Topik : Imunisasi
Target /sasaran : Orang tua serta pengasuh anak di Desa Ingin Jaya
Waktu : 30 menit
1. Pengertian imunisasi
2. Tujuan imunisasi
4. Jenis-Jenis imunisasi.
5. Sasaran imunisasi.
IV. PESERTA
V. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi
VI. MEDIA
1. Poster
2. Leaflet
3. Flip Chart
VII. EVALUASI
- Mendengarkan
2. Mengucapkan salam
Uraian tugas :
2. Penyuluh / Pengajar
Uraian tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah dipahami
oleh peserta.
3. Fasilitator
Uraian tugas :
d. Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi peserta.
4. Observer
Uraian tugas :
a. Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga
c. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses penyuluhan.
e. Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak sesuai dengan rencana
penyuluhan.
Refrensi
1. Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Pelaksanaan Imunisasi Modul Latihan Petugas
Imunisasi, Jakarta, (1985
3. Tim Pengelola UPGK Tk. Pusat, Buku petunjuk Untuk Latihan Kader, Jakarta, 1988.
Materi Imunisasi
I. Pengertian
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan kepada bayi dan anak serta ibu hamil
terhadappenyakit tertentu.
Membentuk daya tahan tubuh sehingga bayi/anak terhndar dari penyakit tertentu dan kalau
terkena penyakit tidak menyebabkan kecacatan atau kematian.
1. Penyakit TBC
Penyakit TBC sangat menular dan menyerang semua umur. Banyak terdapat pada masyarakat
dengan ekonomi rendah, kurang gizi dan pada daerah perumahan padat. Ditandai dengan :
2. Penyakit Difteri
Difteri merupakan penyakit menular, teutama menyerang anak kecil. Ditandai dengan :
- Leher bengkak, terbentuk selaput putih kelabu dikerongkongan dan hidung sehingga
menyumbat jalan napas.
Batuk Rejan adalah penyakit menular yang menyerang anak-anak. Ditandai dengan :
- Diawali batuk pilek biasa yang berlangsung sekitar 7 – 14 hari. Kemudian diikuti batuk hebat
yaitu lebih keras dan menyambung terus 10 – 30 kali disertai tarikan napas dan berbunyi,
kemudian muntah, muka merah sampai biru dan mata berair.
- Batuk batuk berlangsung beberapa minggu kemudian berkurang. Penyakit ini dapat
menyebabkan radang apru-paru dan terjadi kerusakan otak sehingga dapat menyebabkan kejang,
pingsan sampai terjadi kematian.
4. Penyakit Tetanus
Penyakit Tetanus menyerang semua umur, yang menyebabkan masalah yang cukup besar di
Indonesia karena banayk bai yang baru lahir mati akibat penyakit tersebut. Ditandai dengan :
- Pada bayi yang baru lahir (5 – 28 hari) mendadak tidak dapat menetek karena mulutnya kaku
dan mencucu seperti mulut ikan.
5. Penyakit Polimielitis
Polimielitis sanagt cepat menular di daerah perumahan padat dan lingkungan kumuh. Ditandai
dengan :
- Anak rewel, panas dan batuk, dua hari kemudian leher kaku, sakit kepala, otot badan dan kaki
terasa kaku.
- Lumpuh anggota badan tetapi biasanya hanya satu sisi.
Penyakit ini dapat menyerang otot pernapasan dan otot menelan yang dapat menyebabkan
kematian.
6. Penyakit Campak
Tanda-tanda campak :
- Beberapa hari kemudian keluar bercak-bercak di kulit dimulai di belakang telinga, leher muka,
dahi dan seluruh tubuh. Akibat lanjut dari penyakit ini adalah radang telinga sampai tuli,radang
mata sampai terjadi kebutaan, diare dan menyebabkan radang paru-paru serta radang otak yang
dapat menyebabkan kematian.
7. Hepatitis Virus B
Tanda-tanda :
2. DPT : memberi kekbalan pada penyakit difteri, batuk rejan dan tetanus.
V. Sasaran Imunisasi
1. Bayi 0 – 9 bulan untuk imunisasi BCG, polio, DPT, HB, dan campak.
6. TT untuk SD kelas VI
untuk Bumil
VII. Cara Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi dapat diberikan secara suntikan maupun diteteskan ke dalam mulut.
1. BCG : dengan suntikan ke dalam kulit pada lengan atas sebelah dalam.
1. BCG, tidak diberikan pada bayi yang menderita sakit kulit lama, sedang sakit TBC dan panas
tinggi.
2. DPT, tidak diberikan bila bayi sedang sakit parah, panas tinggi dan kejang.
4. Campak, tidak diberikan bila bayi sakit mendadak dan panas tinggi.
Keadaan-keadaan yang timbul setelah imunisasi berbeda pada masing-masing imunisasi, seperti
yang diuraikan di bawah ini.
1. BCG, dua minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat
suntikan, seterusnya timbul bisul kecil dan menjadi luka parut.
2. DPT, umumnya bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan imunisasi, tetapi akan
turun dalam 1 – 2 hari. Di tempat suntikan merah dan bengkak serta sakit, walaupun demikian
tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri.
3. Campak, panas dan umumnya disertai kemerahan yang timbul 4 – 10 hari setelah penyuntikan.
1. Posyandu
2. Puskesmas
4. Rumah bersalin
5. Rumah sakit
1. BCG, luka tidak perlu diobati tetapi bila luka besar dan bengkak di ketiak anjurkan ke
puskesmas;
2. DPT, bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan berikan
kempres dingin.
3. Campak, bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu.
Satuan Acara penyuluhan (SAP) Imunisasi
A. LATAR BELAKANG
Penyakit cacar (smalpox) sendiri telah dinyatakan hilang sejak tahun 1979 berkat vaksinasi.
“Vaksinasi adalah penemuan terbesar dalam ilmu kedokteran dan kesehatan umum,” demikian
seperti ditulis dalam laporan.
Berdasarkan data dari departemen kesehatan AS, statistik menunjukkan penurunan penyakit dan
kematian. Misalnya saja pada tahun 1936-1945 lebih dari 21.000 orang terinfeksi difteri dan
menelan korban jiwa 1.800 orang tiap tahunnya. Namun kasus penyakit ini sudah tidak
ditemukan lagi pada tahun 2006.
Antara tahun 1953 dan 1962, lebih dari 500.000 orang menderita cacar air tiap tahunnya dan 440
orang meninggal karenanya. Di tahun 2006 hanya ada 55 kasus penyakit cacar air ditemukan.
Penurunan kasus penyakit gondong mencapai 95,9 persen, tetanus 92,9 persen, dan penyakit
pertusis turun 92,2 persen. Kematian akibat tetanus dan pertusis menurun hingga 99 persen.
“Keberhasilan tersebut terjadi karena program imunisasi untuk anak dan balita yang dicanangkan
pemerintah berhasil,”.
Di Indonesia sendiri pemerintah mewajibkan setiap bayi dan anak mendapat imunusisasi
tuberkolosis (BCG), DPT, imunisasi polio, campak, dan hepatitis B. Selain itu masih ada
beberapa imunisasi yang dianjurkan untuk diberikan, yakni imunusiasi Tipa untuk demam tifoid
dan paratifoid, imunisasi hepatitis A, imunisasi varisela untuk penyakit cacar air, imunisasi HiB
untuk mencagah kuman Haemophylus influenzae penyebab meningitis (radang selaput otak)
B. TUJUAN
a. Definisi imunisasi
b. Tujuan imunisasi
d. Jenis imunisasi
a. Definisi imunisasi
b. Tujuan imunisasi
d. Jenis imunisasi
4. PELAKSANAAN KEGIATAN
Acara
KEGIATAN
NO WAKTU KEGIATAN PESERTA
PENYULUHAN
1 2 menit Pembukaan
o Kontrak waktu
2 13 menit Pelaksanaan
o PenyampaianmateriMemperhatikan
mengenai : penjelasan dan
mencermati materi
o Definisi imunisasi
o Tujuan imunisasi
o Penyakit yang
dapat dicegah dengan
imunisasi
o Jenis imunisasi
o Cara kerja
imunisasi melawan
penyakit
o Mengakhiri dengan
salam
5. METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab
6. MEDIA
a. Leaflet
b. Laptop
7. PENGORGANISASIAN
a. Evaluasi Struktur
Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat digunakan dalam
penyuluhan yaitu :
o Leaflet
o Laptop
Evaluasi Proses
o Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan memahami
materi penyuluhan yang diberikan.
o Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh dengan sasaran.
o Kehadiran peserta diharapkan 80% dari kapasitas ruangan yang tersedia dan tidak ada peserta
yang meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
Evaluasi Hasil
1) Jangka Pendek
Peserta penyuluhan mengerti 80 % dari apa yang telah disampaikan dengan kriteria mampu
menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan yang akan diberikan oleh penyuluh. Berikut beberapa
pertanyaan yang akan diberikan :
o Sebutkan apa itu imunisasi!
2) Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan orang tua serta pengasuh anak peserta penyuluhan sehingga dapat
menurunkanangka kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
A. PENGERTIAN IMUNISASI
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan
vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan
zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak,
dan melalui mulut seperti vaksin polio.
B. TUJUAN IMUNISASI
Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan meningkatkan derajat imunitas,
memberikan proteksi imun dengan menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu /
toksin dengan menggunakan preparat antigen non-virulen/non-toksik. Kekebalan tubuh juga
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat
dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara pemberian imunisasi,
mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan tergantung dari faktor yang
mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak.
Hingga saat ini terdapat sepuluh jenis vaksinasi yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada
anak, yaitu :
a. Polio f. Tetanus
c. Gondongan h. Meningitis
d. Rubella (campak Jerman) i. Cacar air
e. Difteria j. Hepatitis B
D. JENIS IMUNISASI
1. Imunisasi Aktif
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi
buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respons
seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi
maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam
kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain :
a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna
terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarisa, toksoid atau virus dilemahkan atau
bakteri dimatikan
b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan
d. Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan
imunogenitas antigen.
2. Imunisasi Pasif
Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu
proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk
mngatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
Dalam pemberian imunisasi pada anak dapat dilakukan dengan beberapa imunisasi yang
dianjurkan antara lain :
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit TBC yang berat sebab
terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan
imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput
otak, TBC Milier (pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini merupakan
vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi
BCG adalah satu kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0-11 bulan (umumnya 2
bulan), akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan, kemudian cara
pemberian imuniasi BCG melalui intradermal. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada
daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional dan reaksi panas.
c. Imunisai Polio
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang
dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.
Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah empat kali.Waktu pemberian imunisasi polio pada
umur 0-11 bulan dengan interval pemberian 4 minggu. Cara pemberian imunisasi polio melalui
oral.
d. Imunisasi Campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak
karena penyakit ini sangat menular.Kandungan vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan.Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali.Waktu pemberian imunisasi
campak melalui subkutan kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempa
suntikan dan panas.
e. Imunisasi Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis yang
kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis tiga
kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0 – 11 bulan. Cara pemberian imunisasi
hepatitis ini adalah intramukular.
Merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan atau mencegah terjainya penyakit
campak (measles), gondong, parotis epidemika (mumps) dan rubella (campak jerman). Dalam
imunisasi MMR ini antigen yang dipakai adalah virus campak strain Edmonson yang
dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan pada
bayi usia di bawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibody maternal
yang masih ada. Khusus pada daerah endemic sebaiknya diberikan imunisasi campak yang
monovalen dahulu pada usia 4- 6 bulan atau 9-11 bulan dan boster dapat dilakukan MMR pada
usia 15-18 bulan.
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit tifus abdominalis,
dalam persendiannya khususnya di Indonesia terdapat tiga jenis vaksin tifus abdominalis di
antaranya kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan ( vivotif,berna) dan antigen capsular
Vi polysaccharide ( Typhim Vi, Pasteur Meriux ). Pada vaksin kuman yang dimatikan dapat
diberikan untuk bayi 6-12 bulan adalah 0,1 ml, 1-2 tahun 0,2 ml, dan 2-12 tahun adalah 0,5 ml,
pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval empat minggu kemudian
penguat setelah satu tahun kemudian. Pada vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan
dalam bentuk capsul enteric coated sebelum makan pada hari 1,2,5, pada anak di atas usia 6
tahun dan pada antigen capsular diberikan pada usia di atas dua tahun dan dapat diulang tiap 3
tahun.
h. Imunisasi Varicella
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit varicella (cacar
air).Vaksin varicella merupakan virus hidup varicella zoozter strain OKA yang dilemahkan.
Pemberian vaksin varicella dapat diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropic
dan bila di atas usia 13 tahun dapat diberikan dua kali suntikan dengan interval 4-8 minggu.
i. Imunisasi Hepatitis A
Merupakan imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe b.
Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP : purified capsular polysaccharide) kuman H.
Influenzae tipe B. Antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-protein lain
seperti toksoid tetanus (PRP-T),toksoid dipteri (PRP-D atau PRPCR50) atau dengan kuman
menongokokus (PRP-OMPC). Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan dengan
tiga suntikan dengan interval 2 bulan kemudian vaksin PRP OMPC dilakukan dengan 2 suntikan
dengan interval 2 bulan kemudian bosternya dapat diberikan pada usia 18 bulan.
macam-macam imunisasi
Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC).
BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena
keberhasilannya diragukan.
Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun
diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL.
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-
1.000.000 partikel/dosis.
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita
leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).
1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan
benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung
berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara
spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan
maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
· Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi.
Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.
Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus.
Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi
yang serius atau fatal.
Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang
menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan
dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum.
Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.
Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang
Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun.
Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II)
dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun
setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun).
Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia 14-
16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun,
setelah 10 tahun perlu diberikan booster).
Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan
memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.
DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat
penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di
dalam vaksin.
Kejang
Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau
terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda
sampai anak sehat.
Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT
sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.
1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau
pembengkakan di tempat penyuntikan.
Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen).
Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering
menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.
Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri
dan tetanus.
Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu
menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.
Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT.
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL.
Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam tinggi.
Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat
penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
Imunisasi TT
Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS
(Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan
penyakit tetanus.
Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan
dan 8 bulan.
Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL.
Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa
kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.
Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.
Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai.
Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio
bisa menyebabkan kematian.
IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan
diberikan melalui suntikan
OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan
diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif
melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu.
Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6
tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung
ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
Diare berat
Kehamilan.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan
pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak
ditemukan.
Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi,
sebaiknya hanya diberikan IPV.
Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV,
streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV.
Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker,
limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani terapi
penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya.
Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai
mereka benar-benar pulih.
IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung
hanya selama beberapa hari.
Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian
luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian.
wanita hamil.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral
serta ensefalitis (jarang).
Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan
disuntikkan sebanyak 2 kali.
Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga
menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih
serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.
Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua
kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput
otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan
pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan.
Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah
bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.
Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi
yang dilahirkannya (buta atau tuli).
Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa
tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.
Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak
Jerman.
Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika
dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan.
Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak
memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak
berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk
SMP).
Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir
sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR
sebelum masuk SD.
Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan karena
banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa kanak-kanak.
Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup
terhadap campak, campak Jerman dan gondongan.
Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh
suntikan pertama.
Komponen campak
1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5%
anak-anak yang menerima suntikan MMR.
Demam 39,5° Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima
suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung
hanya selama 1-2 hari.
Komponen gondongan
Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari
dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.
Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul
dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang
mendapat suntikan MMR.
Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah
menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR,
tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini
terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang-timbul).
Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi pada kurang dari
1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi
kerusakan sendi akibat artritis ini.
Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang
dewasa.
Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa
mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah
suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi.
Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkannya.
Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang
sangat serius.
anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma maupun
akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati imunosupresan.
Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa
menyebabkan anak tersedak.
Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.
Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.
Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering
dan membentuk keropeng yang akan mengelupas.
Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk
menjalani imunisasi varisella.
Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis
vaksin.
Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi
varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu
4-8 minggu.
Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit
yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya
meninggal.
Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius.
Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita
cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya
menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang
terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat.
Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga
seumur hidup.
demam
kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan
pneumonia
reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan, kaligata, bersin,
denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu
beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi.
ensefalitis
Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.
Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan
pada saat bayi berumur 2 bulan.
Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan
HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5
tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa
kadar HBsAg.
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL
HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua
diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12
jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya;
jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih.
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan,
lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.
Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap
terjadinya infeksi pneumokoku