh membaca huruf-huruf pada baris
yang lebih bawah.Ditambah kekuatan lensa sampai terbaca
huruf-huruf pada baris 6/6.ditambah lensa positif +0,25 lagi
dan ditanyakan apakah masih dapat melihat huruf-huruf diatas.
4. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.
5. Penilaian bila dengan S+2,00 tajam penglihatan 6/6, kemudian
dengan S+2,25 tajam penglihatan 6/6 sedang dengan S+2,50
penglihatan 6/6 – 2 maka pada keadaan ini derajat
hipermetropia yang diperiksa S+2,25 dan kaca mata denga
ukuran ini diberikan pada penderita. Pada penderita
Hipermetropia selama diberikan lensa steris positif terbesar
yang memberikan tajam penglihatan terbaik.
2.2.2 Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan
2.3 Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis klinis
Penegakan diagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan refraksi
subjektif.
3.Penatalaksanaan,
Koreksi dengan lensa steris positif terkuat yang menghasilkan tajam
penglihatan terbaik.
4.Kriteria rujukan.
Pasien dirujuk ke Rumah Sakit apabila Puskesmas tidak memiliki alat
lengkap dalam pemeriksaan Hipermetropia dan jika terjadi
komplikasi.