Anda di halaman 1dari 1

Ekonomi kreatif untuk Indonesia yang kreatif

“Tidak sulit untuk menjadi kreatif, asal mau belajar dan tidak membatisi diri untuk
menjadi kreatif”
Tahun 2015 Presiden Joko Widodo membentuk lembaga baru non kementerian bernama Badan
Ekonomi Kreatif (Bekraf). Badan ini bertanggung jawab terhadap perkembangan ekonomi kreatif di
Indonesia. Bekraf bertugas membantu presiden dalam merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan,
dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Seberapa pentingkah ekonomi kreatif itu?

Untuk mengetahui jawaban itu, perlu adanya kita mengetahui arti kata Kreatif itu. Menurut KBBI
kratif berarti memiliki kemampuan untuk menciptakan, jika dikaitkan dengan ekonomi begini
gambarannya, saya mengambil contoh kayu gelondongan yang di jual begitu saja dan menghasilkan
Rp.7000 per potongan, jika kayu tersebut diolah menjadi palet kayu, maka akan menghasilkan Rp30.000,
tapi jika kayu itu diolah secara kreatif misalnya diolah menjadi stapler kayu maka nilai jualnya menjadi
Rp.100.000. nah, bisa dibayangkan dari ketiga olahan kayu tersebut di produksi untuk stapler kayu
berapa keuntungan yang didapat.

Ekonomi kreatif mengalami pertumbuhan 5,7% selama tahun 2011-2014. Sector yang tumbuh
antara lain periklanan, fashion, music, dan desain interior, sector tersebut tumbuh sekitar 7%, selain itu
sector TV dan radio tumbuh sebesar 12,5%. Ekonomi kreatif juga menyerap tenaga kerja sekitar 16 juta
orang. Menurut Mari Elka Pangestu mantan mentri pariwisata dan ekonomi kreatif kabinet Indonesia
bersatu II. Potensi ekonomi kreatif Indonesia cukup besar, modal Sumber daya alam saja seperti kayu,
rotan, bamboo. Dan modal budaya hingga kearifan lokal yang cukup besar, kita juga memiliki anak-anak
muda dan kreatif yang terampil menggunakan teknologi. Selain itu, pasar dalam negri untuk produk
kreatif sangat menjanjikan karena jumlah penduduk dan daya beli masyarakat yag juga meningkat untuk
membeli produk-produk kreatif, tambah Mari.

Namun, begitu kehadiran orang kreatif tidak semata-mata akan menghasilkan produk kreatif
yang sempurna. Membuat produk tidak ada bedanya dengan orang menyetir mobil, di awal dia
menyetir pasti tidak mungkin langsung sempurna atau mahir dalam menyetir. Namun seiring
berjalannya waktu ia akan lebih mahir dalam menyetir, ujar Narendra wicaksono CEO Dicoding
Indonesia. Memang mengembangkan produk kreatif tidak membutuhkan orang kreatif saja. Namun, ada
pihak lain yang dapat ikut mempercepat perkembangannya. Ini yang kita kenal sebagai ekosistem, jika
semua memiliki visi yang sama, maka semakin banyak produk kreatif yang dihasilakn dan membawa
dampak yang besar.

Pelaku ekonomi kreatif Indonesia diduga jumlahnya terus meningkat setiap tahunnya, tidak
heran jika pemerintah terus berupaya mengembangkan sector ini, apalagi potensinya terbilang besar.
Wajar jika muncul anggapan bahwa ekonomi kreatif kelak menjadi tulang punggung perekonomian
Indonesia. Kita semua dilahirkan dengan derajat dan kemampuan yang sama, oleh karenanya jangan
pernah berhenti untuk menjadi kreatif karena tidak sulit untuk menjadi kreatif, asal mau belajar dan
tidak membatisi diri untuk menjadi kreatif.

Anda mungkin juga menyukai