Big Paper Dampak Faktor-Faktor Lingkunga
Big Paper Dampak Faktor-Faktor Lingkunga
SUPRIYADI
13/358117/PEK/18422
iii | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo
Sentra
Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir penulisan atas serangkaian tugas yang
ada pada mata kuliah General Business Environment. Adapun makalah yang penulis susun
berjudul Dampak Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal terhadap Bisnis PT Bali
Towerindo Sentra.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan masukan
sangat penulis harapkan untuk perbaikan penulisan selanjutnya.
Sebagai penutup, penulis berharap tulisan ini mampu memberikan manfaat bagi seluruh
pihak, dan dapat menjadikan acuan dalam melihat bisnis menara telekomunikasi yang ada di
Indonesia.
Penulis
Supriyadi
Oleh:
Supriyadi
NIM:13/358117/PEK/18422
Bisnis menara telekomunikasi berkembang pesat, hal tersebut dipicu oleh kebutuhan
pengguna jasa menara seperti operator selular yang terus melakukan penambahan BTS guna
memperluas cakupan layanan. PT Bali Towerindo Sentra adalah salah satu pemain menara
telekomunikasi yang ikut berkecimpung didalam bisnis ini, dengan fokus bisnis di Pulau Bali,
Balitower memiliki keunggulan kompetitif dalam hal dukungan pemerintah daerah, sehingga
memiliki keleluasaan untuk membangun menara sehingga saat ini mejadi pemegang market
share terbesar di pulau tersebut.
Persaingan usaha pada industri ini kian ketat, karena jumlah pemain yang semakin banyak
dan tidak sedikit yang memiliki kapasitas lebih baik dalam hal kapital maupun teknologi,
sehingga untuk dapat tetap bersaing Balitower harus memiliki strategi yang tepat.
Kemudian, melalui identifikasi peluang dan ancaman yang ada perusahaan dapat menyusun
strategi dan inisiatif yang tepat, peluang apa yang akan dikejar serta kompetensi apa yang
harus disiapkan untuk mencapai tujuan tersebut, serta tindakan apa yang harus dilakukan
untuk menghadapi ancaman dan bagaimana mengisi gap yang ada pada kelemahan internal
perusahaan.
vii | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo
Sentra
Bab I Pendahuluan
Bisnis penyewaan menara telekomunikasi semakin bergairah, hal ini ditandai dengan
semakin banyaknya pemain baru baik berskala lokal maupun nasional. Pangsa pasar di
Industri ini terus berkembang sejalan dengan pertumbuhan jumlah pelanggan yang dimiliki
oleh 9 operator telekomunikasi di Indonesia. PT Bali Sentra Towerindo muncul dan ikut
meramaikan kompetisi dengan fokus beroperasi di Pulau Bali.
Sebagai pemain lokal dan first mover di pulau tersebut, Bali Tower memiliki
keunggulan kompetitif yang seharusnya dapat digunakan sebagai modal dasar didalam
persaingan bisnis telekomunikasi. Selain itu faktor-faktor internal dan eksternal juga mesti
dipertimbangkan agar perusahaan dapat bersaing dan bertahan.
1.2. Masalah
Untuk dapat terus berkembang dan bertahan, Balitower harus memiliki strategi yang
tepat dengan pelaksanaan strategi yang disiplin. Dan analisa faktor eksternal adalah faktor
penting yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan, untuk itu perusahaan harus
mengindentifikasi hal berikut :
a. Faktor-faktor eksternal apa yang dapat mempengaruhi bisnis perusahaan secara
langsung maupun tidak langsung?
b. Peluang dan ancaman apa yang harus dikejar dan diwaspadai oleh perusahaan?
c. Strategi apa yang harus ditempuh untuk meresponse faktor-faktor di atas?
Penelitian ini ditujukan untuk melihat secara lebih mendalam faktor-faktor apa yang
berpengaruh terhadap lingkungan bisnis perusahaan, menarik kesimpulan mengenai peluang
dan ancaman yang timbul serta strategi apa yang harus diambil dengan mengacu kepada
peluang dan ancaman yang ada.
Metode penelitian yang digunakan dalam proses evaluasi faktor lingkungan eksternal
pada bisnis Balitower, adalah dengan Data Sekunder, yaitu dengan memanfaatkan data-data
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Balitower maupun para pihak
yang berhubungan dalam industri penyewaan menara telekomunikasi, khususnya dalam
memahami faktor lingkungan eksternal yang berdampak secara langsung terhadap bisnis
Balitower pada khususnya dan pada industri penyewaan menara telekomunikasi pada
umumnya.
Berikut ini adalah perkembangan pendapatan usaha Perseroan berdasarkan jasa yang
diberikan oleh Perseroan kepada pelanggannya :
Perbandingan beban pokok pendapatan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada
tanggal 30 September 2013 dengan 30 September 2012
Beban pokok pendapatan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30
September 2013 meningkat sebesar Rp5.440 juta atau 44,91% dibandingkan dengan periode
sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2012 sebagian besar karena
peningkatan gaji dan tunjangan karyawan yang disebabkan oleh peningkatan jumlah
karyawan dan tingkat gaji; penurunan beban operasional dan pemeliharaan karena pada tahun
2012 banyak terdapat perbaikan untuk jaringan; peningkatan beban perizinan karena
penambahan izin untuk pengembangan jaringan transmisi dengan menggunakan radio
microwave; dan karena peningkatan beban listrik yang disebabkan oleh peningkatan jumlah
penyewa menara telekomunikasi dan jumlah menara.
Perbandingan beban pokok pendapatan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2012 dengan 2011
Beban pokok pendapatan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012
meningkat sebesar Rp14.349 juta atau 281,35% dibandingkan dengan tahun 2011 sebagian
besar karena peningkatan gaji dan tunjangan karyawan yang disebabkan oleh peningkatan
jumlah karyawan dan tingkat gaji; karena peningkatan beban listrik yang disebabkan oleh
peningkatan jumlah penyewa menara telekomunikasi dan menara; dan karena peningkatan
beban operasional dan pemeliharaan yang disebabkan oleh perbaikan jaringan di 2012.
Perbandingan beban pokok pendapatan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2011 dengan 2010
Beban pokok pendapatan usaha untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011
menurun sebesar Rp3.448 juta atau 40,34% dibandingkan dengan tahun 2010 sebagian besar
karena peningkatan gaji dan tunjangan karyawan yang disebabkan oleh peningkatan jumlah
karyawan dan tingkat gaji; dan karena penurunan beban listrik yang disebabkan oleh
Faktor-Faktor Peluang
Faktor-Faktor Ancaman
Pembangunan ekonomi juga mampu menciptakan ancamana kepada perusahaan:
Munculnya pemain baru, pertumbuhan bisnis penyewaan menara selular yang pesat
menarik minat pemain-pemain baru untuk ikut berkompetisi dan memperebutkan
market share yang masih cukup besar.
Peraturan perijinan yang bersifat desentralisasi, tiap-tiap daerah menerbitkan
peraturan perundangan sendiri yang mengatur teknis perijinan dan pengoperasian
menara selular yang cendrung menyulitkan perusahaan.
Kendati tidak ada aturan yang tegas mengenai bagaimana seharusnya perusahaan
mencatat biaya-biaya tersebut, namun perusahaan yang beretika seharusnya tidak mencatat
pengeluaran untuk hal-hal yang melanggar tersebut kedalam bagian dari biaya operasional
perusahaan.
Faktor-Faktor Peluang
Faktor-Faktor Ancaman
Pembangunan ekonomi juga mampu menciptakan ancamana kepada perusahaan:
Munculnya pemain baru, pertumbuhan bisnis penyewaan menara selular yang pesat
menarik minat pemain-pemain baru untuk ikut berkompetisi dan memperebutkan
market share yang masih cukup besar.
Peraturan perijinan yang bersifat desentralisasi, tiap-tiap daerah menerbitkan
peraturan perundangan sendiri yang mengatur teknis perijinan dan pengoperasian
menara selular yang cendrung menyulitkan perusahaan.
Besaran PDB Indonesia pada tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai
Rp9.084,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp2.770,3
triliun. Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 5,78 persen, terjadi pada Ekspor Barang
dan Jasa sebesar 5,30 persen, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,28 persen,
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 4,87 persen dan Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) sebesar 4,71 persen.
Gbr. 6 Laju pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha Q2-2014 (dalam persen)
Sementara itu komponen Impor juga tumbuh sebesar 1,21 persen. Pada tahun 2013,
dari sisi pengeluaran, PDB digunakan untuk memenuhi Konsumsi Rumah Tangga sebesar
55,82 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau Investasi Fisik 31,66 persen,
22 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo
Sentra
Konsumsi Pemerintah 9,11 persen, danEkspor 23,74 persen. Sedangkan untuk penyediaan
dari Impor sebesar 25,73 persen.
Negara asal investasi langsung adalah Jepang sebesar US$ 1,331mn atau 19% dari
total investasi, Singapura US$ 1,146mn atau 16%, Amerika US$ 640.9mn atau 9% dan
diikuti oleh negara-negara lainnya.
Dalam kurun waktu 2009–2013 PDB per kapita atas dasar harga berlaku terus
mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp23,9 juta (US$2.346,6), tahun
2010 sebesar Rp27,0 juta (US$3.003,9), tahun 2011 sebesar Rp30,7 juta (US$3.3.525,2),
pada tahun 2012 mencapai Rp33,5 juta (US$3.583,2), dan pada tahun 2013 mencapai Rp36,5
juta (US$3.499,9).
3.4.6. Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2014 mencapai 28,28 juta orang
(11,25 persen), berkurang 0,32 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada
September 2013 yang sebanyak 28,60 juta orang (11,46 persen). Jumlah penduduk miskin di
Gbr. 10 Perkembangan persentase penduduk miskin menurut daerah September 2013-Maret 2014
Table 11 Garis kemiskinan, jumla dan persentase penduduk miskin menurut daerah
Pada Februari 2014 terdapat 10,57 juta orang (8,94 persen) penduduk bekerja
berstatus setengah penganggur, yaitu mereka yang bekerja tidak penuh dan masih mencari
pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.
Jumlah pengangguran pada Februari 2014 mencapai 7,2 juta orang, dengan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, dimana TPT Februari 2014 sebesar 5,70
persen turun dari TPT Agustus 2013 sebesar 6,17 persen dan TPT Februari 2013 sebesar 5,82
persen. Pada Februari 2014, TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas menempati
posisi tertinggi, yaitu sebesar 9,10 persen, disusul oleh TPT Sekolah Menengah Pertama
sebesar 7,44 persen, sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD kebawah,
yaitu sebesar 3,69 persen.
Faktor-Faktor Peluang
Faktor-Faktor Ancaman
Pembangunan ekonomi juga mampu menciptakan ancamana kepada perusahaan:
Munculnya pemain baru, pertumbuhan bisnis penyewaan menara selular yang pesat
menarik minat pemain-pemain baru untuk ikut berkompetisi dan memperebutkan
market share yang masih cukup besar.
Peraturan perijinan yang bersifat desentralisasi, tiap-tiap daerah menerbitkan
peraturan perundangan sendiri yang mengatur teknis perijinan dan pengoperasian
menara selular yang cendrung menyulitkan perusahaan.
Rendahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, perangkat mesin produksi
yang umumnya di import dari luar menyebabkan biaya investasi menjadi lebih tinggi
akibat stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara produsen.
Perubahan Tren Teknologi, teknologi komunikasi yang terus berkembang
mensyaratkan perusahaan untuk terus memperbaharui sistem yang ada, sehingga
waktu penggunaan perangkat yang sudah dipasang menjadi lebih singkat lagi.
Besaran PDB Indonesia pada tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai
Rp9.084,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp2.770,3
triliun. Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 5,78 persen, terjadi pada Ekspor Barang
dan Jasa sebesar 5,30 persen, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,28 persen,
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 4,87 persen dan Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) sebesar 4,71 persen.
Sementara itu komponen Impor juga tumbuh sebesar 1,21 persen. Pada tahun 2013,
dari sisi pengeluaran, PDB digunakan untuk memenuhi Konsumsi Rumah Tangga sebesar
55,82 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau Investasi Fisik 31,66 persen,
Konsumsi Pemerintah 9,11 persen, danEkspor 23,74 persen. Sedangkan untuk penyediaan
dari Impor sebesar 25,73 persen.
Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II-2014 masih
didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap
Produk Domestik Bruto sebesar 58,70 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar
23,74 persen, Pulau Kalimantan 8,31 persen, Pulau Sulawesi 4,84 persen, dan sisanya 4,41
persen di pulau-pulau lainnya
Pertumbuhan ekonomi secara spasial pada triwulan II-2014 menurut kelompok provinsi,
dipengaruhi oleh empat provinsi penyumbang terbesar dengan total kontribusi sebesar 54,63
persen. Keempat provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa
Tengah, dengan pertumbuhan y-on-y masingmasingsebesar 6,11 persen, 5,94 persen, 5,63
persen, dan 5,21 persen.
Pulau Bali sebagai area operasional perusahaan memiliki luas daratan 5780 km2 atau
0.3% terhadap luas Indonesia, luas daratan pulau Bali bertambah seluas 332 km2 jika
dibandingkan dengan luas daratan pada tahun 2007. Jumlah penduduk Bali pada tahun 2010
tercatat sebanyak 3,9 juta jiwa atau 1.64% terhadap total penduduk Indonesia. jumlah
penduduk tersebut diluar jumlah wisatawan yang datang dan berlibur di pulau bali, dimana
total wisatawan yang datang ke Bali dengan rata-rata kunjungan sebanyak 185,000 wisatawan
tiap bulan. Tingginya jumlah penduduk dipulau tersebut menyebabkan kepadatan penduduk
sebanyak 673 orang per-km2 . Tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi memberikan
tantangan yang sangat besar bagi BTS dalam mewujudkan rencana perusahaan dalam
pembangunan menara telekomunikasi baru. Kendati demikian ancaman tersebut menjadi
Pertumbuhan penduduk Indonesia pada rentang tahun 2010-2014 sebesar 1,40%, jika
dibanding dengan periode 1971-1980 (2,33%) dan 1980-1990 (1,97%), 1990-2000 (1,44
persen) dan 2000-2010 (1,49%) dapat dikatakan jika laju pertumbuhan penduduk Indonesia
pada periode 2010 – 2014 mengalami penurunan. Laju pertumbuhan penduduk terbesar
menurut pulau adalah sebagai berikut: Kalimantan sebesar (2,09%), Maluku dan Papua
(2.07%) Sumatera (1,70%) Bali dan Nusa Tenggara (1,46%).
Kendati secara nasional terjadi penurunan jumlah penduduk, namun Pulau Bali dan
Nusa Tenggara mengalami laju positif, yang akan memicu pertumbuhan konsumsi khususnya
pada sektor telekomunikasi. Pertumbuhan ini akan memaksa operator selular untuk
melakukan penambahan base station agar dapat melayani permintaan komunikasi pelanggan.
Hal ini memberikan peluang pertumbuhan bisnis bagi pengelola menara selular seperti BTS
dan juga memberikan ancaman ramainya kompetisi layanan sejenis di Pulau tersebut.
Jumlah Penduduk Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 252.164,8 ribu orang, dimana
komposisi penduduk laki-laki dan perempuan 126.715,2 ribu orang (laki-laki) dan 124.449,6
ribu orang (perempuan), dengan rasio laki-laki dan perempuan sebesar 101 artinya diantara
100 perempuan terdapat 101 laki-laki
sebanyak 48 orang. Lebih spesifik lagi rasio ketergantungan penduduk di pulau Bali dan
Nusa Tenggara berada pada posisi tertinggi yaitu 56%. Jika kita bandingkan rasio
ketergantungan antara tahun 1971 (86.8%) terhadap 2014 (48.9%) telah terjadi peningkatan,
dan dapat dikatakan jika Indonesia telah memasuki era bonus demografi, dimana kelebihan
usia produktif bisa dimanfaatkan untuk peningkatan pembangunan.
Faktor-Faktor Peluang
Faktor-Faktor Ancaman
Pembangunan ekonomi juga mampu menciptakan ancaman kepada perusahaan:
Munculnya pemain baru, pertumbuhan bisnis penyewaan menara selular yang pesat
menarik minat pemain-pemain baru untuk ikut berkompetisi dan memperebutkan
market share yang masih cukup besar.
Kesulitan perijinan dari pemerintah daerah, kemungkinan sulitnya mendapatkan ijin
pembangunan menara selular
Penolakan dari masyarakat sekitar, tingkat kepadatan penduduk pada satu luas
wilayah tertentu menyebabkan banyak menara di bangun diantara pemukiman
penduduk, dan menyebabkan banyak permasalahan sosial.
Lingkungan Sosial Bisnis adalah satu kesatuan dari kekuatan Politik, Sosial dan
Budaya yang secara luas berada di luar kontrol perusahaan namun memiliki pengaruh yang
kuat ke dalam. Pengaruh lingkungan sosial ini menimbulkan dampak positif maupun juga
negatif terhadap bisnis perusahaan. Pengaruh yang muncul biasanya akan mempengaruhi
aktivitas sumber daya manusia pada perusahaan.
Supplier, pihak yang menyediakan mesin produksi dan sistem pendukung bisnis
perusahaan.
Regulator, pihak pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan
seluruh instrumentnnya yang mengatur kebijakan dan peraturan terkait bisnis dan
teknik operasional pada bisnis menara selular
Pertumbuhan ekonomi ini juga di sadari oleh pelaku bisnis, melihat ceruk pasar yang
sedemikian besar, menarik minat para pengusaha untuk ikut bermain di industri
Distribusi penduduk yang tidak merata juga menciptakan kesulitan perusahaan untuk
ekspansi bisnis, dimana pembangunan BTS baru dihadapkan pada kendala keterbatasan
lahan. Sehingga seringkali BTS dibangun di lahan cagar budaya yang berujung pada
penolakan penduduk sekitar.
Faktor-Faktor Ancaman
Lingkungan Sosial juga mampu menciptakan ancamana kepada perusahaan:
Munculnya pemain baru, pertumbuhan bisnis penyewaan menara selular yang pesat
menarik minat pemain-pemain baru untuk ikut berkompetisi dan memperebutkan
market share yang masih cukup besar.
Peraturan perijinan yang bersifat desentralisasi, tiap-tiap daerah menerbitkan
peraturan perundangan sendiri yang mengatur teknis perijinan dan pengoperasian
menara selular yang cendrung menyulitkan perusahaan.
Faktor Peluang
Selain faktor ancamana perusahaan juga mampu merubah ancaman tersebut menjadi sebuah
peluang yang kemudian dapat memperkuat keunggulan kompetitif perusahaan seperti
48 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo
Sentra
Implementasi Green Teknologi, perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini
memungkinkan perusahaan untuk mencari solusi dari permasalahan di atas. Dengan
penerapan teknologi yang bersahabat bagi lingkungan dapat mencegah resistansi
masyarakat.
Faktor Ancaman
Penolakan Masyarakat terhadap pembangunan menara selular, dampak negatif dari
pembangunan selular menimbulkan resistensi ditengah masyarakat, kendati belum
ditemukan bukti adanya efek negative tersebut dimasyarakat, namun persepsi negative
tersebut sudah terbentuk, dan pada akhirnya menyulitkan perusahaan dalam
melakukan ekspansi bisnis dan operasionalnya.
Hal ini kemudian mendorong berdirinya perusahaan penyedia jasa penyewaan menara
komunikasi seperti Balitower bermunculan.
Faktor kunci yang menjadi penggerak perkembangan teknologi BTS adalah sebagai
berikut :
LTE pada dasarnya masuk ke generasi pre-4G dimana LTE-Advance (LTE-A) secara
official didesign oleh ITU sebagai teknologi 4G. LTE saat ini mampu untuk mentransfer data
dengan kecepatan 100Mbps menggunakan lebar kanal sampai dengan 20 Mhz sementara
teknologi LTE-A mampu mendukung kecepatan downlink sebesar 1Gbps menggunakan lebar
kanal sampai dengan 100Mhz.
Sedangkan HSPA+ (High Speed Packet Access Evolved) meningkatkan kecepatan
HSDPA dari peak data rates sebesar 14.4Mbps menjadi 21Mbps dengan cara menaikkan
index modulasi diantara kanal 5Mhz.
50 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo
Sentra
(2) New Spectrum
Kesamaan dari teknologi seperti HSPA+, 2C-HSPA+, 4C-HSPA+, LTE and LTE-A
yaitu kebutuhan kanal bandwidth yang besar. Hal ini kemudian membuat regulatory
(pemerintah) menata frekwensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Frekwensi 2600Mhz
saat ini belum digunakan dan memiliki lebar pita 20MHz untuk kebutuhan operator
telekomunikasi khususnya digunakan untuk layanan LTE. Alokasi frekwensi ini berbeda
dengan yang digunakan oleh spektrum 3G yaitu pada 2100Mhz, sehingga menawarkan
peluang lebih bagi industri untuk proses penggelaran jaringan, karena alokasi spektrum ini
masih kosong.
Frekwensi major lainnya adalah Digital Divident Spectrum, beralokasi di Ultra high
Frequency (UHF), spektrum ini digunakan oleh transisi analog ke digital televise, untuk
industri broadcasting disleuruh dunia. Amerika adalah negara pertama yang menggunakan
spektrum ini di kanal 698-728Mhz.
Multi-standard radio menghadirkan migrasi dari model hardware centric pada industri
BTS ke model yang lebih software centric. Dimana ketika setiap generasi BTS membutuhan
sebuah hardware untuk setiap siklus upgrade, HSDPA pada dasarnya adalah sebuah upgrade
perangkat lunak dari BTS W-CDMA. Sebagai tambahan, dengan memisahkan fungsi digital
pada BTS didalam BBU, supplier perangkat BTS saat ini mampu membuat software BBU
yang dapat diupgrade yang mampu mendukung teknologi multiple air interface sepert
GSM/EDGE, W-CDMA/HSPA dan LTE didalam unit yang sama. Hal ini merupakan sebuah
perubahan dari platform masa lalu yang memerlukan perangkat keras baru untuk upgrade.
Akan tetapi, multi-standard BTS biasanya hanya untuk BBU kecuali frekwensi RF yang sama
digunakan untuk teknologi multiple air interface seperti GSM900 dan W-CDMA900. Semua
tekonologi lainnya yang memerlukan sebuah frekwensi RF yang berbeda untuk radio
interface akan tetap memerlukan RRU terpisah untuk masing-masing pita frekwensi (seperti
GSM900/W-CDMA2000).
Faktor-Faktor Peluang
Faktor-Faktor Ancaman
Perkembangan teknologi, juga dapat menimbulkan ancaman antara lain:
Ancaman dari pesaing Teknologi base station yang ada dapat digunakan oleh semua
pihak, sehingga differensiasi yang ada akan sangat mudah ditiru dan dimodifikasi
untuk melawan daya saing Balitower.
Pulau Bali sebagai area operasional perusahaan memiliki luas daratan 5780 km2 atau
0.3% terhadap luas Indonesia, luas daratan pulau Bali bertambah seluas 332 km2 jika
dibandingkan dengan luas daratan pada tahun 2007. Jumlah penduduk Bali pada tahun 2010
tercatat sebanyak 3,9 juta jiwa atau 1.64% terhadap total penduduk Indonesia. jumlah
penduduk tersebut diluar jumlah wisatawan yang datang dan berlibur di pulau bali, dimana
total wisatawan yang datang ke Bali dengan rata-rata kunjungan sebanyak 185,000 wisatawan
tiap bulan. Tingginya jumlah penduduk dipulau tersebut menyebabkan kepadatan penduduk
sebanyak 673 orang per-km2 . Tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi memberikan
tantangan yang sangat besar bagi BTS dalam mewujudkan rencana perusahaan dalam
pembangunan menara telekomunikasi baru. Kendati demikian ancaman tersebut menjadi
sebuah peluang bagi BTS, hubungan baik yang sudah terjalin antara BTS (sebagai
perusahaan lokal Bali) dengan masyarakat setempat, memberikan keuntungan bagi
Pertumbuhan penduduk Indonesia pada rentang tahun 2010-2014 sebesar 1,40%, jika
dibanding dengan periode 1971-1980 (2,33%) dan 1980-1990 (1,97%), 1990-2000 (1,44
persen) dan 2000-2010 (1,49%) dapat dikatakan jika laju pertumbuhan penduduk Indonesia
pada periode 2010 – 2014 mengalami penurunan. Laju pertumbuhan penduduk terbesar
menurut pulau adalah sebagai berikut: Kalimantan sebesar (2,09%), Maluku dan Papua
(2.07%) Sumatera (1,70%) Bali dan Nusa Tenggara (1,46%).
Kendati secara nasional terjadi penurunan jumlah penduduk, namun Pulau Bali dan
Nusa Tenggara mengalami laju positif, yang akan memicu pertumbuhan konsumsi khususnya
pada sektor telekomunikasi. Pertumbuhan ini akan memaksa operator selular untuk
melakukan penambahan base station agar dapat melayani permintaan komunikasi pelanggan.
Hal ini memberikan peluang pertumbuhan bisnis bagi pengelola menara selular seperti BTS
dan juga memberikan ancaman ramainya kompetisi layanan sejenis di Pulau tersebut.
Jumlah Penduduk Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 252.164,8 ribu orang, dimana
komposisi penduduk laki-laki dan perempuan 126.715,2 ribu orang (laki-laki) dan 124.449,6
ribu orang (perempuan), dengan rasio laki-laki dan perempuan sebesar 101 artinya diantara
100 perempuan terdapat 101 laki-laki
3.9.4. Ketenagakerjaan
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2014 mencapai 125,3 juta orang,
bertambah sebanyak 5,2 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2013 sebanyak 120,2
juta orang atau bertambah sebanyak 1,7 juta orang dibanding Februari 2013. Jumlah
penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2014 mencapai 118,2 juta orang,
bertambah sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan pada Agustus 2013 sebanyak 112,8
juta orang atau bertambah 1,7 juta orang dibanding keadaan Februari 2013.
Komposisi penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan hingga Februari 2014 tidak
mengalami perubahan, dimana Sektor Pertanian, Perdagangan, Jasa Kemasyarakatan, dan
Sektor Industri secara berurutan masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga
kerja di Indonesia. Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2013, jumlah penduduk yang
bekerja mengalami kenaikan pada hampir semua sektor terutama di Sektor Jasa
Kemasyarakatan sebanyak 640 ribu orang (3,59 persen), Sektor Perdagangan sebanyak 450
ribu orang (1,77 persen), serta Sektor Industri sebanyak 390 ribu orang (2,60%), sedangkan
yang mengalami penurunan hanya Sektor Pertanian sebanyak 280 ribu orang (0,68%).
Table 19Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapngan pekerjaan utama 2012-
2014 (juta orang)
Faktor-Faktor Peluang
Peluang bisnis yang timbul adanya perubahan lingkungan demografis, dimana
variable demografi seperti : jumlah, distribusi dan kepadatan penduduk, struktur populasi
dan ketenaga kerjaan menunjukkan nilai yang positif, yang diprediksi mampu:
Menumbuhkan angka permintaan sambungan komunikasi penduduk, Peningkatan
daya beli dan, pertumbuhan tingkat pendapatan penyedia telekomunikasi, yang akan
memicu terjadinya pertumbuhan bisnis telekomunikasi di pulau bali, meningkatkan
jumlah investasi pembangunan menara BTS sebagai upaya pemenuhan kapasitas
jaringan oleh penyedia layanan yang pada akhirnya meningkatkan jumlah permintaan
penggunaan menara selular perusahaan telekomunikasi kepada PT Bali Towersentra.
Faktor-Faktor Ancaman
Perubahan demografi pada variable di atas berpotensi untuk:
Menciptakan ancaman keterbatasan lahan untuk pembangunan menara selular,
rapatnya rumah penduduk dengan menara selular menciptakan rasa tidak nyaman dan
aman penduduk sekitar akibat ketinggian menara selular,
Ancaman gangguan elektrik karena petir yang pada akhirnya akan menciptakan
penolakan masyarakat sekitar terhadap menara selular.
Resiko terbesar adalah kemungkinan pembongkaran menara selular oleh
masyarakat sekitar.
4.1. Kesimpulan
(1) Faktor lingkungan eksternal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bisnis
Balitower, faktor-faktor seperti pembangunan ekonomi, lingkungan politik dan
pemerintahaan serta perkembangan teknologi Telekomunikasi yang cukup pesat,
menuntut perusahaan untuk dapat beroperasi lebih efektif.
(2) Pengaruh lingkungan tersebut juga dirasakan oleh para pesaing preusahaan, sehingga
menuntut Balitower untuk senantiasa menciptakan inovasi baru sehingga dapat
diterima dengan baik oleh para pelanggannya.
(3) Dinamika politik dan trend ekonomi memberikan peluang bagi perusahaan untuk
melakukan diversifikasibisnis dengan memaksimalkan potensi pserusahaan yang
dimiliki saat ini.
4.2. Saran
(1) Melakukan perbaikan dan peningkatan performa operasional untuk menciptakan
produk M2M yang simple dan relevant sesuai dengan kebutuhan pelanggan, dengan
detail program sebagai berikut:
• Efisiensi beban operasional perusahaan dengan cara evaluasi berkelanjutan
terhadap biaya dan metode operasional
• Implementasi design infrastructure yang low maintenance
• Opsi pengalihan tenant Indoor/shelter ke outdoor/shelterless