Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Sosisal. Makalah ini disusun agar pembaca
dapat memperluas ilmu serta menambah wawasan mengenai “Persepsi Diri dan
Sosial”.

Ucapan terima kasih kami haturkan kepada rekan-rekan dan semua pihak
yang telah membantu, terutama pertolongan dari Allah, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Dengan segala kerendahan hati. Kami sangat
mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun, agar dapat menyusun
makalah lebih baik lagi. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna karena kesempurnaan sesungguhnya hanya datangnya dari Allah SWT.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.

Bandung,12 April 2018


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Persepsi Diri .................................................................. 3
B. Tujuan Evaluasi Diri ....................................................................... 4
C. Pengaruh Persepsi Diri Terhadap Atribusi Diri .............................. 5
D. Kolerasi Persepsi Diri Dengan Kesadaran Diri ............................... 7
E. Pengertian Persepsi Sosial............................................................... 7
F. Pembentukan Persepsi Sosial .......................................................... 10
G. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Sosial .................................. 10
H. Macam-Macam Persepsi Sosial ...................................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda antara individu yang
satu dengan individu yang lainnya. Dari perbedaan karakter-karakter itu, manusia
tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain untuk saling
mendukung dan membantu, itulah mengapa manusia disebut sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial kita harus beradaptasi, mampu mengerti, dan mampu
memahami maksud dari perbuatan orang lain. Disinilah dibutuhkan sebuah persepsi
sosial.
Secara prinsip, proses presepsi sosial dan presepsi diri tidak ada perbedaan.
Terutama dalam hubungannya dengan proses fisioligis dalam otak. Perbedaan yang
mendasar antara keduanya adalah karena pada persepsi diri subjek dan objeknya
sama.
Dalam makalah ini, penyusun hendak memaparkan mengenai persepsi diri
dan berbagai hal yang berhubungan dengan persepsi sosial.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Persepsi Diri ?
2. Apakah tujuan adanya evaluasi diri itu ?
3. Apakah pengaruh persepsi diri terhadap atribusi diri ?
4. Apakah korelasi antara persepsi diri dengan kesadaran diri ?
5. Apa pengertian Persepi Sosial ?
6. Bagaimana pembentukan Persepsi Sosial ?
7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi Sosial ?
8. Apa saja macam- macam Persepsi Sosial ?

C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui pengertian Persepsi Diri ?
2. Mengetahui tujuan adanya evaluasi diri itu ?

1
3. Mengetahui pengaruh persepsi diri terhadap atribusi diri ?
4. Mengetahui bentuk korelasi antara persepsi diri dengan kesadaran diri ?
5. Mengethui pengertian Persepi Sosial ?
6. Mengetahui pembentukan Persepsi Sosial ?
7. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi Sosial ?
8. Mengetahui macam- macam Persepsi Sosial ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERSEPSI DIRI
Persepsi (dari bahasa Latin perceptio, percipio) adalah tindakan menyusun,
mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memeberikan gambaran dan
pemahaman tentang lingkungan. Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem saraf,
yang merupakan hasil dari stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra. Seperti
misalnya penglihatan yang merupakan cahaya yang mengenai retina pada mata,
pencium yang memakai media molekul bau (aroma), dan pendengaran yang
melibatkan gelombang suara . Persepsi bukanlah penerimaan isyarat secara pasif,
tetapi dibentuk oleh pembelajaran, ingatan, harapan, dan perhatian. Persepsi
bergantung pada fungsi kompleks sistem saraf, tetapi tampak tidak ada karena terjadi
di luar kesadaran.
Sedangkan Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian
informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah
penginderaan. Sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.
Artinya, persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan.
Pengindraan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat penerimaan yaitu alat indera. Namun proses tersebut tidak berhenti di situ
saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh saraf otak sebagai pusat
susunan saraf dan proses itu selanjutnya disebut sebagai proses persepsi.
Persepsi diri adalah upaya Anda mengamati diri Anda sendiri; baik sifat,
motivasi, perasaan dan emosi, atau lainnya. Anda sadar perasaan yang Anda alami.
Anda tahu niat Anda dalam melakukan sesuatu. Anda paham sikap anda terhadap
sesuatu. Anda tahu alasan mengapa anda berbuat sesuatu. Anda paham sifat-sifat
anda. Anda tahu kemampuan Anda. Pendek kata, anda tahu diri anda sendiri.
Jadi persepsi diri adalah suatu tindakan mengenali dan mengamati berbagai
hal yang meliputi sifat, motivasi, perasaan dan emosi, atau lainnya untuk memperoleh
gambaran atau informasi tentang lingkungannya.

3
B. EVALUASI DIRI
Tujuan yang lebih mendasar dari persepsi diri adalah dalam rangka menilai
diri sendiri. Evaluasi diri akan menjadi sulit tanpa adanya pembanding, dalam hal ini
orang lain. Oleh karenanya cara yang paling sering digunakan dalam evaluasi diri
adalah dengan jalan melakukan perbandingan sosial.
Teori perbandingan sosial yang banyak dikenal mengacu pada pendapat Leon
Festinger, yang menyatakan bahwa seseorang menggunakan orang lain sebagai dasar
perbandingan unutk mengevaluasi diri sendiri baik dalam hal pendapat maupun
dalam hal kemampuan. Teori ini kemudian berkembang karena pada dasarnya tiap-
tiap individu memiliki kebutuhan untuk menilai diri sendiri.. Pada saat seseorang
ragu atau tidak yakin dengan keampuan maupun opininya, maka ia butuh tau kondisi
yang sesungguuhnya. Untuk mengetahui hal tersebut, maka cara yang digunakan
adalah dengan jalan menilai diri sendiri. Di samping itu, pada saat menghadapi
persaingan orang juga membutuhkan evaluasi diri. Tujuannya agar dapat
mengungguli saingan atau setidaknya menyamai. Apabila kemudian ia sadar bahwa
kemampuannya terlalu jauh dibawah dirinya maka akan dilakukan usaha untuk
menghindari persaingan itu.
Tentu tidak semua orang bisa dijadikan pembanding dalam perbandingan
sosial. Pelari daerah, misalnya, akan berusaha mencari pembanding yang setara
dengan dirinya dalam usaha memacu prestasi, tidak membandingakan dirinya dengan
pelari yang meraih mendali emas dalam olimpiade. Mencari pembanding yang
seimbang dengan kemampuannya atau yang memiliki karakteristik tidak jauh berbeda
adalah hal yang paling wajar. Dalam kondisi khusus, keadaan seperti itu sering tidak
terjadi. Orang yang keyakinan dirinya rendah, akan berusaha membandingkan dengan
orang yang kemampuannya berada dibawah kemampuan yang sesungguhnyadari
orang tersebut. Hal ini berbeda dengan orang yang ingin meningkatkan kemampuan
dirinya. Orang yang demikian biasanya mencari pembanding yang kualifikasinya
lebih tinggi dari pada dirinya.
Penonjolan keunikan. Salah satu kesulitan dalam menilai diri adalah
kecenderungan untuk menggunakan hal-hal yang justru kurang biasa pada dirinya
atau hal-hal yang menonjol saj a(dalam arti negaif ataupun positif). Gejala seperti ini

4
biasa disebut dengan distinctiveness postulate. Apabila hal ini terjadi, maka
objektivitas penilaian menjadi berkurang.
Skemata diri. Untuk sampai pada atribusi dalam proses prsepsi, terjadi suatu
proses dalam self yang merupakan mental fremewrok (jaringan kerangka kerja
mental) yang terbentuk melalui pengalaman –pengalaman untuk memproses
pengalaman yang masuk, yang biasa disebbut schema. Dalam kaitannya dengan
persepsi diri, skema yang digunakan adalah skema diri, yaitu jaringan kerangka kerja
mental yang menentukan bagaimana fakta-fakta tentang diri sendiri yang sedang
diperhatikan, bagaimana menyimpan fakta tersebut dalam memori dan bagaimana
menggunakan informai tersebut dalam pembentukan impresi tentang diri sendiri.
Skema diri bisa digunakan untuk memprediksi bagaimana kita akan merespon
terhadap suatu situasi dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, pengetahuan
tentang skema diri akan mempermudah dalam memprediksi diri sendiri terhadap
kemungkinan-kemungkinan situasi yang akan dihadapi dimasa yang akan datang
Verifikasi diri. Dengan mengetahui skema dirinya, orang tidak hanya akan
mempermudah memprediksi diri sendiri, tetapi juga kemudian berusaha untuk
memperhatikan dan mencari informasi yang sesuai denga skema diri tersebut.
Keadaan seperti ini disebit sebagai verifikasi diri. Contohnya adalah pada
orang asertif. Orang ini akan berusaha mencari informasi yang sesuai dengan
asertifitasnya itu, dia kemungkinan akan menghindari orang-orang yang kurang
asertif dengan tujuan agar situasinya sesuai dengan skema dirinya.

C. ATRIBUSI DIRI
Darly Bem menyatakan bahwa seseorang mencoba memahami sikap dan
karakteristik dirinya sendiri dengan jalan melihat pada perilaku dirinya dan situasi
yang ada pada saat itu.
Orang dapat melihat dirinya sebagaimana ia melihat orang lain, dan juga
memperhatikan penyebab-penyebab dari perilakunya.
Contoh pada konsep tersebut adalah petinju Muhammad Ali. Dia selalu
mengatakan bahwa “sayalah yang terbesar”. Kemudian ia mencocokan dengan
keadaan yang sebenarnya. Ternyata ia memang dapat merobahkan lawan-lawannya.

5
Dengan melihat kenyataan ini, ia merasa yakin bahwa ia memang yang terbesar.
Sebaliknya, apabila ternyata ia beberapa kali dikalahkan, maka ia akan menyatakan
bahwa hal itu disebabkan karna factor situasi. Demikian juga sebaliknya, apabila ia
ternyata memang bukan yang terbesar, tetapi hal itu lebih bertujuan untuk menarik
penonton menyaksikan pertandingannya. Bukan gambaran tentang dirinya.
Mungkinkah persepsi diri objektif ? Pada dasarnya persepsi diri bisa objektif.
Untuk membuktikan hal itu bisa menggunakan kerangka berfikir dari teori
disonansi. Menurut teori ini pada dasarnya setiap individu berusaha untuk bisa dalam
keadaaan konsisten antar berbagai hal dalam dirinya (perbuatan, pikiran dan
perasaan). Dalam kata lain kondisi yang diinginkan adalah kondisi konsonan, selaras
antara pikiran, perkataan, dan perbuatannya. Apabila tidak ada konsistensi antar dua
aspek atau lebih dalam dirinya, maka kondisi ini disebut senagai disonansi. Salah satu
cara yang sering ditempuh untuk mengetahui atau menguji objektifitas tersebut
adalah melalui intropeksi.
Efek justifikasi berlebihan. Sering terjadi bahwa seseorang merasa lebih puas
apabila perilakunya merupakan cerminan keadaan dalam dirinya., sesuai dengan
atribusi internal dirinya. Pada kenyataannya tidak jarang terjadi bahwa seseorang
melakukan sesuatu menurut atau sesuai dengan kemauannya, namun orang lain justru
memberi hadiah padanya. Akibatnya orang yang bersangkutan merasa tidak puas atau
kurang yakin dengan kemampuannya. Selanjutnya ia menjadi kurang bersemangat
melakukan hal itu. Kondisi seperti ini disebut sebagai efek justifikasi yang
berlebihan, sedangkan hadian yang menyebabkan efek ini disebut dengan controlling
reward.
Excication transfer. Dolf Zilman menemukan bahwa sering terjadi pengaruh
dari keadaan fisik terhadap proses atribusi. Salah satu penyebab terjadinya keadaan
seperti ini adalah adanya pengaruh dari ephinephrine, hormone perangsang.
Hormone ini mendorong seseorang ke dalam kondisi emosi yang menonjol atau
ekstrim. Dalam keadaan demikian, maka proses atribusi menjadi terpengaruh. Contoh
dari keadaan seperti ini adalah dalam kondisi yang mencekam. Hasil penelitian
menemukan bahwa dalam keadaan mencekam, orang akan menilai sesuatu yang

6
menyenangkan lebih menyenangkan lagi dari keadaan yang sesungguhnya, dan
sesuatu yang kurang menyenangkan menjadi sangat kurang menyenangkan.
Ilusi control. Sering pula terjadi bahwa seseorang merasa yakin mampu
mengontrol keadaan, bahkan keadaan yang terjadi karena kebetulan. Keyakinan
mempunyai kemampuan mengontrol keadaan yang sesungguhya random ini disebut
dengan ilusi control. Contohnya adalah pada para penjudi,. Mereka sering sekali
mampu meramalkan angka yang akan muncul pada pelemparan dadu., sehingga
berani bertaruh dalam jumlah yang banyak.
Ketiga hal diatas, overjustifikai, excitation transfer, dan ilusi control, yang
sering menimbulkan bias dalam atribusi diri.

D. KESADARAN DIRI
Orang yang mampu mempersepsikan diri dengan baik berarti mempunyai
kesadaran diri yang baik pula. Selanjutnya orang yang sadar diri ini lebih banyak
memperhatikan dan memproses informasi tentang dirinya. Ia menjadi sadar tentang
jarak antara ideal diri dengan kenyataan dirinya dan juga menjadi lebih kritis terhadap
dirinya. Orang yang kesadaran dirinya tinggi juga mengetahui dirinya secara lebih
baik, memahami emosi-emosinya, dan mampu mengetahui moodnya pada suatu
moment tertentu.
Dengan singkat orang memiliki kesadaran tinggi juga mampu menyesuaikan
dirinya dengan situasi yang dialamai, atau memiliki pemonitoran diri yang baik. Oleh
karena itu iajuga mamou membaca situasi sosial dalam rangka memahami orang lain
dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya. Sebaliknya, orang yang rendah
monitor dirinya cinderung konsisten perilakunya dari waktu-kewaktu karena memang
tidak ada usaha untuk menyesuaikan diri dengan situasi yng dihadapinya.

E. PERSEPSI SOSIAL
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan.
Pengindraan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat penerima yaitu alat indra. Namun proses tersebut tidak berhenti di situ
saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat
susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses

7
persepsi tidak dapat lepas dari proses pengindraan, dan proses pengindraan
merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Proses pengindraan terjadi
setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya
melalui alat indra. Alat indra merupakan penghubung antara individu dengan dunia
luarnya (Branca, 1964; Woodworth dan Marquis, 1957).
Stimulus yang mengenai individu itu kemudian di organisasikan,
diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang di indranya itu.
Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi. Jadi stimulus diterima alat indra,
kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang diindra tersebut menjadi sesuatu yang
berarti setelah diorganisasikan dandiinterpretasikan (Davidoff, 1981). Disamping itu
menurut Maskowitz dan Orgel (1969) persepsi itu merupakan proses yang intergrated
dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian
dapatdikemukakan bahwa persepsi itu merupakanproses pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap stimulus yang diterimaoleh organism atau individu
sehingga merupakan sesuatu yang berarti, danmerupakan aktivitas yang intergrated
dalam diri individu. Karena merupakan aktifitas yang integrated, maka seluruh
pribadi, seluruh apa yang ada dalamdiri individu ikut aktif berperan dalam persepsi
itu.
Dengan persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan
lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri individu yang
bersangkutan (Davidoff, 1981).Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam
persepsi stimulus dapat datingdari luar diri individu, tetapi juga dapat datang dari
dalam diri individu yang bersangkutan. Bila yang dipersepsi dirinya sendiri sebagai
objek persepsi,inilah yang disebut persepsi diri (self-perception). Karena dalam
persepsi itu merupakan aktifitas yang intergrated, maka seluruhapa yang ada dalam
diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berfikir, kerangka acuan, dan
aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam persepsi
tersebut. Berdasarkan atas hal tersebut,dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi itu
sekalipun stimulusnya sama, tetapikarna pengalaman tidak sama, kemampuan berfikir
tidak sama, kerangka acuan tidak sama, ada kemungkinan hasil persepsi antara
individu satu dengan individuyang lain tidak sama. Keadaan tersebut memberikan
gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual (Davidoff, 1981).
Menurut Brehm dan Kassin (1989), persepsi sosial adalah penilaian-penilaian
yang terjadi dalam upaya manusia memahami orang lain. Tentusaja sangat penting,
namun bukan tugas yang mudah bagi setiap orang. Tinggi,berat, bentuk tubuh, warna

8
kulit, warna rambut, dan warna lensa mata, adalah beberapa hal yang mempengaruhi
persepsi sosial. Contohnya di Amerika Serikat,wanita berambut pirang dinilai sebagai
seorang yang hangat dan menyenangkan.
Brems& Kassin (dalam Lestari, 1999) mengatakan bahwa persepsi sosial
memilikibeberapa elemen, yaitu:
a. Person, yaitu orang yang menilai orang lain.
b. Situasional, urutan kejadian yang terbentuk berdasarkan pengalaman
orang untuk meniiai sesuatu.
c. Behavior, yaitu sesuatu yang di lakukan oleh orang lain. Ada dua
pandangan mengenai proses persepsi, yaitu:
1) Persepsi sosial, berlangsung cepat dan otomatis tanpa banyak
pertimbangan orang membuat kesimpulan tentang orang lain dengan
cepat berdasarkan penampilan fisik dan perhatian sekilas.
2) Persepsi sosial, adalah sebuah proses yang kompleks,orang
mengamati perilaku orang lain dengan teliti hingga di peroleh
analisis secara lengkap terhadap person, situasional, dan behaviour.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi


suatu proses aktif timbulnya kesadaran dengan segera terhadapsuatu obyek yang
merupakan faktor internal serta eksternal individu meliputi keberadaan objek,
kejadian dan orang lain melalui pemberian nilai terhadapobjek tersebut. Sejumlah
informasi dari luar mungkin tidak disadari,dihilangkan atau disalahartikan.
Mekanisme penginderaan manusia yang kurangsempurna merupakan salah satu
sumber kesalahan persepsi (Bartol & Bartol,1994).
Dalam usaha menginterpretasioranglain sering digunakan dimensi-dimensi
tertentu. Wrightman (1981)mengemukakan ada 6 dimensi pokok, yaitu:
a. Dapat dipercaya – tidak dapat dipercaya
b. Rasional – tidak rasional
c. Altruis – orientasi diri (selfness)
d. Independen – conform dengan kelompok
e. Variatif – kesamaan
f. Kompleksitas – kesederhanaan
Melalui perkembangan dan pengalaman, orang membangun konsep
kepribadian implicit (implicit personality theory), yaitu asumsi-asumsi adanya sifat-

9
sifat tertentu yang berkorelasi dengan sifatlain. Orang yang memiliki kecenderungan
demikian disebut psikolog naïf.

F. PEMBENTUKAN PERSEPSI
Pengetahuan tentang orang-orang tertentu dan kaitannya dengan atribut
tertentu sering diistilahkan sebagaiprototype. Hasil prototype memunculkan adanya
stereotype, yaitu pemberian atribut tertentu pada sekelompok orang tertentu. Contoh:
orang Indonesia ramah,orang Amerika individualistis.
Dalam pembentukan kesan, stereotypesulit diabaikan begitu saja. Stereotype
akan membatasi persepsi dan komunikasi, stereotype juga bisa dimanfaatkan untuk
membina hubungan yang lebih lanjut.Pada konsep kepribadian implicit, stereotype
juga akan memunculkan illusorycorrelation, yaitu mengaitkan secara berlebihan
antara satu karakteristik dengan karakteristik yang lain secara general.

G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI SOSIAL


Dalam pembentukan kesan terhadap orang lain, ada kecenderungan untuk
secepatnya mengkategorikan orang tersebut kedalam suatu ciri tertentu. Penilaian
yang cepat ini (snap jugdment) memiliki arti penting dalam proses pembentukan
kesan selanjutnya. Contoh yang seringditemu adalah munculnya halo efek. Yang
disebut gejala self-fulfillingprophecy adalah pembuatan kategorisasi tertentu dengan
diwarnai harapan berdasarkan asumsi penilai. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh pada
Persepsi :
1. Kesan yang terbentuk dalam pikiran seseorang di saat pertama kali berjumpa
dengan orang lain ditentukan oleh berbagai hal, yaitu :
a. Ciri ciri penampilan fisik ( fisikal attractiveness ) meliputi :
Penampilan fisik akan menentukanbagaimana persepsi kita terhadap
orang lain. Penampilan fisik ini berakar pada:
1) Wajah (menarik / tdk menarik)
2) Bagaimana cara berpakaian, bahan, model,cara memakainya
3) Postur tubuh, make up, potongan gayarambut
4) Assesories yang dikenakan
b. Ciri ciri sosial demografik (social demographic characteristic ) meliputi :
1) Jenis Kelamin : umumnya perempuan dinilai lebih rendah
kemampuannya dibanding laki-laki dalam pekerjaan tertentu.(lihat
penelitian Goldberg 1968).

10
2) Suku / Ras / Etnis : Suatu hari kitadi minta untuk bertemu dengan
orang yang bernama Situmorang yang berasal dariBatak karo, dan
pada hari lain kita diminta bertemu dengan Widodo Rahardjo
yangberasal dari Solo Jawa tengah. Biasanya sebelum kita bertemu
kita membayangkan seperti apa sifat/karakter rang yang akan kita
jumpai. Dalam persepsi kita adaperbedaan sifat antra orang yang
berbeda suku.
3) Status Sosial Ekonomi meliputi :Social economic performance
(penampilan berdasar persepsi status sosial ekonomi) sering
menjebak penilaian terhadap orang lain). Social economic
performance inibiasanya dilihat/dinilai dari penampilan luaran.
Misalnya, tongkrongannya, stylepergaulannya, fashion, assesories,
pekerjaan dll.
c. Komunikasi non verbal ( non communication verbal skill management ) :
Kesan terhadap orang lain ikut ditentukan oleh komunikasi non verbal
seperti :
1) Ekpresi wajah (wajah adalah ekpresi kejiwaan)
2) Gerakan tubuh/tangan/ gerak mata
3) Intonasi suara
4) Kontak pandangan mata

Dari komunikasi non verbal kita bisa menarik kesan tentang kondisi emosi,
watak kepribadian dan kejujuran seseorang. Didepan telah dipaparkan bahwa
apayang ada dalam diri individu akan dipengaruhi dalam individu mengadakan
persepsi, ini merupakan faktor internal. Di samping itu masih ada faktor lain yang
dapat mempengaruhi dalam proses persepsi, yaitu faktor stimulus itu sendiri dan
faktor lingkungan dimana persepsi itu berlangsung, dan ini merupakan faktor
eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternaldan individu sebagai
faktor internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi.
Agar stimulus dapat dipersepsi, makastimulus harus cukup kuat, stimulus
harus melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang minimal tetapi
sudah dapat menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsi oleh individu. Kejelasan
stimulus akan banyak berpengaruh dalam persepsi.Stimulus yang kurang jelas,
stimulus yang berwayuh arti, akan berpengaruh dalam ketepatan persepsi. Bila
stimulus itu berwujud benda-benda bukan manusia, maka ketepatan persepsi lebih

11
terletak pada individu yang mengadakan persepsi, karna benda-benda yang di
persepsi tersebut akan berbeda bila yang dipersepsikan itu manusia.
Mengenai keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil persepsi datang
dari dua sumber, yaitu yang berhubungan dengan segi kejasmanian, dan yang
berhubungan dengan segi psikologis. Bilasystem fisiologisnya terganggu, hal tersebut
akan berpengaruh dalam persepsi seseorang. Sedangkan segi psikologis seperti telah
dipaparkan di depan, yaitu antara lain mengenai pengalaman, perasaan, kemampuan
berfikir, kerangka acuan,motivasi akan berpengaruh pada seseorang dalam
mengadakan persepsi.
Sedangkan lingkungan atau situasik hususnya yang melatar belakangi
stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi,lebih-lebih bila objek persepsi adalah
manusia. Objek dan lingkungan yang melatarbelakangi objek merupakan kebulatan
atau kesatuan yang sulit dipisahkan.Objek yang sama dengan situasi sosial yang
berbeda, dapat menghasilkan persepsiyang berbeda.
2. Persepsi Sosial
Telah dipaparkan didepan berkaitandengan persepsi objek yang dipersepsi
dapat berada diluar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat berada di dalam diri
orang yang mempersepsi. Dalam mempersepsi diri sendiri orang akan dapat melihat
bagaimana keadaan dirinya sendiri, orang akan dapat mengerti bagaimana keadaan
dirinya sendiri, orang dapat mengevaluasi tentang dirinya sendiri.
Bila objek persepsi terletak diluar orang yang mempersepsi, maka objek
persepsi dapat bermacam-macam, yaitu dapat berwujud benda-benda, situasi, dan
juga dapat berwujud manusia. Bila objek persepsi berwujud benda-benda disebut
persepsi benda (things perception) atau juga disebut non-social perception,
sedangkan bila objek persepsi berwujud manusia atau orang disebut persepsi sosial
atau social perception (Heider. 1958). Namun disamping istilah-istilah tersebut
khususnya mengenai istilah socialperception masih terdapat istilah-istlah lain yang
digunakan. Yaitu persepsi orang atau person perception (Secord dan Backman.1964),
juga istilah person cognitionI atau interpersonal perception. Yang kurangdapat
mendukung istilah social perception dalam pengertian person perception
memberikan alasan bahwa karena persepsi sosial menyangkut persepsi yang berkaitan
dengan variable-variabel social, sehingga ini memberikan pengertianyang lebih luas
dari pada pengertian personperception (Tagiure dalam lindzey dan aronsome 1975).
Dalam individu mempersepsikan benda-benda mati bila dibandingkan dengan
mempersepsikan manusia, terdapat segi-segi persamaan disamping segi-segi

12
perbedaan adanya persamaan bila dilihat bahwa manusia atau orang itu dipandang
sebagai benda fisik seperti benda-benda fisik lainnya yang terikat pada waktu dan
tempat, pada dasarnya tidak berbeda. Namun karena manusia bukan semata-mata
bukan hanya benda fisik melulu, tetapi mempunyai kemampuan-kemampuan yang
tidak dipunyai oleh benda fisik lainnya,maka hal ini akan membawa perbedaan antara
persepsi benda-benda dengan mempersepsi manusia (Morgan, dkk. 1984).
Mempersepsi seseorang, individu yangdipersepsi itu mempunyai kemampuan-
kemampuan, perasaan, harapan walaupun kadarnya berbeda seperti halnya pada
individu yang mempersepsi. Orang yang di persepsi dapat berbuat sesuatu terhadap
orang yang mempersepsi, sehinggakadang-kadang atau justru sering hasil persepsi
tidak sesuai dengan keadaans ebenarnya. Orang yang dipersepsi dapat menjadi teman,
namun sebaliknya juga dapat menjadi lawan dari individu yang yang mempersepsi.
Hal tersebut tidakakan dijumpai bila yang dipersepsi itu bukan manusia atau orang
(Tagiuri danPetrullo, 1958). Ini berarti bahwa orang yang dipersepsi dapat
memberikan pengaruh terhadap orang yang mempersepsi.
Persepsi sosial merupakan suatup roses seseorang untuk mengetahui,
mempersepsikan, dan mengevaluasi orang lainyang dipersepsi, tentang sifat-sifatnya,
kualitasnya dan keadaan yang lain yangada dalam diri orang yang dipersepsi,
sehingga terbentuk gambaran mengenai orang yang dipersepsi (Tagiuri dalam
Lindzey dan Aronson, 1975). Namun demikian seperti telah dipaparkan di depan,
karena yang dipersepsi itu manusia seperti halnya yang mempersepsi, maka objek
persepsi dapat memberikan pengaruh kepada orang yang mempersepsi. Dengan
demikian dapat dikembangkan dalam mempersepsi manusia atau orang (person)
adanya dua pihak yang masing-masing yang mempunyai kemampuan-
kemampuan,perasaan-perasaan, harapan-harapan, pengalaman-pengalaman tertentu
yang berbeda satu dengan yang lain, yang akan berpengaruh dalam orang
mempersepsi manusia atau orang tersebut.
Dari uraian tersebut di atas, adabeberapa hal yang dapat ikut berperan dan
dapat pberpengaruh dalam mempersepsi manusia, yaitu (1) keadaan stimulus, dalam
hal ini berujud manusia yang akan dipersepsi; (2) situasi atau keadaan sosial yang
melatar belakangi stimulus; dan(3) keadaan orang yang mempersepsi. Walaupun
stimulus personnya sama, tetapi kalau situasi sosial yang melatar belakangi stimulus
person berbeda, akan berbeda hasil persepsinya (Tagiuri dan petrullo, 1958).
Pikiran, perasaan, kerangka acuan,pengalaman-pengalaman, atau dengan kata
lain keadaan pribadi orang yang mempersepsi akan berpengaruh dalam seseorang

13
mempersepsi orang lain. Haltersebut disebabkan karena persepsi merupakan aktifitas
yang integrated (Moskowitz dan Orgel, 1969).Bila orang yang dipersepsi atas dasar
pengalaman merupakan seorang yang menyenangkan bagi orang yang mempersepsi,
akan lain hasil persepsinya bilaorang yang dipersepsi itu memberikan pengalaman
yang sebaliknya. Demikian puladengan aspek-aspek lain yang terdapat dalam diri
orang yang mempersepsi.
Demikian pula situasi sosial yang melatarbelakangi stimulus person juga akan
ikut berperan dalam hal mempersepsi seseorang. Bila situasi sosial yang berlatar
belakangi berbeda, hal tersebutakan membawa perbedaan hasil pertsepsi seseorang.
Orang yang bisa bersikapkeras, tetapi karena situasi sosialnya tidak memungkinkan
untuk menunjukkan kekerasannya, hal tersebut akan mempengaruhi dalam seseorang
berperan sebagai stimulus person. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi orang yang
mempersepsinya. Karena itu situasi sosial yang melatarbelakangi stimulus person
mempunyai peranyang penting dalam persepsi, khususnya persepsi sosial.

H. MACAM-MACAM PERSEPSI SOSIAL


Macam-macam persepsi sosial dimaksudkan untuk mempertajam pemahaman
tentang persepsi sosial, dengan menunjukkan pada beberapa
objek sosial khusus, seperti :
a. Persepsi orang, Persepsi kita mengenai orang-orang yang ada disekitar
kita dapat membawa pengaruh tertentu terhadap sikap dan prilaku kita
dalam berhubungan dengan mereka.
b. Persepsi emosi, yaitu untuk mengenal stimulus apa saja yang dapat
menimbulkan persepsi bahwa seseorang sedang mengalami suatu
emosi tertentu.
c. Persepsi sifat dan ciri kepribadian, persepsi untuk mengetahui
mengenai sifat atau ciri pribadi seseorang
d. Persepsi motif, yaitu untuk menjelaskan sebab-sebab atau landasan
dari prilaku tertentu pada diri seseorang , atau menerangkan apa yang
menjadi motif dari timbulnya sesuatu tingkah laku tertentu.
e. Persepsi kausalitas, ada dua kategori dalam menentukan persepsi
kausalitas, yaitu kausa disposisional bersumber pada diri prilaku yang
terlibat dalam peristiwa tersebut dan kausal situasional, yaitu

14
bersumber pada keadaan sesaat atau keadaan yang melingkupi
terjadinya peristiwa tersebut.
f. Persepsi diri, yaitu persepsi yang menunjukkan pada persepsi pribadi
seseorang mengenai ciri-ciri dan kualitas diri sendiri.

15
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Persepsi diri adalah suatu tindakan mengenali dan mengamati berbagai hal
yang meliputi sifat, motivasi, perasaan dan emosi, atau lainnya untuk memperoleh
gambaran atau informasi tentang lingkungannya. Tujuan yang lebih mendasar dari
persepsi diri adalah dalam rangka menilai diri sendiri. Terjadi pengaruh dari keadaan
fisik terhadap proses atribusi. Salah satu penyebab terjadinya keadaan seperti ini
adalah adanya pengaruh dariephinephrine, hormone perangsang. Hormone ini
mendorong seseorang ke dalam kondisi emosi yang menonjol atau ekstrim. Orang
yang mampu mempersepsikan diri dengan baik berarti mempunyai kesadaran diri
yang baik.
Persepsi seseorang terhadap orang lain sangat tergantung dengan komunikasi.
Komunikasi sering dilakukan orang untuk mempertegas kesan dan akan berpengaruh
pada hasil persepsi.
Individu berinteraksi, dari sana saling mempengaruhi dan saling member
penilaian karena adanya objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan stimulus yang
mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung
mengenai indera dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf
penerima (sensoris) tapi berfungsi sebagai reseptor. Adanya indera atau reseptor,
yaitu sebagai alat untuk menerima stimulus. Diperlukan adanya perhatian sebagai
langkah awal menuju persepsi.
Dan yang perlu dipahami lagi yaitu bahwa pesepsi itu dimiliki oleh setiap
individu, artinya setiap dari manusia memiliki cara pandang dan pemahaman yang
pasti berbeda dalam melihat suatu obyek di lingkungan kita,baik itu manusia,makhluk
hidup lain,ataupun benda mati. Jadi Persepsi merupan suatu proses kognitif yang
dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Faturochman. (2006). Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta:Penerbit Pinus


Nurdin, (2011). Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Rajawali Pers
http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi diakses pada tanggal 8 November 2014
http://chacagus.wordpress.com/persepsi- diri/ diakses pada tanggal 8 November 2014
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/07/persepsi_pengguna_thdp_layanan_gelar_buku_bacaan_sant
ai.pdf
Sarwono, Sarlito W. (2002). Psikologi Sopsial, Individu Dan Teori Teori Psikologi
Sosial. Jakarta :Balai Pustaka.Taylor

17
MAKALAH

Persepsi Diri Dan Sosial


Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :
Psikologi Sosial
Dosen :
Siti Fatimah, S. Psi., M.Pd.

Oleh :
Sugiarto : 16010019
Andri Ferdyansyah : 16010023

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI

BANDUNG

2018

Anda mungkin juga menyukai