Anda di halaman 1dari 17

Modul 1

Jaringan Dasar

1.1 Media Transmisi Kabel UTP

1.1.1 Tujuan
Praktikan mampu:

A. Membuat media dengan kabel UTP mode cross.


B. Membuat media dengan kabel UTP mode straight.
C. Menguji konektifitas sambungan menggunakan LAN Test.

1.1.2 Landasan Teori

Jaringan komputer adalah kmpulan beberapa komputer (dan perangkat lain


seperti printer,hub,dan switch router) yang saling berhubungan satu sama lain
melalui media perantara. Media perantara ini bisa berupa media kabel ataupun
media tanpa kabel (nirkabel). Untuk memudahkan memahami jaringan komputer
dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut :

A. Berdasarkan Area atau Skala

1. LAN (Local Area Network)


LAN adalah jaringan lokal yang dibuat pada area tertutup. Misalkan
dalam satu gedung atau dalam ruangan. Kadangkala jaringan ini disebut
jaringan pribadi. LAN biasa digunakan untuk jaringan kecil yang
menggunakan resource bersama - sama seperti penggunaan printer secara
bersamaan, media penyimpanan bersama dan lain sebagainya.
2. MAN (Metropolitan Area Network)
MAN menggunakan metode yang sama dengan LAN namun daerah
cakupannya lebih luas. Daerah cakupan MAN biasanya seperti kota dan
kabupaten.
3. WAN (Wide Area Network)
WAN lebih luas daripada MAN. Cakupan WAN meliputi satu kawasan,
satu negara, satu pulau, bahkan satu benua. Metode yang digunakan WAN
hampir sama dengan MAN.
4. Internet
Internet adalah interkoneksi jaringan - jaringan komputer yang ada di
dunia. Sehingga cakupannya sudah mencapai planet bahkan tidak menutup
kemungkinan antar planet. Koneksi antar jaringan dapat dilakukan berkat
dukungan protokol yang khas, yaitu IP (Internet Protocol).

B. Berdasarkan Media Penghantar


Berdasakan media penghantar jaringan komputer dibagi menjadi dua yaitu
:
1.Wireless Network
Wireless adalah jaringan komputer yang dalam proses tranfer datanya
tanpa menggunakan konduktor listrik atau kabel melainkan gelombang radio
ataupun cahaya infrared, . Frequensi ynag digunakan pada jaringan
komputer yaitu 2.4 GHz dan 5.8 GHz. Sedangkan penggunaan infrared
terbatas hanya antar dua komputer saja atau di sebut point to point.

2. Wired Network
Wired Network adalah jaringan komputer yang mengunakan kabel
sebagai media penghantar. Kabel yang umumnya digunakan pada jaringan
komputer biasanya menggunakan bahan dasar tembaga, ada juga jenis kabel
lain yang menggunakan kabel sejenis fiber optic atau serat optik. Biasanya
bahan tembaga banyak digunakan pada jaringan LAN, sedangkan untuk
jaringan MAN dan WAN biasanya menggunakan fiber optic.

Pada Wired Network, biasa menggunakan kabel UTP sebagai perantara.


Istilah UTP merupakan singkatan dari ‘Unshielded Twisted Pair‘, yang
merujuk sebagai bagian dari berbagai jenis kabel jaringan Twisted Pair yang
terdiri dari beberapa tipe yaitu UTP (Unshielded Twisted Pair), FTP (Foiled
Twisted Pair) dan STP (Shielded Twisted Pair). Fungsi kabel jaringan
UTP adalah sebagai media pendukung demi terciptanya sebuah jaringan
LAN (Local Area Network) yang baik dan sempurna, dimana kabel jaringan
UTP adalah komponen penting yang menghubungkan komputer ke beberapa
perangkat jaringan seperti Hub atau Switch agar membentuk sebuah koneksi
atau hubungan.

Dalam pengaplikasiannya ke sebuah jaringan, instalasi kabel UTP


biasanya harus memenuhi kaidah-kaidah tertentu dimana tipe kabel UTP
yang umum saat ini terdiri dari 2 jenis yaitu Straight-Through dan Crossover.
Berikut penjelasan singkatnya beserta apa saja perbedaan antara kabel
Straight-Throught dan kabel Crossover :
Kabel Straight-Through
Pada tipe kabel UTP yang satu ini, ujung kabel yang satu dengan
ujung kabel yang lainnya memiliki urutan kabel yang sama sesuai dengan
standart EIA/TIA, misalnya : model 568A ke model 568A dan model 568B
ke model 568B.
Adapun fungsi kabel Straight-Through yaitu :
 Menghubungkan komputer ke port biasa di Switch.
 Menghubungkan komputer ke port LAN modem cable/DSL
 Menghubungkan port WAN router ke port LAN modem
cable/DSL.
 Menghubungkan port LAN router ke port uplink di Switch.
 Menghubungkan 2 HUB/Switch dengan salah satu HUB/Switch
menggunakan port uplink dan yang lainnya menggunakan port biasa.
Pada kabel Straight-Through, pin 1 di salah satu ujung kabel
terhubung ke pin 1 pada ujung lainnya, pin 2 terhubung ke pin 2 di ujung
lainnya, dan seterusnya. Jadi, ketika PC mengirim data pada pin 1 dan 2
lewat kabel Straight-Through ke Switch, Switch menerima data pada pin 1
dan 2. Nah, karena pin 1 dan 2 pada Switch tidak akan digunakan untuk
mengirim data sebagaimana halnya pin 1 dan 2 pada PC, maka Switch
menggunakan pin 3 dan 6 untuk mengirim data ke PC, karena PC menerima
data pada pin 3 dan 6.

Urutan kabel Straight-Through terdiri dari 2 macam yaitu :


1. Kabel Straight-Through Model 568A
Urutan pemasangan kabel UTP untuk model yang satu ini umumnya
mengikuti aturan standar international dari Electronic Industries Alliance
(EIA) dan Telecommunication Industry Association (TIA) sebagai berikut
(Diurutkan mulai dari Pin 1 hingga Pin 8) :
Urutanke1 : PutihHijau
Urutanke2 : Hijau
Urutanke3 : PutihOrange
Urutan ke 4 : Biru
Urutan ke 5 : Putih Biru
Urutan ke 6 : Orange
Urutan ke 7 : Putih Coklat
Urutan ke 8 : Coklat
2. Kabel Straight-Through Model 568B
Urutan pemasangan kabel UTP untuk model yang satu ini juga
mengikuti aturan standar international dari Electronic Industries Alliance
(EIA) dan Telecommunication Industry Association (TIA) sebagai berikut
(Diurutkan mulai dari Pin 1 hingga Pin 8) :
Urutan ke 1 : Putih Orange
Urutan ke 2 : Orange
Urutan ke 3 : Putih Hijau
Urutan ke 4 : Biru
Urutan ke 5 : Putih Biru
Urutan ke 6 : Hijau
Urutan ke 7 : Putih Coklat
Urutan ke 8 : Coklat
Kabel Crossover
Pada tipe kabel UTP yang satu ini, ujung kabel yang satu
menggunakan urutan standart EIA/TIA untuk model 568A, sementara
ujungnya yang satu nya lagi menggunakan urutan kabel TIS/EIA untuk
model 568B. Dengan begitu maka bisa disimpulkan bahwa urutan kabel
Crossover adalah gabungan dari kedua macam kabel Straight-Through yang
terdiri dari model 568A dan 568B.
Pada kabel Crossover, pin 1 dan 2 di ujung A terhubung ke pin 3 dan
6 di ujung B begitu pula pin 1 dan 2 di ujung B yang terhubung ke pin 3 dan
6 di ujung A. Jadi, pin 1 dan 2 pada setiap ujung kabel digunakan untuk
mengirim data, sedangkan pin 3 dan 6 pada setiap ujung kabel digunakan
untuk menerima data, pin 1 dan 2 saling terhubung secara berseberangan
dengan pin 3 dan 6.

Adapun fungsi kabel Crossover yaitu :


 Menghubungkan 2 buah komputer secara langsung.
 Menghubungkan 2 buah HUB / Switch menggunakan port biasa
diantara kedua HUB / Switch.
 Menghubungkan komputer ke port uplink Switch.
 Menghubungkan port LAN router ke port biasa di HUB/Switch.

Bagus kalau bisa menggunakan gambar seperti ini untuk ilustrasi

Gambar 1.1 Pengkabelan Cross dan Straight


1.1.3 Peralatan

1. Kabel UTP
2. Crimping
3. RJ 45
4. LAN Tester
Gambar 1.2 Peralatan Crimping

1.1.4 Prosedur Percobaan

1. Kupas kulit luar ujung kabel sepanjang 1 sampai 2 inci (2,5 sampai 5 cm)
dengan memotong kulit kabel luar menggunakan pisau cutter. Putarkan
mata pisau di sekeliling kabel, dan kulit kabel akan terlepas dengan mudah.
Terdapat 4 pasang lilitan kabel kecil, masing-masing memiliki warna atau
kombinasi warna berbeda.

2. Tekuk masing-masing pasangan kabel kecil ke belakang untuk


memperlihatkan bagian tengah kabel.

Gambar 1.3 Pemotongan Kabel

3. Potong bagian tengah kabel dan buang.


4. Pisangkan kabel-kabel tersebut dan luruskan. Kemudian susun dan rapikan
berdasarkan warnanya yaitu Orange Putih, Orange, Hijau Putih, Biru, Biru
Putih, Hijau, Coklat Putih, dan Coklat. Setelah itu potong bagian ujungnya
sehingga rata satu sama lain , begitupun ujung kabel yang satunya
Gambar 1.4 Urutan Warna Kabel
5. selanjutnya masukkan kabel secara serentak dan dengan warna yang di
susun kedalam konecktor RJ45
6. lalu jepit menggunakan tang krimping untuk mengunci kabel tersebut dan
ts menggunakan LAN Tester.

Gambar 1.5 Pengecekan Kabel dengan LAN Tester


1.2 Mangement Alokasi IP Address Versi 4

1.2.1 Tujuan

Praktikan Mampu :
1. Melakukan subnetting IP kelas A
2. Melakukan subnetting IP kelas B
3. Melakukan subnetting IP kelas C
4. Memberi IP address pada network interface

1.2.2 Landasan Teori


Alamat IP (Internet Protocol Address atau sering disingkat IP) adalah
deretan angka biner antara 32 bit sampai 128 bit yang dipakai sebagai
alamat identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan Internet.
Panjang dari angka ini adalah 32 bit (untuk IPv4 atau IP versi 4), dan 128
bit (untuk IPv6 atau IP versi 6) yang menunjukkan alamat dari komputer
tersebut pada jaringan Internet berbasis TCP/IP.

Dalam sebuah jaringan perlu adanya batasan lingkup IP untuk alasan


keamanan, kemudahan manajemen dan traffic data.

Gambar 1.6 Tabel Subnetting IP Address

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C

Subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet,
blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan
dengan urutan seperti itu:
1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet
terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir
untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari
x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host
per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
3. Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet
berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet
lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.

Subnetting NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26

Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti


11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B

Subnetting untuk Class B kita mulai dari yang menggunakan subnetmask


dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti
11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:

1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet


terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 2 x 2 = 4 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari
x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per
subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
3. Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128,
dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.

Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang
menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address
172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti
11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:

1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet


2. Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
3. Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
4. Alamat host dan broadcast yang valid?
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A

Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Class C di


oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), Class A di
oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa
digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR
/8 sampai /30.

network address 10.0.0.0/16.


Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti
11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).

Penghitungan:
1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
3. Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
4. Alamat host dan broadcast yang valid?

1.2.3 Peralatan

1. 1 unit PC atau miniPC


2 terinstall Cisco packet Tracer

1.2.4 Langkah Pecobaan

1. Pada percobaan ini dianalogikan jika ada 3 gedung yaitu infokom , gkb1
dan gkb2 . Pada infokom terdiri dari 3 PC dengan Ip kelas A gedung gkb2
terdiri dari 3 PC dengan Ip kelas B dan terakhir gkb2 terdiri dari 3 PC
dengan Ip kelas C .
2. Jika infokom menggunakan IP kelas A dengan network address 10.0.0.0/16 .
Hitung analisa perhitungan subnettingnya.
3. Jika gkb1 menggunakan IP kelas B dengan network address 172.16.0.0/18 .
Hitung analisa perhitungan subnettingnya.
4. Jika gkb2 menggunakan IP kelas C dengan network address 192.168.1.0/26 .
Hitung analisa perhitungan subnettingnya.
5. Selanjutnya buat simulasi yang menghubungkan ke 3 gedung di packet
tracer seperti pada gambar di bawah.
6. Lakukan penyetingan pada router, pc, hub agar semua device dapat
terhubung.
Gambar 1.7 Rangkaian 3 Gedung dengan IP Berbeda

1.3 DHCP Server

1.3.1 Tujuan
1. Menjelaskan definisi dan fungsi DHCP server
2. Mengaktifkan DHCP server pada router
3. Mengaktifkan DHCP client pada PC Client
1.3.2 Pendahuluan
Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP) merupakan service
yang memungkinkan perangkat dapat mendistribusikan/assign IP Address
secara otomatis pada host dalam sebuah jaringan. Cara kerjanya, DHCP
Server akan memberikan response terhadap request yang dikirimkan oleh
DHCP Client.
Selain IP Address, DHCP juga mampu mendistribusikan informasi
netmask, Default gateway, Konfigurasi DNS dan NTP Server serta masih
banyak lagi custom option (tergantung apakah DHCP client bisa support).
Mikrotik dapat digunakan sebagai DHCP Server maupun DHCP
Client atau keduanya secara bersamaan. Sebagai contoh, misalnya kita
berlangganan internet dari ISP A. ISP A tidak memberikan informasi IP
statik yang harus dipasang pada perangkat kita, melainkan akan
memberikan IP secara otomatis melalui proses DHCP.
Gambar 1.8 DHCP Server pada Mikrotik

1.3.3 Peralatan
1. 1 unit miniPC terinstall Cisco packet Tracer
2. 1 unit router
1.3.4 Langkah Percobaan
1.3.4.1 Packet tracer

1. Desain jaringan seperti berikut (bisa disesuaikan dengan


keinginan).

Gambar 1.9 Pengkabelan PC, Switch dan Server pada PacketTracer


2. Setting IP server terlebih dahulu. IP address server adalah
192.168.1.200 dan default gatewaynya adalah 192.168.1.100.

Gambar 1.10 Setting IP pada Server 0

3. Kemudian setting DHCP pada server tersebut. Pindah ke tab


Config lalu pilih DHCP, setting seperti gambar berikut.

Gambar 1.11 Setting DHCP pada Server 0


4. Pool Name bisa sesuai keinginan
- Default Gateway harus sama dengan default
gateway pada server
- Start IP address dimulai dari 192.168.1.1
- Maximum number of Users: 5; karena kita
hanya menggunakan 5 PC
- Klik Add, dan keterangan settingan tadi akan
muncul dibawah
5. Setting server selesai, beralih ke PC. Ubah settingan IP
address PC dari static menjadi DHCP dan lihat
perubahannya.

Gambar 1.12 Setting IP pada PC 0

6. Cek ip address

Gambar 1.13 Setting IP pada PC 4

1.3.4.2 Mikrotik

Mikrotik sebagai DHCP Server


1. Konfigurasi DHCP Server dapat dilakukan pada menu IP ->
DHCP Server -> Klik DHCP Setup
Gambar 1.14 Menu DHCP Setup pada Mikrotik
2. Dengan menekan tombol DHCP Setup, wizard DHCP akan
menuntun kita untuk melakukan setting dengan
menampilkan kotak-kotak dialog pada setiap langkah nya.

Gambar 1.15 Port yang akan di Setting DHCP


3. Langkah pertam, kita diminta untuk menentukan di interface
mana DHCP Server akan aktif. Pada kasus ini DHCP Server
diaktifkan pada ether3. Selanjutnya Klik Next

Gambar 1.16 Setting DHCP Address Space


4. Sebelumnya pada ether3 sudah dipasang IP Address
192.168.4.0/24. Maka pada langkah kedua, penentuan
DHCP Address Space akan otomatis mengambil segment IP
yang sama. Jika interface sebelumnya belum terdapat IP,
bisa ditentukan manual pada langkah ini.

Gambar 1.17 Setting IP Gateway untuk jaringan DHCP


5. Selanjutnya, kita diminta menentukan IP Address yang akan
digunakan sebagai default-gateway oleh DHCP Client
nantinya. Secara otomatis wizard akan menggunakan IP
Address yang terpasang pada interface ether3.

Gambar 1.18 Setting range IP untuk client


6. Tentukan IP Address yang akan di-distribusikan ke Client.
Secara otomatis wizard akan mengisikan host ip pada
segment yang telah digunakan. Pada contoh ini, IP
192.168.4.1 tidak masuk dalam Addresses To Give Out,
sebab IP tersebut sudah digunakan sebagai gateway dan
tidak akan di-distribusikan ke Client.

Gambar 1.19 Setting DNS Server yang digunakan


7. Kita harus menentukan juga, nantinya DHCP Client akan
melakukan rquest DNS ke server mana. Secara otomatis
wizard akan mengambil informasi setting DNS yang telah
dilakukan pada menu /ip dns . Tetapi bisa juga jika kita ingin
menentukan request DNS Client ke server tertentu.

Gambar 1.20 Setting Lease Time


8. Langkah terakhir kita diminta untuk menentukan Lease-
Time, yaitu berapa lama waktu sebuah IP Address akan
dipinjamkan ke Client. Untuk menghindari penuh /
kehabisan IP, setting Lease-Time jangan terlalu lama,
misalkan 1 hari saja.
Sampai langkah ini, jika di klik Next akan tertampil pesan yang
menyatakan bahwa setting DHCP telah selesai.

Gambar 1.21 Setup DHCP sukses


9. Untuk melakukan percobaan, hubungkan PC ke ether3
kemudian ubah pengaturan IP PC pada posisi "obtain an IP
address automatically" .
Gambar 1.22 Setting “Obtain an IP Address automatically”
pada PC

Sources :

1. https://ibrahimmustofa7.wordpress.com/2013/12/11/topologi-jaringan-3-
gedung-dengan-kelas-ip/
2. http://www.adalahcara.com/2013/06/cara-crimping-kabel-utp-ke-rg-
45.html
3. http://mikrotik.co.id/artikel_lihat.php?id=122

Anda mungkin juga menyukai