Puji Lestari - CHF Ec HHD
Puji Lestari - CHF Ec HHD
Disusun Oleh:
Puji Lestari
1808436246
Pembimbing :
dr. Pramudjo Abdulgani, SpJP(K)-FIHA
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
2
BAB I
PENDAHULUAN
kelainan pada struktur atau fungsi jantung yang mengarah pada kegagalan jantung
62% pada pria dan 42% wanita. Menurut American Heart Association 2006
terdapat 5,3 juta kasus gagal jantung kongestif dan 660.000 kasus baru yang
gagal jantung ini adalah masih seringnya ditemukan orang dengan faktor
sebagai penyebab CHF pada tahun 2011 sebesar 66,5%.4 Angka hipertensi
sebagai penyebab terjadinya CHF dapat diturunkan sebesar 50%, jika hipertensi
terkontrol.2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 CHF
2.1.1 Definisi
CHF adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh kelainan pada
struktur dan fungsi jantung dalam memompakan darah ke seluruh tubuh tapi tidak
2.1.2 Etiologi
a. Kelainan mekanik
(hipertensi sistemik)
- Tamponade perikardium
- Pembatasan miokardium
- Aneurisma ventrikel
- Disinergi ventrikel
4
b. Kelainan miokardium
alkohol)
- Fibrilasi
- Gangguan konduksi
2.1.3 Klasifikasi
B : Ada kelainan struktural dari jantung 2 : Sedikit limitasi aktivitas fisik, hilang
tapi tanpa tanda dan gejala dari CHF saat istirahat. Aktifitas fisik yang biasa
menimbulkan gejala CHF
C : Ada kelainan struktural dari jantung 3 : Terjadi limitasi aktivitas fisik. Saat
dengan gejala dari CHF istirahat, tidak ada keluhan. Aktivitas
fisik yang lebih ringan dari aktifitas
fisik biasa menimbulkan gejala CHF
D : Gejala yang berat dari CHF dan 4 : Setiap aktivitas fisik yang dilakukan
perlu intervensi spesialisasi menimbulkan gejala CHF, bahkan saat
istirahat juga menimbulkan keluhan.
5
2.1.4 Patofisiologi
Disfungsi sistolik
ventrikel berkurang, adanya penurunan curah jantung dan volume akhir sistolik
meningkat Akibat dari peningkatan volume akhir sistolik, darah dari vena
peningkatan tekanan dan volume akhir diastolik lebih tinggi dari normal.
Disfungsi Diastolik
isi sekuncup lebih besar pada kontraksi berikutnya, yang dapat membantu
2. Hipertrofi Ventrikel
Stress pada dinding ventrikel bisa meningkat, baik akibat dilatasi atau
3. Aktivasi neurohormonal
2.1.5 Diagnosis
dan kelelahan.11
Boston.Berikut kedua kriteria untuk CHF pada tabel 2.2 di bawah ini :4
8
Framingham Boston
Kriteria Mayor : Kategori I : Riwayat
- Paroksismal nokturnal dispnea atau - Dispnea saat istirahat (4)
ortopnea - Ortopnea (4)
- Peningkatan JVP - Paroksismal nokturnal dispnea (3)
- Kardiomegali - Sesak saat naik tangga (2)
- Ronki basah - Sesak saar memanjat (1)
- Edema pulmonary akut
- Bunyi S3 Gallop Kategori II : Pemeriksaan Fisik
- Peningkatan tekanan vena - Denyut jantung yang abnormal (1-2)
- Refluks hepatojugular - Peningkatan JVP (1-2)
- Suara paru crackles (1-2)
Kriteria Minor - Wheezing (3)
- Edema tungkai - Bunyi S3 (3)
- Batuk malam hari
- Dispnea on effort Kategori 3 : Radiologi
- Hepatomegali - Edema alveolus paru (4)
- Efusi pleura - Edema intersisial paru (3)
- Kapasitas vital berkurang 1/3 dari - Efusi pleura bilateral (3)
maksimum - CRT >50% (3)
- Takikardi - Retribusi aliran di zona atas (2)
2.1.6 Penatalaksanaan
farmakologis :9,12
Pasien dengan gagal jantung harus memantau berat badan rutin setiap hari.
Jika terdapat kenaikan berat badan >2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikkan
- Asupan cairan
pasien dengan gejala sesak nafas berat yang disertai dengan hiponatremi,
- Latihan fisik
Terapi Farmakologi
menimbulkan angioedema. Oleh sebab itu ACE-I hanya diberikan pada pasien
dengan fungsi ginjal yang adekuat dan kadar kalium normal.
Mekanisme kerja ACE-I ialah menghambat konversi angiotensin I menjadi
angiotensin II. ACE-I dengan mengurangi pembentukan angiotensin II akan
menghambat aktivitas angiotensin II di reseptor AT1 maupun AT2. Stimulasi AT1
akan menyebabkan vasokonstriksi, stimulasi dan pelepasan aldosterone, serta
peningkatan aktivitas simpatik dan hipertrofi miokard. Sedangkan reseptor AT2
memperantarai stimulasi apoptosis dan antiproliferasi. Pengurangan hipertrofi
miokard dan penurunan preload jantung akan menghambat progresi remodelling
jantung.13 ACE-I juga bekerja sebagai kininase II yang menghambat degradasi
bradikinin di endotel vaskuler. Bradikinin bekerja pada reseptor BK2 dan
menghasilkan nitrat oksida (NO) dan prostasiklin (PGI2) yang merupakan
vasodilator, antiagregasi trombosit dan antiproliferasi. ACE-I dapat menurunkan
tekanan darah dengan menurunkan resistensi pembuluh darah perifer namun tidak
mempengaruhi cardiac output dan denyut jantung.
Terapi ARB memiliki mekanisme kerja yang sama dengan ACE-I namun
dengan efek samping yang berbeda. Pemberian ARB tidak menyebabkan efek
samping batuk. Kontraindikasi pemberian ARB sama seperti ACE-I, kecuali
angioedema.
ACE-I
Captopril 6,25 (3 x/hari) 50 - 100 (3 x/hari)
Enalapril 2,5(2 x/hari) 10 - 20 (2 x/har)
Lisinopril 2,5 - 5 (1 x/hari) 20 - 40(1 x/hari)
Ramipril 2,5 (1 x/hari) 5 (2 x/hari)
Perindopril 2 (1 x/hari) 8 (1 x/hari)
ARB
Candesartan 4 / 8 (1 x/hari) 32 (1 x/hari)
Valsartan 40 (2 x/hari) 160 (2 x/hari)
11
2. β-blocker
β-blocker
Bisoprolol 1,25 (1 x/hari) 10 (1 x/hari)
Carvedilol 3,125 (2 x/hari) 25 - 50 (2 x/hari)
Metoprolol 12,5 / 25 (1 x/hari) 200 x/hari)
Antagonis Aldosteron
Eplerenon 25 (1 x/hari) 50. 1 x/hari)
Spironolakton 12,5 (1 x/hari) 25 1 x/hari)
dan air yang bekerja pada tubulus kolektivus ginjal. Pada pengobatan gagal
jantung, obat ini digunakan jika hipokalemia menetap setelah awal terapi dengan
ACE-I dan diuretik.
Tiazide
Hidrochlortiazi 25 12.5–100
de
2.5 2.5–10
Metolazone
2.5 2.5–5
Indapamide
Diuretik hematkalium
Spironolakton (+ACEI/ARB) 12.5-25 (+ACEI/ARB)50
2.1.7 Prognosis
Pasien gagal jantung yang menggunakan ACEI dan beta bloker saat ini
dapat memperpanjang usia harapan hidup pasien dengan gagal jantung. Gagal
jantung mempunyai tingkat mprtalitas yang tinggi, tidak jauh berbeda dengan
keganasan saluran cerna. Menentukan prognosis pada gagal jantung sangat
kompleks, banyak variable yang harus diperhitungkan seperti usia, etiologi,
komorbiditas, variasi progresi gagal jantung tiap individu yang berbeda, dan
hasil akhir kematian (apakah mendadak atau progresif akibat gagal jantung).
15
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. R
Umur : 33 tahun
3.2 Anamnesis
penglihatan tiba tiba kabur (-), berdebar debar (-), nyeri dada (-), sesak
napas (-), BAK dan BAB tidak ada keluhan.lalu pasien berobat ke
hilang timbul dan memberat saat pasien beraktivitas, durasi sesak >20
16
dada disertai rasa berdebar-debar (+) hilang timbul dan tidak menjalar,
demam (-) batuk (-) nyeri ulu hati (+) mual (+) muntah (+) penurunan
berat badan secara mendadak (-). BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Pasien juga mengeluhkan bengkak pada kedua kaki dan tangan, tidak
napas semakin memberat, terus menerus dan tidak berkurang pada saat
Riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan tidak terkontrol. Beliau
minum obat jika gejalanya timbul, seperti pusing. Obat yang diminum
Riwayat DM (-)
Riwayat DM (-)
17
(08/02/2019)
TD : 150/109 mmHg
Nadi : 95 x/menit
Suhu : 36,20C
RR : 22 x/menit
TB : 156 cm
BB : 53 kg
Thorax Paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak ada
Thorax Jantung
Abdomen
Darah rutin:
HB : 10,1 g/dl
WBC : 8.010/uL
PLT : 318.000/uL
Kimia darah :
AST : 39 U/L
ALT : 13 U/L
Ureum : 45 mg/dL
Elektrolit :
K+ : 3.6 mmol/L
Cl : 107 mmol/L
20
EKG
Gelombang P : Normal
PR interval : Normal
Ekokardiografi
Root Dimension : 24 mm
Dimension : 50 mm
EF : 19%
EDD : 59 mm
ESD : 54 mm
IVS Diastole : 9 mm
22
Penemuan :
LVH (-)
-EF 14,5%
Kesimpulan :
MR severe
TR moderate – severe
3.5 Kesimpulan
dan memberat saat pasien beraktivitas, durasi sesak >20 menit, bertambah berat
ketika berbaring. Sesak napas berkurang saat pasien beristirahat dengan posisi
duduk. Nyeri dada disertai rasa berdebar-debar (+) hilang timbul dan tidak
menjalar, nyeri ulu hati (+) mual (+) muntah (+). Pasien juga mengeluhkan
bengkak pada kedua kaki dan tangan, tidak disertai rasa nyeri.
disangkal.
makanan yang bersantan dan makanan yang manis-manis. Riwayat merokok dan
- CHF
- Sindrom dispepsia
3.7 Penatalaksanaan
3.7.2 Farmakologis
- Spironolakton 1x25 mg
- Ramipril 1 x 2,5 mg
- Aspilet 1 x 1 mg
- ISDN 3 x 1 mg
BAB IV
PEMBAHASAN
dan memberat saat pasien beraktivitas, durasi sesak >20 menit, bertambah berat
ketika berbaring. Sesak napas berkurang saat pasien beristirahat dengan posisi
duduk. Nyeri dada disertai rasa berdebar-debar (+) hilang timbul dan tidak
menjalar, nyeri ulu hati (+) mual (+) muntah (+). Pasien juga mengeluhkan
bengkak pada kedua kaki dan tangan, tidak disertai rasa nyeri.
berkurang saat istirahat dan tidak bertambah saat pasien beraktifitas. lalu pasien
disangkal.
makanan yang bersantan dan makanan yang manis-manis. Riwayat merokok dan
Pasien ini mempunyai masalah yaitu CHF, HHD, dan sindrom dispepsia.
Diagnosis pada pasien adalah CHF dengan penyebabnya adalah HHD. Diagnosis
25
yaitu kardiomegali dan peningkatan JVP serta terdapat 2 kriteria minor takikardi
dan Bilateral ankle edema. Pada pemeriksaan penunjang foto thorax didapatkan
Etiologi pada pasien ini difikirkan karena adanya hipertensi yang tidak terkontrol.
HHD adalah faktor resiko utama terjadinya mortalitas dan morbiditas dari
penyakit kardiovaskuler. Pasien dengan tekanan darah yang tinggi yang terus
menerus, misalnya karena tidak terkontrol, mempunyai kelainan pada struktur dan
fungsi jantung, yaitu LVH, disfungsi sistolik dan diastolik serta menyebabkan
dan otot jantung mengalami penebalan yang mengurangi efektivitas relaksasi otot
jantung dengan denyut jantung. Ini membuat jantung sulit untuk memompakan
Furosemid 2x1 amp, Ramipril 1x2,5 mg, Spironolakton 1x25 mg tab sebagai
pengurangan beban awal pada gagal jantung. Furosemid adalah terapi yang
dan dapat mengurangi udema. ISDN 3x1 mg, golongan nitrat untuk mengatasi
nyeri dan bekerja untuk melebarkan pembuluh darah agar aliran darah ke otot
jantung lancar. Aspilet 1x1 mg golongan obat NSAID digunakan untuk tindak
26
DAFTAR PUSTAKA