Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN

A. Pengertian ‫ الخروج من الخالف مستحب‬dan Sebab Terjadinya


‫الخالف‬
‫ الخروج من الخالف مستحب‬dapat diartikan sebagai “keluar dari
perselisihan itu dianjurkan”. Menurut Imam As-Suyuti dalam kitab Asybah
Wa An-Nadzhoir, maksud dari kaidah ini ialah bahwa menghindari barang
atau perbuatan yang hukumnya halal atau bolehnya diperselisihkan adalah
terpuji atau dianjurkan.1 Menurut Imam Tajuddin As-Subki: “Antara
kaidah yang masyhur dalam ucapan mayoritas imam (ulama), dan hampir-
hampir seorang faqih itu memasukkan ia sebagai kaidah yang disepakati
ke atasnya adalah Keluar dari Khilaf Itu Lebih Utama dan Lebih
Afdhal.”2
Kalimat “Al-Khilaf” sebagaimana yang disebutkan oleh Fairuz Abadi
yaitu membawa maksud “Menyelisihi seseorang pada suatu perkara, yaitu
bercanggah kepadanya.”3 Sebagian ulama meemberikan definisi yang
berbeda diantara perbedaan khilaf dan ikhtilaf. Diantaranya Syeikh Ayyub
bin Musa al-Husaini di dalam kitabnya al-kulliyyaat, beliau berkata:
“ikhtilaf adalah sesuatu yang bersandarkan kepada dalil manakala khilaf
adalah sesuatu yang tidak bersandarkan kepada dalil.”4
Adapun dalil Qur’an yang berhubungan dengan kaidah ini terdapat pada
Q.S An-Nisa’ ayat 59 yaitu:

‫س ْو َل َوا ُو ِلى ْاْلَ ْم ِر ِم ْن ُك ْۚ ْم‬


ُ ‫الر‬ ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا ا َ ِط ْيعُوا ه‬
َّ ‫ّٰللاَ َوا َ ِط ْيعُوا‬
َ‫س ْو ِل اِ ْن ُك ْنت ُ ْم تُؤْ ِمنُ ْون‬ ‫ش ْيءٍ فَ ُرد ُّْوهُ اِلَى ه‬
ُ ‫ّٰللاِ َوال َّر‬ َ ‫فَا ِْن تَنَازَ ْعت ُ ْم فِ ْي‬
٥٩ ࣖ - ‫س ُن تَأ ْ ِوي ًْل‬ َ ‫اْل ِخ ِۗ ِر ٰذ ِل َك َخي ٌْر َّوا َ ْح‬
ٰ ْ ‫اّٰللِ َو ْال َي ْو ِم‬
‫ِب ه‬

1
As-Suyuti. Asybah Wa An-Nadzhoir. Hal 94
2
As-Subki. Asybah Wa An-Nadzhoir. Hal 127
3
Fairuz Abadi. Al-Qamus Al-Muhith. Hal 251
4
Syekh Ayyub bin Muda Al-Husaini. Al-Kulliyaat. Hal 61.
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad) dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Adapun dalam permasalahan khilaf ini karena beberapa sebab yaitu
antara lain:
1. Berbeda pandangan dalam masalah bahasa: Dalam hal ini, banyak
ulama yang berbeda penafsiran ayat ataupun hadis.
Contoh: Lafal Quru’ dalam masa iddah. Dalam hal ini, terdapat dua
pendapat. Menurut Imam Syafi’i, quru’ berarti suci. Sedangkan
menurut Imam Hanafi, quru’ berarti haid (menstruasi).
2. Perbedaan dari segi penerimaan hadis
Contoh:

‫ى هللاُ َعلَ ْي ِه‬َّ ‫صل‬ َ ‫هللا‬


ِ ‫س ْو ِل‬ ُ ‫صةُ َر‬ َ ‫ار ْخ‬ ُ ‫أ َ َّن ِه ْندًا لَ ْم ت َ ْبلُ ْغ َه‬
َ‫ي الَّتِ ْي يَ ْن ِز ُل َعلَ ْي َهاالدَّ ُم بَ ْحد‬ َ ‫سلَّ َم فِ ْى اْل ُم ْست َ َحا‬
َ ‫ض ِة َو ِه‬ َ ‫َو‬
َ ُ ‫َت ت َ ْب ِك ْي ِألنَّ َها ْلَ ت‬
‫ص ِلى‬ ْ ‫ْض فَ َكان‬ َ ‫أ َ ْق‬
ِ ‫صى ُمدَّ ِةا ال َحي‬
Artinya: “Bahwa Hindun belum sampai kepada Rasulullah SAW
hukum rukhshoh sholat mustahadhah (yaitu orang yang keluar darah
setelah batas maksimal haid), sehingga ia senantiasa menangis karena
tidak bisa menjalankan sholat.” (Diriwayatkan oleh Az-Zuhri)
Padahal dalam permasalahan ini terdapat hadits mengenai rukhshah
sholat bagi mustahadhah yaitu:

ُ‫اط َمةُ ِب ْنت‬


ِ َ‫ت ف‬ ْ َ‫ي هللاُ َع ْن َها قَال‬
ْ َ ‫ َجائ‬: ‫ت‬ ِ ‫شةَ َر‬
َ ‫ض‬ َ ِ‫َع ْن َعائ‬
ْ َ‫سلَّ َم فَقاَل‬
:‫ت‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫أَبِ ْي ُحبَي ٍْش إِلَى النَّبِي‬
‫ع‬ ْ َ ‫ض ْة فَلَ أ‬
ُ َ‫ط ُه ُرأَفَأَد‬ َ ‫ ِإنِ ْي ْام َرأَة ٌ اِ ْست َ َحا‬,ِ‫س ْو ُل هللا‬
ُ ‫ار‬ َ َ‫ي‬
‫ْض فَ ِاذَا‬ ِ ‫ْس ِب َحي‬ َ ‫ْلَ ِإنَّ َماذَ ِل َك ِع ْر ٌق َولَي‬: ‫قَا َل‬,َ ‫ص َلة‬َّ ‫ال‬
ْ ‫صلَة ََو ِإذَا أ َ ْدبَ َر‬
‫ت فَا ْغ ِس ِل ْي‬ َّ ‫ضت ُ ِك فَدَ ِع ْى ال‬
َ ‫ت َح ْي‬ ْ َ‫أ َ ْقبَل‬
َ ‫َع ْن ِك الد ََّم ث ُ َّم‬
‫ص ِلى‬
Artinya: “Dari Aisyah RA ia berkata, bahwa Fatimah binti Hubaisy
menghadap Rasulullah SAW seraya berkata: Ya Rasulullah, saya
adalah seorang wanita mustahadhah, bolehkah aku meninggalkan
sholat? Rasulullah SAW menjawab: Tidak, sesungguhnya darah
tersebut penyakit, bukan darah haid, maka bila datang waktu haid,
tinggalkan sholat. Dan bila selesai waktu haid, cucilah darah itu,
kemudian sholatlah.” (HR. Bukhari Muslim).5

B. Permasalahan Seputar Kaidah ‫ الخروج من الخالف مستحب‬Pada


Masa Usman Bin Affan.
Para sahabat terdahulu amat menitik beratkan soal menjauhi khilaf ini
dengan cara menangani isu-isu khilaf dengan penuh keinsafan dan adab. Ini
seperti yang ditunjukkan dalam sejarah bahawa pernah berlaku perbedaan
pandangan antara Usman bin Al-Affan dengan Abdullah Ibn Mas’ud
berkenaan isu sholat qasar bagi seseorang yang bermusafir. Usman bin
Affan berpandangan untuk menunaikan sholat secara tamam (penuh)
manakala Ibn Mas’ud berpendapat bahawa sholat harus dilakukan secara
qasar. Meskipun begitu, apabila Usman menjadi imam dan Ibn Mas’ud
menjadi makmum di belakang beliau dengan turut melakukan sholat secara
tamam sedangkan beliau berpegang dengan pandangan yang menyatakan

5
Yanggo, Huzameah Tahido. 1997. Pengantar Perbandingan Madzhab. (Jakarta: Logos). Hal
50-51.
perlu qasar sholat. Maka apabila ditanyakan kepada Ibn Mas’ud akan
keadaan tersebut beliau berkata:

‫الخ َلف شَر‬


ِ
“Khilaf (perselisihan) adalah segala sesuatu yang buruk.”

C. Syarat Dalam Memperhatikan dan Menjaga Khilaf.


Adapun beberapa syarat dalam menjaga dan memperhatikan khilaf ada
3 yaitu:6
1. Jangan sampai membawa khilaf yang lain, karena itu memutus sholat
witir lebih utama daripada menyambungnya. Disini tidak perlu
diperhatikan perbedaan pendapat imam Abu Hanifah yang melarang
untuk memutuskan, sebab ada juga pendapat yang tidak mengizinkan
untuk menyambung.
2. Jangan sampai menyalahi yang tsabit, sehingga karenanya dihukumi
sunnah mengangkat tangan di dalam sholat, dan tidak perlu
memperhatikan pendapat yang membatalkan sholat dari sebagian ulama,
karena hadist tentang mengangkat tangan ini adalah jelas dari Nabi
Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh 50 orang sahabat.
3. Hendaknya kuat dasarnya, tidak hanya yang dianggap sebagai suatu
kekhilafan, sehingga karena itu puasa dalam berpergian lebih utama
bagi yang kuat, dan tidak perlu diperhatikan pendapat Ad-dzhohiri yang
menganggap puasanya tidk sah, dalam hal ini Imam Tajjuddin As-Subki
mengatakan bahwa kalau pendapat itu lemah dan jauh dari dasar
penetapan hukum syara’, maka dianggap sebagai kekhilafan bukan
perbedaan pendapat.

D. Beberapa Contoh Dari Kaidah ‫الخروج من الخالف مستحب‬

6
As-Suyuti. Asybah Wa An-Nadzhoir
Berikut ini contoh-contoh perbuatan dalam rangka keluar dari khilaf
(melaksanakan sesuatu dengan cara yang dapat dibenarkan oleh dua
pendapat yang berbeda ialah:
1. Mengutamakan menggosok anggota wudhu
2. Meratakan dalam mengusap kepala
3. Melakukan sholat qashar dalam berpergian yang berjarak 3 marhalah
dan meninggalkan sholat qashar dalam jarak kurang dari 3 marhalah
(207, 36 km). 1 marhalah = 69,12 km.
KESIMPULAN
 ‫ الخروج من الخالف مستحب‬yaitu kaidah fikih yang membahas tentang kaidah
yang masyhur dalam ucapan mayoritas imam (ulama), dan hampir-hampir
seorang faqih itu memasukkan ia sebagai kaidah yang disepakati ke atasnya
adalah keluar dari khilaf Itu lebih utama dan lebih afdhal.
 Adapun sebab dari khilaf meliputi dua hal yaitu: Berbeda pandangan dalam
masalah bahasa, dan perbedaan dari segi penerimaan hadis.
 Syarat dalam menjaga khilaf ada 3 yaitu: Jangan sampai membawa khilaf
yang lain, Jangan sampai menyalahi yang tsabit, dan Hendaknya kuat
dasarnya, tidak hanya yang dianggap sebagai suatu kekhilafan.

Anda mungkin juga menyukai