Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA

Dosen Pengampu
Dra. Ely Rudyatmi, M.Si

oleh:
Juharoh Indri Lestari
4401417043
Rombel 1 Pendidikan Biologi

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
A. Tujuan
1. Membuat preparat whole mount protozoa dengan menggunakan zat warna giemsa,
hematoxylin, dan eosin.
2. Menganalisis hasil pembuatan preparat whole mount protozoa dengan
menggunakan zat warna giemsa, hematoxylin, dan eosin.
B. Landasan Teori
Protozoa adalah hewan uniseluler (satu sel) dan termasuk organisme Eukariota.
Dalam taksonomi Protozoa terletak di bawah Kingdom Protista dengan kedudukan sebagai
Filum Protozoa. Banyak hewan Protozoa yang hidup di perairan, juga di dalam tanah dan di
dalam tubuh hewan sebagai fauna normal. Beberapa spesies dari Filum Protozoa adalah
parasit. Protozoa pada umumnya bersifat aerob dan heterotroph. Mereka memangsa
mikroorganisme, menelan partikel-partikel bahan organik. Hewan ini tidak mempunyai
dinding sel yang tebal, seringkali mempunyai flagel atau silia. Lapisan luar penutup
tubuhnya berupa membran elastis yang disebut Pelikel. Sel-sel yang mempunyai struktur
Pelikel memerlukan struktur khusus yang berguna untuk mengambil makanan. Dalam
kaitan itu pada beberapa jenis hewan Filum ini mempunyai vacuola kontraktil. Pelikel pada
Amoeba disebut Plasmalema.
Ciri-ciri morfologi dan struktur Protozoa antara lain:
1. Hidup sendiri atau berkoloni dengan simetri tubuh bersifat bilateral simetris, radial atau
nonsimetris.
2. Umumnya berbentuk tetap, oval, panjang dan bulat. Pada beberapa spesies bentuknya
bervariasi tergantung pada umur dan perubahan lingkungan.
3. Sebagai organisme uniseluler mempunyai kelengkapan alat gerak berupa flagelum, silium,
pseudopodium atau bergerak menggunakan gerakan selnya.
4. Inti jelas, berjumlah satu atau lebih dari satu, mempunyai struktur organel-organel dan
tidak terdiri dari jaringan.
5. Struktur cangkang dimiliki oleh beberapa spesies; beberapa spesies lain membentuk sista
resisten, atau spora penyebaran untuk menghadapi keadaan yang tidak baik. (Pratomo,
2001).
Protozoa merupakan salah satu kelompok fauna bersel tunggal yang ukurannya
sangat beragam dari beberapa mikron sampai 4-5 mm dan hidup di berbagai lingkungan.
Kebanyakan dari spesies protozoa terutama yang hidup dalam tanah merupakan organisme
mikroskopik yang hanya dapat diteliti dengan menggunakan mikroskop dan dengan
pembesaran yang tinggi. Protozoa terdiri atas empat kelompok besar yaitu flagellata, amuba,
ciliata, dan sporozoa yang masingmasing jumlahnya sekitar 103 g -1 tanah. Pembagian
kelompok ini berdasarkan alat gerak, pembelahan sel, dan tahap siklus hidup (Tabel 1).
Panjang flagellata berkisar 5-20 µm, amuba >50 µm, sporozoa 45-60 µm, dan ciliata >100
µm (Ginting, 1990).
Berdasarkan struktur alat geraknya, protozoa dibagi menjadi lima kelas, yaitu:
1. Sarcodina atau Rhizopoda, bergerak dengan pseudopodia contohnya Amoeba sp.
2. Mastigophora atau Flagellata, bergerak dengan satu atau lebih flagella seperti cambuk
contohnya Euglena sp.
3. Sporozoa, tidak mempunyai alat gerak contohnya Plasmodium sp.
4. Cilliata, bergerak dengan cilia seumur hidupnya.
5. Suctoria, pada waktu masih muda bergerak dengan cilia sedang yang dewasa mempunyai
tentakal (Setiati dkk, 2004: 3).
Preparat utuh/ whole mount adalah preparat yang obyeknya merupakan
keseluruhan bagian secara utuh tanpa mengurangi / melakukan pengirisan. Tujuan
pembuatan preparat utuh / whole mount adalah untuk dapat menyediakan preparat
mikroskopis yang dapat memperlihatkan struktur secara keseluruhan dari bahan / obyek
yang bersangkutan (Rudyatmi, 2019).
C. Prosedur
kultur protozoa dibuat dengan dengan cara mengambil sampel Protozoa dalam
genangan air untuk diinkubasikan dalam botol bening dengan kondisi tutup terbuka. Kultur
diamati dibawah mikroskop dan yang memiliki jumlah protozoa yang banyak dapat diproses
untuk menjadi preparat. gelas benda bersih dan bebas lemak dilapisi albumin mayer dengan
cara meneteskan sedikit perekat pada sisi gelas benda dan diratakan ke seluruh permukaan
menggunakan jari telunjuk sampai terasa lengket. Gelas benda diletakkan pada rak pewarnaan
dalam bak pewarnaan dengan posisi datar, diteteskan 1 tetes kultur protozoa.
dikeringanginkan sampai kultur menguap tetapi jangan sampai kekeringan/ plasmolisis.
Kultur difiksasi dengan cara meneteskan methanol di atas obyek sampai rata ditunggu sampai
kering. Untuk pewarnaan dengan zat warna Hematoxylin, kultur Dikondisikan ke medium zat
warna dengan cara memasukkan gelas benda ke dalam staining jar berisi 60 ml alcohol 50%,
30 %, dan aquades masing-masing beberapa celupan. Pewarnaan dilakukan dengan cara
memasukkan preparat protozoa ke dalam staining jar yang berisi 60 ml hematoxylin selama
10 menit. Dicuci dengan air mengalir dalam staining jar perlahan sampai terlihat warna biru
cerah. Didehidrasi dengan memasukkan gelas benda ke dalam staining jar yang berisi 60 ml
alcohol bertingkat secara berturut-turut, yaitu 50%, 70%, 80%, 90% dan absolut masing-
masing beberapa celupan. Untuk Pewarnaan dengan menggunakan eosin, Preparat di
kondisikan ke dalam staining jar yang berisi 60 ml alkohol 50% dan alkohol 70% secara
berturut-turut, diwarnai dengan eosin selama 2-5 menit, dicuci dengan alkohol 70%
dilanjutkan dengan dehidrasi ke dalam staining jar secara berturut-urut yang berisi alkohol
80%, 90%, dan absolut. Proses selanjutnya untuk kedua pewarnaan yaitu sama,
Didealkoholisasi dengan cara memasukkan spesimen ke dalam staining jar berisi 60 ml
campuran alkohol:xilol 3:1,1:1,1:3, xilol murni I dan II masing-masing pencelupan selama 2
menit. Proses mounting dengan cara meneteskan 1-2 tetes Canada balsam pada obyek dan
menutupnya dengan gelas penutup dengan bantuan jarum preparat. Labeling dilakukan
dengan cara memberikan label sesuai identitas preparat, diamati preparat di bawah
mikrosokop dengan perbesaran kuat, difoto, dan dianalisis hasilnya.

D. Hasil dan Pembahasan


1). Hasil

Keterangan :
W.M Protozoa
Hematoxilin
Perbesaran 100 x 10
1. Membran sel
2. Sitoplasma
1

Keterangan :
W.M Protozoa
Eosin
Perbesaran 100 x 10
1. Membran sel
2. Sitoplasma

Berdasarkan hasil pengamatan preparat whole mount protozoa dengan pewarnaan


menggunakan Hematoxylin dan preparat whole mount protozoa dengan pewarnaan
menggunakan Hematoxylin menggunakan Eosin yang diamati dengan perbesaran 100X10
dapat diketahui bahwa protozoa terlihat yaitu Paramecium sp. Struktur anatominya terlihat
jelas dan dapat diamati membran sel dan sitoplasma, vakuola mungkin dapat jelas diamati
dengan pengamatan mikroskop elektron. Preparat ini terwarna dengan baik, dan termasuk
preparat yang baik karena bagian-bagiannya jelas dan bisa dibedakan (kontras)
2). Pembahasan
Hasil analisis preparat yang telah dibuat diketahui mikroorganisme yang ditemukan
adalah Paramecium sp. Hal ini diketahui dari mikroorganisme yang ditemukan berbentuk oval
seperti sandal. Pada preparat tersebut tidak terlihat bagian-bagian sel Paramecium sp. karena
mikroorganismenya terlalu kecil dan dapat diamati jelas dengan mikroskop elektron. Pada
preparat terlihat bagian selnya berupa sitoplasma, membran sel, dan nampak vakuola namun
tidak begitu jelas.
Pewarnaan preparat whole mount protozoa ini dilakukan dengan cara pewarnaan yaitu
menggunakan dua macam zat yaitu Hematoxylin dan Eosin. Zat warna pertama yang
digunakan adalah hematoxilin yang mewarnai inti sel Paramecium sp. Dari hasil pengamatan
Paramecium terwarna menjadi cokelat muda. Zat warna kedua yaitu eosin yang mewarnai
bagian sitoplasma sel Paramecium sp., sehingga preparat terwarna merah. Preparat ini
termasuk preparat yang baik karena transparan dan bagian-bagiannya kontras.
Dari hasil praktikum yang dilakukan, preparat whole mount protozoa dengan
pewarnaan menggunakan Hematoxylin dan preparat whole mount protozoa dengan pewarnaan
menggunakan Hematoxylin menggunakan Eosin yang diamati dengan perbesaran 100X10
dapat diketahui bahwa protozoa terlihat yaitu Paramecium sp. Struktur anatominya terlihat
jelas dan dapat diamati membran sel dan sitoplasma, vakuola mungkin dapat jelas diamati
dengan pengamatan mikroskop elektron. Preparat ini terwarna dengan baik, dan termasuk
preparat yang baik karena bagian-bagiannya jelas dan bisa dibedakan (kontras). Zat warna
hematoxilin dapat mewarnai inti sel Paramecium sp. Dan preparat terwarna menjadi cokelat
muda. Zat warna kedua yaitu eosin yang mewarnai bagian sitoplasma sel dan preparat yang
diamati terwarna merah.

E. Simpulan
a. Simpulan
1. Pembuatan preparat whole mount protozoa dapat menggunakan pewarna hematoxilin
dan pewarna eosin
2. Berdasarkan hasil pembuatan preparat whole mount protozoa, Protozoa yang teramati
yaitu Paramecium sp. Preparat yang dibuat termasuk dalam preparat yang baik,
terwarna dengan baik, transparan, dan kontras bagian-bagiannya.
3.
b. Saran
1. Dalam pembuatan preparat sebaiknya sebelum diproses kultur protozoa diamati
terlebih dahulu.
2. Pencucian dengan menggunakan air mengalir harus hati-hati agar protozoa tidak ingkut
hanyut dalam air
3. Lama pewarnaan harus diperhatikan agar preparat terwarnai sempurna, dan
diperhatikan kualitas pewarna yang digunakan.
F. Daftar Pustaka

Rudyatmi, Ely. 2019. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Biologi FMIPA UNNES.
Ginting, Rohani Cinta Badia , Ea Kosman Anwar, & Rosmimi.1990.Protozoa.Staff.unila.ac.id
diakses pada 06 Desember 2019
Pratomo, Hurip. 2001. Protozoa dan Porifera. Diktat Praktikum Taksonomi Vertebrata. www.
Pustaka.ut.ac.id. diakses pada 06 Desember 2019
Setiati, N dkk. 2004. Bahan Ajar I: Taksonomi Hewan. Semarang: Biologi FMIPA UNNES.

Anda mungkin juga menyukai