Anda di halaman 1dari 31

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PROMOSI KESEHATAN IMUNISASI


Februari 15, 2013 · oleh ejjariza · in Uncategorized · Tinggalkan komentar

SATUAN ACARA PENYULUHAN Imunisasi

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Imunisasi

Pokok bahasan :Imunisasi untuk balita

Target /sasaran : Orang tua serta pengasuh anak di Desa Ingin Jaya

Hari / Tanggal : agustus 2011

Waktu : 30 menit

Tempat :Desa Ingin Jaya

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah mendapatkan penjelasan tentang imunisasi ibu-ibu diharapkan dapat memotivasi


keluarga untuk membawa anak balitanya ke posyandu guna mebdapatkan imunisasi lengkap.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

1. Setelah mendapatkan penjelasan tentang imunisasi ibu-ibu dapat :

2. Menjelaskan pengertian imunisasi / vaksinasi.

3. Menjelaskan tujuan imunisasi.


4. Menjelaskan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi.

5. Menjelaskan jenis-jenis imunisasi.

6. Mnejelaskan jadwal pemberian imunisasi.

7. Menjelaskan cara pemebrian imunisasi.

8. Menjelaskan kapan imunisasi tidak boleh diberikan.

9. Menjelaskan keadaan yang timbul setelah imunisasi.

10. Menjelaskan tempat pelayanan imunisasi.

III. MATERI PELAJARAN

1. Pengertian imunisasi

2. Tujuan imunisasi

3. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

4. Jenis-Jenis imunisasi.

5. Sasaran imunisasi.

6. Jadwal pemberian imunisasi.

7. Cara pemeberian imunisasi.

8. Kapan imunisasi tidak boleh diberikan.

9. Keadaan yang timbul setelah imunisasi.

10. Tempat pelayanan imunisasi.

11. Perawatan yang diberikan setelah imunisasi.

IV. PESERTA

1. orang tua, balita dan


2.ibu hamil

V. METODE

1. Ceramah

2. Diskusi

3. Demonstrasi

VI. MEDIA

1. Poster

2. Leaflet

3. Flip Chart

VII. EVALUASI

1. Ibu-ibu dapat menyebutkan pengertian imunisasi.

2. Ibu-ibu dapat menyebutkan tujuan imunisasi.

3. Ibu-ibu dapat menyebutkan jenis-jenis imunisasi.

4. Ibu-ibu dapat menyebutkan sasaran imunisasi.

5. Ibu-ibu dapat menyebutkan jadwal pemberian imunisasi.

6. Ibu-ibu dapat menjelaskan cara pemberian imunisasi.

7. Ibu-ibu dapat menjelaskan kapan imunisasi tidak boleh diberikan.

8. Ibu-ibu dapat menjelaskan keadaan yang timbul setelah imunisasi.

9. Ibu-ibu dapat menjelaskan tempat pelayanan imunisasi.

10. Ibu – ibu dapat melakukan perawatan setelah pemberian imunisasi.


VIII. KEGIATAN PENYULUHAN

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


1 5 Menit Pembukaan:

1. Memperkenalkan diri - Menyambut sa lam dan


men- dengarkan

- Mendengarkan

2. Menjelaskan tujuan dari


penyuluhan. - Mendengarkan

3. Melakukan kontrak waktu. - Mendengarkan

4. Menyebutkan materi pe-


nyuluhan ya ng akan diberi kan
2 15 Menit Pelaksanaan : Memperhatikan

1. Menjelaskan tentang peng


ertian Imunisasi
Memperhatikan
2. Memberikan kesempatan pada
ibu untuk bertanya

3. Menjelaskan tentang tuju an Memperhatikan


pemberian imunisasi

4. Memberikan kesempatan pada


ibu untuk bertanya Memperhatikan

5. Menjelaskan tentang Jad-wal


pemberian imunisasi
Memperhatikan
6. Memberikan kesempatan pada
ibu unutk bertanya

7. Menjelaskan tentang je-nis


imunisasi yang harus diberikan.
Memperhatikan
8. Memberikan kesempatan pada
ibu untuk bertanya

9. Menjelaskan tentang efek


samping imunisasi

10. Memberi kesempatan pa-da


ibu bertanya.
3 5 Menit Evaluasi :

- Menanyakan pada ibu te ntang - Menjawab& menjelaskan


materi yang dibe-rikan dan pertanyaan
reinforcement kepada ibu bila dpt
men- jawab & menjelas kan kem bali
pertanyaan/materi
4 5 Menit Teriminasi :

1. Mengucapkan terimaka-sih Mendengarkan dan


kepada ibu-ibu membalas salam

2. Mengucapkan salam

IX. PENGORGANISASIAN & URAIAN TUGAS

1. Protokol / Pembawa acara

Uraian tugas :

a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta.

b. Mengatur proses dan lama penyuluhan.

c. Menutup acara penyuluhan.

2. Penyuluh / Pengajar
Uraian tugas :

a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah dipahami
oleh peserta.

b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan.

c. Memotivasi peserta untuk bertanya.

3. Fasilitator

Uraian tugas :

a. Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.

b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.

c. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.

d. Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi peserta.

4. Observer

Uraian tugas :

a. Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga

memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan.

b. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.

c. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses penyuluhan.

d. Mengevaluasi hasil penyuluhan denga rencana penyuluhan.

e. Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak sesuai dengan rencana
penyuluhan.
Refrensi

1. Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Pelaksanaan Imunisasi Modul Latihan Petugas
Imunisasi, Jakarta, (1985

2. Departemen Kesehatan, Bercakap Dengan Ibu-Ibu-Petunjuk Bagi Kader Dalam Rangka


Promosi Posyandu, Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, 1988

3. Tim Pengelola UPGK Tk. Pusat, Buku petunjuk Untuk Latihan Kader, Jakarta, 1988.

Materi Imunisasi

I. Pengertian

Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan kepada bayi dan anak serta ibu hamil
terhadappenyakit tertentu.

II. Tujuan Imunisasi

Membentuk daya tahan tubuh sehingga bayi/anak terhndar dari penyakit tertentu dan kalau
terkena penyakit tidak menyebabkan kecacatan atau kematian.

III. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

1. Penyakit TBC

Penyakit TBC sangat menular dan menyerang semua umur. Banyak terdapat pada masyarakat
dengan ekonomi rendah, kurang gizi dan pada daerah perumahan padat. Ditandai dengan :

- Batuk lebih dari 2 minggu, dahak dapat bercampur darah.

- Nafsu makan menurun, BB menurun.

- Berkeringat malam tanpa aktifitas.

* Tes Mantoux : untuk menguji apakah pernah terinfeksi kuman TBC.

2. Penyakit Difteri
Difteri merupakan penyakit menular, teutama menyerang anak kecil. Ditandai dengan :

- Leher bengkak, terbentuk selaput putih kelabu dikerongkongan dan hidung sehingga
menyumbat jalan napas.

- Anak gelisah karena sesak napas yang makin berat.

- Anak tekak dan amandel membengkak dan merah.

3. Penyakit Batuk Rejan / Batuk Seratus Hari

Batuk Rejan adalah penyakit menular yang menyerang anak-anak. Ditandai dengan :

- Diawali batuk pilek biasa yang berlangsung sekitar 7 – 14 hari. Kemudian diikuti batuk hebat
yaitu lebih keras dan menyambung terus 10 – 30 kali disertai tarikan napas dan berbunyi,
kemudian muntah, muka merah sampai biru dan mata berair.

- Batuk batuk berlangsung beberapa minggu kemudian berkurang. Penyakit ini dapat
menyebabkan radang apru-paru dan terjadi kerusakan otak sehingga dapat menyebabkan kejang,
pingsan sampai terjadi kematian.

4. Penyakit Tetanus

Penyakit Tetanus menyerang semua umur, yang menyebabkan masalah yang cukup besar di
Indonesia karena banayk bai yang baru lahir mati akibat penyakit tersebut. Ditandai dengan :

- Kejang / kaku seluruh tubuh.

- Mulut kaku dan sukar dibuka, punggung kaku dan melengkung.

- Kejang dirasakan sangat sakit.

- Pada bayi yang baru lahir (5 – 28 hari) mendadak tidak dapat menetek karena mulutnya kaku
dan mencucu seperti mulut ikan.

5. Penyakit Polimielitis

Polimielitis sanagt cepat menular di daerah perumahan padat dan lingkungan kumuh. Ditandai
dengan :

- Anak rewel, panas dan batuk, dua hari kemudian leher kaku, sakit kepala, otot badan dan kaki
terasa kaku.
- Lumpuh anggota badan tetapi biasanya hanya satu sisi.

Penyakit ini dapat menyerang otot pernapasan dan otot menelan yang dapat menyebabkan
kematian.

6. Penyakit Campak

Penyakit ini sangat menular dan menyerang hampir semua bayi.

Tanda-tanda campak :

- Badan panas, batuk, pilek, mata merah dan berair.

- Mulut dan bibir kering serta merah.

- Beberapa hari kemudian keluar bercak-bercak di kulit dimulai di belakang telinga, leher muka,
dahi dan seluruh tubuh. Akibat lanjut dari penyakit ini adalah radang telinga sampai tuli,radang
mata sampai terjadi kebutaan, diare dan menyebabkan radang paru-paru serta radang otak yang
dapat menyebabkan kematian.

7. Hepatitis Virus B

Penyakit ini adalah penyakit menular yang menyerang semua umur.

Tanda-tanda :

- Mual, muntah serta nafsu makan menurun.

- Nyeri sendi, nyeri kepala dan badan panas.

IV. Jenis-Jenis Imunisasi

1. BCG : memberi kekebalan pada penyakit TBC

2. DPT : memberi kekbalan pada penyakit difteri, batuk rejan dan tetanus.

3. Polio : memberi kekebalan pada penyakit poliomielitis.

4. Campak: memberi kekebalan pada penyakit campak.

5. H B : memberi kekbalan pada penyakit hapatitis B


6. TT : memberi kekebalan pada penyakit tetanus

7. DT : memberi kekebalan pada penyakit difteri dan tetanus.

V. Sasaran Imunisasi

1. Bayi 0 – 9 bulan untuk imunisasi BCG, polio, DPT, HB, dan campak.

2. Anak SD kelas I untuk imunisasi DT.

3. Calon pengantin dan ibu hamil untuk imunisasi TT.

VI. Jadwal Pemberian Imunisasi

Jenis Imunisasi Waktu pemberian Keterangan

1. BCG, Polio I, DPT I umur 2 bulan

2. HB I, Polio II, DPT II umur 3 bulan

3. HB II, Polio III, DPT III umur 4 bulan

4. HB III, Polio IV, Campak umur 9 bulan

5. DT untuk SD kelas I khusus wanita

6. TT untuk SD kelas VI

untuk Catin 2x bila saat Catin hanya 1x

untuk Bumil
VII. Cara Pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi dapat diberikan secara suntikan maupun diteteskan ke dalam mulut.

1. BCG : dengan suntikan ke dalam kulit pada lengan atas sebelah dalam.

2. DPT : suntikan ke dalam otot di pangkal paha.

3. Campak : suntikan ke bawah kulit di lengan kiri atas.

4. HB : suntikan pada lengan.

5. DT / TT: suntikan ke dalam otot pada lengan, paha ataupun punggung.

VIII. Kapan Imunisasi Tidak Boleh Diberikan

Keadaan-keadaan di mana imunisasi tidak dianjurkan :

1. BCG, tidak diberikan pada bayi yang menderita sakit kulit lama, sedang sakit TBC dan panas
tinggi.

2. DPT, tidak diberikan bila bayi sedang sakit parah, panas tinggi dan kejang.

3. Polio, tidak diberikan bila diare dan sakit parah.

4. Campak, tidak diberikan bila bayi sakit mendadak dan panas tinggi.

IX. Keadaan-Keadaan Yang Timbul Setelah Imunisasi

Keadaan-keadaan yang timbul setelah imunisasi berbeda pada masing-masing imunisasi, seperti
yang diuraikan di bawah ini.

1. BCG, dua minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat
suntikan, seterusnya timbul bisul kecil dan menjadi luka parut.

2. DPT, umumnya bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan imunisasi, tetapi akan
turun dalam 1 – 2 hari. Di tempat suntikan merah dan bengkak serta sakit, walaupun demikian
tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri.
3. Campak, panas dan umumnya disertai kemerahan yang timbul 4 – 10 hari setelah penyuntikan.

X. Tempat Pelayanan Imunisasi

Pelayanan imunisasi dapat diperoleh pada :

1. Posyandu

2. Puskesmas

3. Bidan / dokter praktek

4. Rumah bersalin

5. Rumah sakit

XI. Perawatan Yang Diberikan Setelah Imunisasi

1. BCG, luka tidak perlu diobati tetapi bila luka besar dan bengkak di ketiak anjurkan ke
puskesmas;

2. DPT, bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan berikan
kempres dingin.

3. Campak, bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu.
Satuan Acara penyuluhan (SAP) Imunisasi

Topik : Pentingnya imunisasi pada anak

Target dan Sasaran : Para ibu-ibu di desa Marong Jamaq

Hari/Tanggal : Selasa 20 November 2010

Waktu : Pukul 09.00 – 09.30 WITA

Tempat : Balai Desa Marong Jamaq

A. LATAR BELAKANG

Penyakit cacar (smalpox) sendiri telah dinyatakan hilang sejak tahun 1979 berkat vaksinasi.
“Vaksinasi adalah penemuan terbesar dalam ilmu kedokteran dan kesehatan umum,” demikian
seperti ditulis dalam laporan.

Berdasarkan data dari departemen kesehatan AS, statistik menunjukkan penurunan penyakit dan
kematian. Misalnya saja pada tahun 1936-1945 lebih dari 21.000 orang terinfeksi difteri dan
menelan korban jiwa 1.800 orang tiap tahunnya. Namun kasus penyakit ini sudah tidak
ditemukan lagi pada tahun 2006.

Antara tahun 1953 dan 1962, lebih dari 500.000 orang menderita cacar air tiap tahunnya dan 440
orang meninggal karenanya. Di tahun 2006 hanya ada 55 kasus penyakit cacar air ditemukan.

Penurunan kasus penyakit gondong mencapai 95,9 persen, tetanus 92,9 persen, dan penyakit
pertusis turun 92,2 persen. Kematian akibat tetanus dan pertusis menurun hingga 99 persen.
“Keberhasilan tersebut terjadi karena program imunisasi untuk anak dan balita yang dicanangkan
pemerintah berhasil,”.

Di Indonesia sendiri pemerintah mewajibkan setiap bayi dan anak mendapat imunusisasi
tuberkolosis (BCG), DPT, imunisasi polio, campak, dan hepatitis B. Selain itu masih ada
beberapa imunisasi yang dianjurkan untuk diberikan, yakni imunusiasi Tipa untuk demam tifoid
dan paratifoid, imunisasi hepatitis A, imunisasi varisela untuk penyakit cacar air, imunisasi HiB
untuk mencagah kuman Haemophylus influenzae penyebab meningitis (radang selaput otak)
B. TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit tentangpentingnya imunisasi pada anak,


diharapkan peserta penyuluhan dapat lebih memahami pentingnya imunisasi pada anak sehingga
angka kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi pada anak dapat ditekan.

2. Tujuan Intuksional Khusus

Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali :

a. Definisi imunisasi

b. Tujuan imunisasi

c. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

d. Jenis imunisasi

e. Cara kerja imunisasi melawan penyakit

3. GARIS BESAR MATERI

a. Definisi imunisasi

b. Tujuan imunisasi

c. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

d. Jenis imunisasi

e. Cara kerja imunisasi melawan penyakit

4. PELAKSANAAN KEGIATAN

Acara

KEGIATAN
NO WAKTU KEGIATAN PESERTA
PENYULUHAN
1 2 menit Pembukaan

o Penyampaian a. Membalas salam


salam
b. Memperhatikan
o Perkenalan c. Memperhatikan

o Menjelaskan topik d. Memperhatikan


penyuluhan
e. Memperhatikan
o Menjelaskan tujuan

o Kontrak waktu
2 13 menit Pelaksanaan

o PenyampaianmateriMemperhatikan
mengenai : penjelasan dan
mencermati materi
o Definisi imunisasi

o Tujuan imunisasi

o Penyakit yang
dapat dicegah dengan
imunisasi

o Jenis imunisasi

o Cara kerja
imunisasi melawan
penyakit

o Sesi Tanya jawab


3 3 menit Evaluasi

o Memberikan Partisipasi aktif


pertanyaan lisan
(menanyakan kembali)
3 2 menit Terminasi Memperhatikan

o Menyimpulkan Menjawab salam


hasil penyuluhan

o Mengakhiri dengan
salam

5. METODE

a. Ceramah

b. Tanya jawab
6. MEDIA

a. Leaflet

b. Laptop

c. LCD (Power Point)

7. PENGORGANISASIAN

Penyaji : Muhamad Reza Pahlevi

8. RENCANA EVALUASI (Evaluasi Struktur, Proses, dan Hasil)

a. Evaluasi Struktur

Persiapan Media

Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat digunakan dalam
penyuluhan yaitu :

o Leaflet

o LCD (Power Point)

o Laptop

Evaluasi Proses

o Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan memahami
materi penyuluhan yang diberikan.

o Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.

o Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh dengan sasaran.

o Kehadiran peserta diharapkan 80% dari kapasitas ruangan yang tersedia dan tidak ada peserta
yang meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.

Evaluasi Hasil

1) Jangka Pendek

Peserta penyuluhan mengerti 80 % dari apa yang telah disampaikan dengan kriteria mampu
menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan yang akan diberikan oleh penyuluh. Berikut beberapa
pertanyaan yang akan diberikan :
o Sebutkan apa itu imunisasi!

o Sebutkan tujuan imunisasi!

o Sebutkan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi!

o Sebutkan jenis-jenis imunisasi!

2) Jangka Panjang

Meningkatkan pengetahuan orang tua serta pengasuh anak peserta penyuluhan sehingga dapat
menurunkanangka kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

MATERI PEMBERIAN IMUNISASI

A. PENGERTIAN IMUNISASI

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan
vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan
zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak,
dan melalui mulut seperti vaksin polio.

B. TUJUAN IMUNISASI

Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan meningkatkan derajat imunitas,
memberikan proteksi imun dengan menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu /
toksin dengan menggunakan preparat antigen non-virulen/non-toksik. Kekebalan tubuh juga
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat
dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara pemberian imunisasi,
mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan tergantung dari faktor yang
mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak.

C. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI

Hingga saat ini terdapat sepuluh jenis vaksinasi yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada
anak, yaitu :

a. Polio f. Tetanus

b. Campak g. Batuk rejan (Pertusis)

c. Gondongan h. Meningitis
d. Rubella (campak Jerman) i. Cacar air

e. Difteria j. Hepatitis B

D. JENIS IMUNISASI

1. Imunisasi Aktif

Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi
buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respons
seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi
maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam
kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain :

a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna
terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarisa, toksoid atau virus dilemahkan atau
bakteri dimatikan

b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan

c. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tumbuhnya


mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.

d. Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan
imunogenitas antigen.

2. Imunisasi Pasif

Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu
proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk
mngatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.

Dalam pemberian imunisasi pada anak dapat dilakukan dengan beberapa imunisasi yang
dianjurkan antara lain :

a. BCG (Bacillus Calmette-Guerin)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit TBC yang berat sebab
terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan
imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput
otak, TBC Milier (pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini merupakan
vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi
BCG adalah satu kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0-11 bulan (umumnya 2
bulan), akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan, kemudian cara
pemberian imuniasi BCG melalui intradermal. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada
daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional dan reaksi panas.

b. Imunisasi DPT ( Diphteri, Pertusis, dan Tetanus )

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri.Imunisasi


DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat
racunnya akan tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat antibody (toksoid). Frekwensi
pemberian imunisasi DPT adalah 3 kali,dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk
masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh
membuat zat anti,kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi
DPT antara umur 2 – 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi DPT
melalui intramuskuler. Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat,efek
ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan,demam sedangkan efek berat
dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih empat jam,kesadaran menurun,terjadi kejang,
enselopati, dan shock.

c. Imunisai Polio

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang
dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.
Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah empat kali.Waktu pemberian imunisasi polio pada
umur 0-11 bulan dengan interval pemberian 4 minggu. Cara pemberian imunisasi polio melalui
oral.

d. Imunisasi Campak

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak
karena penyakit ini sangat menular.Kandungan vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan.Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali.Waktu pemberian imunisasi
campak melalui subkutan kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempa
suntikan dan panas.

e. Imunisasi Hepatitis B

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis yang
kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis tiga
kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0 – 11 bulan. Cara pemberian imunisasi
hepatitis ini adalah intramukular.

f. Imunisasi MMR ( Measles, Mumps, dan Rubela )

Merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan atau mencegah terjainya penyakit
campak (measles), gondong, parotis epidemika (mumps) dan rubella (campak jerman). Dalam
imunisasi MMR ini antigen yang dipakai adalah virus campak strain Edmonson yang
dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan pada
bayi usia di bawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibody maternal
yang masih ada. Khusus pada daerah endemic sebaiknya diberikan imunisasi campak yang
monovalen dahulu pada usia 4- 6 bulan atau 9-11 bulan dan boster dapat dilakukan MMR pada
usia 15-18 bulan.

g. Imunisasi Tiphus Abdominalis

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit tifus abdominalis,
dalam persendiannya khususnya di Indonesia terdapat tiga jenis vaksin tifus abdominalis di
antaranya kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan ( vivotif,berna) dan antigen capsular
Vi polysaccharide ( Typhim Vi, Pasteur Meriux ). Pada vaksin kuman yang dimatikan dapat
diberikan untuk bayi 6-12 bulan adalah 0,1 ml, 1-2 tahun 0,2 ml, dan 2-12 tahun adalah 0,5 ml,
pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval empat minggu kemudian
penguat setelah satu tahun kemudian. Pada vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan
dalam bentuk capsul enteric coated sebelum makan pada hari 1,2,5, pada anak di atas usia 6
tahun dan pada antigen capsular diberikan pada usia di atas dua tahun dan dapat diulang tiap 3
tahun.

h. Imunisasi Varicella

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit varicella (cacar
air).Vaksin varicella merupakan virus hidup varicella zoozter strain OKA yang dilemahkan.
Pemberian vaksin varicella dapat diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropic
dan bila di atas usia 13 tahun dapat diberikan dua kali suntikan dengan interval 4-8 minggu.

i. Imunisasi Hepatitis A

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis A.


Pemberian imunisasi ini dapat diberikan pada usia diatas dua tahun. Untuk imunisasi awal
dengan menggunakan vaksin Havrix (isinya virus hepatitis A strain HM175 yang inactivated)
dengan 2 suntikan dengan interval 4 minggu dan boster pada enam bulan kemudian dan apabila
menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan tiga kali suntikan pada usia 0,6 dan 12 bulan.

j. Imunisasi HiB (Haemophilus Influenzae Tipe B)

Merupakan imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe b.
Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP : purified capsular polysaccharide) kuman H.
Influenzae tipe B. Antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-protein lain
seperti toksoid tetanus (PRP-T),toksoid dipteri (PRP-D atau PRPCR50) atau dengan kuman
menongokokus (PRP-OMPC). Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan dengan
tiga suntikan dengan interval 2 bulan kemudian vaksin PRP OMPC dilakukan dengan 2 suntikan
dengan interval 2 bulan kemudian bosternya dapat diberikan pada usia 18 bulan.

E. CARA KERJA IMUNISASI MELAWAN PENYAKIT


Imunisasi bekerja dengan cara merangsang pembentukan antibodi terhadap mikroorganisme
tertentu tanpa menyebabkan seseorang sakit terlebih dahulu. Vaksinasi, zat yang digunakan
untuk membentuk imunitas tubuh, terbuat dari mikroorganisme ataupun bagian dari
mikroorganisme penyebab infeksi yang telah dimatikan atau dilemahkan, sehingga tidak akan
membuat penderita jatuh sakit. Vaksin kemudian dimasukan kedalam tubuh yang biasanya
melalui suntikan. Sistem pertahanan tubuh kemudian akan bereaksi terhadap vaksin yang
dimasukan ke dalam tubuh tersebut sama seperti apabila mikroorganisme menyerang tubuh
dengan cara membentuk antibodi. Antibodi kemudian akan membunuh vaksin tersebut layaknya
membunuh mikroorganisme yang menyerang tubuh. Kemudian antibodi akan terus berada di
peredaran darah membentuk imunitas. Ketika suatu saat tubuh diserang oleh mikororganisme
yang sama dengan yang terdapat di dalam vaksin, maka antibodi akan melindungi tubuh dan
mencegah terjadinya infeksi.

macam-macam imunisasi
Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC).

BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena
keberhasilannya diragukan.

Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun
diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL.

Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-
1.000.000 partikel/dosis.

Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita
leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).

Reaksi yang mungkin terjadi:

1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan
benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung
berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara
spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan
maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

Komplikasi yang mungkin timbul adalah:


· Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu
dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah
matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan
disayat.

· Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi.
Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus.

Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi
yang serius atau fatal.

Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang
menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan
dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum.
Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.

Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang

Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun.

Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha.

Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II)
dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun
setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun).

Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.

Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia 14-
16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun,
setelah 10 tahun perlu diberikan booster).

Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan
memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.

DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat
penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di
dalam vaksin.

Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut:

 demam tinggi (lebih dari 40,5° Celsius)

 Kejang
 Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau
terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)

 Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda
sampai anak sehat.
Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT
sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.

1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau
pembengkakan di tempat penyuntikan.

Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen).

Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering
menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.

Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri
dan tetanus.

Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu
menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.

Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT.

Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL.

Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam tinggi.

Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat
penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.

Imunisasi TT
Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS
(Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan
penyakit tetanus.

Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan
dan 8 bulan.

Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL.
Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa
kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.

Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.

Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai.
Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio
bisa menyebabkan kematian.

Terdapat 2 macam vaksin polio:

 IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan
diberikan melalui suntikan
 OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan
diberikan dalam bentuk pil atau cairan.

Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif
melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu.

Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6
tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).

Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung
ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio:

 Diare berat

 Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid)

 Kehamilan.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.


Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis
ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang
tertinggi.

Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan
pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak
ditemukan.

Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi,
sebaiknya hanya diberikan IPV.

Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV,
streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV.

Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker,
limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani terapi
penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya.

IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare.

Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai
mereka benar-benar pulih.

IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung
hanya selama beberapa hari.

Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).

Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian
luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian.

Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.

Kontra indikasi pemberian vaksin campak:


 infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°Celsius

 gangguan sistem kekebalan

 pemakaian obat imunosupresan

 alergi terhadap protein telur

 hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin

 wanita hamil.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral
serta ensefalitis (jarang).
Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan
disuntikkan sebanyak 2 kali.

Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga
menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih
serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.

Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua
kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput
otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan
pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan.

Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah
bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.

Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi
yang dilahirkannya (buta atau tuli).

Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa
tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.

Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak
Jerman.

Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika
dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan.

Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak
memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak
berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk
SMP).

Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir
sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR
sebelum masuk SD.

Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan karena
banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa kanak-kanak.

Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup
terhadap campak, campak Jerman dan gondongan.

Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh
suntikan pertama.

Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin:

 Komponen campak

1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5%
anak-anak yang menerima suntikan MMR.
Demam 39,5° Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima
suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung
hanya selama 1-2 hari.

Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.

 Komponen gondongan

Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari
dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.

 Komponen campak Jerman

Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul
dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang
mendapat suntikan MMR.
Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah
menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR,
tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini
terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang-timbul).
Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi pada kurang dari
1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi
kerusakan sendi akibat artritis ini.

Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang
dewasa.

Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa
mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah
suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi.

Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkannya.
Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang
sangat serius.

Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih.

Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada:

 anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin

 anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin

 anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma maupun
akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati imunosupresan.

 wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.

Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.

Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa
menyebabkan anak tersedak.

Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.

Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.

Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering
dan membentuk keropeng yang akan mengelupas.

Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk
menjalani imunisasi varisella.

Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis
vaksin.

Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi
varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu
4-8 minggu.

Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular.

Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit
yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya
meninggal.

Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius.

Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita
cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya
menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang
terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat.

Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga
seumur hidup.

Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa:

 demam

 nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan

 ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.


Efek samping yang lebih berat adalah:

 kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan

 pneumonia

 reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan, kaligata, bersin,
denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu
beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi.

 ensefalitis

 penurunan koordinasi otot.

Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada:

 Wanita hamil atau wanita menyusui


 Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau yang memiliki
riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan
 Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin karena
vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut
 Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan sistem
kekebalan tubuh (misalnya AIDS)
 Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid
 Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya
 Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan immunoglobulin.

Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.

Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.

Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan
pada saat bayi berumur 2 bulan.

Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan
HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5
tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa
kadar HBsAg.

Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.

Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL
HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua
diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12
jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya;
jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).

Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih.

Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.

Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan,
lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.

Imunisasi Pneumokokus Konjugata


Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan
infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan
bakteremia (infeksi darah).

Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin.

Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap
terjadinya infeksi pneumokoku

Anda mungkin juga menyukai