Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL TADABBUR DAN MAJELIS TADARUS AL QUR’AN

UNTUK PESANTREN

Al Qur’an Adalah Nikmat

)4( َ‫) َعلَّ َمهُ ْالبَيَان‬3( َ‫سان‬ ِ ْ َ‫) َخلَق‬2( َ‫) َعلَّ َم ْالقُ ْرآن‬1( ُ‫الرحْ َمن‬
َ ‫اْل ْن‬ َّ

(Allah) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Quran. Dia


menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. QS Ar Rahman 1-4

Al Qur’an adalah nikmat yang paling besar bagi kita di dunia ini. Lebih besar
dari penciptaan kita. Penciptaan kita sebagai manusia adalah nikmat yang
besar. Adanya anggota tubuh kita merupakan nikmat yang luar biasa. Tetapi
nikmat Al Qur’an lebih besar. Karena tanpa Al Qur’an, kita tidak memiliki
arah hidup, yang akhirnya kita sendiri celaka di neraka.

Al Qur’an adalah wujud rahmat kasih sayang Allah yang terbesar.

As Sa’di mengatakan:

Surat yang mulia dan agung ini, diawali dengan nama Ar Rahman, yang
menunjukkan luasnya rahmat Allah dan kebaikanNya, besarnya
kemurahanNya. Kemudian menyebutkan bukti-bukti rahmatNya yang luas,
dan dampak-dampak dari rahmat yang dicurahkannya kepada hamba-
hambanya, baik berupa kenikmatan dari sisi agama dan kenikmatan dunia,
dan kenikmatan akhirat. Dan setiap setelah menyebutkan sebuah nikmat,
Allah mengingatkan jin dan manusia untuk bersyukur. Maka manakah
nikmat Allah yang engkau dustakan?

Lalu menyebutkan bahwa Allah mengajarkan Al Qur’an, yaitu mengajarkan


kepada hambaNya lafal dan makna Al Qur’an, dan memudahkannya kepada
hambaNya. Ini adalah pemberian dan kasih sayang yang paling besar dari
Allah kepada hambaNya.

1
Begitu juga datangnya seorang Rasul, yaitu Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wasallam, merupakan nikmat dari Allah. Rasul yang membacakan Al
Qur’an, mensucikan jiwa dan mengajarkan makna Al Qur’an dan hikmah. Ini
merupakan nikmat yang harus kita hargai, dan kita syukuri.

Al Qur’an membersihkan jiwa, mengobati penyakit hati, dan menjadi


petunjuk bagi orang beriman. Dengan itulah kita lebih layak bergembira.

Allah mengatakan:

ْ ‫) َُااا‬75( َ‫ُلٌ َل ُاااْ َل ٌَحْ َمااامْ ِل ْل ُمااا ْ ِِ ِسين‬ ْ ‫بااامْ ِِا‬


ُّ ‫اان ٌَ ِل َُااا ْم َل ُِّاااَِا ْْ ِل َماااا ِْااا ال‬
ِ ْ‫ْااا‬ ُ ‫َياأ َ ُّي َهاااا السَّا‬
َ ‫اااْ ََاااْْ َماااا َِْْ َُ ْم َِ ْْ ِع‬
(75) َ‫ض ِ اللَّ ِه َللِ َرحْ َمتِ ِه َْبِذَلِكَ َْ ْليَ ِْ َر ُحْا َُْ َخي ْْر ِِ َّما يَجْ َمعُْن‬ ْ َِِ‫ل‬

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan
kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, ”Dengan
karunia Allah dan rahmatnya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan. QS Yunus 57-58

As Sa’di mengatakan:

Jika sudah mendapat petunjuk, dan mendapatkan curahan rahmat yang


berasal dari petunjuk, maka orang akan mendapatkan kebahagiaan dan
kemenangan, keuntungan dan kesuksesan, kegembiraan dan kesenangan.

Maka Allah memerintahkan untuk bergembira akan hal itu.

Katakanlah dengan kemurahan Allah, yaitu Al Qur’an, yang merupakan


nikmat dan anugerah terbesar, dan kemurahan yang diberikan Allah kepada
hambaNya, dan dengan rahmatNya, yaitu Islam dan Iman, dan beribadah
kepada Allah, mencintai dan mengenalNya. Dengan itulah hendaknya
mereka bergembira, itulah yang lebih baik daripada apa yang mereka
kumpulkan, berupa perhiasan dan kenikmatan dunia.

Kenikmatan Islam dan Iman yang berkaitan dengan kebahagiaan dunia dan
akhirat, tidak bisa dibandingkan dengan dunia dan seisinya yang fana dan
segera sirna.

2
Allah memerintahkan kita untuk bergembira dengan pemerian dan
rahmatNya, karena menggembirakan hati dan membuat jiwa bersemangat,
membuat jiwa bersyukur kepada Allah. Menguatkan jiwa, dan menimbulkan
semangat untuk meraih ilmu dan iman, yang membuat jiwa ingin selalu
menambah keduanya. Ini adalah bentuk kegembiraan yang terpuji. Berbeda
dengan gembira dengan syahwat dunia dan kenikmatannya, atau bergembira
dengan kebatilan. Ini adalah tercela, seperti Allah kisahkan tentang kaum
Qarun: jangan bergembira, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang bergembira (dengan dunia). QS Al Qashash 76

Al Qur’an turun kepada manusia dan menjadi nikmat bagi manusia.


Mengubah kehidupan dunia. Nikmat Al Qur’an berlanjut sampai akhirat.
Mereka yang berpegang pada Al Qur’an akan merasakan nikmatnya sampai
akhirat.

Al Qur’an turun untuk hati

Bukan hanya menjelaskan bahwa Al Qur’an adalah nikmat Allah, Allah juga
menjelaskan bagaimana seharusnya cara kita membaca Al Qur’an. Di
antaranya adalah menerangkan bahwa Al Qur’an turun untuk hati. Ini sebuah
isyarat tegas bahwa Al Qur’an harus menyentuh hati manusia. Al Qur’an
turun untuk hati, bukan sekedar turun bagi lisan. Bukan untuk pikiran. Tapi
untuk hati.

)194( َ‫) َعلَاااَ ََ ْلبِاااكَ ِلت َ َُاااْنَ ِِااانَ ْال ُم ْسااا ِذ ٌِين‬193( ُ‫اارل ُي ْا( َ ِِاااين‬
ُّ ‫) نَااالَ َب لِااا ِه الا‬192( َ‫َلإِنَّاااهُ لَت َ ْس ِليااا ُ ٌَِْ ِ ْالعَاااالَ ِمين‬
ْ‫الشعرا‬

Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta


alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril),. ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang
memberi peringatan. As Syu’ara 192- 194.

Dalam tafsir Fathul Qadir tercantum: Hanya hati yang disebutkan di sini,
karena hati adalah indera batin yang utama.

Al Qur’an harus masuk ke dalam hati, jangan hanya di lisan. Karena inti
manusia adalah pada hati. Rasulullah sudah menjelaskan:

3
Dari Nu’man bin Basyir Radhiyallahu Anhuma: Aku mendengar Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: sesungguhnya dalam tubuh ada
segumpal darah jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, jika ia rusak maka
buruklah seluruh tubuh. Itulah hati. HR Bukhari Muslim

Mengubah manusia adalah dengan mengubah hati. Ketika bacaan Al Qur’an


hanya di mulut, dan tidak sampai ke dalam hati, maka tidak ada perubahan
bagi manusia. Dan nikmat Al Qur’an tidak bisa dirasakan dengan sempurna.
Ketika hati berubah, maka manusia akan berubah.

Hati yang sakit adalah salah satu masalah bagi manusia. Karena hati
berpengaruh pada kehidupan manusia, maka sakitnya hati membawa
pengaruh besar bagi manusia.

Sementara di bagian lain Allah menjelaskan kewajiban kita pada Al Qur’an.


Apa yang harus kita lakukan terhadap Al Qur’an. Yaitu tadabbur Al Qur’an.
Jika kita baca lagi secara mendalam, maka tadabbur ini ada kaitannya dengan
hati. Ini nampak jelas pada keterangan para ulama tentang tadabbur. Seolah
Allah ingin memberitahu kita bahwa tadabbur adalah untuk menerangi hati
dengan cahaya Al Qur’an.

Tadabbur Al Qur’an

Tadabbur adalah berpikir untuk mencari makna-makna dan tujuan ayat, juga
pelajaran yang ada di balik ayat, yang membuahkan ilmu yang bermanfaat
dan amalan yang lurus.

Tadabbur adalah menggerakkan pikiran untuk memikirkan ayat Al Qur’an


untuk bisa menggali tujuan-tujuan dan makna-makna, juga menggali
pelajaran yang ada di balik ayat itu.

Sedangkan tafsir adalah menjelaskan makna yang dimaksud oleh Allah


dalam ayat. Ilmu tafsir membahas makna ayat.

4
Perbedaan antara tadabbur dan tafsir.

Tafsir adalah menjelaskan makna ayat. Dan yang berwenang melakukan ini
adalah para ulama. Sedangkan tadabbur adalah mengambil pelajaran dari
ayat, dan ini tidak bisa lepas dari tafsir. Karena mengambil pelajaran harus
melalui makna yang benar. Makna yang benar kita dapatkan dari tafsir yang
ditulis oleh para ulama.

Sedangkan tadabbur dilakukan oleh semua orang. Bahkan orang kafir dan
munafik pun bisa bertadabbur, bisa mengambil pelajaran dari ayat. Dengan
syarat dia memahami makna ayat itu dengan benar.

Kebanyakan ayat Al Qur’an maknanya mudah dipahami oleh orang arab di


zaman turunnya Al Qur’an. Sehingga tidak sedikit orang kafir yang
memikirkan makna ayat Al Qur’an lalu mendapatkan hidayah.

ْ ‫أََْ ََل َيتََْل َُّرلنَ ْالقُ ْرآنَ َللَ ْْ َكانَ ِِ ْن ِع ْس ِْ َغي ِْر اللَّ ِه لَ َْ َمْ ُلا ِْي ِه‬
)52( ‫اختِ ََلْا َكثِيرا‬

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al


Qur'an itu bukan dari Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang
banyak di dalamnya. An Nisa 82

ٍ ُْ‫أََْ ََل يَتََْل َُّرلنَ ْالقُ ْرآنَ أ َ ْم َعلََ َُل‬


)24( ‫ْ أ َ ََِْالُ َها‬

Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al Qur'an ataukah hati mereka


telah terkunci? QS Muhammad 24

Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya:

Allah berfirman, memerintahkan hambanya untuk mentadabburi dan


memahami Al Qur’an dan melarang berpaling dari Al Qur’an. Mengapa
mereka tidak mentadabburi Al Qur’an, atau dalam hati mereka ada kunci-
kunci? Yaitu hati mereka ada kunci-kunci, tertutup rapat hingga makna-
makna ayat Al Qur’an tidak bisa masuk sedikitpun.

As Sa’di dalam tafsirnya mengatakan

Allah menurunkan Al Qur’an dengan bahasa arab agar kita memikirkan dan
memahami, dan Allah memerintahkan kita untuk mentadbburi dan
memikirkan ayat-ayatnya, menyimpulkan ilmu dari ayat-ayatnya, semua ini

5
karena mentadabburi Al Qur’an adalah kunci bagi segala kebaikan, yang
membuat kita mendapatkan ilmu dan rahasia-rahasia di dalamnya. Segala
puji dan syukur terpanjatkan kepada Allah, yang menjadikan Al Qur’an
sebagai petunjuk, kesembuhan, rahmat dan cahaya. Sebagai penerang dan
Peringatan, juga berkah. Petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang
beriman. Jika ini sudha diektahui, maka diketahui pula bahwa setiap muslim
sangat perlu untuk mengerti makna-maknanya dan mengikuti petunjuknya.
Dan sudah semestinya hamba Allah berusaha sekuat tenaga untuk
mempelajari dan memahami Al Qur’an dengan cara yang paling mudah
untuk mencapainya.

Tadabbur adalah tujuan Allah menurunkan Al Qur’an

Tujuan ini tidak tercapai pada hamba ketika tidak mentadabburi Al Qur’an.
Agar hambaNya mentadabburi ayat-ayat di dalamnya. Bukan sekedar
membaca saja. Dan isyarat dalam ayat ini adalah untuk mendapatkan berkah
dan kebaikan Al Qur’an adalah dengan tadabbur.

ِ ‫اٌكْ ِليََّْل َُّرلا آيَاِِ ِه َل ِليَتَذَ َّك َر أُللُْ ْا( َ ْلبَا‬


ْ َ َ‫ِكتَاْْ أ َ ْنلَ ْلسَاهُ إِلَيْكَ ُِب‬

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai fikiran. QS Shad 29

As Syaukani dalam Fathul Qadir mengatakan:

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah menurunkan Al Qur’an agar manusia


mau mentadabburi dan memikirkan ayat-ayatnya. Bukan sekedar untuk
dibaca saja tanpa tadabbur.

Meninggalkan Tadabbur termasuk meninggalkan Al Qur’an.

As Syinqithi dalam tafsir Adhwa’ul Bayan mengatakan:

Dan telah diketahui bahwa siapa yang tidak mentadabburi ayat-ayat Al


Qur’an, yaitu dengan membaca dan memahaminya, mengetahui maknanya
dan mengamalkannya, sesungguhnya dia termasuk berpaling dari Al Qur’an,
tidak mentadabburi Al Qur’an, maka dia berhak mendapatkan celaan seperti

6
dalam ayat ini, jika Allah memberinya kemampuan dan pemahaman untuk
bertadabbur. Rasulullah mengeluh kepada Allah tentang kaumnya yang
meninggalkan Al Qur’an. Seperti dalam firman Allah: Dan Rasul
mengatakan: Duhai Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an
sesuatu yang ditinggalkan. Dan ayat-ayat ini menunjukkan bahwa tadabbur
Al Qur’an, mempelajari dan memahaminya serta mengamalkannya adalah
wajib dilakukan oleh kaum muslmin. Dan Nabi shallallahu alaihi wasallam
telah menjelaskan bahwa orang yang sibuk melakukan hal di atas adalah
sebaik-baik manusia. Seperti sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam
hadits shahih: sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan
mengajarkannya. Allah berfirman walakin kunu rabbaniyyin…

Al Ajurri dalam kitabnya yang berjudul Akhlak Hamalat Al Qur’an,


mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita membaca Al Qur’an:

Seorang mukmin yang berakal jika membaca Al Qur’an, maka


membandingkan dirinya dengan Al Qur’an. Maka Al Qur’an menjadi seperti
cermin. Dia bisa melihat mana perbuatannya yang baik dan mana yang
buruk. Mana perbuatan yang dibenci oleh Allah maka dia jauhi. Jika Allah
menakut-nakuti akan hukumannya, maka dia takut. Ketika Allah
menyemangati untuk melakukan sebuah perbuatan, maka dia bersemangat.
Siapa yang bisa melakukan seperti ini, atau mendekati sifat di atas, maka dia
telah membaca Al Qur’an dengan benar. Dia telah menjaga Al Qur’an
dengan benar. Al Qur’an akan menjadi saksi dan pelindung, menemani dan
menjaganya.

Siapa yang bisa melakukan seperti ini, dia berbuat baik pada dirinya dan
bermanfaat bagi keluarganya. Dia akan membawa kebaikan kepada kedua
orang tuanya dan anak-anaknya di dunia dan akhirat.

Mereka yang hanya membaca Al Qur’an saja tanpa memikirkan maknanya


disebut seperti orang buta huruf. Ini tercantum dalam Al Qur’an saat
menceritakan kondisi kaum Yahudi. Dan ini juga menjadi pelajaran bagi kita
untuk tidak meniru mereka.

7
َ ‫البقرة َل ِِ ْس ُه ْم أ ُ ِِيُّْنَ ََل َي ْعلَ ُمْنَ ْال َِت‬
ُ ‫َاْ ِإ ََّل أ َ َِا ِن َّ َل ِإ ْن ُ ْم ِإ ََّل َي‬
)55( َ‫ب ُّسْن‬

Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab
(Taurat), kecuali hanya membaca belaka dan mereka hanya menduga-duga.
Al Baqarah 78

Apa yang dimaksud buta huruf di sini? As Sa’diy mengatakan:

Mereka hanya bisa membaca Al Kitab saja, tanpa memahami isinya.

Sementara Ibnu Taimiyah menjabarkan lagi dengan lebih jelas:

Allah mencela mereka yang hanya mengetahui Al Kitab sekedar angan-angan


mereka saja, salah satunya adalah mereka yang meninggalkan tadabbur Al
Qur’an, dan hanya mengetahui sekedar membacanya saja.

Dar’u Ta’arudhil Aql wan Naql, Majmu’ Fatawa, 13/305.

Ketika Meninggalkan Tadabbur, Al Qur’an Tidak akan Masuk ke


Dalam Hati dan Tidak Menghasilkan Perubahan Pada Manusia.

‫َااااب الااان ِساااعْ إن أَْاِاااا يقااارْلن القااارآن َل يجاااالك ِاااراَيهم للَااان إسا لَااا ْااا القلااا ْر ااا ْياااه نِااا‬
‫صحيح ِسلم‬

Ibnu Mas’ud mengatakan: Sesungguhnya beberapa kaum membaca Al


Qur’an tapi tidak melebihi tenggorokan mereka, tetapi jika masuk sampai ke
dalam hati, lalu merasuk ke dalamnya, maka akan bermanfaat. Shahih
Muslim.

Malik bin Dinar berkata: Apa yang sudah ditanam oleh Al Qur’an dalam hati
kalian wahai ahlul Qur’an? Sesungguhnya Al Qur’an adalah musim semi
bagi hati, sebagaimana hujan adalah musim semi bagi bumi. Fann At Tartil.
Hal 9

Musim semi terjadi setelah musim dingin, di mana tumbuh-tumbuhan mekar


kembali, karena itulah musim semi juga disebut "musim bunga".

8
Hujan turun ke bumi, tanaman tumbuh dan mekar. Ketika hati tersentuh Al
Qur’an, apa yang berubah dari hati?

Akibat Al Qur’an tidak masuk ke dalam hati, yaitu perilaku mereka tidak
berubah. Karena berubahnya perilaku adalah dampak dari berubahnya hati.
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits:

ْ ‫ااار ُْلنَ ْالقُا‬


‫ااارآنَ ََل يُ َجااااا ِل ُك‬ َ ‫اااْ ْم يُحْ ِسااااسُْنَ ا ْل ِقياااا َ َليُ ِساااايُْْنَ ْال ِِ ْعاااا َ يَ ْقا‬
ْ ‫َ َلُْ ْرََاااامْ ََا‬ ْ ‫« َ اااايَ َُْنُ ِْاااا أ ُ َِّتِاااا‬
ْ ‫اخااااتِ ََل‬
‫ِ ََراَِ َي ُه ْم‬

Akan terjadi perselisihan dan perpecahan di kalangan umatku, segolongan


orang yang pandai bicara dan buruk amalannya, mereka membaca Al Qur’an
tapi tidak melewati kerongkongan mereka. HR Ahmad

Ibnu Hajar menukil penjelasan apa yang dimaksud dengan Al Qur’an tidak
melewati tenggorokan mereka: Nawawi mengatakan: Maksudnya bahwa Al
Qur’an hanya lewat di lisan mereka dan tidak mencapai tenggorokan mereka,
apalagi sampai ke hati. Karena yang diperintahkan adalah memahami
maknanya dan mentadabburinya hingga masuk ke dalam hati. Ini mirip
dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang mereka: iman mereka
hanya mencapai tenggorokan, yaitu mereka mengucapkan dua kalimat
syahadat di mulut mereka tetapi hati mereka tidak tahu maknanya. Fathul
Bari jilid 12 hal 293

9
Manfaat Tadabbur Al Qur’an

1. Tadabbur adalah pelaksanaan dari perintah Allah. Melakukan tadabbur


Al Qur’an berarti melaksanakan perintah Allah. Melakukan
kewajiban.

2. Membuat hati mencapai tingkatan yakin.

3. Bertambah iman.

4. Membuat orang mengenal hakekat dunia yang fana, dan membuat


orang berpaling dari dunia, dan mengejar akhirat.

5. Terciptanya persatuan. Karena tadabbur adalah bentuk dari berpegang


pada tali Allah. Dan persatuan akan terjadi ketika orang berpegang
erat pada tali Allah. Dan tali Allah adalah Al Qur’an.

6. Menghilangkan penyakit hati, dan hati terhindar dari penyakit syubhat


dan syahwat.

7. Tadabbur Al Qur’an menimbulkan rasa cinta dan rindu kepada Allah.


Memunculkan rasa takut dan berharap kepada Allah, tunduk dan
tawakal, ridha dan pasrah, syukur dan sabar, dan seluruh faktor yang
membuat hati menjadi hidup dan sempurna. Tadabbur mencegah sifat-
sifat tercela yang merusak dan membinasakan hati.

8. Mendorong Amalan Shaleh.

Sesungguhnya amalan fisik adalah mengikuti hati. Jika hati sudah


tunduk kepada kebenaran karena efek tadabbur Al Qur’an, maka fisik
akan tunduk kepada hati. Ini akan nampak pada amal yang shaleh.

9. Mengenal Allah

Salah satu buah tadabbur yang paling agung, adalah membuat hamba
mengenal Allah, dan mengenal kekuasaanNya, juga mengenal nikmat
Allah yagn begitu besar. Menunjukkan jalan menuju Allah,

10
10. Merealisasikan ibadah dan ketundukan kepada Allah.

Tadabbur Al Qur’an adalh sarana untuk mengetahui apa yang


diinginkan Allah dari kita. Sarana untuk mengetahui apa yang
diturunkan pada kita, yaitu Al Qur’an, yagn menjadi dasar dari seluruh
syareat, yang harus diamalkan perintahnya dan dijauhi larangannya.
Tadabbur Al Qur’an membuat jiwa terdorong untuk menuju Allah.

11. Tadabbur adalah gizi, senjata dan kesembuhan.

Al Qur’an adalah gizi bagi hati, menyembuhkan penyakit hati, dan


membuat hati menjadi kuat dan tidak mudah terserang penyakit hati.
Tadabbur membuat hiwa menjadi tenang dan stabil, dan
mendatangkan kebahagiaan yang dirasakan oleh hati. Kebahagiaan ini
harganya sungguh amat mahal.

12. Tadabbur adalah senjata untuk menghadapi musuh dari luar dan
dalam. Musuh dari dalam, yaitu hawa nafsu dan setan, dan musuh dari
luar, yaitu orang-orang kafir. Seperti kita tahu, salah satu medan
perang terbesar saat ini adalah ghazwul fikri. Tadabbur Al Qur’an
membuath ati kuat dan tidak mudah terserang pemikiran-pemikiran
sesat.

13. Tadabbur Al Qur’an akan mengembangkan akal. Akal akan


memahami hal-hal yang bermanfaat lalu mengikutinya, dan
mengetahui hal-hal yang berbahaya lalu menghindarinya. Dan tidak
mudah mengikuti hawa nafsu dan khurafat yang merusak pikiran.

14. Dengan mentadabburi Al Qur’an, maka kemampuan berpikir dan


menganalisa akan berkembang. Dan ini membuat orang jadi semakin
bijaksana dalam menghadapi kehidupannya.

15. Salah satu buah tadabbur, yaitu ketenangan jiwa, di tengah hiruk
pikuknya dunia hari ini. Dzikir yang paling utama adalah Al Qur’an.
Dan orang beriman hatinya akan tenang ketika berdzikir. Ar Ra’d
alladzina amanu wa tathma’innu qulubuhum. Hati yang memahami
makna dan maksud ayat Allah akan berjalan menuju Allah dengan

11
tenang, kuata, dan tidak goncang oleh fitnah dan bid’ah, tidak mudah
condong pada kesesatan.

16. Inilah kondisi ideal seorang muslim, yang bisa dicapai dengan
tadabbur Al Qur’an. Dan inilah tugas para da’I untuk membina
masyarakat agar bisa mencapai tingkatan muslim yang ideal, seperti
yang dikehendaki oleh Allah. Sedangkan pesantren adalah tempat
persiapan para da’i. Maka pengajaran tadabbur pada pesantren adalah
sangat diperlukan.

12
Majelis Tadarus Al Qur’an

Definisi Majelis Tadarus Al Qur’an

Majelis tadarus Al Qur’an adalah majelis yang dilakukan di rumah Allah


atau selainnya yang dihadiri oleh dua orang atau lebih; dengan tujuan adanya
tadarus itu dalam rangka tilawah, memahami dan mentadaburi untuk
melaksanakan sikap mengikuti petunjuk dan mensucikan jiwa dengan Al
Qur’an.

Ia adalah majelis yang merealisasikan adanya ikatan dengan kitabullah


dan menghidupkan jiwa dengan ayat-ayat-Nya, dan mensucikannya dengan
petunjuk-petunjuk-Nya.

“Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani,


karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya.” (QS. Ali Imron: 79)

Dalam tafsir Thabari disebutkan: Kata (tu’allimuuna) dibaca dengan


(tudarrisuuna) dengan ringan (tanpa tasydid) dan juga dengan tasydid.

Ayat ini menunjukkan atas disyareatkannya tadarus Al Qur’an dan


mengadakan majelis tadarus dari beberapa sisi:

Ayat ini secara jelas menunjukkan adanya tadarus Al Qur’an dari firman
Allah (wa bimaa kuntum tadrusuun), karena maksud ayat sebagaimana di
atas adalah memahami maknanya setelah mempelajari lafadznya.

Dan dikuatkan oleh hadits yang disebutkan dari Nabi shallallahu alaihi
wasallam bahwa beliau bersabda: “Tidaklah seorang mukmin baik laki-laki
maupun perempuan, orang merdeka maupun budak melainkan ia
berkewajiban atas Allah untuk belajar dari Al Qur’an dan mendalami
agamanya – kemudian beliau membaca ayat tersebut: {Akan tetapi
Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani}. Tafsir Al Qurthubi.

Berikutnya adalah firman Allah:

“Yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa)


mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah.” (QS. Al
Jumu’ah: 2).

13
Ayat ini membahas tentang majelis ta’lim, berikut metode dan ketentuan-
ketentuannya.

Empat ayat ini menunjukkan makna majelis dari beberapa sisi:

Ayat itu menunjukkan tugas Nabi shallallahu alaihi wasallam yang paling
pokok kepada umat, yaitu tidak akan terjadi kecuali dengan melakukan
majelis bersama para sahabatnya, dan cukuplah ayat-ayat ini menjadi dalil
atas besarnya tugas ini, dan bahwa ia adalah metode robbani (yang
terbimbing dari Allah) dan nabawi (yang dilakukan oleh para nabi).

Ayat-ayat ini mengandung tingkatan-tingkatan pengajaran Al Qur’an yang


mendasar yaitu: membaca, taklim atau pengajaran dan tazkiyah atau
pensucian.

Ayat-ayat ini menyinggung tentang ketentuan majelis. Yaitu adanya orang


yang memiliki kemampuan ilmu dan tarbiyah (pengasuhan) yang mengampu
tugas taklim dan tazkiyah dengan tadarus.

Majelis Tadarus inilah yang dimaksud dalam hadits:

Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan yang lainnya dari Abu Hurairah
ra berkata: Rasulullah saw bersabda: ”Tidaklah suatu kaum berkumpul di
salah satu dari rumah-rumah Allah ta’ala (masjid); mereka membaca
kitabullah dan mentadarusinya diantara mereka, melainkan ketenangan akan
turun kepada mereka, dan rahmat akan menyelimuti mereka, dan malaikat
akan menaungi mereka serta Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada
orang-orang yang ada di sisi-Nya.”

Hadits ini adalah dalil yang paling jelas dan paling terang atas bermajelis
untuk tadarus Al Qur’an, oleh karena itu ia menjadi dalil pokok dalam
bermajelis.

Ada beberapa pelajaran dari hadits ini:

14
Hadits di atas menunjukkan perintah mengadakan majelis tadarus, berikut
menjelaskan keutamaannya.

Hadits ini mengandung empat buah amalan dan berdampak pada empat
pahala juga. Amal-amalan itu adalah: Berkumpul, berada di salah satu rumah
Allah, tilawah Al Qur’an dan mempelajari ayat. Sedangkan pahala-
pahalanya: Turunnya ketenangan, diliputi rahmat, hadirnya para malaikat dan
mereka yang hadir di majelis itu disebut-sebut namanya di mala-ul a’la. Ini
menunjukkan bahwa balasan itu tergantung jenis amal.

Bahwa empat amalan yang mendapatkan pahala itu dalam bentuk tingkatan
kesempurnaan dan keutamaan, sehingga berkumpul itu adalah sebuah
keutamaan dan lebih utama lagi jika berkumpul di salah satu rumah Allah
(masjid), dan semakin bertambah utama lagi karena di dalamnya ada
membaca Al Qur’an dan disempurnakan keutamaannya dengan adanya
tadarus Al Qur’an di dalamnya, untuk mengambil petunjuk-petunjuk dan
untuk beramal. Ini menunjukkan bahwa majelis yang paling tinggi adalah
majelis tadarus Al Qur’an. Sehingga diberikan balasan mereka sesuai
tingkatannya.

Dimulai dengan adanya ketenangan dan berakhir dengan disebut-sebut oleh


Allah di tengah penghuni langit yang tinggi. Ini menunjukkan adanya
tingkatan kesempurnaan di sisi Allah, dan bahwa bermajelis adalah metode
dan cara yang paling besar untuk mewujudkan kesempurnaan dan tingginya
balasan.

Majelis Tadarus Al Qur’an ini adalah salah satu sunnah yang hari ini jarang
dilakukan orang. Menghidupkan Majelis Tadarus adalah salah satu upaya
menghidupkan sunnah. Menghidupkan sunnah artinya mematikan bid’ah.

Kisah Sahabat Tentang Majelis Tadarus

Muslim meriwayatkan dari Anas ra ia berkata: “Datang sekelompok orang


kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam dan mereka berkata: “Utuslah
beberapa orang bersama kami agar mereka dapat mengajarkan Al Qur’an dan
sunnah kepad kami.” Maka Nabi pun mengutus beberapa orang dari kaum

15
anshar kepada mereka yang disebut dengan Al Qurra’, yang membacakan Al
Qur’an dan mentadarusinya di malam hari dan mempelajarinya.”1

Tujuan Penerapan Majelis Tadarus Al Qur’an di Majelis Taklim.

Menyelenggarakan majelis tadarus Al Qur’an bagi di pesantren, dan dengan


itu peserta taklim akan tersentuh jiwanya oleh Al Qur’an, mendapatkan kasih
sayang Allah, sakinah dan berkah dari Al Qur’an.

Manfaat Majelis Tadarus Al Qur’an di Majelis Taklim .

Majelis tadarus Al Qur’an di pesantren akan membawa banyak dampak


positif, antara lain:

1. Pesantren akan mendapatkan curahan sakinah dan ketenangan dari


Allah. Santri akan makin tenang di pesantren. Akan lebih kerasan dan
stabil jiwanya. Proses pendidikan menjadi semakin mudah. Dan ini
akan meliputi seluruh santri. Diharapkan juga ada majelis tadarus
khusus para ustadz. Ketika jiwa santri tenang, maka diharapkan
konflik pun bisa tercegah.

2. Pesantren makin mendapatkan curahan rahmat dari Allah. Berikut para


santri dan ustadz yang ada. Allah makin sayang pada pesantren, dan
bisa jadi dampaknya adalah urusan pesantren dipermudah.

3. Mensucikan jiwa para santri dan para ustadz, hingga jiwa mereka
bersih, hati mereka jauh dari kotoran dan penyakit hati. Akibatnya,
mereka terdorong untuk beramal shaleh.

4. Ketika sakinah turun pada penghuni pesantren, baik santri maupun


ustadz, maka akan tercipta hubungan yang harmonis antara santri dan
pengasuh. Hingga bersama-sama mewujudkan cita-cita pesantren.

5. Majelis Al Qur’an adalah (terminal pertama) – sebagaimana pada


masa lampau – dalam memperbaharui untuk berhubungan dengan
wahyu, dan talaqqi (menerima) petunjuk rabbani.

1
Riwayat Muslim (3/1511), no hadits. (677).

16
6. Majelis Al Qur’an adalah tempat penempaan untuk membangun nilai-
nilai dan hakekat keimanan dalam lubuk sanubari, persis seperti
tumbuhnya tanaman di kebun. Dan tidak ada yang lebih mampu dari
kitabullah dalam membangun jiwa dan masyarakat di atas fitrah dan
mengembalikan bangunan di atas timbangannya.

7. Majelis Al Qur’an adalah hidangan bersifat rabbani (bersumber dari


Allah), gizinya adalah kalamullah dan tamunya adalah keluarga Allah
dan orang-orang khusus-Nya.

8. Majelis Al Qur’an adalah manhaj atau metode rabbani yang sudah


teruji dan tidak pernah menjadi kuno dengan berjalannya waktu.

9. Majelis Al Qur’an adalah asupan yang menjadi gizi jiwa saling


bersikap lembut dan kasih sayang diantara kaum muslimin, saling
mencintai diantara mereka dalam bentuk yang unik dan
mengagumkan.

10. Majelis Al Qur’an adalah penerapan keterikatan antara individu yang


paling kuat, agar mereka saling berpegangan dengan tali Allah ta’ala.

11. Majelis Al Qur’an adalah jalan untuk meninggikan derajat manusia


dan menjernihkan hati dengan Al Qur’an. Mengalir sumber-sumber
kebaikan dan kedermawanan dengan berkah Al Qur’an.

12. Majelis Al Qur’an adalah sarana terbesar untuk menghasilkan generasi


rabbani.

13. Majelis Al Qur’an adalah sekolah Al Qur’an yang manusia terdidik


dengan pendidikan terbaik, hingga akhlaknya menjadi seperti Al
Qur’an dan kehidupannya adalah Al Qur’an.2

14. Manfaat majelis tadarus: diharapkan santri terbentuk ruh amal jama’I,
karena sudah terbiasa tadarus Al Qur’an dengan teman-temannya.

2
Majalisul Qur’an, Farid Al Anshari, hal 65-67.

17
15. Diharapkan santri lebih meningkat iman dan takwanya, karena majelis
tadarus Al Qur’an menanamkan keimanan dan ketakwaan dengan Al
Qur’an.

16. Diharapkan masalah-masalah yang ada di para santri akan berkurang


dan kemudian hilang, baik masalah pada individu santri, atau masalah
yang terjadi antar santri. Juga masalah santri dengan pengasuh.

18
Langkah Teknis Pengajaran Majelis Al Qur’an dan Tadabbur Al
Qur’an di Pesantren.

Membangkitkan Keyakinan dan Semangat Pada Al Qur’an.

Langkah pertama untuk kembali kepada Al Qur’an, yaitu menambah


keyakinan dan kepercayaan pada Al Qur’an. Mengenal betapa Al Qur’an
adalah berharga dan mampu menghidupkan hati dan mengubah diri kita.
Mengenal penghalang dari kembali pada Al Qur’an, dan bagaimana
mengatasinya. Mengoreksi pemahaman keliru yang sudah lama tentang Al
Qur’an, dan cara membaca Al Qur’an. Semakin tinggi keyakinan kita pada
Al Qur’an, maka semakin kuat semangat untuk berinteraksi dengan Al
Qur’an dengan cara yang benar. Semakin merasa perlu dan semakin ingin.

Banyak orang yang tahu kebenaran, tapi kurang minat dan semangat untuk
berlari menuju kebenaran.

Syarat utama untuk mengambil manfaat dari Al Qur’an adalah adanya


semangat dan keinginan untuk mengambil manfaat.

Salah satu sunnatullah di alam ini bahwa Allah tidak memberi kecuali dengan
keinginan dan permohonan. Bagi Allah, keinginan dan permohonan memiliki
nilai yang besar. Kekhawatiran akan kondisi sekarang, dan ketidakpuasan,
serta pencarian jalan keluar, adalah langkah pertama menuju bahagia.

Diawali dengan Fadhail Qur’an, karena fadhail Qur’an adalah menciptakan


rasa butuh pada Al Qur’an, agar santri merasa perlu Al Qur’an, dan ini akan
memunculkan semangat untuk majelis tadarus dan tadabbur.

Penyampaian Fadhail Al Qur’an ini tidak hanya sebagai pengantar untuk


program tadabbur, tetapi menjadi sebuah materi wajib bagi santri, karena
kebutuhan santri terhadap Al Qur’an adalah seumur hidup. Supaya santri
tetap ingat dan sadar akan kebutuhannya pada Al Qur’an. Dan bagi seorang
muslim, materi motivasi Al Qur’an adalah materi seumur hidup, agar seorang
muslim tidak terlalaikan oleh hiruk pikuk dunia akan Al Qur’an.

Pembahasan tentang keutamaan Al Qur’an adalah bertujuan sebagai berikut:

19
Agar santri merasa bangga dengan Al Qur’an.

Agar santri merasa beruntung dengan Al Qur’an.

Agar santri merasa bahwa dirinya sedang mempelajari Al Qur’an yang


berharga.

Akhirnya santri tidak minder dengan Al Qur’an.

Kemudian muncul semangat kesadaran santri untuk belajar.

Agar santri merasa perlu Al Qur’an.

Santri mengenal pentingnya Al Qur’an bagi dirinya.

Materi motivasi Al Qur’an harus tetap dibahas selama pendidikan santri di


pesantren.

Dengan ceramah-ceramah motivasi Al Qur’an. Dengan ustadz-ustadz yang


selalu mengingatkan dan menyemangati santri tentang Al Qur’an, baik saat
materi di dalam kelas, yaitu dengan mengaitkan materi pembahasan dengan
Al Qur’an, jika ada kaitannya dengan materi. Atau dengan pengajian di luar
kelas.

Doa

Keberhasilan Tadabbur untuk mengubah hati manusia, dan membuat manusia


menjadi lebih baik, adalah karena bantuan dan kehendak Allah semata.
Tanpa bantuan Allah maka kita tidak akan mampu mengaitkan hati dengan
Al Qur’an, dan berikutnya bisa menghasilkan perubahan dari Al Qur’an.

Kita memohon pertolongan kepada Allah agar kita mampu melakukan


ibadah. Kita tidak bisa melakukan ibadah sendirian.

Tanpa kehendak dan izin Allah, semua usaha kita akan gagal. Maka
mengawali usaha adalah dengan doa.

Tetapi bukan berarti menunggu hidayah dan pertolongan datang, namun


harus bergerak untuk menggapai pertolongan Allah.

20
Allah mengaitkan pertolongan dan pemberiannYa, dengan semangat hamba
dan kesiapannya untuk menerima pemberian ini.

Dalam hadits Qudsi disebutkan:

Wahai hambaku, kalian semuanya sesat kecuali yang Aku berikan hidayah
pada mereka. Maka mohonlah hidayah kepadaKu, Aku akan berikan. HR
Muslim

Kalimat pertama menjelaskan batasan hidayah hanya menjadi milik Allah


semata. Kalimat kedua menjelaskan peranan hamba untuk mencari hidayah.
Walaupun hidayah adalah dari Allah, tetapi hamba tetap harus mengawali
dengan meminta, baik dengan lisan hal maupun lisan maqal.

Ibnu Rajab: pertolongan Allah turun sesuai kekuatan tekadnya. Ketika seseorang bertekad
untuk kebaikan, maka Allah akan menolong dan meneguhkannya.

Maka Allah menyebut para Rasul yang utama sebagai Ulul Azmi: memiliki
tekad yang kuat.

Tekad yang kuat untuk kebaikan adalah sumber kebaikan, karena orang bisa
mengetahui kebaikan tetapi tidak memilki tekad untuk melakukannya.

Seluruh kebaikan sumbernya adalah tekad yang kuat utnuk kebaikan, ini
adalah pasukan utama yang mengalahkan kebatilan, yang menjamin
kemenangan kebenaran.

Abu Hazim mengatakan: jika seseorang bertekad untuk menjauhi dosa-dosa,


maka pintu-pintu akan terbuka,.

Langkah pertama untuk mendulang manfaat Al Qur’an adalah dengan tekad


yang kuat, dan ini diwujudkan dengan doa agar Allah memudahkan kita
mencapai tujuan.

Wujud semangat

Kemudian semangat ini harus terwujud, yaitu dengan terus menerus berdoa
agar Allah membuka hati kita untuk cahaya Al Qur’an, dan memudahkan hati
ini untuk mendapat pengaruh Al Qur’an.

21
Kita berdoa seperti orang yang sedang dalam kondisi kepepet, doa yang
muncul dari lubuk hati yang paling dalam. Seperti orang yang dikepung
gelombang lautan dan terancam tenggelam. Tidak ada harapan lain kecuali
kepada Allah, agar menjawab doanya, dan menyelamatkannya dari kematian.

Kunci bagi terkabulknya doa adalah berdoa dengan sungguh-sungguh dan


merasa faqir dan amat memerlukan pertolongan Allah.

Sesuai dengan kadar kepedihan dan kemiskinan, maka sesuai itulah doa
terkabul. Ad Dzull wal Inkisar, Ibnu Rajab.

Kita harus ingat juga bahwa: Allah tidak mengabulkan doa yang dipanjatkan
dengan kondisi hati yang lalai. HR Tirmidzi

Jangan hanya berdoa sekali dua kali, tetapi harus terus berulang doa kita
kepada Allah, yang kita panjatkan dengan merasa kepepet akan
pertolonganNya. Kita berdoa terus menerus sampai kemudian pintu terbuka.

Allah mendengar semua doa kita, dan mampu mengabulkan doa kita saat kita berdoa
pertama kali. Tetapi Allah ingin melihat kesungguhan kita dalam meminta. Allah ingin
melihat bahwa kita benar-benar serius dalam keinginan kita. Allah menunda terkabulnya
doa sebagai ujian bagi kita. Jika kita berhenti mengetuk pintu, lalu kita berhenti berdoa, ini
adalah pertanda bahwa kita tidak benar-benar menginginkan apa yang kita inginkan.
Merupakan tanda bahwa keinginan ini hanyalah reaksi sejenak dari kita, yang memberi
pengaruh sejenak pada kita. Bukan karena benar-benar menginginkan. Maka Nabi
bersabda:

.» ‫ عْت ْلم يُستج ل‬:‫يقْب‬ ‫«يُستجاْ (حْكم ِا لم يعج‬

Doa dari seorang muslim akan dikabulkan Allah, selama tidak tergesa-gesa,
dia mengatakan: aku sudah berdoa tetapi belum terkabul. HR Bukhari
Muslim

Salah satu waktu untuk berdoa adalah ketika sebelum membaca Al Qur’an.
Berdoa dengan penuh pengharapan, penuh rasa miskin dan penuh rasa takut
jika doa tidak terkabul. Berdoa sebelum membaca Al Qur’an adalah
menyiapkan hati untuk menerima Al Qur’an dengan benar.

22
Harus benar-benar jujur kepada Allah, bahwa kita benar-benar ingin
mengambil manfaat dari Al Qur’an.

Kita harus seperti anak kecil yang minta sesuatu pada orang tuanya, tidak
berhenti meminta dan merengek sebelum orang tua memberikan
permintaannya. Kita terus berdoa, jika pertolongan terlambat turun, jangan
kita berputus asa.

Maka santri harus dikenalkan dengan pentingnya doa, bahwa doa adalah
sarana untuk memohon pertolongan Allah. Sarana untuk menggapai
pertolongan, dan mencapai tujuan dan keinginan. Doa harus diawali dengan
tekad yang kuat untuk mengambil manfaat dari Al Qur’an. Sedangkan tekad
yang kuat muncul dari rasa perlu terhadap Al Qur’an, yang muncul dari
mengenal keutamaan dan kemuliaan Al Qur’an.

Praktek Motivasi Doa

Santri terus menerus dimotivasi untuk berdoa, terus menerus diingatkan


pentingnya berdoa. Ini terkait dengan materi motivasi Al Qur’an, yang
membuat santri merasa perlu akan cahaya Al Qur’an. Merasa perlu akan
hidayah Al Qur’an. Semakin besar rasa perlu, maka tekad akan semakin
besar. Semakin besar tekad, maka pertolongan dan bantuan Allah akan
semakin besar pula.

Proses Majelis Al Qur’an

Bisa disederhanakan definisi majelis tadarus Al Qur’an sebagai berikut:


sekelompok orang, minimal 2 orang, sama-sama membaca ayat Al Qur’an,
dan menggali pelajaran dari ayat itu, setelah mengetahui maknanya yang
shahih.

Dari definisi di atas bisa unsur-unsur penting dalam majelis;

Adanya dua orang atau lebih peserta. Karena kita baca dalam hadits ada kata
tadarus, yang menunjukkan adanya makna saling. Makna saling itu
menunjukkan harus ada dua orang atau lebih.

Mengawali dengan membaca ayat.

Adanya bahasan makna dari ayat itu. Cukup dengan makna global dari ayat.

23
Kemudian masing-masing menggali pelajaran apa yang bisa diambil dari
ayat, berdasarkan makna ayat yang shahih dari tafsir yang valid.

Ada seorang pembimbing

Pengantar

Dengan membaca ayat. Dengan sabab nuzul. Keutamaan surat. Ada kisah
terkait dengan surat itu.

Nama surat. Makkiyyah Madaniyah. Maqashid surat dan topik umum.


Maudhu’at adalah isi bahasan surat. Maqashid adalah maudhu’at disatukan
lalu disimpulkan tujuan. Makna surat secara global.

Perbandingan dengan surat yang sejenis.

Informasi dasar tentang surat.

Pertanyaan

Peserta bertanya kepada fasilitator tentang surat. Apa yang harus ditanyakan.
Contohnya mengapa didahulukan ini sebelum ini. Contohnya: kuntum khaira
ummatin ukhrijat lin nasi ta’muruna bil ma’rufi wa tanhanua anil munkari

Pertanyaan yang menambah iman, memperbaiki perilaku,

Pelajaran dari surat

Surat ini menunjukkan ini, ini dan itu. Fikih, akidah, akhlak pada sesama,
perbaikan diri, hubungan dengan orang tua dan istri.

Menggali pengamalan surat ini

Diambil dari pelajaran yang diambil sebelumnya.

Tidak harus banyak amalan, tetapi peserta mengingatkan diri mereka atas
amalan itu dan mengamalkannya. Juga mengingatkan yang lain.

Ada kitab panduan untuk majelis Al Qur’an, kitab yang sudah didesain
hingga penyelenggara majelis hanya tinggal mempelajari kitab ini
sebelumnya lalu mengadakan majelis. Yang ada adalah surat-surat pilihan juz
Amma. Diharapkan ada pihak yang membuat lagi untuk seluruh juz Amma
dan juz 29. Ini cukup dijadikan panduan untuk pembinaan pribadi muslim.

24
Ketika sudah akrab dengan majelis tadarus, maka diharapkan santri sudah
mulai terbiasa mengambil pelajaran dari Al Qur’an, maka ini menjadi bekal
untuk tadabbur pribadi. Majelis tadarus adalah salah satu bentuk tadabbur
jama’I, sedangkan tadabbur adalah amalan pribadi. Keduanya tidak bisa
dipisahkan.

Baru kemudian santri diajarkan tadabbur secara pribadi.

Proses Teknis

Majelis Tadarus bisa dilakukan di dalam kelas, ada pelajaran khusus tadarus.
Tetapi akan lebih efektif ketika dalam sistem halaqah, dengan jumlah santri
yang lebih sedikit, ini mendorong santri untuk berpartisipasi, dibandingkan
ketika jumlah santri besar seperti ketika dalam kelas. Majelis Tadarus
minimal diadakan seminggu sekali, diwajibkan santri untuk ikut. Begitu juga
para ustadz

Proses Pengenalan ke Santri

Diawali dengan pengenalan terhadap para ustadz. Yang pertama adalah


pengenalan majelis tadarus, karena yang akan dijalankan pertama kali ke
santri adalah tadarus. Ustadz mempelajari majelis tadarus sekaligus praktek.
Kemudian pengenalan tadabbur kepada para ustadz, dan diikuti dengan
praktek.

Kemudian ustadz mempraktekkan ke sekelompok santri dalam rangka


berlatih mengampu majelis tadarus, dan untuk mengevaluasi, kemudian baru
nanti diterapkan kepada para santri.

Jika Sudah Sering, Maka Bisa Dilanjutkan ke Tadabbur

Sudah memiliki kemampuan untuk mengambil pelajaran dari Al Qur’an. Dan


kemampuan ini diajarkan dengan praktek, bukan dengan teori. Praktek ini
adalah pada majelis Al Qur’an. Di saat yang sama, majelis Al Qur’an
mengubah hati mereka, dan mereka merasakan nikmatnya berinteraksi
dengan Al Qur’an.

Bersamaan dengan itu santri mulai dimotivasi untuk tadabbur Al Qur’an.

25
Apa beda tadabbur dengan majalis Al Qur’an? Tadabbur adalah kegiatan
pribadi, sedangkan majelis Al Qur’an adalah majelis bersama-sama. Dan
majelis Al Qur’an ini tidak bisa mewakilkan tadabbur pribadi. Dan kedua-
duanya adalah sarana tarbiyah yang tidak bisa dipisahkan.

Program tadabbur ini lebih baik diwajibkan dan dijadikan program harian,
paling tidak satu ayat per hari. Pelaksanaannya bisa oleh ustadz di kelas, ada
waktu 10 menit untuk tadabbur satu ayat. Atau bisa ketika tasmi’ hafalan.
Mengapa harus jadi program wajib? Karena santri dikhawatirkan untuk
ketinggalan karena tidak ada perintah.

Juga untuk menjalin pembiasaan, dan membentuk kebiasaan tadabbur Al


Qur’an. Dan tidak semua santri level ketahanannya terhadap godaan setan itu
sama. Ada yang tahan dan kuat, dan ada yang tidak tahan. Yang tidak tahan
ini nanti dari hari ke hari akan meninggalkan tadabbur Al Qur’an, meski dia
sedang berada di pesantren.

Nah juga kita ingin memanfaatkan pesantren sebagai sarana pembangun jiwa
bagi santri. Dan sarana pembangun jiwa terbaik adalah dengan Al Qur’an.

Bisa jadi ada pertanyaan: apakah tadabbur Al Qur’an akan berhasil jika
dilakukan dengan terpaksa, alias diprogram dari pesantren? Pengalaman yang
ada membuktikan bisa. Ada pengaruhnya bagi santri meski itu jadi program
“terpaksa” alias diprogram pesantren.

Ini bisa dijelaskan bahwa tadabbur Al Qur’an adalah proses yang sudah
menjadi hukum sebab akibat. Siapa yang tadabbur akan mendapatkan
hidayah. Meskipun dia orang kafir dan munafik. Seperti dalam ayat tadabbur
Al Qur’an surat an Nisa, maka ayat itu berisi khitab kepada orang munafik.
Orang munafik yang tidak memiliki iman pun bisa tadabbur, dan
mendapatkan hidayah. Begitu juga orang-orang kafir yang menjadi khitab
ayat tadabbur pada surat Muhammad.

Hati akan terbuka ketika mereka tadabbur. Asal mereka melakukan langkah-
langkah yang benar, maka hati mereka akan terbuka, dan mereka akan
mendapatkan cahaya Al Qur’an.

26
Tujuan Pengajaran Tadabbur Al Qur’an di Pesantren.

Agar santri memiliki kemampuan tadabbur Al Qur’an untuk dirinya, dan


memiliki kemampuan untuk mengajarkan dan membimbing orang
mentadabburi Al Qur’an.

Manfaat Pengajaran Tadabbur Al Qur’an di Pesantren

1. Agar Al Qur’an masuk ke dalam hati santri. Bukan Cuma sekedar di


mulut saja.

2. Agar bisa menghasilkan perubahan dalam hidup santri.

3. Santri menerapkan manhaj salafus shaleh dalam berinteraksi dengan


Al Qur’an.

4. Santri melaksanakan kewajibannya pada Al Qur’an.

5. Santri menjiwai Al Qur’an.

6. Santri bisa mengamalkan Al Qur’an

7. Sebagai bekal hidup santri di masa depan, di mana dia akan


mengarungi kehidupan di luar, dan peran apa pun yang akan diambil,
maka Al Qur’an menjadi petunjuk.

8. Realisasi Al Qur’an sebagai petunjuk dan bekal hidup. Ketika santri


sudah terbentuk jiwanya oleh Al Qur’an di dalam pesantren, maka
waktu sekian lama di pesantren akan menjadi pembentuk jiwa ketika
dibiasakan untuk tadabur, dan melakoni majelis Al Qur’an selama di
pesantren.

9. Sebagai bekal nanti selepas dari pesantren sebagai da’I yang


menyebarkan cahaya Al Qur’an. Ketika pengabdian di pesantren lain,
ketika melanjutkan kuliah ke tempat lain, atau ketika sudah terjun ke
masyarakat dalam berbagai posisinya.

10. Santri mendapat pengalaman majelis Al Qur’an dan tadabbur, jadi bisa
menggerakkan majelis Al Qur’an, baik di keluarganya, di

27
lingkungannya, di tempatnya mengabdi, atau di kampus tempat dia
belajar,

11. Begitu juga ketika nanti sudah berumah tangga, santri putra akan
membimbing keluarganya untuk berinteraksi dengan Al Qur’an
dengan cara yang benar. Sementara santri putri akan mendidik
keluarganya dengan Al Qur’an. Mengajarkan tadabbur Al Qur’an pada
keluarganya.

Proses Teknis Pengajaran Tadabbur

Diawali dari majelis tadarus, dengan majelis tadarus, diharapkan para ustadz
sudah terbiasa menggali pelajaran dari Al Qur’an. Ini menjadi modal besar
bagi tadabbur. Maka para ustadz mempraktekkan tadabbur dengan langkah-
langkah yang sudah dijelaskan. Kemudian sebaiknya para ustadz
mempraktekkan tadabbur masing-masing selama beberapa waktu, karena
tadabbur adalah ilmu yang harus dipraktekkan untuk benar-benar
memahaminya. Ketika sudah praktek beberapa waktu maka diharapkan para
asatidz sudah bisa memahami dan bisa mengajarkan kepada santri.

Kita ingat kembali proses inti tadabbur, yaitu mendapatkan makna global
sebuah ayat dari buku tafsir, lalu bertanya tentang diri masing-masing.
Bertanya tentang bagaimana sikap diri terhadap ayat?

Jika ayat berupa perintah, Apakah sudah melaksanakan perintahnya?

Jika ayat berupa larangan, Apakah sudah menghindari larangannya?

Jika ayat berupa ajakan berpikir, apakah sudah memikirkan?

Jika ayat berupa penjelasan keagungan Allah, apakah sudah memikirkan dan
mengimani?

Jika ayat berupa penjelasan nama-nama dan sifat Allah, apakah sudah
mengimani, merenungi, dan melakukan ibadah sesuai dengan nama atau sifat
yang disebut dalam ayat?

28
Pertama-tama ustadz memberikan contoh tentang makna global ayat, dan
pertanyaan-pertanyaannya. Ketika santri sudah tersentuh jiwanya oleh Al
Qur’an karena sering ikut majelis tadarus, maka akan mudah mencerna
bagaimana membuat pertanyaan dari makna global ayat.

Pegangan Santri

Makna global bisa didapatkan dari tafsir yang paling sederhana. Yang paling
tepat adalah tafsir As Sa’di, karena tafsir As Sa’di membantu melatih santri
untuk mengambil pelajaran dari ayat, bukan hanya makna global saja. Seiring
dengan berjalannya waktu membaca tafsir As Sa’di, maka makin mudah
mengambil pelajaran dari ayat Al Qur’an.

Pengadaan tafsir As Sa’di oleh pesantren, bisa dengan mewajibkan santri


untuk membeli tafsir As Sa’di satu jilid, yaitu jilid 7 yang berisi juz 27-30.
Tetapi Tafsir As Sa’di adalah terlalu tebal untuk ukuran santri. Maka bisa
diambil jalan keluar yaitu pesantren mengadakan tafsir As Sa’di untuk surat-
surat tertentu saja. Dan yang penting di sini adalah santri benar-benar
melakukan tadabbur setiap hari meski hanya satu ayat.

Caranya dengan mewajibkan kegiatan tadabbur walau 10 menit dalam sehari.


Bisa di kelas, sebelum mulai jam pertama pelajaran, atau bisa ketika di luar
kelas, di acara lain. Tadabbur harian ini untuk mempercepat keakraban santri
dengan Al Qur’an, dan untuk mempercepat perubahan santri menuju yang
lebih baik. Juga untuk menjaga vitalitas dan stamina iman santri untuk tetap
naik dan tidak turun.

Materi motivasi Qur’an harus tetap selalu diberikan, agar santri memiliki rasa
perlu terhadap Al Qur’an, santri merasa tanpa Al Qur’an mereka akan buta.
Tanpa Al Qur’an mereka mati, dan tanpa Al Qur’an mereka akan sesat. Agar
mereka selalu merasa membutuhkan Al Qur’an setiap saat.

Semakin besar rasa perlu mereka terhadap Al Qur’an, maka semakin besar
semangat mereka untuk mentadabburi Al Qur’an. Ketika semangat untuk
mengambil pelajaran dari Al Qur’an tinggi, maka akan banyak hidayah yang
didapatkan.

29
Langkah-langkah Praktis Tadabbur Al Qur’an.

Persiapan Mental

1. Keinginan yang kuat. Ini tidak ada hubungannya dengan status orang
sebagai santri atau bukan. Bisa jadi seorang santri tidak memiliki
keinginan yang kuat. Tapi orang biasa dan awam memiliki keinginan
yang kuat. Ada keinginan kuat untuk mengambil manfaat. Siapa yang
memiliki keinginan kuat, maka Allah akan menurunkan bantuan.
Kemauan kuat agar menjadikan Al Qur’an sebagai hidupku. Sebagai
ruh ku. Orang harus saling mewasiatkan, saling mengingatkan untuk
semangat. Jika tidak ada keinginan dan tekad, maka tidak akan bisa
mendapatkan manfaat.

2. Menghormati khitab Allah. Memunculkan keagungan Al Qur’an


dalam hati. Berbeda dengan kalam lain. Al Qur’an adalah agung,
karena dari Allah. Mengagungkan Allah. Semakin mengagungkan Al
Qur’an, maka ketika diperdengarkan Al Qur’an maka seluruh tubuh
akan mendengarkan. Hati akan mendengarkan. Karena merasa bahwa
kalam ini adalah kalam yang agung.

3. Menjauhkan sifat sombong. Merasa lebih tinggi dari orang lain,


merasa memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang lain. Juga sifat
sombong pada Al Qur’an, yaitu tidak mau tunduk pada Al Qur’an.
Merasa diri ini tidak membutuhkan Al Qur’an, merasa Al Qur’an
adalah untuk orang awam.

4. Niat yang lurus, yaitu mentadabbur Al Qur’an untuk mengambil


manfaat dan mengamalkan. Untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Tidak mengambil Al Qur’an untuk perubahan diri. Maka sia-sia. Dan
tidak ada pengaruh Al Qur’an pada dirinya. Membaca Al Qur’an tapi
tidak ada manfaatnya. Seperti kaum munafik atau orang khawarij.
Membaca Al Qur’an tapi tidak sampai ke hati.

30
Persiapan saat Tadabbur

1. Doa.

2. Mengosongkan hati dari kesibukan. Menyiapkan waktu khusus


untuk Al Qur’an. Semakin kosong hati, maka semakin menikmati Al
Qur’an. Adakan waktu khusus buat Al Qur’an.

3. Menjauhi majelis sia-sia. Menjauhi kebatilan dan maksiat.

4. Memilih waktu yang tepat untuk membaca Al Qur’an.

5. Tidak memperbanyak makanan dan urusan dunia dalam hati.

6. Tilawah dan suara yang bagus, bacaan yang tartil.

7. Mengingat Banyaknya Pahala Al Qur’an.

Mengetahui makna global dari ayat. Bisa dengan kitab-kitab tafsir yang
ringkas. Tafsir As Sa’di. Dan tafsir Al Muyassar. Ada juga tafsir-tafsir lain
yang mirip, yaitu tafsir yang hanya menjelaskan makna global ayat.

Kemudian Bertanya tentang ayat:

Bagaimana saya dengan ayat ini? Apakah saya sudah melaksanakan ayat ini?

)1( ‫أَ ْل َها ُك ُم التَََّاث ُ ُر‬

Apakah saya termasuk yang terlalaikan dari ibadah? Apakah ada yang masih
melalaikan saya dari ibadah?

Ada pertanyaan yang bisa ditanyakan dari ayat. Ini diambil dari makna global
ayat.

Al Qur’an mengajak bicara kita secara langsung. Ketika Allah menurunkan


ayat tentang bahaya bermegah-megahan, ayat ini turun untuk anda. Ketika
Allah menurunkan ayat tentang kaum munafikin, ayat ini turun untuk kita.
Semua ayat Al Qur’an turun untuk kita.

Kemudian kita bertanya pada diri kita. Apakah saya sudah melaksanakan
ayat ini? Apakah saya sudah percaya pada ayat ini?

31
Ayat yang berisi berita. Apakah saya sudah percaya? Apakah saya sudah
mengamalkan konsekuensi dari ayat ini?

Ayat yang berisi perintah. Apakah saya sudah melakukan perintah ayat ini?

Adanya pengaruh dalam hati setelah kita membaca makna ayat, dan bertanya
kepada diri kita.

Ketika membaca ayat tentang surga, apakah ada rasa ingin? Dan kemudian
berdoa:

ِ ‫إِ َّن ِل ْل ُمتَّقِينَ ِع ْسَْ ٌَلِ ِه ْم َمسَّا‬


)34( ‫ت السَّ ِع ِيم‬

Makna Global ayat:

Orang-orang muttaqin akan mendapatkan surga yang mengalir di bawahnya


sungai-sungai.

Diawali dengan pertanyaan: apakah saya sudah menjadi orang bertakwa?

Kemudian ingin surga

Ayat neraka, ayat tentang celaan, ayat tentang orang kafir dan perbuatan
buruk.

Hati takut, dan berdoa agar dijauhkan Allah dari hal itu.

Contoh-contoh

)1( ‫أَ ْل َها ُك ُم التَََّاث ُ ُر‬

Makna Global Ayat

Allah mencela hambaNya yang lalai dari tugas utama sebagai hamba, yaitu
beribadah kepada Allah, dan mengenalNya, tunduk dan pasrah kepadaNya,
dan mencintai Allah lebih dari segalanya.. Kalian terlalaikan dari hal itu,
karena saling berbangga-bangga. Tidak disebutkan dengan apa mereka saling
berbangga, ini agar mencakup semua hal yang dibanggakan oleh manusia,
semua hal yang manusia berlomba-lomba untuk berbanyak-banyak. Saling
berlomba dan berbangga dalam harta, anak-anak, pengikut, tentanra, pelayan,

32
jabatan, dan hal lain yang digunakan untuk berbangga-bangga, dan bukan
tujuannya ikhlas kepada Allah.

Berbangga-bangga melalaikan diri dari ketaatan dan ibadah.

Pertanyaan:

Apakah saya suka berlomba-lomba membanggakan apa yang menjadi milik


saya pada orang lain?

Apakah ada yang melalaikan saya dari ibadah?

Jika jawabannya adalah Ya, langkah apa yang mesti diambil

Dampak pada hati:

Takut berlomba-lomba dan berbangga-bangga pada dunia.

Takut terlalaikan dari ibadah.

Berdoa agar tidak ada yang melalaikan dari ibadah.

Contoh berikutnya:

)5( ُ‫َْ َم ْن يَ ْع َم ْ ِِثْقَا َب سَ ٌَّةٍ َخيْرا يَ َره‬

Makna Global ayat:

Siapa yang melakukan sedikit kebaikan, meskipun sebiji sawi atau seberat
semut, maka akan melihat amalannya dan mendapatkan pahalanya. Apalagi
amalan yang lebih besar dari itu. Ayat ini menyemangati orang untuk berbuat
baik meski sedikit.

Pertanyaan:

Sudahkah saya semangat untuk berbuat baik meski sedikit?

Apakah ada perbuatan baik yang saya remehkan dan malas melakukannya
karena kecil?

Apakah ada perbuatan baik yang mudah dilakukan tapi saya malas
melakukannya?

33
Dampak dalam hati:

Muncul semangat untuk beramal baik

Berdoa agar Allah mempermudah kita melakukan amal baik meski sedikit.

Contoh berikutnya:

ْ َ‫سانَ لَي‬
)5( ََ‫) أَ ْن ٌَآهُ ا ْ تَ ْغس‬6( ََ‫طغ‬ ِ ْ ‫ك َََّل ِإ َّن‬
َ ‫اْل ْن‬

Makna Global Ayat:

Sesungguhnya manusia melampaui batas, dan sombong tidak mau beribadah


kepada Allah. Sombong kepada manusia. Karena dia merasa telah memiliki
hal-hal yang membuatnya tidak lagi membutuhkan orang lain. Dia merasa
tidak lagi membutuhkan orang lain. Termasuk juga tidak membutuhkan
Allah.

Pertanyaan:

Apakah saya termasuk mereka yang tidak membutuhkan Allah? Hingga saya
tidak lagi meminta dan berdoa kepadaNya.

Apakah apa yang saya miliki membuat saya merasa sombong dan tidak lagi
mau tunduk kepada Allah?

Apakah saya berdoa ketika menghadapi masalah meski sekecil apa pun?
Apakah saya berdoa kepada Allah untuk meminta keperluan saya?

Dampak dalam hati:

Menjadi takut pada sifat melampaui batas.

Berdoa agar Allah menjauhkan dari sifat melampaui batas.

Inilah yang dilakukan oleh Nabi dan sahabat. Inilah manhaj yang benar
dalam membaca Al Qur’an.

Dampak dalam hati tidak selalu harus besar, seperti yang dirasakan oleh
Abubakar dan Umar. Tetapi dengan perjalanan pelan-pelan, nanti akan ada
atsar yang besar. Dari kecil akan menjadi besar.

34
Semakin tadabbur maka akhlak semakin baik. Amalan semakin baik juga.
Tashawur dan pandangan hidup jadi lebih bagus. Semakin lama berjalan
dengan Al Qur’an, maka Al Qur’an akan mengangkatmu ke derajat yang
lebih tinggi.

Saran Bentuk Kegiatan Tadabbur

Untuk teknis kegiatan diserahkan ke pesantren masing-masing. Tapi harus


dibuat program yang mengikat, yang harus dilakukan oleh semua santri. Jadi
program wajib.

Pengalaman yang sudah, di pesantren Al Mahir diwajibkan utnuk tadabbur


selama 15 menit sebelum mulai pelajaran. Bisa pagi sebelum masuk
pelajaran, bisa sore atau malam. Tetapi harus diwajibkan. Bisa diikutkan
kegiatan yang sudah berjalan, seperti setoran tahfidz, di kelas, dan
sebagainya. Paling bagus adalah di kelas, atau ketika setoran tahfidz.

Penutup

Demikianlah proposal ini kami buat, dan kami terbuka untuk feedback yang
ada dari penerapan majelis Al Qur’an dan tadabbur di pesantren. Semoga
Allah meridhoi langkah kita semua, dan memberi kita taufiq untuk bisa
menyebarkan cahaya Al Qur’an ke seluruh penjuru dunia. Amin

Disusun oleh Syarif Ja’far Baraja

Email : sarif88@gmail.com

HP : 08122653265

35

Anda mungkin juga menyukai