Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI PROJECT BASED LEARNING (PBL)

DAN PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN


DRAMA INDONESIA

Fathullah Wajdi
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
E-mail: fathullahwajdi@yahoo.com
DOI: http://dx.doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v17i1.6960

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menjelaskan implementasi dan hasil implementasi model pembelajaran project
based learning (PBL) dan penilaian autentik agar dapat dijadikan contoh dan pedoman guru dalam
melaksanakan pembelajaran drama dan sastra pada umumnya. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode kualitatif dengan tahapan menentukan asumsi, menentukan desain, menentukan
aturan penelitian, mengumpulkan data, melakukan perekaman data, menganalisis data, melakukan
verivikasi tahap penelitian, dan menarasikan atau mendeskripsikan hasil penelitian. Penelitian ini
menghasilkan beberapa temuan yaitu (1) project based learning (PBL) dan penilaian autentik sangat
sesuai diterapkan dalam pembelajaran drama; (2) model pembelajaran dan penilaian ini mudah
dilaksanakan dalam pembelajaran drama; (3) model pembelajaran dan penilaian ini dilaksanakan
dengan mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang sederhana namun menantang siswa untuk
berpartisipasi aktif; dan (4) model pembelajaran dan penilaian ini menghasilkan kompetensi siswa
yang memuaskan, yaitu dengan nilai rata-rata 3,55 dan 3,63 pada skala 1-4 dengan kualifikasi sangat
baik. Kompetensidiukur melalui penilaian autentik dengan rubrik penilaian parameter pertunjukan
drama. Berdasarkan pembehasan tersebut dapat disimpulkan bahwa (1) model pembelajaran project
based learning (PBL) dan penilaian autentik dapat dilaksanakan dengan baik dan mudah; dan (2) hasil
implementasi model berupa nilai pembelajaran drama menunjukkan hasil yang sangat memuaskan.
Kata kunci: PBL, penilaian autentik, drama Indonesia

IMPLEMENTATION OF PROJECT BASED LEARNING (PBL) AND


AUTHENTICAL ASSESSMENT IN LEARNING INDONESIAN DRAMA

Abstract
This study aims to explain the implementation of project learning model (PBL) and authentic
assessment that can serve as a model for teachers in teaching drama and literature in general. This is
a qualitative research study with the following stages: determine assumptions, determine the design,
determine the rules of research, collect data, perform data recording, analyze data, verify the research
stage, and describe the research results. This research generates several findings: (1) project based
learning (PBL) and authentic assessment fit well with the teaching of drama; (2) the model in question
is easy to implement in teaching drama; (3) the learning steps involved are simple yet stimulate the
students to actively participate; and (4) this model leads to satisfactory student competence, with an
average of 3.55 and 3.63 on a 1-4 scale with excellent qualifications. Competitiveness is measured
through the authentic judgment with the rubric of the drama performance parameter. Based on the
discussion, it can be concluded that (1) project based learning (PBL) and authentic assessment can be
implemented well and easily; and (2) the result of model implementation in teaching drama indicates
very satisfactory results.
Keywords: project based learning, authentic assessment, Indonesian drama

81
82 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 17, Nomor 1, April 2017, hlm. 81-97

PENDAHULUAN sama bahkan lebih daripada pembelajaran


Pembelajaran drama dalam mata pelajaran lain terutama dalam proses pembelajarannya.
bahasa Indonesia merupakan salah satu Faktanya, pembelajaran drama di sekolah
kegiatan yang tidak hanya melatih memahami atau perguruan tinggi masih jauh panggang
karakter tokoh dan memerankannya sesuai dari api. Marantika (2014, p.93) menjelaskan
pesanan naskah seperti dijelaskan Syukron, bahwa drama merupakan salah satu genre
Subyantoro, dan Yuniawan (2016, p. 49) sastra yang juga diajarkan baik pada
bahwa drama adalah karya sastra yang sekolah lanjutan maupun perguruan tinggi.
bertujuan menggambarkan kehidupan Pengajaran drama di sekolah dan perguruan
dengan menyampaikan pertikaian dan emosi tinggi di Indonesia, selama ini disinyalir masih
dengan gerak dan dialog yang dipentaskan, kurang memuaskan.Berbagai persoalan
pembelajaran ini juga melatih keterampilan yang mempengaruhi kondisi tersebut masih
berbahasa siswa. Keterampilan yang paling berkaitan dengan masalah lemahnya strategi
dominan dalam pembelajaran ini yaitu pembelajaran.
keterampilan berbicara sesuai dengan unsur Masih pada halaman yang sama
dominan drama yaitu dialog. Irawan, Sudiana, Marantika menjelaskan factor penyebab
dan Wendra (2014, p.2) menjelaskan bahwa gagalnya pembelajaran drama yaitu banyak
keterampilan berbicara harus dikembangkan pengajar yang masih belum memahami
melalui suatu latihan. Salah satu latihan secara baik, bagaimana mengajarkan drama.
pengembangan ketermpilan berbicara itu Drama hanya dimaknai sebagai sandiwara
adalah bermain drama.Dalam bermain yang akan sulit diajarkan di kelas karena
drama, terdapat suatu kegiatan memerankan berbagai kendala. Setiaji (2014, p. 116)
tokoh yang ada dalam naskah drama. menambahkan persoalan pembelajaran
Pemeranan tokoh dalam drama tersebut drama yang lain yaitu pemberian materi yang
dilakukan dengan alat utama, yakni berupa berkaitan dengan kemampuan memerankan
percakapan (dialog). tokoh drama masih kurang. Peserta didik
Setiaji (2014, p.115) menjelaskan harus mencari dan mempraktikkan sndiri
bahwa pembelajaran drama mempunyai teknik-teknik bermain drama.Contoh teknik
peran yang penting untuk melatih peserta bermain peran yang ditunjukkan oleh guru
didik mengasah kemampuan berekspresi masih kurang maksimal.Model pembelajaran
dalam seni peran. Pembelajaran drama yang digunakan juga msih sangat terbatas.
juga berfungsi untuk melatih kepekaan Permasalahan pembelajaran drama
karakter peserta didik dalam menghadapi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
setiap permasalahan yang ada.Kegiatan permasalahan pembelajaran sastra pada
memerankan tokoh dalam bermain drama umumnya. Permasalahan pembelajaran sastra
dapat mengasah mental peserta didik. antara lain diungkapkan Suryatin (1999, p.
Begitu banyak dan luas manfaat 52-53) yang menjelaskan bahwa terdapat
pembelajaran drama yang sejatinya menjadi tiga penyebab permasalahan pembelajaran
kompetensi siswa sebagaimana sebagian sastra, yaitu guru, siswa dan sarana belajar.
telah diuraikan di atas.Pebelajaran ini mampu Berkaitan dengan guru, Suryatin menjelaskan
memberikan sumbangan kompetensi yang empat faktor yang menjadi penyebabnya,
sangat bermanfaat bagi perkembangan dan yaitu (1) rendahnya minat baca guru terhadap
masa depan siswa. Menimbang manfaat karya sastra; (2) kurangnya pengalaman guru
kompetensi tersebut, pembelajaran drama dalam mempelajari teori sastra, (3) kurangnya
tidak dapat dipandang sebelah mata. Dengan pengalaman guru mengapresiasi karya sastra,
demikian, pembelajaran drama sudah dan (4) keluasan cakupan kurikulum yang
seharusnya mendapatkan perhatian yang membuat guru kewalahan dalam mengatur

p-ISSN 1412-0712 | e-ISSN 2527-8312


Wajdi, Implementasi project based learning .... 83

waktu dengan plot waktu yang terbatas. Sekedar membaca puisi atau menentukan
Pendapat serupa juga dikemukakan rima juga belum mampu memunculkan
Hamid (2007, p. 12-14) bahwa pengajaran kreativitas pada siswa.
sastra di lembaga pendidikan formal dari Persoalan lain berkaitan dengan
hari ke hari semakin sarat dengan berbagai pembelajaran drama adalah persoalan
persoalan di antaranya: 1) pengetahuan penilaian. Dalam melakukan penilaian
kemampuan dasar dalam bidang kesustraan perkembangan pemahaman dan keterampilan
para guru sangat terbatas, 2) materi kesastraan siswa dalam pembelajaran drama sebagian
yang mereka peroleh selama mengikuti besar guru masih menggunakan jenis
pendidikan formal di LPTK yang sangat penilaian yang sama dengan pembelajaran
terbatas, 3) materi kesastraan yang mereka lain, yaitu penilaian yang dilakukan pada hasil
peroleh selama mengikuti pendidikan formal akhir pembelajaran.
di perguruan tinggi (PT) sangat terbatas, 4) Berkaitan dengan penilaian, Sutrisna,
Materi kuliah kesastraan yang mereka peroleh Nengah, dan Arifin (2013) mengutip
lebih bersifat teoritis, sedangkan yang mereka pendapat Sarwiji (2005) yang menemukan
butuhkan di lapangan lebih bersifat praktis. bahwa kemampuan guru dalam menyiapkan
Amarzaki (2005) dengan sudut dan melakukan penilaian masih kurang dan
pandang yang sedikit berbeda menjelaskan bahkan masih banyak guru yang belum
bahwa pembelajaran sastra belum mampu memiliki pemahaman yang memadai
membuka mata siswa terhadap daya tarik tentang sistem penilaian yang sesuai dengan
sastra. Kalau sekedar menghafal nama penerapan kurikulum yang berlaku.
pengarang, judul karya, dan periodisasi sastra Dalam hasil penelitiannya Wajdi
saja memang belum cukup menarik bagi (2017) menguraikan hasil penilaian akhir
siswa. Sekedar menentukan unsur-unsur yang dilakukan guru dalam pembelajaran
intrinsik dan ekstrinsik karya sastra, tanpa drama dengan metode konvensional sebagai
mengaitkannya dengan pengalaman siswa berikut.
juga belum mampu membuka mata siswa.

p-ISSN 1412-0712 | e-ISSN 2527-8312


84 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 17, Nomor 1, April 2017, hlm. 81-97

Berdasarkan hasil penilaian tersebut Dengan alasan keterbatasan waktu dan


hanya satu item penilaian yang menghasilkan tuntutan kurikulum pembelajaran drama
nilai dengan kategori sangat baik yaitu dilaksanakan dengan metode ceramah,
pelafalan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tugas dan diakhiri dengan
kemampuan siswa dalam mengaktualisasikan penilaian pertunjukan yang dilakukan tanpa
diri sangat baik tetapi kemampuan ini bersifat persiapan yang matang.
serampangan dan tidak terarah. Siswa hanya Menyoroti masalah kreativitas siswa,
berusaha menyelesaikan teks drama yang pembelajaran drama membutuhkan guru
sudah mereka hafalkan tanpa dibarengi yang kreatif yang mampu memberikan
dialog yang bersifat alami menunjukkan peluang siswa untuk mengembangkan
karakter tokoh yang mereka perankan. Siswa kreativitas mereka. Selain pemahaman materi
tidak memahami bahwa dalam memerankan drama yang matang, guru juga membutuhkan
tokoh dalam sebuah drama dituntut totalitas model pembelajaran yang memudahkan guru
yang menggambarkan kehidupan manusia. menjalankan tugasnya, model pembelajaran
Sementara itu, pada bagian lain dengan langkah-langkah sederhana dan jelas.
kelancaran berbicara tersendat-sendat dan Kreativitas siswa harus mendapat
terkesan kurang persiapan. Variasi intonasi penghargaan yang baik, valid, dan
yang menunjukkan karakter tokoh juga berkeadilan dengan penilaian yang tidak
diabaikan. Intonasi yang digunakan adalah hanya mengandalkan peilaian akhir tetapi
intonasi asli siswa dengan aksen kedaerahan. juga penilaian proses. Dengan demikian,
Di tengah-tengah adegan siswa sering pembelajaran drama membutuhkan model
keluar dari konteks pementasan drama. yang tepat dengan penilaian yang tepat pula.
Reaksi penonton sangat mempengaruhi Model pembelajaran yang sesuai dengan
mereka sehingga membuat pandangan mata karakteristika pembelajaran drama yang
yang tidak jelas, gerakan tubuh yang tidak kreatif adalah model project based learning
mendukung pemeranan, dan melakukan (PBL) dan jenis penilaian yang tepat adalah
kegiatan lain yang tidak mendukung penilaian autentik.
pementasan pada saat tidak mendapat giliran Permasalahan yang dibahas
berdialog. Tidak jarang siswa tertawa untuk dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana
menutupi kekurangannya sat pementasan. implementasi model pembelajaran project
Ini menunjukkan blocking dan ekspresi yang based learning (PBL) dan penilaian autentik
tidak jelas. dalam pembelajaran drama Indonesia?
Hal ini terjadi disebabkan oleh (2) bagaimana hasil implementasi model
pembelajaran yang dilakukan seadanya. pembelajaran project based learning (PBL) dan

p-ISSN 1412-0712 | e-ISSN 2527-8312


Wajdi, Implementasi project based learning .... 85

penilaian autentik dalam pembelajaran drama diberlakukannya pedagogis ketiga aspek dari
Indonesia? proses PBL, kami menawarkan tiga unsur
Project-based learning merupakan yang mendukung yaitu penyelidikan,berpikir
sebuah model pembelajaran yang sudah kritis,dan pengambilan keputusan (Pryor dan
banyak dikembangkan di negara-negara maju Kang dalam Capraro, Capraro dan Morgan
seperti Amerika Serikat. Jika diterjemahkan (Eds), 2013, p.29).
dalam bahasa Indonesia, Project Dengan sudut pandang yang sedikit
Based Learning (PBL) bermakna sebagai berbeda Baron (1998, p.271) seperti dikutip
pembelajaran berbasis proyek (Rais, 2010, Lindawati, Fatmariyanti, dan Maftukhin,
p.4). Pembeajaran berbasis proyek adalah 2013, p.43) berpendapat bahwa project based
suatu pendekatan pendidikan yang efektftif learning adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang berfokus pada jreatifitas berpikir, yang membenturkan siswa kepada masalah-
pemecahan masalah, dan interakksi antara masalah praktis melalui stimulus dalam
siswa dengan kawan sebaya mereka untuk belajar. Peranan guru sangat penting dalam
menciptakan dan menggunakan pengetahuan memberikan stimulus-stimulus agar siswa
baru.Khususnya ini dilakukan Dalam dapat melakukan pembelajaran secara
konteks pembelajaran ktif, dialog ilmiah mandiri, menemukan pemahamannya sendiri
dengan supervisor yang aktif sebagai peneliti dan mengembangkan kreatifitasnya secara
(Asan, 2005 dalam Jagantara, Adnyana, dan kolaboratif.
Widiyanti, 2014). Roessingh dan Chambers (2011, p.60)
Project-based learning (PBL) seperti mengemukakan bahwa elemen penting dalam
ditulis Jonassen (1997) dalam Jagantara, desain proyek yaitu, (1) gambaran proyek
Adnyana, dan Widiyanti (2014) merupakan dengan rasionalisasinya, (2) seperangkat
pendekatan konstruktif yang memberikan tujuan pembelajaran yang jelas dan konsep-
instruksi dengan fokus pada dunia nyata konsep kunci, (3) daftar bahan dan sumber
yang kurang terstruktur. Pusat orientasi daya, (4) memungkinkan seperangkat tugas,
PBL lebih meyarankan kesempatan dan (5) kriteria penilaian dan rubrik.
belajar berbasis inquiri yaitu pengalaman Berbeda dengan model-model
terstruktur didasarkan pada keyakinan tradisional yang mementingkan kecepatan
bahwa pembelajaran terjadi ketika individu pencapaian target kurikulum yang
diminta untuk melakukan penyelidikan dan menghasilkan pembelajaran yang singkat
seputar masalah yang terjadi. Brears, Mac dan pada tataran kulit, project based learning
Intyre, dan O’Sullivan (2011) menjelaskan (PBL) memberikan pengalaman belajar yang
bahwa proses penyelidikan mungkin dimulai detail, rinci, menantang, dan dalam jangka
dengan refleksi diri dan evaluasi. Oleh waktu yang lebih panjang dengan target
karena itu, Brears dkk. mencatat pentingnya terselesaikannya proyek yang menghasilkan
tiga aspek penyelidikan (pencarian terhadap sebuah produk, karya siswa yang memuaskan.
pemecahan masalah), yaitu (1) kerja Menurut Buck Institute for Education (Samanthis
kelompok kolaboratif, (2) penekanan pada & Sulistyo, 2014:25), terdapat perbedaan
analisis dan evaluasi,dan (3) menambahkan antara pembelajaran tradisional dan project
refleksi (praktik). Untuk mendorong based learning. Berikut ini perbedaan tersebut.

p-ISSN 1412-0712 | e-ISSN 2527-8312


86 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 17, Nomor 1, April 2017, hlm. 81-97

Sementara itu pada bagian lain The building process. Teacher and students
George Lucas Educational Foundation (2003) brainstorm activities that support the inquiry.
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran 3. Schedule
dengan menggunakan model pembelajaran Teacher and students design a timeline for
project based learning (PBL) sebagai berikut: project components. Set benchmarks.
1. Question Keep it simple and age-appropriate.
Start with the Essential Question. Take 4. Monitor
a real-world topic and begin an in-depth Make the assessment authentic. Know
investigation. Make sure it is relevant to your authentic assessment will require more time
students. and effort from the teacher. Vary the type of
2. Plan assessment used.
Plan which content outcomes will be addressed Assess
while answering the question. Involve students 5. Facilitate the process. Mentor the process.
in the questioning, planning, and project- Utilize rubrics.

p-ISSN 1412-0712 | e-ISSN 2527-8312


Wajdi, Implementasi project based learning .... 87

6. Evaluate yang akan dilakukan. Tujuan kegiatan ini


Take time to reflect individually and as aadalah memberikan pemahaman kepada
group. Share feelings and experiences. Discuss
siswa bahwa untuk melakukan sebuah
what worked well. Discuss what needs change.
proyek yang besar, sebuah kelompok kerja
Share ideas that will lead to new inquiries,
membutuhkan jadwal kerja yang baik agar
thus new projects. proyek dapat dilaksanakan sesuai rencana.
Meskipun demikian, kegiatan ini diupayakan
1. Pertanyaan pada Awal Pembelajaran dilakukan dengan sederhana dan tidak
Kegiatan pembelajaran dimulai membingungkan siswa, mislnya dengan
dengan memberikan pertanyaan menantang memberikan contoh jadwal kegiatan yang
kepada siswa. Pertanyaan yang akan pernah ada.
menggiring siswa pada konteks pembelajaran Setelah mendapatkan pengarahan
berbasis proyek dan memberikan tugas dari guru, siswa dapat melakukan kegiatan
kepada siswa untuk melakukan sebuah ini di luar jam pembelajaran biasa.Hal ini
aktifitas yang terkontrol. Pertanyaan yang dilakukan agar siswa tidak diburu waktu yang
disampaikan adalah pertanyaan yang singkat dan dapat memunculkan kreatifitas
berkaitan dengan dunia nyata dan dimulai mereka.Siswa dapat melakukan eksplorasi
dengan penyelidikan mendalam. dan memperoleh sumber inspirasi yang
Dalam pembelajaran drama, drama lebih luas.Siswa mempresentasikan hasil
didekatkan terlebih dahulu dengan fakta- penyusunan jadwal mereka pada kegiatan
fakta sosial dalam kehidupan. Drama sebagai pembelajaran di sekolah sebagai bentuk
sebuah karya sastra dapat dinyatakan sebagai tanggung jawab.
cermin kehidupan nyata.Oleh karena itu,
proyek drama (dialog) dapat dilakukan 4. Pengawasan Proyek Berjalan
dengan model ini. Dalam melaksanakan proyeknya,
siswa mendapat pengawasan dari guru.
2. Perencanaan Proyek Pengawasan ini berfungsi bukan hanya
Langkah kedua yaitu, siswa, dengan sebagai sebuah kontrol kerja namun juga
bimbingan guru, menyusun perencanaan sebenarnya merupakan sebuah proses
proyek yang akan dikerjakan. Penetapan pembimbingan. Monitoring dilakukan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam dengan memberikan fasilitas penuh kepada
proyek dari tahap awal hingga akhir proyek. siswa untuk melakukan aktifitasnya dengan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan sempurna.
di antaranya: (1) menentukan ukuran proyek;
(2) menentukan aturan main; (3) pemilihan 5. Penilaian
aktifitas-aktifitas yang akan dilakukan sebagai Penilaian dilakukan terhadap hasil
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan esensial; kerja siswa dalam proyeknya. Penilaian
(4) menentukan pelaksana-pelaksana proyek dilakukan untuk mengukur ketercapaian
dengan tugas dan tanggung jawabnya masing- kompetensi siswa.Oleh karena itu, guru
masing; dan (5) menentukan bahan dan alat dituntut membuat penilaian seautentik
yang diperlukan. mungkin.

3. Penjadwalan Tahap Kegiatan Proyek 6. Evaluasi Proyek


Pada bagian ini siswa dengan Kegiatan pembelajaran diakhiri
bimbingan guru diminta membuat sebuah dengan kegiatan evaluasi proyek. Kegiatan
jadwal kegiatan yang akan dilakukan yang dilakukan adalah guru dan siswa
berdasarkan perencanaan aktifitas-aktifitas melakukan refleksi pelaksanaan proyek.

p-ISSN 1412-0712 | e-ISSN 2527-8312


88 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 17, Nomor 1, April 2017, hlm. 81-97

Siswa diminta mengungkapkan apa saja yang e. Mengkalibrasi proyek (menggunakan solusi
telah mereka pahami dan lakukan selama untuk memastikan bahwa pengetahuan
proyek berlangsung. Selain itu, siswa juga dan keterampilan yang dihasilkan oleh
diminta mengungkapkan perasaannya dan solusi yang paling layak sesuai dengan
pengalaman baru yang mereka peroleh. pengetahuan dan keterampilan pada
langkah pertama.
Membandingkan kedua pendapat ahli
f. Menjelaskan tugas (membuat deskripsi
tersebut, penelitian inimenggunakan tahapan tugas, menghapus informasi solusi
pembelajaran PBL yang dikemukakan oleh masalah yang paling layak).
The George Lucas Educational Foundation dengan g. Merefleksikan pembelajaran (memberi
beberapa pertimbangan berikut: kesempatan kepada siswa untuk memeriksa
a. Keakuratan; tahap-tahap pembelajaran kemajuan belajar mereka sendiri agar
memiliki ketepatan sistematis dan lengkap; mereka tahu dan mampu membuat jurnal
b. Kejelasan; tahap-tahap pembelajaran laporan.
mudah dipahami sehingga lebih mudah Bagian akhir dari implementasi PBL
diimplementasikan; adalah melakukan evaluasi dan pengetesan
c. Kesederhanaan; hal ini tidak dapat terhadap kompetensi siswa. Berkaitan dengan
dilepaskan dari faktor kejelasan.
hal ini, Miller (2012) memberikan beberapa
Kesederhanaan bahasa petunjuk dalam
tahap-tahap pembelajaran memudahkan saran penerapan standar tes dalam PBL, yaitu
pemahaman dan implementasinya. (1) jangan menunggu, maksudnya guru tidak
d. Kesesuaian dengan pokok bahasan perlu menunggu hingga akhir proyek untuk
pembelajaran yang akan menjadi objek melakukan tes atau penilaian. Tes dapat
penelitian. dilakukan selama proses belajar berlangsung;
Weyers (2012) menjelaskan empat (2) Kekuatan standar/target pembelajaran,
strategi dalam mengimplementasikan PBL maksudnya ketika guru merancang proyek
dengan baik di sekolah. Strategi itu adalah PBL, pastikan standar tes sesuai dengan
(1) lakukan dengan dua cara; (2) kenali upaya target pembelajaran; (3) Implementasi PBL
sebelumnya; (3) memanfaatkan kata “dan”, yang sempurna, maksudnya pengetesan atau
(3) menjadikan kelas sebagai tempat terbuka. evaluasi dapat dilakukan pada implementasi
Vega (2012) menambahkan bahwa untuk PBL yang sempurna. Proyek yang
menghindari kegagalan dalam implementasi dilaksanakan tanpa kendali akan sulit untuk
PBL diperlukan pemecahan masalah. Guru diterapkan standar tes yang baik dan evaluasi
dapat menghindari kesalahan umum dengan menyeluruh.
mengikuti tujuh prosedur yang diadaptasi Berkenaan dengan penilaian, sebuah
dari Hung (2008) sebagai berikut: proyek yang membutuhkan pemantauan atau
a. Menentukan konten (konten yang monitoring yang ketat membutuhakan penilaian
diharapkan siswa). autentik yang mengedepankan penilaian
b. Mengidentifikasi konten tersebut (daftar proses namun tidak pula mengabaikan
kegiatan kehidupan nyata di mana peserta penilaian akhir. Penilaian autentik
didik dapat menerapkan konten yang sebenarnya sudah lama diperkenalkan dalam
diinginkan). dunia pendidikan di Indonesia walaupun di
c. Mendaftar kemungkinan masalah
beberapa daerah masih terkesan baru dan
(membuat daftar masalah yang mungkin
terjadi dalam proyek). awam.Penilaian ini baru naik ke permukaan
d. Menjelaskan potensi solusi dan ramai-ramai dibicarakan setelah KTSP
(menggambarkan solusi yang paling menyarankan penggunaan pembelajaran
layak untuk memecahkan masalah dalam kontekstual, dan di pihak lain, penggunaan
proyek serta kemungkinan besar solusi strategi pembelajaran ini menunjukkan
alternatifnya). penggunaan penilaian autentik dalam hal

p-ISSN 1412-0712 | e-ISSN 2527-8312


Wajdi, Implementasi project based learning .... 89

pengukuran hasil pembelajaran peserta didik. karena penilaian autentik sebagai alternatif
Keadaan itu mirip dengan portofolio yang untuk penilaian tradisional.Terakhir, disebut
juga baru menjadi popular setelah adanya sebagai penilaian langsung karena penilaian
sertifikasi guru dan dosen yang mensyaratkan autentik menyediakan lebih banyak bukti
mereka untuk membuat portofolio. Perlu langsung dari aplikasi bermakna dari
diketahui bahwa penilaian dengan cara pengetahuan dan keterampilan.
portofolio sebenarnya salah satu dari bentuk Archbald (1991) menjelaskan bahwa
penilaian autentik (Nurgiyantoro, 2011, p.22- penilaian autentik adalah setiap jenis penilaian
23). yang menuntut siswa untuk menunjukkan
Penilaian autentik sering diidentikkan keterampilan dan kompetensi yang realistis
dengan penilaian yang dilakukan berdasarkan mewakili masalah dan situasi yang mungkin
keadaan nyata, langsung, berorientasi pada ditemui dalam kehidupan sehari-hari.Siswa
pembelajaran aktif, dan pengukuran yang diminta untuk menghasilkan ide-ide, untuk
tidak selalu tetap namun memiliki standar mengintegrasikan pengetahuan, dan untuk
yang jelas.Penilaian autentik memang menyelesaikan tugas-tugas yang memiliki
termasuk dalam jenis penilaian yang tidak aplikasi dunia nyata.Pendekatan seperti ini
mudah dilaksanakan terutama dalam membutuhkan orang yang mampu membuat
pengadministrasian bila dibandingkan dan menggunakan penilaian dalam penerapan
dengan penilaian tradisional. Hal ini didukung penilaian berpatokan.
pula dengan faktor kebiasaan guru yang telah Penilaian autentik mementingkan
lama menggunakan penilaian tradisional penilaian proses dan hasil sekaligus. Dengan
sebagai satu-satunya cara menilai kompetensi demikian, seluruh tampilan siswa dalam
siswa. Bila penilaian dimaksudkan untuk rangkaian kegiatan pembelajaran dapat dinilai
menyelesaikan masalah pengadministrasian, secara objektif, apa adanya, dan tidak semata-
maka penilaian tradisionallah jawabannya, mata hanya berdasarkan hasil akhir (produk)
dengan catatan, bila perlu pengadministrasian saja. Lagi pula, amat banyak kinerja siswa
tidak dilakukan.Namun, penilaian dilakukan yang ditampilkan selama berlangsungnya
bukan dengan tujuan administratif kegiatan pembelajaran sehingga penilaiannya
belaka.Penilaian dilakukan dalam rangka harus dilaksanakan selama dan sejalan
mengumpulkan data-data sebagai bahan dengan berlangsungnya kegiatan proses
dalam menentukan sebuah keputusan pembelajaran. Jika dilihat dari sudut
tentang keberhasilan sebuah pembelajaran. pandang teori Bloom—sebuah model yang
Sebagai penilaian kinerja atau dijadikan acuan pengembangan penilaian
penilaian berbasis kinerja, disebut demikian dalam beberapa kurikulum di Indonesia
karena siswa diminta melakukan tugas- sebelum ini—penilaian haruslah mencakup
tugas bermakna.Beberapa ahli pendidikan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
membedakan penilaian autentik dengan (Nurgiyantoro, 2008, p.251). Seperti dimuat
penilaian kinerja dan penilaian autentik dalam www.park.educetlquicktipsauthassess.
merupakan penilaian kinerja dengan html mengontraskan antara penilaian
menggunakan tugas dunia nyata, autentik dan autentik dan penilaian tradisional dalam tabel
konteks.Disebut sebagai penilaian alternatif berikut.

p-ISSN 1412-0712 | e-ISSN 2527-8312


90 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 17, Nomor 1, April 2017, hlm. 81-97

METODE memperoleh pembaruan penggunaan model


Desain penelitian yang digunakan dalam pembelajaran yang digunakan guru. Jumlah
penelitian ini adalah desain penelitian siswa popuasi dari keempat sekolah tersebut
kualitatif yang dikemukakan Creswell (2003), adalah 1387 siswa dalam 36 rombongan belajar.
yaitu: (1) The Assumptions Of Qualitative Prosedur atau tahap-tahap penelitian yang
Designs; (2) The Type of Design; (3) The dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan
Researcher’s Role; (4) The Data Collection atas tahapan penelitian Creswell (2003) yang
Procedures; (5) Data Recording Procedures; diuraikan sebagai berikut.Tahap pertama,
(6) Data Analysis Procedures; (7) Verification peneliti melakukan kegiatan observasi dan
Steps; dan (8) The Qualitative Narrative. wawancara untuk memperoleh asumsi dasar
Partisipan dan tempat penelitian sebagai penelitian.Kedua, berdasarkan permasalahan
sumber data penelitian ini adalah guru dan faktual yang terjadi dalam pembelajaran
siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia drama Indonesia, peneliti menentukan
di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri salah satu formula yang diharapkan menjadi
Rintisan Kurikulum 2013 di Kota Serang. pemecahan masalah pembelajaran tersebut.
Sekolah-sekolah tersebut adalah SMPN 1 Formula tersebut kemudian disebut dengan
dan SMPN 2 Kota Serang. Subjek populasi desain.Desain yang dirancang tersebut adalah
dalam penelitian ini siswa kelas VIII SMP desain model pembelajaran Project Based
N Rintisan Kuriulum 2013 di Kota Serang. Learning (PBL)dan penilaian autentik.Ketiga,
Pemilihan populasi siswa kelas VIII SMP N peneliti menentukan ketentuan-ketentuan
Rintisan K-13 didasarkan pada pertimbangan penelitian, di antaranya adalah prosedur
dominan pembelajaran drama pada kurikulum yang harus ditempuh dan penjadwalan.
tersebut.Pada K-13 komposisi pembelajaran Keempat, peneliti melakukan implementasi
sastra khususnya drama jauh lebih sedikit desain model dan melakukan pengumpulan
bila dibandingkan kurikulum sebelumnya. data berkaitan dengan pelaksanaan
Selain itu, siswa kelas VIII diasumsikan implmentasi dan hasilnya.Kelima, peneliti
belum terlalu banyak memperoleh melakukan perekaman data.Keenam,
pendekatan atau model pembelajaran lain peneliti melakukan analisis data yang telah
sebelumnya dan sudah cukup matang untuk dikumpulkan. Pengolahan data dilakukan

p-ISSN 1412-0712 | e-ISSN 2527-8312


Wajdi, Implementasi project based learning .... 91

dengan melakukan pengelompokan dan model telah dilaksanakan dengan benar; dan
pengkategorian berdasarkan permasalahan kedelapan, penelitian mendeskripsikan hasil
penelitian. Data dianalisis dengan keperluan penelitian.
bahwa implementasi model pembelajaran
Project-based learning (PBL) dan penilaian HASIL DAN PEMBAHASAN
autentik perlu dianalisis untuk dapat Implementasi Model Pembelajaran
dideskripsikan secara jelas tahap demi Project Base Learning (PBL) dan
tahap penerapan model ini. Data ini akan Penilaian Autentik dalam Pembelajaran
menjelaskan efektifitas proses implementasi Drama Indonesia
model pembelajaran Project Based Learning Secara praktis model pembelajaran project-based
(PBL) dan penilaian autentik serta hasil learning (PBL) dan penilaian autentik dalam
implementasi tersebut.Ketujuh, peneliti pembelajaran drama Indonesia berbentuk
melakukan verifikasi langkah-langkah sintaks atau langkah-langkah pembelajaran.
penelitian dan implementasi model untuk Langkah-langkah pembelajaran tersebut
memastikan penelitian dan implementasi diuraikan dalam tabel berikut.

p-ISSN 1412-0712 | e-ISSN 2527-8312


92 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 17, Nomor 1, April 2017, hlm. 81-97

p-ISSN 1412-0712 | e-ISSN 2527-8312


Wajdi, Implementasi project based learning .... 93

Hasil Implementasi Model Pembelajaran Serang. Untuk mengukur keberhasilan


Project Based Learning (PBL) dan implementasi model, peneliti menggunakan
Penilaian Autentik dalam Pembelajaran rubric penilaian pertunjukan drama sebagai
Drama Indonesia parameter tanpa mengabaikan penilaian-
Implementasi model tersebut dilakukan pada penilaian dengan rubrik yang lain. Berikut
dua sekolah yaitu SMPN 1 dan SMPN 2 Kota nilai hasil implementasi model tersebut.

p-ISSN 1412-0712 | e-ISSN 2527-8312


94 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 17, Nomor 1, April 2017, hlm. 81-97

p-ISSN 1412-0712 | e-ISSN 2527-8312


Wajdi, Implementasi project based learning .... 95

SIMPULAN DAFTAR RUJUKAN


Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat Amarzaki. (2005). Pembelajaran kemampuan
disimpulan bahwa (1) model pembelajaran bersastra: motivasi, inisiatif,
project-based learning (PBL) dan penilaian kreatifitas, dan refleksi. Makalah
autentik dapat dilaksanakan dengan baik dalam Konferensi Internasional
dan mudah; dan (2) hasil implementasi Kesusasteraan XVI-HISKI
model berupa nilai pembelajaran drama Palembang, 18-21 Agustus 2005.
menunjukkan hasil yang sangat memuaskan Archbald, D. (1991). Authentic assessment: what
dengan nilai rata-rata 3,55 dan 3,63 pada it means and how it can help schools.
skala 1-4 dengan kualifikasi sangat baik. Madison, WI: National Center
for Effective Schools Research

p-ISSN 1412-0712 | e-ISSN 2527-8312


96 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 17, Nomor 1, April 2017, hlm. 81-97

and Development, University of Lindawati, F., Siska D., & Maftukhin, A.


Wisconsin. Diakses tanggal 3 Maret (2013). Penerapan model
2013 dari http://www.ncrel.org/ pembelajaran project based learning
sdrs/areas/issues/envrnmnt/stw/ untuk meningkatkan kreativitas siswa
sw1refer.htm. MAN I Kebumen. Jurnal Radiasi, Vol.
Brears, L., MacIntyre, B. & O’Sullivan, 3, (1). Hlm. 42-45.
G.(2011). Preparing teachers for Marantika, J.E.R. (2014). Drama dalam
the 21st century using PBL as an pembelajaran bahasa dan sastra.
integrating strategy in science and Tahuri, Vol. 11 (2). Agustus 2014.
technology education. Design and Miller, A. (2012). PBL and standardized tests?
Technology Education: An International it can work! Diakses pada 25 April
Journal, 16(1), 36-46. 2015. dari: http://www.edutopia.
Capraro, M. M., Capraro, R. M., & Morgan, J. org/blog/PBL-and-standardized-
R. (Eds.). (2013). STEM project- tests-andrew-miller.
based learning: An integrated science, Nurgiyantoro, B. (2011). Penilaian autentik
technology, engineering, and mathematics. dalam pembelajaran bahasa. Yogyakarta:
Dari http:// sensepublishers.com/ Gadjah Mada University Press.
media/1522-stem-project-based- Pryor, C. R., & Kang, R.. (2013). Project-
learning.pdf based learning: an interdisciplinary
Cresswell, J.W.( 2003). Research design qualitative, approach for integrating social
quantitative, and mixed methods studies with STEM dalam R.M.
Approaches. (2nd edition). California: Capraro, M.M. Capraro and J.
SAGE Publication International Morgan (eds.), STEM Project-based
Educational And Profesional learning: an integrated science, technology,
Publisher. engineering and mathematics (STEM)
Hamid, A. (2007). Teori belajar dan pembelajaran. approach, 129–138. Rotterdam: Sense
Jakarta: Rineka Cipta. Publishers.
Irawan, I.P.A.U., Sudiana, I.N., & Wendra, Rais, M. (2010). Project based learning:
I.W. (2014). Penggunaan film inovasi pembelajaran yang
bisu dengan teknik dubbing untuk berorientasi soft skills. Makalah
meningkatkan kemampuan dalam Seminar Nasional Pendidikan
menyampaikan dialog dalam drama Teknologi dan Kejuruan Fakultas
siswa kelas XII IPA 1 di SMA Negeri Teknik Universitas Negeri Surabaya
2 Negara. Jurnal Pendidikan Bahasa dan 11 Desember 2010.
Sastra Indonesia. Vol. 2 No. 1 Tahun Roessingh, H. & Chambers, W. (2011).
2014. Diakses dari http://ejournal. Project-based learning and pedagogy
undiksha.ac.id/index.php/JJPBS/ in teacher preparation: staking
article/view/2526. out the theoretical Mid-Ground.
Jagantara, I M. W., Adnyana, P. B, & International Journal of Teaching and
Widiyanti, N. L. P. M. (2014). Learning in Higher Education,Volume
Pengaruh model pembelajaran 23 (1).
berbasis proyek (Project Based Learning) Samanthis, A. & Sulistyo, E. (2014).
terhadap hasil belajar biologi ditinjau Pengembangan perangkat
dari gaya belajar siswa SMA. e-journal pembelajaran menggunakan model
Program Pascasarjana Universitas Project based learning pada Standar
Pendidikan Ganesha.Volume 4 (1). Kompetensi memperbaiki Radio
Penerima di SMKN 3 Surabaya.

p-ISSN 1412-0712 | e-ISSN 2527-8312


Wajdi, Implementasi project based learning .... 97

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Syukron, A., Subyantoro, & Yuniawan, T.


Volume 03, (01), Tahun 2014. (2016). Peningkatan keterampilan
Setiaji, A.N., (2014). Pengembangan model menulis naskah drama dengan
kooperatif modeling the way dengan metode picture and picture. Jurnal
teknik Rendra dalam pembelajaran Pendidikan Bahasa dan Sastra
bermain drama bermuatan Indonesia. Diakses dari: http://
pendidikan karakter pada Peserta journal.unnes.ac.id/sju/index.php/
Didik SMP Kelas VIII. Seloka: Jurnal jpbsi.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. The George Lucas Educational Foundation (2003).
Diakses dari: http://journal.unnes. Diakses pada 23 April 2015, dari:
ac.id/sju/index.php/seloka/article/ https://prezi.com/ky_fz_eah7rd/
view/6625 steps-for-project-based-learning/.
Suryatin, H.E. (1997). Efektivitas model Wajdi, F. (2017). Pengembangan model
mengajar resepsi dan pendekatan resepsi pembelajaran Project based learning (PBL)
sastra dalam pengajaran sastra untuk berbantuan penilaian autentik dalam
meningkatkan kemampuan apresiasi pembelajaran drama Indonesia. Bandung:
sastra (Rangkuman Disertasi). Bandung: Disertasi belum diterbitkan.
PPS-IKIP. Weyers, M. (2012). PBL Pilot: 4 strategies to
Sutrisna, GRA., Nengah, M., Arifin. (2013). implement and spread PBL in your school.
Evaluasi dalam pembelajaran drama Diakses pada 25 April 2015 dari:
di kkelas XI IA1, SMA Negeri Se- http://www. Edutopia.org/blog/
Kota Singaraja. Jurnal Penelitian pbl-pilot-implement-spread-your-
Pascasarjana Undiksha. Diakses dari: school-matt-weyers-jen-dole.
http://pasca.undiksha.ac.id/e- Vega, V. (2012). Project-based learning research
journal/index.php/jurnal_bahasa/ review. Diakses pada tanggal 25 April
article/view/533 2015, dari: http://edutopia.org/pbl-
research-learning-outcomes.

p-ISSN 1412-0712 | e-ISSN 2527-8312

Anda mungkin juga menyukai