Anda di halaman 1dari 4

ARSITEKTUR PERTAHANAN

“NO-GO ZONE AREA” LAPAS KALI SOSOK SURABAYA

Kelompok:
Daeng Agus Aldi (1651010005)
Ainun Jariyah (1651010018)
Septi Nur C (1651010026)
Alfian Sukma A (1651010048)
Muhammad Mauludin H (1651010052)

Dosen Pengampu:
Wiwik Dwi susanti, S.T.,M.T.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
Latar Belakang
Surabaya adalah kota terbesar ke dua di Indonesia. Sebagai ibu kota provinsi, Surabaya
menjadi kota metropolitan terbesar setelah Jakarta. Dengan jumlah penduduk yang padat,
kebudayaan dan kebiasaan yang ada semakin beragam. Kebutuhan ruang publik juga sangat
diperlukan demi menunjang kebutuhan sosial yang ada. Di Surabaya, ruang publik terbilang
cukup banyak keberadaannya, namun tempat tersebut menjadi salah satu penyebab kriminalitas
terbesar saat ini. Termasuk salah satu ruang publik lapas kalisosok di jl.kasuari surabaya.
Dari banyaknya bangunan penjara yang masih tegak berdiri sekarang, tentunya
suasanya mencekam juga tak akan pernah lepas. Apalagi bila kita berbicara tentang penjara
bawah tanah. Perlu diketahui bahwa Indonesia memiliki beberapa penjara bawah tanah yang
menjadi tempat pengasingan banyak pejuang kemerdekaan. Dan salah satu di antaranya adalah
penjara Kalisosok yang dikenal sebagai penjara bawah tanah paling angker milik Indonesia.
Mungkin belum banyak yang tahu bahwa ternyata tempat yang dijuluki sebagai penjara bahwa
tanah paling angker di Indonesia terletak di kota pahlawan, Surabaya. Tempat yang dikenal
dengan nama penjara Kalisosok ini mulai dibangun saat masa kepemimpinan Herman Williem
Daendels yang saat itu menjabat sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda yang ke 36. Penjara
Kalisosok dibangun pada tanggal 1 September 1808 dan menghabiskan biaya sebesar 8000
gulden. Penjara ini sampai sekarang masih bertahan di kawasan Surabaya Utara lantaran
masyarakat sekitar masih ingin mempertahankannya sebagai salah satu saksi perlawanan arek-
arek Suroboyo. Pemerintah kota Surabaya pun sekarang telah menetapkan tempat tersebut
sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi.
Pergaulan di dalam penjara akan mempengaruhi perkembangan jiwa narapidana yang
bersangkutan. Berkenaan dengan prasangka buruk dari masyarakat, Permasalahan yang perlu
dicermati adalah mengenai label “penjahat” yang didapat narapidana . Kata “penjahat”
mempunyai konotasi buruk terhadap seseorang dan tentunya label ini akan melekat dalam
dirinya yang kemudian akan berpengaruh terhadap kepribadian Yulia (2008). Pada kawasan
lapas tesebut sekarang sangat rawan kejahatan dan tidak kriminal karena tempat tersebut sudah
terkenal menjadi sarang preman di surabaya, hal demikian menimbulkan sikap was-was
terhadap masyarakat surabaya yang hendak memasuki kawasan tersebut hingga saat ini. Amat
sangat disayangkan cagar budaya ini tidak terkelola dengan baik karna memiliki sejarah yang
suram yang mana seharusnya masyarakat tidak perlu merasa takut jika harus datang kekawasan
tersebut.
1. Kenapa ada ruang publik yang tidak aman?
2. Apa kategori ruang publik aman dan tidak?
3. Bagaimana cara ruang menghadapi tantangan tersebut (menjadi tidak aman)?
Bagaimana merubah pandangan negative masyarakat terhadap keadaan tersebut

Anda mungkin juga menyukai