Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI 1

PEMERIKSAAN FESES TERHADAP PROTOZOA DAN CACING


SECARA LANGSUNG

Disusun oleh:

Nama : Aprianto
NIM : 1811050039
Kelompok :5
Rombongan :2

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
PURWOKERTO

2019
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari organisme parasit yang hidup
di dalam tubuh atau pada permukaan tubuh organisme lain yang menjadi
tempat mendapatkan makanan untuk mempertahankan hidupnya.
Parasit adalah organisme yang termasuk kelompok hewan yang
membutuhkan makhluk hidup lain sebagai sumber makanan sehingga dapat
merugikan kehidupan bahkan dapat menimbulkan kematian induk semang
(hospes) tempatnya menumpang hidup (Soedarto, 2008).
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita
makan yang dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.Jumlah normal
produksi 100 – 200 gram / hari. Terdiri dari air, makanan tidak tercerna, sel
epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan patologis, Jenis makanan serta
gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya
dengan frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.
Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium
yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu
penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan
laboratorium yang modern, dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih
diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan
mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses ,
cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang
benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.
Pemeriksaan feses di maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya telur
cacing ataupun larva infektif. Pemeriksaan ini juga dimaksudkan untuk
mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa
fesesnya (Gandahusada.dkk, 2000). Pemeriksaan feses dapat dilakukan
dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan
metode natif, metode apung, metode harada mori, dan Metode kato. Metode
ini digunakan untuk mengetahui jenis parasit usus, sedangkan secara
kuantitatif dilakukan dengan metode kato untuk menentukan jumlah cacing
yang ada di dalam usus. Prinsip dasar untuk diagnosis infeksi parasit adalah
riwayat yang cermat dari pasien. Teknik diagnostik merupakan salah satu
aspek yang penting untuk mengetahui adanya infeksi penyakit cacing, yang
dapat ditegakkan dengan cara melacak dan mengenal stadium parasit yang
ditemukan.
Sebagian besar infeksi dengan parasit berlangsung tanpa gejala atau
menimbulkan gejala ringan. Oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium sangat
dibutuhkan karena diagnosis yang hanya berdasarkan pada gejalaklinik
kurang dapat dipastikan. Misalnya, infeksi yang disebabkan oleh cacing
gelang (Ascaris lumbricoides). Infeksi ini lebih bamyak ditemukan pada
anak-anak yangsering bermain di tanah yang telah terkontaminasi, sehingga
mereka lebih mudahterinfeksi oleh cacain-cacing tersebut. Biasanya hal ini
terjadi pada daerah di mana penduduknya sering membuang tinja
sembarangan sehingga lebih mudah terjadi penularan. Pengalaman dalam hal
membedakan sifat berbagai spesies parasit, kista, telur, larva, dan juga
pengetahuan tentang bentuk pseudoparasit dan artefak yang dikira parasit,
sangat dibutuhkan dalam pengidentifikasian suatu parasit.

1.2 Tujuan
Memahami pemeriksaan feses secara makroskopis dan mikroskopis
metode langsung.
II TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Definisi dan Jenis Tinja


Tinja adalah hasil dari digesti dan absorpsi asupan (intake) air, makanan
(per oral), saliva, cairan lambung, cairan yang berasal dari pankreas, dan cairan
empedu yang semuanya berperan pada proses pencernaan makanan. Orang
dewasa mengeluarkan feses antara 100-300 gram/hari yang 70% diantaranya
adalah tinja (Setya 2013)
Bentuk dan komposisi feses bergantung pada proses absorpsi, sekresi dan
fermentasi. Feses normal akan berwarna kuning (berasal dari degradasi pigmen
empedu oleh bakteri), tidak lembek dan tidak keras, berbau khas (berasal dari
indol, skatol, dan asam butirat). Protein yang tidak tercerna dengan baik akan
menyebabkan bau yang kuat (Setya 2013)
Pemeriksaan feses di lakukan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing
ataupun larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga di dilakukan untuk tujuan
mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa
fesesnya.Prinsip dasar untuk diagnosis infeksi parasit adalah riwayat yang
cermat dari pasien. Teknik diagnostik merupakan salah satu aspek yang penting
untuk mengetahui adanya infeksi penyakit cacing, yang dapat ditegakkan dengan
cara melacak dan mengenal stadium parasit yang ditemukan. Sebagian besar
infeksi dengan parasit berlangsung tanpa gejala atau menimbulkan gejala ringan.
Oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan karena diagnosis
yang hanya berdasarkan pada gejala klinik kurang dapat dipastikan
(Gandahusada dkk 2000)
Parasit intestinal mudah mengalami kerusakan sehingga diperlukan
penanganan sediaan tinja secara seksama agar morfologi parasit dapat
diidentifikasi. Hal-hal yang harus di perhatikan dalam pengumpulan sediaan
tinja, antara lain:
1. Spesimen harus dikumpulkan dalam wadah yang bersih, bermulut
lebar, tidak menyerap air, mempunyai tutup yang rapat, tidak bocor,
dan diberi label.
2. Bebas dari bahan laksatif, antasida, bahan kontras, urine, minyak,
garam aluminium dan antibiotika tertentu.
3. Jumlah spesimen bergantung pad apemeriksaan yang dilakukan
4. Disimpan pada suhu 4˚C selama 1 malam (Wardani, 2019)
Bristol Stool Chart atau Skala Feses Bristol adalah bantuan medis yang
dirancang untuk mengklasifikasikan bentuk kotoran manusia menjadi tujuh
kategori.Kadang-kadang di inggris disebut sebagai Skala Meyers. Skala ini
dikembangkan oleh K.W Heaton di University of Bristol dan pertama kali
diterbitkan dalam Scandinavian Journal of Gastroenterology pada tahun 1997.
II. 2 Macam-macam Pemeriksaan Tinja
Menurut (Setya 2013) Pemeriksaan laboratorium meliputi beberapa
jenis yang dapat digolongkan menjadi 5 golongan, yaitu makroskopis,
mikroskopis, kimia, bakteriologis, dan khusus.
a. Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis, meliputi warna, darah, lendir, konsistensi, bau,
pH, dan sisa makanan.
1) Pemeriksaan Bau
Seperti halnya pemeriksaan bau urine, uji bau pada tinja dilakukan dengan
mengibaskan menggunakan telapak tangan terhadap sampel tinja pada
wadahnya.
Interprestasi hasil:
a) Normal: Merangsang tetapi tidak terlalu busuk
b) Abnormal: Amis, busuk, tengik, dsb.
2) Pemeriksaan Warna dan Sisa Makanan
Warna dan sisa makanan diuji secara langsung dengan mengamati tinja
secara visual.
Interprestasi hasil:
a) Normal: Kuning Kecoklatan,
b) Abnormal: Hitam, merah, hijau, dst
3) Pemeriksaan Lendir dan Konsistensi
Dua parameter ini dapat diperiksa secara bersamaan dalam satu langkah
kerja, yaitu dengan menggunakan stik yang ditusukkan kedalam sampel.
Interprestasi hasil:
a) Konsistensi:
Normal: Lunak (tidak keras/lembek)
Abnormal: Keras, lembek, dan encer
b) Lendir (diperiksa setelah stik ditusukkan dalam sampel lalu di
ambil lagi)
Positif (+): Terdapat lendir yang ikut saat stik diambil
Negatif (-): Tidak terdapat lendir
4) Pemeriksaan pH
pH tinja diperiksa menggunakan strip pH dengan bantuan pinset. Kertas
pH menggunakan pinset lalu tempelkan/benamkan ke dalam sampel tinja
selama 30 detik. Cocokkan perubahan warna yang terjadi pada kertas pH
dengan standar warna strip pH.
5) Pemeriksaan Darah
Darah dapat diperiksa secara langsung maupun dengan bantuan reagen
kimia untuk mendeteksi adanya darah samar dalam tinja.
Interprestasi hasil:
Positif (+): Ada darah
Negatif (-): Tidak terdapat darah
b. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis feses terutama ditujukan untuk menemukan
protozoa, larva, dan telur cacing. Untuk menemukan protozoa, digunakan larutan
eosin 1-2% atau lugol 1-2% Sedangkan berikut adalah beberapa unsur lain yang
bisa di teramati pada pemeriksaan mikroskopis: Karbohidrat (menggunakan
lugol, akan tampak butiran biru), lemak (menggunakan larutan sudan III, akan
tampak butiran jingga), protein (menggunakan reagen asam asetat 30% akan
tampak butiran kuning muda).
c. Pemeriksaan Kimia
Darah samar dan urobilinogen merupakan unsur terpenting dalam
pemeriksaan kimia tinja.
III MATERI DAN METODE

3.1 Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet tetes,object
glass,cover glass, lidi atau tusuk gigi, kertas tissue, mikroskop cahaya, feses
container.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah fesess, larutan NaCl
fisiologis, eosin, dan lugol.
3.2 Metode
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menuliskan nma pasien, nomor dan tanggal pembuatan terlebih
dahulu pada satu ujung sediaan kaca atau objeck gass
3. Meneteskan satu tetes larutan garam fisiologis atau NaCl 0,9% atau
lugol iodine 1 % pada objeck glass.
4. Mengambil tinja atau feses sebesr kacang hijau atau kurang lebih 1-2
mg menggunakan lidi kemudian dihancurkan sampai merata pada
tetesan garam fisiologis atau lugol. Bagian-bagian yang kotor
dibuang. Lidi yang digunakan untuk mengambil tinja selanjutnya
dibuang dalam tempat yang mengandung desinfektan.
5. Menutup sampel tersebut dengan cover glass sehingga cairan
dibawahnya rata dan tidak terjadi gelembung-gelembung udara.
Sediaan yang dibuat harus cukup tipis ( transparan).
6. Mengamati slide di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah
terlebih dahulu (10x). Bila telah menmukan dilanjutkan dengan
perbesaran kuat 40-100x.
7. Mengulangi pemeriksaan sedikitnya sebanyak tiga kali (tiga sediaan).
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Gambar Keterangan
1 Feses telah ditambah Makroskopis feses
dengan pengawet formalin Warna = kuning
Bau = bau susu
Konsistensi = lembek
Bentuk feses = seperti bubur
Tidak mengandung darah, lendir atau pus

2 Feses yang dioeriksa dengan Mikroskopis Feses


NaCl fisiologis feses ditambah dengan NaCl fisiologis
dan diamati pada mikroskop dengan
perbesaran 40x dan tidak ditemukan telur
cacing pada preparat feses.

3 Feses yang di warnai Mikroskopis feses


dengan lugol iodine feses ditambah dengan lugol iodine dan
diamati pada mikroskop dengan perbesar
40 x dan tidak ditemukan cacing pada
preparat feses.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan dapat diketahui bahwa sampel
feses dari By. Kirana berumur 9 bulan mempunyai hasil makroskopis feses
didapatkan hasil Warna kuning, bau susu, Konsistensi lembek, Bentuk feses,
seperti bubur dan tidak mengandung darah, lendir atau pus. Pemeriksaan
dilakukan dengan metode langsung. Metode pemeriksaaan langsung ada dua tahap
yaitu pemeriksaan makroskopis dan pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan
makroskopis dilakukan dengan tujuan untuk melihat kemungkinan adanya infeksi
oleh parasit yang sudah dewasa yang dapat dilihat secara makroskopis dilakukan
dengan cara melihat warna, bau, konsistensi, bentuk dan melihat ada tidaknya
darah, nanah dan lendir yang ada pada feses. Sedangkan pemeriksaan mikroskopis
dilakukan untuk melihat adanya kista atau telur yang ada di dalam sampel, dan
melihat di mikroskop, pada perbesaran 10X dan di identifikasi pada perbesaran
40X.
Fungsi penambahan NaCl dan lugol iodine adalah sebagai pewarna atau
sebagai larutan pengencer pada pemeriksaan langsung feses, apabila sediaan
ditambah dengan NaCl dan lugol maka pada sediaan telur cacing akan berwarna
bening kekuningan, dan keuntungan yang lainnya adalah lebih murah serta dapat
digunkan untuk melihat morfologi cacing karena warnanya bening, selain dengan
larutan tersebut pemeriksan mikroskopis juga dapat dibantu dengan eosin yang
dapat memisahkan antara kotoran dan parasit, namun tidak dapat digunakan untuk
mengamati inti yang ada pada parasit dan cenderung lebih cepat kering jika
dibandingkan dengan menggunakan lugol dan juga NaCl fisiologis.
Faktor-faktor yang mepengaruhi keberhasilan dalam pemeriksaan feses secara
langsung ada beberapa hal dimana selain menggunakan pewarna yang dapat lebih
menguntungkan, ketelitian dan kondisi alat dan kualitas reagen yang digunakan
juga dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pemeriksaan feses secara lansung.
Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah memilih sampel yang akan
di identifikasi dengan benar dan selalu menghomogenkan sampel yang akan
diperiksa, dan memberikan label pada tempat veses dan yang diambil terlebih
dahulu adalah larutan pewarna yang digunakan setelah itu, fese yang ada.
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan dapat diketahui bahwa
pemeriksan yang dilakukan secara langsung yaitu dengan pemeriksaan
makroskopis dan mikroskopis. Pada pemeriksan makroskopis dilakukan
pengamatan bau, warna, ada tidaknya darah, lendir dan nanah, konsistensi
feses, dan bentuk feses. Sedangkan pada pemeriksaan mikroskopis dilakukan
dengn menggunakan NaCl dan lugol, kemudian diamati dengan mikroskop
dengan menggunakan perbesaran 10x dan 40x.
5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan sudah baik namun untuk
dapt lebih runtut dalam melkukan identifikasi yaitu dari pemeriksaan
makroskopis terlebih dahulu kemudian pemeriksaan mikroskopis, dan pada
pemeriksaan mikroskopis menggunakan 3 zat warna yang digunakan yaitu,
Nacl Fisiologis, lugol dan eosin.
DAFTAR PUSTAKA
Gandahusada, S.W Pribadi dan D.I. Herry. 2000. Parasitologi Kedokteran
Fakultas Kedokteran UI : Jakarta
Muhammad Rofiq Nezar, R. Susanti, Ning setiati. 2014. Jenis cacing pada feses
safi di TPA Jatibarang dan KTT Sidomulyo desa Nongkosawit Semarang.
Unnes Jurnal Of Life Science. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas
Negri Semarang, Indonesia
Nogruho, Cahyono et al. 2010. “Identifikasi Kontaminasi elur Nematoda Usus
Pada Sayuran Kubis (Brassica oleracea) Warung Makan Lesehan
Wonosari Gunungkidul Yogyakarta”. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Universitas Ahmad Dahlan Vol.4 No.1. Yogyakarta
Soedarto. 2009. Pengobatan Penyakit Parasit. Surabaya. Sagung Seto.

Wardani. Dita Pratiwi. 2019. Buku Pedoman Praktikum Parasitologi 1.

Universitas Muhammadiyah Purwokerto: Purwokerto

Wardhana et al. “Identification of Soil Transmitted Helminths Egg on Fresh


Cabbage (Brassica oleracea) at Lampung University Food Stalls, ISSN
2337-3776. Medical Faculty of Lampung University
LAMPIRAN

Makroskopis+ formalin 40x dengan NaCl 40x dengan lugol

Anda mungkin juga menyukai