Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
***
Setelah mereka mengantar Evans dan Arcel ke ATM, merekapun pergi ke toko es krim yang sedang viral.
Pesanan sudah ada ditangan mereka. Kali ini Sia yang mentraktir mereka. Katanya untuk salam
persahabatan mereka.
Sia tampak makan dengan asiknya tanpa memperdulikan sekitar, padahal mukanya kecemong gitu. Secara
tiba-tiba membersihkan es krim di hidung Sia dengan ibu jarinya. Kemudian Evans menghisap sisa es
krim itu di ibu jarinya.
“Cantik” ujar Evans kemudian. Sontak Sia dan Bela kaget. Degup jantung Sia tidak stabil. “Tolong kalo
mau ngelakuin sesuatu jangan tiba-tiba. Gua kaget anjir”batin Sia. Sejurus kemudian, Evans
menggenggam tangan Sia.
“Cantik. Kamu mau nggak jadi pacar aku?” Tanya Evans kepada Sia. Bela kaget. Ini tidak seharusnya
terjadi. Bagaimana kalo Evans hanya mempermainkan perasaan Sia seperti cewek-ceweknya yang lain.
Bela tidak ingin Sia terluka.
“Van. Ingin ngga bener. Tolong jangan sakitin Sia” ujar Bela kepada Evans
“Gua nggak lagi maen maen Bel. Gua serius sama Sia. Gua nggak akan nyakitin Sia” Jawab Evans
kepada Bela. “Setidaknya gua nggak akan sakitin Sia sampe enam bulan kedepan” Batin Evans. Bela
mencoba mempercayai perkataan Evans tadi.
“Jadi, Sia lu mau jadi pacar Evans?” Tanya Arcel
Sia berfikir. Apakah dia akan menerima Evans atau tidak. Dia tidak ingin terburu-buru mengambil
keputusan. Dilihatnya Arcel yang menunjukkan wajah memelas. Ia ingat, dia sudah berjanji pada Arcel
untuk membantunya menyelesaikan masalahnya ini. Dan ini adalah salah satu jalan yang bisa dia
gunakan. Sia tau kalau Evans menembaknya tanpa ada rasa cinta. Tapi cinta bisa tumbuh seiring waktu
bukan?
Dilihatnya sekali lagi Arcel dihadapannya. Kemudian perlahan dia menggenggam erat tangan Evans, Sia
mengangguk pelan dan tersenyum
“Iya gue mau” jawab Sia akhirnya.
Evans tersenyum manis, tangannya terulur kerambut Sia. Perlahan Evans mengelus rambut Sia.
Sia kemudian mengambil tangan Evans yang sudah turun ke pipinya itu. Sia menggenggam hangat tangan
Evans. Lagi-lagi genggamannya itu benar benar hangat hingga tanpa sadar Evans merasa nyaman dengan
genggaman itu.
“Gue harap gue bisa bantu lo lupain perasaan lo sama Bela, Van” Batin Sia
“Tuhan ijinin gua egois sekali ini aja. Gua harap Evans bisa berpindah hati ke Sia. Semoga Evans juga
bisa menyentuh hati Sia. Persetan dengan taruhan yang kemaren kita buat” Batin Arcel
“Eh eh udah jam segini nih. Yuk balik. Mama gua nanti nyariin” Ujar Bela setelah ia lihat jam
ditangannya tadi.
“Eh iya. Udah jam segini aja ya. Yaudah yuk balik. Para gadis tidak boleh pulang malam” ujar Arcel
kemudian memegang tangan Bela.
“Inget ya kalian masih hutang PJ sama kita berdua” ujar Bela heboh.
“Elahhh baru aja gua tekor bayarin kalian tadi” Balas Evans
“Jangan pelit-pelit ngapa sama sahabat Van. Biar gua do’ain kalian berdua bahagia, langgeng selamanya”
Ujar Arcel. Evans yang mendengar ucapan Arcel menatap tajam kearah Arcel. Tapi Arcel hanya
menggedikkan bahu tak peduli.
“Iya bener tuh” Ujar Bela menyetujui ucapan pacarnya itu.
“Iya-iya besok gua traktir deh” Ujar Sia diiringi tawa khasnya. Tawa yang membuat orang lain bisa ikut
bahagia melihatnya. Termasuk Evans yang tanpa sadar ikut tersenyum.
***
Sekarang Evans dan Sia sudah sampai di depan gerbang rumah milik Sia. Sia pun melepas pelukannya di
pinggang Evans. Jangan tanya kenapa Sia memeluk Evans. Karena alasannya sama seperti baru saat
kedua kali Evans menggoncengnya. Evans tak akan mau menjalankan motornya kalo Sia belum memeluk
pinggangnya.
Sebenarnya mereka tidak secanggung orang yang baru berpacaran lainnya. Karena Sia ataupun Evans
menganggap mereka itu adalah sahabat seperti sebelumnya, bedanya hanya ada status diantara mereka.
“Makasi Van. Nggak mampir?” Ujar Sia setelah berhasil turun dari motor gedenya Evans.
“Nggak. Lain kali aja yak” Tolak Evans. Evans sudah memutuskan untuk memanggil Sia dengan sebutan
Yak. Ribet kalo manggil Sia, jadi dia menyingkat nama Sia menjadi Yak, itu pikirnya.
“Oh yaudah hati-hati” Ujar Sia basi-basi kepada Evans.
Evans mulai menyalakan motornya, memutarkan motornya dan hendak jalan. Tapi, sedetik kemudian
Evans urungkan. Evans melirik Sia yang masih setia menunggu Evans pergi.
“Besok aja” Tukas Evans singkat.
“Apanya?” Tanya Sia tak mengerti maksud Evans.
“Mampirnya. Besok pagi gua jemput” Jelas Evans.
“Ngapain? Besok libur Van” Sia sekedar mengingatkan. Siapa tau Evans lupa kalo besok adalah hari
minggu dan sekolah diliburkan.
“Kencan” Jawab Evans singkat dan langsung menancap gas motornya itu. Sia kaget. Apa Sia tak salah
dengar? Evans mengajaknya kencan. Baiklah ini adalah awal yang baik untuk mereka, pikir Sia.
Sedangkan dimotor, Evans kesal kenapa bisa dia begitu ceroboh. “Kenapa gua jadi maen lari aja si.
Kenapa gua jadi salah tingkah begini. Kalo Sia tau gimana? Mau di taruh di mana muka gua ini.
Astagaaa” Batin Evans. “Argghhhh” sebuah erangan lolos dari mulutnya. Jelas sekali tadi dia merasakan
panas dipipinya saat mengucapkan kata kencan.