PJBL PDF
PJBL PDF
Fathullah Wajdi
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
E-mail: fathullahwajdi@yahoo.com
DOI: http://dx.doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v17i1.6960
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menjelaskan implementasi dan hasil implementasi model pembelajaran project
based learning (PBL) dan penilaian autentik agar dapat dijadikan contoh dan pedoman guru dalam
melaksanakan pembelajaran drama dan sastra pada umumnya. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode kualitatif dengan tahapan menentukan asumsi, menentukan desain, menentukan
aturan penelitian, mengumpulkan data, melakukan perekaman data, menganalisis data, melakukan
verivikasi tahap penelitian, dan menarasikan atau mendeskripsikan hasil penelitian. Penelitian ini
menghasilkan beberapa temuan yaitu (1) project based learning (PBL) dan penilaian autentik sangat
sesuai diterapkan dalam pembelajaran drama; (2) model pembelajaran dan penilaian ini mudah
dilaksanakan dalam pembelajaran drama; (3) model pembelajaran dan penilaian ini dilaksanakan
dengan mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang sederhana namun menantang siswa untuk
berpartisipasi aktif; dan (4) model pembelajaran dan penilaian ini menghasilkan kompetensi siswa
yang memuaskan, yaitu dengan nilai rata-rata 3,55 dan 3,63 pada skala 1-4 dengan kualifikasi sangat
baik. Kompetensidiukur melalui penilaian autentik dengan rubrik penilaian parameter pertunjukan
drama. Berdasarkan pembehasan tersebut dapat disimpulkan bahwa (1) model pembelajaran project
based learning (PBL) dan penilaian autentik dapat dilaksanakan dengan baik dan mudah; dan (2) hasil
implementasi model berupa nilai pembelajaran drama menunjukkan hasil yang sangat memuaskan.
Kata kunci: PBL, penilaian autentik, drama Indonesia
Abstract
This study aims to explain the implementation of project learning model (PBL) and authentic
assessment that can serve as a model for teachers in teaching drama and literature in general. This is
a qualitative research study with the following stages: determine assumptions, determine the design,
determine the rules of research, collect data, perform data recording, analyze data, verify the research
stage, and describe the research results. This research generates several findings: (1) project based
learning (PBL) and authentic assessment fit well with the teaching of drama; (2) the model in question
is easy to implement in teaching drama; (3) the learning steps involved are simple yet stimulate the
students to actively participate; and (4) this model leads to satisfactory student competence, with an
average of 3.55 and 3.63 on a 1-4 scale with excellent qualifications. Competitiveness is measured
through the authentic judgment with the rubric of the drama performance parameter. Based on the
discussion, it can be concluded that (1) project based learning (PBL) and authentic assessment can be
implemented well and easily; and (2) the result of model implementation in teaching drama indicates
very satisfactory results.
Keywords: project based learning, authentic assessment, Indonesian drama
81
82 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 17, Nomor 1, April 2017, hlm. 81-97
waktu dengan plot waktu yang terbatas. Sekedar membaca puisi atau menentukan
Pendapat serupa juga dikemukakan rima juga belum mampu memunculkan
Hamid (2007, p. 12-14) bahwa pengajaran kreativitas pada siswa.
sastra di lembaga pendidikan formal dari Persoalan lain berkaitan dengan
hari ke hari semakin sarat dengan berbagai pembelajaran drama adalah persoalan
persoalan di antaranya: 1) pengetahuan penilaian. Dalam melakukan penilaian
kemampuan dasar dalam bidang kesustraan perkembangan pemahaman dan keterampilan
para guru sangat terbatas, 2) materi kesastraan siswa dalam pembelajaran drama sebagian
yang mereka peroleh selama mengikuti besar guru masih menggunakan jenis
pendidikan formal di LPTK yang sangat penilaian yang sama dengan pembelajaran
terbatas, 3) materi kesastraan yang mereka lain, yaitu penilaian yang dilakukan pada hasil
peroleh selama mengikuti pendidikan formal akhir pembelajaran.
di perguruan tinggi (PT) sangat terbatas, 4) Berkaitan dengan penilaian, Sutrisna,
Materi kuliah kesastraan yang mereka peroleh Nengah, dan Arifin (2013) mengutip
lebih bersifat teoritis, sedangkan yang mereka pendapat Sarwiji (2005) yang menemukan
butuhkan di lapangan lebih bersifat praktis. bahwa kemampuan guru dalam menyiapkan
Amarzaki (2005) dengan sudut dan melakukan penilaian masih kurang dan
pandang yang sedikit berbeda menjelaskan bahkan masih banyak guru yang belum
bahwa pembelajaran sastra belum mampu memiliki pemahaman yang memadai
membuka mata siswa terhadap daya tarik tentang sistem penilaian yang sesuai dengan
sastra. Kalau sekedar menghafal nama penerapan kurikulum yang berlaku.
pengarang, judul karya, dan periodisasi sastra Dalam hasil penelitiannya Wajdi
saja memang belum cukup menarik bagi (2017) menguraikan hasil penilaian akhir
siswa. Sekedar menentukan unsur-unsur yang dilakukan guru dalam pembelajaran
intrinsik dan ekstrinsik karya sastra, tanpa drama dengan metode konvensional sebagai
mengaitkannya dengan pengalaman siswa berikut.
juga belum mampu membuka mata siswa.
penilaian autentik dalam pembelajaran drama diberlakukannya pedagogis ketiga aspek dari
Indonesia? proses PBL, kami menawarkan tiga unsur
Project-based learning merupakan yang mendukung yaitu penyelidikan,berpikir
sebuah model pembelajaran yang sudah kritis,dan pengambilan keputusan (Pryor dan
banyak dikembangkan di negara-negara maju Kang dalam Capraro, Capraro dan Morgan
seperti Amerika Serikat. Jika diterjemahkan (Eds), 2013, p.29).
dalam bahasa Indonesia, Project Dengan sudut pandang yang sedikit
Based Learning (PBL) bermakna sebagai berbeda Baron (1998, p.271) seperti dikutip
pembelajaran berbasis proyek (Rais, 2010, Lindawati, Fatmariyanti, dan Maftukhin,
p.4). Pembeajaran berbasis proyek adalah 2013, p.43) berpendapat bahwa project based
suatu pendekatan pendidikan yang efektftif learning adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang berfokus pada jreatifitas berpikir, yang membenturkan siswa kepada masalah-
pemecahan masalah, dan interakksi antara masalah praktis melalui stimulus dalam
siswa dengan kawan sebaya mereka untuk belajar. Peranan guru sangat penting dalam
menciptakan dan menggunakan pengetahuan memberikan stimulus-stimulus agar siswa
baru.Khususnya ini dilakukan Dalam dapat melakukan pembelajaran secara
konteks pembelajaran ktif, dialog ilmiah mandiri, menemukan pemahamannya sendiri
dengan supervisor yang aktif sebagai peneliti dan mengembangkan kreatifitasnya secara
(Asan, 2005 dalam Jagantara, Adnyana, dan kolaboratif.
Widiyanti, 2014). Roessingh dan Chambers (2011, p.60)
Project-based learning (PBL) seperti mengemukakan bahwa elemen penting dalam
ditulis Jonassen (1997) dalam Jagantara, desain proyek yaitu, (1) gambaran proyek
Adnyana, dan Widiyanti (2014) merupakan dengan rasionalisasinya, (2) seperangkat
pendekatan konstruktif yang memberikan tujuan pembelajaran yang jelas dan konsep-
instruksi dengan fokus pada dunia nyata konsep kunci, (3) daftar bahan dan sumber
yang kurang terstruktur. Pusat orientasi daya, (4) memungkinkan seperangkat tugas,
PBL lebih meyarankan kesempatan dan (5) kriteria penilaian dan rubrik.
belajar berbasis inquiri yaitu pengalaman Berbeda dengan model-model
terstruktur didasarkan pada keyakinan tradisional yang mementingkan kecepatan
bahwa pembelajaran terjadi ketika individu pencapaian target kurikulum yang
diminta untuk melakukan penyelidikan dan menghasilkan pembelajaran yang singkat
seputar masalah yang terjadi. Brears, Mac dan pada tataran kulit, project based learning
Intyre, dan O’Sullivan (2011) menjelaskan (PBL) memberikan pengalaman belajar yang
bahwa proses penyelidikan mungkin dimulai detail, rinci, menantang, dan dalam jangka
dengan refleksi diri dan evaluasi. Oleh waktu yang lebih panjang dengan target
karena itu, Brears dkk. mencatat pentingnya terselesaikannya proyek yang menghasilkan
tiga aspek penyelidikan (pencarian terhadap sebuah produk, karya siswa yang memuaskan.
pemecahan masalah), yaitu (1) kerja Menurut Buck Institute for Education (Samanthis
kelompok kolaboratif, (2) penekanan pada & Sulistyo, 2014:25), terdapat perbedaan
analisis dan evaluasi,dan (3) menambahkan antara pembelajaran tradisional dan project
refleksi (praktik). Untuk mendorong based learning. Berikut ini perbedaan tersebut.
Sementara itu pada bagian lain The building process. Teacher and students
George Lucas Educational Foundation (2003) brainstorm activities that support the inquiry.
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran 3. Schedule
dengan menggunakan model pembelajaran Teacher and students design a timeline for
project based learning (PBL) sebagai berikut: project components. Set benchmarks.
1. Question Keep it simple and age-appropriate.
Start with the Essential Question. Take 4. Monitor
a real-world topic and begin an in-depth Make the assessment authentic. Know
investigation. Make sure it is relevant to your authentic assessment will require more time
students. and effort from the teacher. Vary the type of
2. Plan assessment used.
Plan which content outcomes will be addressed Assess
while answering the question. Involve students 5. Facilitate the process. Mentor the process.
in the questioning, planning, and project- Utilize rubrics.
Siswa diminta mengungkapkan apa saja yang e. Mengkalibrasi proyek (menggunakan solusi
telah mereka pahami dan lakukan selama untuk memastikan bahwa pengetahuan
proyek berlangsung. Selain itu, siswa juga dan keterampilan yang dihasilkan oleh
diminta mengungkapkan perasaannya dan solusi yang paling layak sesuai dengan
pengalaman baru yang mereka peroleh. pengetahuan dan keterampilan pada
langkah pertama.
Membandingkan kedua pendapat ahli
f. Menjelaskan tugas (membuat deskripsi
tersebut, penelitian inimenggunakan tahapan tugas, menghapus informasi solusi
pembelajaran PBL yang dikemukakan oleh masalah yang paling layak).
The George Lucas Educational Foundation dengan g. Merefleksikan pembelajaran (memberi
beberapa pertimbangan berikut: kesempatan kepada siswa untuk memeriksa
a. Keakuratan; tahap-tahap pembelajaran kemajuan belajar mereka sendiri agar
memiliki ketepatan sistematis dan lengkap; mereka tahu dan mampu membuat jurnal
b. Kejelasan; tahap-tahap pembelajaran laporan.
mudah dipahami sehingga lebih mudah Bagian akhir dari implementasi PBL
diimplementasikan; adalah melakukan evaluasi dan pengetesan
c. Kesederhanaan; hal ini tidak dapat terhadap kompetensi siswa. Berkaitan dengan
dilepaskan dari faktor kejelasan.
hal ini, Miller (2012) memberikan beberapa
Kesederhanaan bahasa petunjuk dalam
tahap-tahap pembelajaran memudahkan saran penerapan standar tes dalam PBL, yaitu
pemahaman dan implementasinya. (1) jangan menunggu, maksudnya guru tidak
d. Kesesuaian dengan pokok bahasan perlu menunggu hingga akhir proyek untuk
pembelajaran yang akan menjadi objek melakukan tes atau penilaian. Tes dapat
penelitian. dilakukan selama proses belajar berlangsung;
Weyers (2012) menjelaskan empat (2) Kekuatan standar/target pembelajaran,
strategi dalam mengimplementasikan PBL maksudnya ketika guru merancang proyek
dengan baik di sekolah. Strategi itu adalah PBL, pastikan standar tes sesuai dengan
(1) lakukan dengan dua cara; (2) kenali upaya target pembelajaran; (3) Implementasi PBL
sebelumnya; (3) memanfaatkan kata “dan”, yang sempurna, maksudnya pengetesan atau
(3) menjadikan kelas sebagai tempat terbuka. evaluasi dapat dilakukan pada implementasi
Vega (2012) menambahkan bahwa untuk PBL yang sempurna. Proyek yang
menghindari kegagalan dalam implementasi dilaksanakan tanpa kendali akan sulit untuk
PBL diperlukan pemecahan masalah. Guru diterapkan standar tes yang baik dan evaluasi
dapat menghindari kesalahan umum dengan menyeluruh.
mengikuti tujuh prosedur yang diadaptasi Berkenaan dengan penilaian, sebuah
dari Hung (2008) sebagai berikut: proyek yang membutuhkan pemantauan atau
a. Menentukan konten (konten yang monitoring yang ketat membutuhakan penilaian
diharapkan siswa). autentik yang mengedepankan penilaian
b. Mengidentifikasi konten tersebut (daftar proses namun tidak pula mengabaikan
kegiatan kehidupan nyata di mana peserta penilaian akhir. Penilaian autentik
didik dapat menerapkan konten yang sebenarnya sudah lama diperkenalkan dalam
diinginkan). dunia pendidikan di Indonesia walaupun di
c. Mendaftar kemungkinan masalah
beberapa daerah masih terkesan baru dan
(membuat daftar masalah yang mungkin
terjadi dalam proyek). awam.Penilaian ini baru naik ke permukaan
d. Menjelaskan potensi solusi dan ramai-ramai dibicarakan setelah KTSP
(menggambarkan solusi yang paling menyarankan penggunaan pembelajaran
layak untuk memecahkan masalah dalam kontekstual, dan di pihak lain, penggunaan
proyek serta kemungkinan besar solusi strategi pembelajaran ini menunjukkan
alternatifnya). penggunaan penilaian autentik dalam hal
pengukuran hasil pembelajaran peserta didik. karena penilaian autentik sebagai alternatif
Keadaan itu mirip dengan portofolio yang untuk penilaian tradisional.Terakhir, disebut
juga baru menjadi popular setelah adanya sebagai penilaian langsung karena penilaian
sertifikasi guru dan dosen yang mensyaratkan autentik menyediakan lebih banyak bukti
mereka untuk membuat portofolio. Perlu langsung dari aplikasi bermakna dari
diketahui bahwa penilaian dengan cara pengetahuan dan keterampilan.
portofolio sebenarnya salah satu dari bentuk Archbald (1991) menjelaskan bahwa
penilaian autentik (Nurgiyantoro, 2011, p.22- penilaian autentik adalah setiap jenis penilaian
23). yang menuntut siswa untuk menunjukkan
Penilaian autentik sering diidentikkan keterampilan dan kompetensi yang realistis
dengan penilaian yang dilakukan berdasarkan mewakili masalah dan situasi yang mungkin
keadaan nyata, langsung, berorientasi pada ditemui dalam kehidupan sehari-hari.Siswa
pembelajaran aktif, dan pengukuran yang diminta untuk menghasilkan ide-ide, untuk
tidak selalu tetap namun memiliki standar mengintegrasikan pengetahuan, dan untuk
yang jelas.Penilaian autentik memang menyelesaikan tugas-tugas yang memiliki
termasuk dalam jenis penilaian yang tidak aplikasi dunia nyata.Pendekatan seperti ini
mudah dilaksanakan terutama dalam membutuhkan orang yang mampu membuat
pengadministrasian bila dibandingkan dan menggunakan penilaian dalam penerapan
dengan penilaian tradisional. Hal ini didukung penilaian berpatokan.
pula dengan faktor kebiasaan guru yang telah Penilaian autentik mementingkan
lama menggunakan penilaian tradisional penilaian proses dan hasil sekaligus. Dengan
sebagai satu-satunya cara menilai kompetensi demikian, seluruh tampilan siswa dalam
siswa. Bila penilaian dimaksudkan untuk rangkaian kegiatan pembelajaran dapat dinilai
menyelesaikan masalah pengadministrasian, secara objektif, apa adanya, dan tidak semata-
maka penilaian tradisionallah jawabannya, mata hanya berdasarkan hasil akhir (produk)
dengan catatan, bila perlu pengadministrasian saja. Lagi pula, amat banyak kinerja siswa
tidak dilakukan.Namun, penilaian dilakukan yang ditampilkan selama berlangsungnya
bukan dengan tujuan administratif kegiatan pembelajaran sehingga penilaiannya
belaka.Penilaian dilakukan dalam rangka harus dilaksanakan selama dan sejalan
mengumpulkan data-data sebagai bahan dengan berlangsungnya kegiatan proses
dalam menentukan sebuah keputusan pembelajaran. Jika dilihat dari sudut
tentang keberhasilan sebuah pembelajaran. pandang teori Bloom—sebuah model yang
Sebagai penilaian kinerja atau dijadikan acuan pengembangan penilaian
penilaian berbasis kinerja, disebut demikian dalam beberapa kurikulum di Indonesia
karena siswa diminta melakukan tugas- sebelum ini—penilaian haruslah mencakup
tugas bermakna.Beberapa ahli pendidikan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
membedakan penilaian autentik dengan (Nurgiyantoro, 2008, p.251). Seperti dimuat
penilaian kinerja dan penilaian autentik dalam www.park.educetlquicktipsauthassess.
merupakan penilaian kinerja dengan html mengontraskan antara penilaian
menggunakan tugas dunia nyata, autentik dan autentik dan penilaian tradisional dalam tabel
konteks.Disebut sebagai penilaian alternatif berikut.
dengan melakukan pengelompokan dan model telah dilaksanakan dengan benar; dan
pengkategorian berdasarkan permasalahan kedelapan, penelitian mendeskripsikan hasil
penelitian. Data dianalisis dengan keperluan penelitian.
bahwa implementasi model pembelajaran
Project-based learning (PBL) dan penilaian HASIL DAN PEMBAHASAN
autentik perlu dianalisis untuk dapat Implementasi Model Pembelajaran
dideskripsikan secara jelas tahap demi Project Base Learning (PBL) dan
tahap penerapan model ini. Data ini akan Penilaian Autentik dalam Pembelajaran
menjelaskan efektifitas proses implementasi Drama Indonesia
model pembelajaran Project Based Learning Secara praktis model pembelajaran project-based
(PBL) dan penilaian autentik serta hasil learning (PBL) dan penilaian autentik dalam
implementasi tersebut.Ketujuh, peneliti pembelajaran drama Indonesia berbentuk
melakukan verifikasi langkah-langkah sintaks atau langkah-langkah pembelajaran.
penelitian dan implementasi model untuk Langkah-langkah pembelajaran tersebut
memastikan penelitian dan implementasi diuraikan dalam tabel berikut.