DISTRIBUSI OBAT-OBATAN
BIAYA PEMASARAN
Biaya Pemasaran
Di dalam proses pemasaran obat-obatan akan timbul biaya-biaya baik yang terkait
langsung maupun tidak langsung dalam penjualan hasil produksi. Biaya pemasaran untuk produk
obat-obatan yang penggunaannya dapat dibeli bebas (obat OTC) biasanya berupa biaya iklan
melalui media massa antara lain : koran, majalah, televisi, radio dan billboard.
Biaya pemasaran atas produk obat-obatan yang dipakai/dibeli berdasarkan resep dokter
(obat daftar G) biasanya meliputi antara lain:
1. Biaya Simposium dan Ekshibisi : Biaya ini merupakan pengeluaran untuk memperkenalkan
produk perusahaan baik produk baru maupun produk lama, seperti antara lain :
1. Honor dan akomodasi para dokter yang mengikuti simposium/ekshibisi
2. Sewa tempat, sewa stan dan pemasangan banner/baliho
3. Biaya presentasi dan lain-lain.
2. Biaya promosi : Biaya ini merupakan pembayaran kepada dokter-dokter yang telah
menuliskan resep obat hasil produksi perusahaan kepada pasiennya, biaya ini dibayarkan melalui
Medical Representative.
3. Bonus : merupakan penghargaan berupa uang (black bonus) kepada distributor yang telah
berprestasi dalam pencapaian target yang telah ditetapkan. Biaya ini tidak sesuai dengan Surat
Dirjen Pajak No : SE-02/PJ.33/1998 tanggal 16 Maret 1998.
4. Promotion Materials : Biaya ini merupakan contoh obat yang diberikan kepada dokter-dokter
dalam rangka memperkenalkan produknya.
BAB III
PERUSAHAAN TERKAIT PEMASARAN OBAT
Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan suatu perusahaan berbentuk badan hukum
yang melakukan kegiatan distribusi obat-obatan secara partai besar, berdasarkan ketentuan yang
berlaku.
Berbagai fungsi / jenis Pedagang Besar Farmasi, antara lain:
1. PBF Biasa, yaitu PBF yang membeli obat dari pabrik/PBF lainnya dan mendistribusikan
kepada Apotek/PBF lainnya atas obat-obatan yang tergolong dalam daftar G, daftar W,
dan bebas, dan kepada Toko Obat Berizin atas obat-obatan yang tergolong dalam daftar
W dan bebas.
2. PBF Penyalur Bahan Baku Obat, yaitu PBF Biasa yang juga memiliki izin khusus untuk
mengimpor dan menyalurkan bahan baku obat kepada industri farmasi atau PBF bahan
baku lainnya, sebagaimana diatur dalam Surat-Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
287/Men.Kes/SK/XI/76 Tanggal 18 November 1976.
3. PBF Penyalur Bahan Baku Obat Khusus kepada Apotek, yaitu PBF Biasa yang memiliki
izin khusus untuk menyalurkan bahan baku obat khusus kepada Apotek (Catatan : sampai
saat ini yang mendapat izin baru PBF PT. Kimia Farma).
4. PBF Penyalur Narkotika, yaitu PBF Biasa yang diberi izin khusus untuk menyalurkan
obat-obat berbahaya.
5. PBF Penyalur Obat Keras Tertentu, yaitu PBF Biasa yang diberi izin khusus untuk
menyalurkan Obat Keras Tertentu sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 213/Men.Kes/Per/IV/1985 Tanggal 22 April 1985.
6. PBF Terbatas, yaitu PBF Biasa yang diberi izin hanya menyalurkan obat-obat keluaran
suatu pabrik farmasi yang ditentukan dalam izin yang bersangkutan.
3.2 Apotek
1. Toko Obat Berizin, ialah suatu usaha tempat mendistribusikan obat secara eceran
langsung kepada konsumen, yaitu obat-obat yang termasuk dalam daftar W (bebas
terbatas) dan obat bebas. Toko Obat Berizin tersebut didirikan berdasarkan Permenkes
No. 167/Kab/B. VII/72 Tanggal 28 Agustus 1972. Penanggung-jawab teknis farmasi
Toko Obat Berizin adalah Asisten Apoteker.
2. Toko Obat Biasa, ialah suatu usaha yang sebagian besar kegiatannya mendistribusikan
obat secara eceran langsung kepada para konsumen, yaitu obat-obat bebas saja
BAB IV
2. PROFIL FRAUD
Profil tidak menunjukan secara khusus ciri-ciri satu orang, melainkan memberi gambaran
mengenai berbagai ciri dari suatu kelompok orang seperti : rentan umur, jenjang pendidikan,
kelompok sosial (kelas atas, menengah, bawah), bahkan kelompok etnis dst.
Seperti :
1. Suka mengambil resiko
2. Egois
3. Ingin mengetahui (misalnya, ia mengambil waktu untuk menanyakan sistem informasi
perusahaan dan berbagai kaitan antar sistem)
4. Keinginan untuk mengabaikan atau melanggar ketentuan dan sedapat mungkin mencari
jalan pintas.
5. Bekerja sepanjang hari bahkan diakhir pekan, sehingga memberi kesan bahwa ia pekerja
keras.
6. Dibawah tekanan dan penyendiri, meskipun pada saat yang sama ia mempunyai
hubungan kerja yang erat dengan pemasok tertentu.
7. Termotivasi dengan ketamakan dan hadiah-hadiah yang bersifat materi.
8. Ia menganggap auditor, inspektur atau atasannya sebagai musuh.
4. SKEMA
1. Satu dokumen seperti faktur pembelian seringkali dipakai untuk mengeluarkan uang kas lebih
dari sekali untuk pembelian yang sama. Seringkali hal ini terjadi karena kebijakan badan usaha
yang memperbolehkan dibayarnya pembelian berdasarkan tembusan dari faktur saja tanpa ada
faktur aslinya.
2. Seringkali pemindahan dana atau aktiva dilakukan untuk menyamarkan adanya pengeluaran
yang tidak diotorisasi. Pengeluaran dari kas kecil biasanya tidak memerlukan otorisasi, maka hal
ini menimbulkan peluang terjadinya kecurangan.
3. Pemberian komisi oleh pelanggan ke salesman atau penjualan dengan imbalan pemberian
harga yang lebih murah merupakan hal yang seringkali terjadi di dunia praktik
4. Hal yang sering terjadi pada perusahaan keluarga dimana seringkali perusahaan dirugikan
bukan karena alasan bisnis tapi karena alasan lainnya seperti keluarga, kepentingan anak dan
seterusnya.
5. Seringkali pembayaran dengan chek atau giro yang dilakukan oleh pelanggan tidak
dicantumkan nama kepada siapa cek atau bilyet giro tersebut dibayar sehingga oleh karyawan
perusahaan bisa dicatat sebagai utang karyawan dan dicairkan oleh pribadi tersebut. Dalam hal
ini karyawan bisa memakai uang perusahaan tanpa melalui otorisasi.
6. Tidak mencatat pendapatan, hal ini akan mudah terjadi bila bagian pencatatan merangkap
dengan bagian penerimaan kas ataupun bagian penjualan.
7. Menyembunyikan penagihan piutang hal ini seringkali dikenal didunia akuntansi dengan
istilah lapping. Dimana tagihan hari ini dari pelanggan A akan dipakai terlebih dahulu secara
pribadi dan bila nanti saatnya menagih pelanggan B maka akan dimasukan atau diakui sebagai
penagihan pelanggan A dan seterusnya. Prinsip yang dipakai disini adalah tutup lubang gali
lubang.
8. Pencurian material atau aktiva yang mempunyai nilai tinggi selalu rawan akan adanya
pencurian. Hal lain yang perlu diperhatikan juga secara khusus adalah adanya “SLOW MOVING
GOODS” yaitu barang yang sudah lama tidak keluar dari gudang.
9. Penyalahgunaan kartu kredit perusahaan yang seringkali untuk mempermudah kerja
perusahaan mempunyai kredit card karena pencatatan atas kredit card baru diterima dikemudian
hari, maka hal ini menimbulkan peluang bagi pelaku kecurangan untuk memakainya dalam
kepentingan pribadi.
5. SURVEY INDEX FRAUD DI INDONESIA
INSTASI PEMERINTAH :
1. Pengadaan Barang Jasa
2. Perijinan
3. Suap
6. TANDA – TANDA FFR
Sehingga, dapat dikatakan jika auditor memiliki setidaknya 3 peranan dalam kecurangan,
antara lain:
a. Pencegahan Kecurangan (Fraud Prevention),
b. Pendeteksian Kecurangan (Fraud Detection), dan
c. Penginvestigasian Kecurangan (Fraud Investigation).
Di samping itu, dalam melakukan audit, auditor akan berhadapan pula dengan
kemungkinan disajikannya laporan keuangan atau pertanggungjawaban manajemen yang dengan
sengaja disusun tidak benar, untuk kepentingan pribadi berbagai anggota manajemen ataupun
pimpinan atau pihak-pihak berkepentingan dalam suatu unit perusahaan. Dengan berbagai motif
yang melatarbelakanginya, misalnya untuk menutupi penggelapan besar-besaran terhadap
aset/kekayaan perusahaan.
11. Apa itu (Resiko) Kecurangan?
Untuk lebih berhasilnya peran auditor dalam pencegahan dan pendeteksian adanya
kecurangan, sebaiknya internal auditor perlu memahami kecurangan dan jenis-jenis kecurangan
yang mungkin terjadi dalam perusahaan. G.Jack Bologna, Robert J.Lindquist dan Joseph T.Wells
mendifinisikan kecurangan “ Fraud is criminal deception intended to financially benefit the
deceiver ( 1993,hal 3 )” yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk
memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap tindakan kesalahan
serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Dan dari tindakan jahat tersebut ia memperoleh
manfaat dan merugikan korbannya secara financial. Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah
yaitu (1) tindakan/theact., (2) Penyembunyian/the concealment dan (3) konversi/the conversion
Misalnya pencurian atas harta persediaan adalah tindakan, kemudian pelaku akan
menyembunyikan kecurangan tersebut misalnya dengan membuat bukti transaksi pengeluaran
fiktif.
Selanjutnya setelah perbuatan pencurian dan penyembunyian dilakukan, pelaku akan
melakukan konversi dengan cara memakai sendiri atau menjual persediaan tersebut. Pada
dasarnya terdapat dua tipe kecurangan, yaitu eksternal dan internal. Kecurangan eksternal adalah
kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu perusahaan/entitas, seperti kecurangan
yang dilakukan pelanggan terhadap usaha; wajib pajak terhadap pemerintah. Kecurangan internal
adalah tindakan tidak legal dari karyawan, manajer dan eksekutif terhadap perusahaan tempat ia
bekerja.
Berkaitan dengan itu Association of Certified Fraud Examinations (ACFE- 2000), salah
satu asosiasi di USA yang mendarmabaktikan kegiatannya dalam pencegahan dan
pemberantasan kecurangan, mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok sebagai berikut:
a. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)
Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan
oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor
dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial.
b. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation)
Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam ‘Kecurangan Kas’ dan ‘Kecurangan
atas Persediaan dan Aset Lainnya’, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang
(fraudulent disbursement).
c. Korupsi (Corruption)
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya
pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia. Menurut ACFE, korupsi
terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian
illegal (illegal gratuity), dan pemerasan (economic extortion).
Pengolahan informasi
Berbagai pengendalian dilaksanakan untuk mengecek ketepatan, kelengkapan, dan
otorisasi transaksi. Dua pengelompokan luas aktivitas pengendalian sistem informasi adalah
pengendalian umum ( general control ) dan pengendalian aplikasi ( application control).
Pengendalian fisik
Aktivitas pengendalian fisik mencakup keamanan fisik aktiva, penjagaan yang memadai
terhadap fasilitas yang terlindungi dari akses terhadap aktiva dan catatan; otorisasi untuk akses
ke program komputer dan data files; dan perhitungan secara periodic dan pembandingan dengan
jumlah yang tercantum dalam catatan pengendali.
Meningkatkan kultur perusahaan
Meningkatkan kultur perusahaan dapat dilakukan dengan mengimplementasikan prinsip-
prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang saling terkait satu sama lain agar dapat
mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasikan nilai
ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun
masyarakat sekitar secara keseluruhan.
2. Menetapkan pengendalian yang seharusnya ada, dalam rangka memastikan bahwa risiko
kecurangan di atas tidak akan terjadi.
Langkah tersebut dilakukan dengan pedoman sebagai berikut :
a. Pengendalian yang seharusnya ada disusun berdasarkan risiko yang diidentifikasi pada langkah
nomor 1.
b. Atas satu risiko kecurangan yang diidentifikasi dapat diidentifikasi lebih dari satu prosedur
pengendalian yang seharusnya tersedia.
c. Demikian pula sebaliknya, satu prosedur pengendalian yang seharusnya ada mungkin akan
efektif mencegah lebih dari satu risiko kecurangan.
d. Dasar yang digunakan untuk menilai risiko kecurangan adalah daftar prosedur pengendalian yang
seharusnya tersedia, bukan berdasarkan risiko kecurangan yang mungkin terjadi. Penilaian
didasarkan pada tersedia atau tidaknya prosedur pengendalian, serta efektif atau tidaknya
prosedur pengendalian tersebut.
http://sarjanakesehatan.blogspot.in/2013/05-proses-pemasaran-dan-penjualan-
obat.html?m=1
http://uwiewietha.blogspot.in/2014/04/mengatas-kecurangan-fraud-danhtml?m=1