PENDAHULUAN
Job Satisfaction (kepuasan kerja) adalah suatu hal yang bersifat individual.
Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda. Kepuasan itu terjadi
kesukaan dan ketidaksukaan karyawan (Robins, 1999). Ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kepuasan kerja yaitu: kerja yang secara mental menantang,
imbalan yang pantas, kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang mendukung,
tunggal. Job satisfaction profesional juga dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga
yang digunakan antara lain kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri, kepuasan
Setiap pekerja atau karyawan pasti memiliki tingkat kepuasan tersendiri yang
dapat diukur dengan kinerja karyawan yang bekerja di dalam perusahaan, tetapi
setiap karyawan satu dengan yang lainnya belum tentu memiliki tingkat kepuasan
yang sama. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan masing-masing individu.
1
2
Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu
tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja yang dirasakan. Kepuasan kerja
dengan mana karyawan memandang pekerjaan mereka (Handoko, 2003). Oleh karena
itu, dalam membentuk suatu tingkat kepuasan kerja yang baik, perusahaan perlu
melakukan suatu tindakan agar para karyawan dapat merasa nyaman dalam
Lebih lanjut, job satisfaction dapat dipahami melalui tiga aspek. Pertama,
kepuasan kerja merupakan bentuk respon pekerja terhadap kondisi lingkungan kerja.
Kedua, job satisfaction sering ditentukan oleh hasil pekerjaan atau kinerja. Ketiga,
job satisfaction terkait dengan sikap lainnya dan dimiliki oleh setiap pekerja
(Luthans, 2006). Smith et al. (1996) secara lebih rinci mengemukakan berbagai
pengukur variabel kepuasan terhadap (1) menarik atau tidaknya jenis pekerjaan yang
dilakukan oleh pekerja, (2) jumlah kompensasi yang diterima oleh pekerja, (3)
Salah satu faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja (job satisfaction)
kepada pegawainya. Secara normatif, kepuasan kerja bagi karyawan ditunjukkan oleh
rasa puasnya pegawai terhadap imbalan yang mereka terima dari pekerjaan mereka.
3
Menurut Siagian (2008), sistem imbalan atau gaji yang baik adalah sistem
yang mampu menjamin kepuasan kerja para anggota organisasi sehingga organisasi
pemberian gaji yang diterima para anggota organisasi tidak sesuai maka akan terjadi
langsung berupa gaji dan upah; dan kompensasi tidak langsung berupa jaminan
keamanan dan kesehatan kerja, pembayaran gaji selama tidak bekerja dan pelayanan
bagi para karyawan bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja pada
staf Kantor Akuntan Publik (KAP) terutama seiring dengan penetapan upah
kepada karyawan KAP jauh diatas UMP yang ditetapkan pemerintah. Hal ini penting
agar profesi Akuntan Publik didukung oleh tenaga profesional yang memiliki
kompetensi dan integritas yang unggul mengingat profesi ini membutuhkan keahlian,
kreativitas, integritas yang tinggi diatas rata-rata praktisi akuntan lainnya sehingga
wajar jika harus dihargai tinggi. Tarko seraya menjelaskan bahwa saat ini minat
keterangan yang didapatkan, saat ini ada beberapa KAP yang mampu memberikan
gaji yang cukup bersaing jauh diatas UMP, namun ada juga beberapa yang masih
pada kisaran UMP atau bahkan dibawah UMP terutama bagi fresh graduate. Jika gaji
atau penghasilan sudah pada level yang menarik maka kualitas jasa lebih mudah
tugas audit, sulit bagi seseorang namun mudah bagi orang lain. Kompleksitas audit
juga bersifat penting karena kecenderungan bahwa tugas melakukan audit adalah
tugas yang banyak menghadapi persoalan kompleks (Restu dan Indriantoro, 2000).
Beberapa tugas audit juga dipertimbangkan sebagai tugas dengan kompleksitas yang
tinggi dan sulit, sementara yang lain mempersepsikannya sebagai tugas yang mudah
(Jiambalvo dan Pratt, 1982). Selain kompleks, pekerjaan auditor tidak kenal waktu,
selalu dengan tingkat kesibukan waktu yang sangat tinggi. Hal ini dapat
kemampuan untuk menghadapi tekanan ini dan menyelesaikan semua pekerjaan yang
bawahan untuk menentukan tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap pegawai
dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas tersebut, ditentukan
pegawainya yang sudah berpengalaman, begitu pula sebaliknya. Tetapi tidak menutup
kemungkinan seorang pegawai akan mendapat tugas yang tidak sesuai dengan
mendapat tugas yang sifatnya sulit sampai dengan yang paling mudah.
Salah satu faktor penting dalam job satisfaction yang mempengaruhi kualitas
audit yang dilakukan oleh akuntan publik yaitu jumlah sumber daya akuntan publik
yang tersedia. Saat ini di Indonesia terjadi scarcity (kelangkaan) akuntan publik.
Berdasarkan data IAPI per 25 Maret 2010, Akuntan Publik (pemegang Izin Praktek)
di Indonesia adalah 877. Dari data IAPI juga menunjukkan bahwa 62,0% dari seluruh
Sementara itu peluang jasa audit masih sangat luas. Data dari Departemen
Keuangan menunjukkan bahwa potensi entitas yang wajib diaudit oleh Akuntan
Publik ±150.000 entitas. Total klien pada entitas yang dilaporkan ke Departemen
Keuangan per 2010 adalah 13.848 dengan jumlah akuntan publik yaitu 877 orang,
sehingga rasio klien berbanding dengan Akuntan Publik adalah 16:1. Data-data
akuntan publik.
Salah satu penyebab utama dari kelangkaan ini adalah masalah yang lazim
dihadapi oleh profesi akuntan publik yaitu tingkat turnover karyawan yang sangat
tinggi. Hal tersebut adalah hal yang umum jika seorang akuntan hanya bertahan 1
sampai 2 tahun bekerja di KAP. Sumber terdahulu menemukan bahwa salah satu
6
faktor yang mempengaruhi turnover adalah tingkat job satisfaction. Sejumlah riset
Melihat fenomena diatas dan didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Robie (1998) yang mengemukakan bahwa ada beberapa variabel yang dipengaruhi
oleh job satisfaction yaitu gaji, kompleksitas tugas, dan time budget pressure. Job
satisfaction auditor.
7
auditor.
Dalam penelitian ini, penulis berharap agar hasil yang didapat dari penelitian
1. Bagi Penulis
tugas, dan time budget pressure yang terjadi di Kantor Akuntan Publik.
8
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi referensi atau