Anda di halaman 1dari 9

GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERBUKA

A. Pendahuluan

Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh pencekungan
(cupping) diskus optikus, pengecilan lapangan pandang; biasanya disertai peningkatan tekanan
intraokuler. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang
pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik
yang dapat berakhir dengan kebutaan.

Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian yaitu glaukoma primer, glaukoma
kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma absolut sedangkan berdasarkan mekanisme
peningkatan tekanan intraokular glaukoma dibagi menjadi dua, yaitu glaukoma sudut terbuka dan
glaukoma sudut tertutup.

Pada sebagian besar kasus, glaukoma tidak disertai dengan penyakit mata lainnya (glaukoma
primer). Glaukoma primer sudut terbuka merupakan bentuk yang tersering, bersifat kronik dan
bersifat progressive, menyebabkan pengecilan lapangan pandang bilateral progressive asimptomatik
yang muncul perlahan dan sering tidak terdeteksi sampai terjadi pengecilan lapangan pandang yang
ekstensif. Diagnosa glaukoma primer sudut terbuka jika pada pemeriksaan didapatkan adanya
peningkatan tekanan intraokular, gambaran kerusakan diskus optikus dan defek lapangan pandang.
Adapun bentuk lain dari glaukoma yaitu glaukoma primer sudut tertutup, glaukoma sekunder sudut
terbuka, glaukoma sekunder sudut tertutup, glaukoma kongenital dan glaukoma absolut.

Mekanisme peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma adalah gangguan aliran keluar
aqueous humor akibat kelainan sistem drainase sudut bilik mata depan (glaukoma sudut terbuka) atau
gangguan akses aqueous humor ke sistem drainase (glaukoma sudut tertutup). Pada semua pasien
glaukoma, perlu tidaknya diberikan terapi dan efektifitas terapi ditentukan dengan melakukan
pengukuran tekanan intraokuler (tonometri), inspeksi diskus optikus dan pengukuran lapangan
pandang secara teratur.

Pengobatan pada glaukoma terdiri atas pengobatan medis serta terapi bedah dan laser.
Pengobatan ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokuler dan apabila mungkin memperbaiki
patogenesis yang mendasarinya.

B. Epidemiologi

Glaukoma adalah penyebab kedua kebutaan di dunia, hampir 60 juta orang terkena glaukoma.
Di Amerika, penyakit ini merupakan penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah. Glaukoma sudut
terbuka primer merupakan bentuk tersering pada ras kulit hitam dan putih. Ras kulit hitam memiliki
resiko yang lebih besar mengalami onset dini, keterlambatan diagnosis dan penurunan penglihatan
yang berat dibandingkan ras kulit putih. Di Amerika Serikat, 1,29% orang berusia lebih dari 40 tahun,
meningkat hingga 4,7% pada orang berusia lebih dari 75 tahun, diperkirakan mengidap glaukoma
sudut terbuka primer. Pada penyakit ini terdapat kecenderugan familial yang kuat dan kerabat dekat
pasien dianjurkan menjalani pemeriksaan skrining yang teratur.

Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-15% kasus ras kulit putih. Glaukoma sudut
tertutup primer berperan pada lebih dari 90% kebutaan bilateral akibat glaukoma di China. Glaukoma
tekanan normal merupakan tipe yang paling sering di Jepang.
C. Anatomi dan Fisiologis

Sudut bilik mata depan terletak pada pertautan antara kornea perifer dan pangkal iris. Ciri-ciri
anatomi utama sudut ini adalah garis Schwalbe, anyaman trabekula (yang terletak di atas kanal
Schlemm), dan taji sklera (sclera spur).

Garis Schwalbe menandai berakhirnya endotel kornea. Struktur ini merupakan tepi membrane
Descment dan terdiri dari suatu jaringan atau pinggiran yang sempit dimana bagian dalam kornea
bertemu dengan sklera, dengan jari-jari kelengkungan yang berbeda. Dapat terlihat seperti sebuah
garis atau pembukitan berwarna putih dan berbatasan dengan bagian anterior anyaman trabekula.
(5,6,7)

Anyaman trabekula berbentuk segitiga pada potongan melintang, dengan dasar yang
mengarah ke corpus ciliare. Anyaman ini tersusun atas lembar-lembar berlubang jaringan kolagen dan
elastik yang membentuk suatu filter dengan pori yang semakin mengecil ketika mendekati kanal
Schlemm. Bagian dalam anyaman ini, yang menghadap ke bilik mata depan dikenal sebagai anyaman
uvea; bagian luar yang berada dekat kanal Schlemm disebut anyaman korneoskleral. Serat-serat
longitudinal otot siliaris menyisip ke dalam anyaman trabekula tersebut.

Taji sklera merupakan penonjolan sklera ke arah dalam di antara corpus ciliare dan kanal
Sclemm, tempat iris dan kanal Schlemm menempel. Kanal Sclemm merupakan kapiler yang
mengelilingi kornea. Dindingnya terdiri dari satu lapis sel, diameter nya 0,5 mm. Pada dinding
sebelah dalam terdapat lubang-lubang sebesar 2 U, sehingga terdapat hubungan langsung antara
trabekula dan kanal Schlemm. Dari kanal Sclemm, keluar saluran kolektor 20-30 buah yang menuju
ke pleksus vena di dalam jaringan sklera dan episklera dan vena siliaris anterior di badan siliar.

Tekanan intraokuler ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueous dan tahanan
terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor akueous adalah suatu cairan jernih yang mengisi camera
oculi anterior dan camera oculi posterior. Volumenya adalah sekitar 250 µL, dan kecepatan
pembentukannya memiliki variasi diurnal adalah 2,5 µL/menit. Tekanan osmotiknya lebih tinggi
dibandingkan plasma. Komposisi humor akueous serupa dengan plasma, kecuali bahwa cairan ini
memiliki konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang lebih tinggi serta protein, urea dan glukosa
yang lebih rendah.

Cairan bilik mata (humor akueous) dibentuk oleh epitel tak berpigmen corpus ciliare, masuk
ke dalam bilik mata belakang (camera oculi posterior) kemudian melaui pupil masuk ke bilik mata
depan (camera oculi anterior), ke sudut camera oculi anterior melalui trabekula ke kanal Sclemm,
saluran kolektor, kemudian masuk ke dalam pleksus vena di jaringan sklera dan episklera juga ke
dalam vena siliaris anterior di corpus ciliare. Saluran yang mengandung cairan camera oculi anterior
dapat dilihat di daerah limbus dan subkonjuntiva yang dinamakan aqueos veins.

D. Etiopatogenesis

Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik (neuropati optik) yang
biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada papil saraf optik. Iskemia tersendiri
pada papil saraf optik juga penting. Hilangnya akson menyebabkan defek lapangan pandang dan
hilangnya ketajaman penglihatan jika lapangan pandang sentral terkena.
Ada dua teori utama mengenai mekanisme kerusakan serabut saraf oleh peningkatan tekanan
intraokular yaitu teori mekanik dan teori vaskular :

· Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan kerusakan mekanik pada akson saraf optik dan
penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina, iris dan korpus siliar juga menjadi atrofi,
dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin sehingga terjadi penurunan penglihatan.

· Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan iskemia akson saraf akibat berkurangnya aliran
darah pada papil saraf optik. Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus.

Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah proses degeneratif di
jaringan trabekular berupa penebalan lamella trabekula yang mengurangi ukuran pori dan
berkurangnya jumlah sel trabekula pembatas. Juga termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam
jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Hal ini berbeda dengan proses penuaan
normal. Akibatnya adalah penurunan drainase humor akueous yang menyebabkan peningkatan
tekanan intraokuler.

Tekanan intraokuler yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan
tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih kuat
daripada bagian tengah sehingga terjadi cekungan pada papil saraf optik.

E. Faktor Resiko

Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan perawatan dini glaukoma adalah satu-
satunya jalan untuk menghindari hilangnya penglihatan. Beberapa faktor resiko terjadinya glaukoma
sudut terbuka adalah :

· Umur lebih dari 40 tahun

· Peningkatan tekanan intraokuler

· Keturunan Amerika-Afrika

· Riwayat trauma ocular

· Penggunaan kortikosteroid topikal, sistemik ataupun endogen

· Myopia

· Diabetes mellitus

· Penyakit vascular karotis

· Penyakit distiroid

· Kehilangan darah akut

· Anemia

· Riwayat hipertensi sistemik

· Insufisiensi vascular
· Penyakit migrain

F. Diagnosis

Diagnosis penyakit ini ditegakkan berdasarkan hasil yang didapat dari anamnesis dan
pemeriksaan ofthamologi.

1. Anamnesis

Masalah utama dalam mendeteksi glaukoma sudut terbuka primer adalah tidak adanya gejala
sampai stadium akhir. Mulai timbulnya gejala glaukoma primer sudut terbuka agak lambat yang
kadang-kadang tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan. Sewaktu
pasien menyadari ada pengecilan lapangan pandang, biasanya telah terjadi pencekungan
glaukomatosa yang bermakna. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang mengakibatkan
terdapat gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa disadari oleh penderita.

Pada glaukoma sudut terbuka, kerusakan lapangan pandang mata dimulai dari tepi lapangan
pandang dan lambat laun meluas ke bagian tengah. Dengan demikian penglihatan sentral (fungsi
macula) bertahan lama, walaupun penglihatan perifer sudah tidak ada sehingga penderita tersebut
seolah-olah melihat melalui teropong (tunnel vision).

Diduga glaukoma primer sudut terbuka diturunkan secara dominan atau resesif pada 50%
penderita sehingga riwayat keluarga juga penting diketahui dalam menggali riwayat penyakit.

2. Pemeriksaan Ofthamolog

Pengukuran Tekanan Intraokular

Rentang tekanan intraokular normal adalah 10-21 mmHg. Pada usia lanjut, rerata tekanan
intraokularnya lebih tinggi sehingga batas atasnya adalah 24 mmHg. Tekanan bola mata untuk satu
mata tak selalu tetap, tetapi dapat dipengaruhi seperti pada saat bernapas mengalami fluktuasi 1-2
mmHg dan pada jam 5-7 pagi paling tinggi, siang hari menurun, malam hari naik lagi. Hal ini
dinamakan variasi diurnal dengan fluktuasi 3 mmHg.

Menurut Langley dan kawan-kawan, pada glaukoma primer sudut terbuka terdapat empat tipe
variasi diurnal yaitu 1) Flat type, TIO sama sepanjang hari; 2) Falling type, puncak TIO terdapat pada
waktu bangun tidur; 3) Rising type, puncak TIO didapat pada malam hari; 4) Double variation;
puncak TIO didapatkan pada jam 9 pagi dan malam hari. Menurut Downey, jika pada sebuah mata
didapatkan variasi diurnal melebihi 5 mmHg ataupun selalu terdapat perbedaan TIO sebesar 4 mmHg
atau lebih maka menunjukan kemungkinan suatu glaukoma primer sudut terbuka, meskipun TIO
normal.

Pada glaukoma sudut terbuka primer, 32-50% individu yang terkena akan memperlihatkan
tekanan intraokular yang normal saat pertama kali diperiksa. Sebaliknya, peningkatan tekanan
intraokular semata tidak selalu diartikan bahwa pasien mengedap glaukoma sudut terbuka primer;
untuk menegakkan diagnosis diperlukan bukti-bukti lain seperti adanya diskus optikus glaukomatosa
atau kelainan lapangan pandang. Apabila tekanan intraokular terus-menerus meninggi sementara
diskus optikus dan lapangan pandang normal (hipertensi okular), pasien dapat diobservasi secara
berkala sebagai tersangka glaukoma.

Ada empat macam tonometer yang dikenal yaitu tonometer schiotz, tonometer digital,
tonometer aplanasi dan tonometeri Mackay-Marg. Pengukuran tekanan intraokular yang paling luas
digunakan adalah tonometer aplanasi Goldmann, yang dilekatkan ke slitlamp dan mengukur gaya
yang diperlukan untuk meratakan daerah kornea tertentu.

Tonometer aplanasi merupakan alat yang paling tepat untuk mengukur tekanan bola mata dan
tidak dipengaruhi oleh faktor kekakuan sklera. Tonometer schiotz merupakan alat yang paling praktis
sederhana. Pengukuran tekanan bola mata dinilai secara tidak langsung yaitu dengan melihat daya
tekan alat pada kornea, karna itu dinamakan juga tonometri indentasi schiotz. Dengan tonometer ini
dilakukan penekanan terhadap permukaan kornea menggunakan sebuah beban tertentu. Makin rendah
tekanan bola mata, makin mudah bola mata ditekan, yang pada skala akan terlihat angka skala yang
lebih besar. Tansformasi pembacaan skala tonometer ke dalam tabel akan menunjukan tekanan bola
mata dalam mmHg. Kelemahan alat ini adalah mengabaikan faktor kekakuan sklera. (8,10,11)

Tonometer digital adalah cara yang paling buruk dalam penilaian terhadap tekanan bola mata
oleh karena bersifat subjektif. Dasar pemeriksaannya adalah dengan merasakan reaksi kelenturan bola
mata (balotement) pada saat melakukan penekanan bergantian dengan kedua jari tangan. Tekanan
bola mata dengan cara digital dinyatakan dengan nilai N+1, N+2, N+3, dan sebaliknya N-1 sampai
seterusnya.

Pada penderita tersangka glaukoma, harus dilakukan pemeriksaan serial tonometri. Variasi
diurnal tekanan intraokular pada pada orang normal berkisar 6 mmHg dan pada pasien glaukoma
variasi dapat mencapai 30 mmHg.

·Pemeriksaan Sudut Bilik Mata Depan

Merupakan suatu cara untuk menilai lebar dan sempitnya sudut bilik mata depan. Lebar sudut
bilik mata depan dapat diperkirakan dengan pencahayaan oblik bilik mata depan, menggunakan
sebuah senter atau dengan pengamatan kedalaman bilik mata depan perifer menggunakan slitlamp,
yang umumnya digunakan yaitu teknik Van Herick. Dengan teknik ini, berkas cahaya langsung
diarahkan ke kornea perifer, menggunakan sinar biru untuk mencegah penyinaran yang berlebihan
dan terjadinya miosis. Pada teknik ini, kedalaman sudut bilik mata depan (PAC) dibandingkan dengan
ketebalan kornea (CT) pada limbus kornea temporal dengan sinar sudut 60º. Penilaiannnya dibagi
dalam empat grade yaitu:

- Grade 4 : PAC > 1 CT

- Grade 3 : PAC > ¼-1/2 CT

- Grade 2 : PAC = ¼ CT

- Grade 1 : PAC ¼ CT

PAC = ¼ CT sudut sempit (kedalaman sudut 20º)

Akan tetapi, sudut mata depan sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi yang memungkinkan
visualisasi langsung struktur-struktur sudut. Dengan gonioskopi juga dapat dibedakan glaukoma
sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka, selain itu juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan iris
bagian perifer ke bagian depan.

Apabila keseluruhan anyaman trabekular, taji sklera dan processus iris dapat terlihat, sudut
dinyatakan terbuka. Apabila hanya garis Schwalbe atau sebagian kecil dari anyaman trabekular yang
terlihat, sudut dinyatakan sempit. Apabila garis Scwalbe tidak terlihat, sudut dinyatakan tertutup.

Penurunan lapangan akibat glaukoma sendiri tidak spesifik karena gangguan ini terjadi akibat
defek berkas serat saraf yang dapat dijumpai pada semua penyakit saraf optikus. Gangguan lapangan
pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian tengah. Perubahan
paling dini adalah semakin nyatanya skotoma relative atau absolut yang terletak pada 30 derajat
sentral.. Pada stadium akhir penyakit, ketajaman penglihatan sentral mungkin normal tetapi hanya 5
derajat lapangan pandang di tiap-tiap mata. Pada glaukoma lanjut, pasien mungkin memiliki
ketajaman penglihatan 20/20 tetapi secara legal buta.

G. Penanganan

1. Penanganan Non Bedah

Pengobatan non bedah menggunakan obat-obatan yang berfungsi menurunkan produksi maupun
sekresi dari humor akueous.

· Obat-obatan topikal

Supresi pembentukan humor akueous

Penghambat beta adrenergik adalah obat yang paling luas digunakan. Dapat digunakan
tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain. Preparat yang tersedia antara lain Timolol maleat 0,25%
dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5% dan metipranol 0,3%.

Apraklonidin (larutan 0,5% tiga kali sehari dan 1% sebelum dan sesudah terapi laser) adalah
suatu agonis alfa adrenergik yang baru berfungsi menurunkan produksi humor akueous tanpa efek
pada aliran keluar. Obat ini tidak sesuai untuk terapi jangka panjang karena bersifat takifilaksis
(hilangnya efek terapi dengan berjalannya waktu) dan tingginya reaksi alergi. Epinefrin dan dipiferon
juga memiliki efek yang serupa.

Dorzolamid hydrochloride larutan 2% dan brinzolamide 1% (dua atau tiga kali sehari adalah
penghambat anhidrase topical yang terutama efektif bila diberikan sebagai tambahan, walaupun tidak
seefektif penghambat anhidrase karbonat sistemik. Dorzolamide juga tersedia berasama timolol dalam
larutan yang sama.

· Obat-obatan sistemik

Inhibitor karbonat anhidrase sistemik asetozolamid digunakan apabila terapi topikal tidak
memberikan hasil memuaskan. Obat ini mampu menekan pembentukan humor akueous sebesar 40-
60%. Asetozolamid dapat diberikan peroral dalam dosis 125-250 mg sampai empat kali sehari atau
sebagai Diamox sequels 500 mg sekali atau dua kali sehari, dapat diberikan secara intravena (500
mg). Penghambat anhidrase karbonat menimbulkan efek samping sistemik mayor yang membatasi
keguanaannya untuk terapi jangka panjang.
2. Penanganan Bedah dan Laser

Indikasi penanganan bedah pada pasien glaukoma sudut terbuka primer adalah yaitu terapi obat-
obatan tidak adekuat seperti reaksi alergi, penurunan penglihatan akibat penyempitan pupil, nyeri,
spasme siliaris dan ptosis. Penanganan bedah meliputi:

· Trabekuloplasti laser

Trabekuloplasti laser digunakan dalam terapi awal glaukoma sudut terbuka primer. Jenis
tindakan ini yaitu penggunaan laser untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu geniolensa ke
jalinan trabekular sehingga dapat mempermudah aliran keluar humor akueous karena efek luka bakar
tersebut. Teknik ini dapat menurunkan tekanan okular 6-8 mmHg selama dua tahun.

· Trabekulektomi

Trabekulektomi adalah prosedur yang paling sering digunakan untuk memintas saluran-
saluran drainase normal sehingga terbentuk akses langsung humor akueous dari bilik mata depan ke
jaringan subkonjungtiva dan orbita.

Walaupun sulit untuk menentukan target tekanan intraocular, beberapa panduan menyebutkan kontrol
TIO sebagai berikut:

· Pasien dengan kerusakan dini diskus optikus dan defek lapangan pandang atau di bawah fiksasi
sentral, TIO harus di bawah 18mmHg.

· Pasien dengan kerusakan moderat diskus optikus (CDR > 0,8) terdapat skotoma arkuata
superior dan inferior defek lapanan pandang, harus dipertahankan TIO di bawah 15 mmHg.

· Pasien dengan kerusakan dikus optikus lanjut (CDR > 0,9) dan defek lapangan pandang yang
meluas, harus dipertahankan TIO di bawah 12 mmHg.

H. Diagnosis Banding

1. Hipertensi okular

Pasien dengan hipertensi okular memperlihatkan peningkatan tekanan intraokular secara


significan dalam beberapa tahun tanpa memperlihatkan tanda-tanda adanya kerusakan nervus optik
ataupun gangguan lapangan pandang. Diagnosis ini secara umum ditegakkan jika didapatkan
kenaikan TIO di atas 21 mmHg sesuai dengan rata-rata TIO dalam populasi. Beberapa dari pasien ini
akan menunjukan peningkatan tekanan intraokular tanpa lesi glaukoma, tetapi beberapi dari mereka
akan menderita glaukoma sudut terbuka.

2. Glaukoma tekanan normal (tekanan rendah)


Pasien dengan glaukoma tekanan rendah memperlihatkan peningkatan perubahan
glaukomatosa pada diskus optik dan defek lapangan pandang tanpa peningkatan tekanan intraokular.
Kamal dan Hitchings menetapkan beberapa criteria yaitu:

· Tekanan intraocular rata-rata adalah 21 mmHg dan tidak pernah melebihi 24 mmHg.

· Pada pemeriksaan gonioskopi didapatkan sudut bilik mata depan terbuka.

· Gambaran kerusakan diskus optikus dengan cupping glaumatosa yang disertai defek lapangan
pandang.

· Kerusakan glaumatosa yang progressive.

Pasien-pasien ini susah diterapi karena penanganan terapinya tidak berfokus pada kontrol tekanan
intraokular.

I. Komplikasi

Kontrol tekanan intraokular yang jelek akan menyebabkan semakin rusaknya nervus optik
dan semakin menurunnya visus sampai terjadi kebutaan.

J. Prognosis

Apabila terdeteksi dini, sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani dengan baik secara
medis. Tanpa pengobatan, glaukoma sudut terbuka dapat berkembang secara perlahan sehingga
akhirnya menimbulkan kebutaan total. Apabila obat tetes antiglaukoma dapat mengontrol tekanan
intaokular pada mata yang belum mengalami kerusakan glaumatosa luas, prognosis akan baik
(walaupun penurunan lapangan pandang dapat terus berlanjut).
DAFTAR PUSTAKA

1. Asbury, Vaughan. Glaukoma. Dalam : Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran ECG; 2010.

2. Ilyas S. Glaukoma. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin; 2007.

3. Skuta GL, Cantor BL, Jayne SW. Open-Angle Glaucoma. In : Section 10 Glaucoma.
Singapore : American Academy of Ophtamology; 2008.

4. Colleman AL. Epidemiology and Genetics of Glaucoma. In : Glaucoma Science and Practice.
NewYork : Thieme; 2003.

5. Asbury, Vaughan. Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam : Oftalmologi Umum. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010.

6. Wijana N. Glaukoma. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta; 1993.

7. Morrison JC, Freedo TF, Toris CB. Anatomy and Physiology of Aqueous Humor Formation..
In : Glaucoma Science and Practice. NewYork : Thieme; 2003.

8. Lang GK. Glaucoma. In : Opthalmology A Pocket Textbook Atlas. NewYork : Thieme; 2006.

9. James B, Chew C, Bron A. Glaukoma. Dalam : Oftalmologi. Jakarta : Penerbit Erlangga;


2010.

10. Kooner KS. Primary Open Angle Glaucoma. In : Clinical Pathway of Glaucoma. NewYork :
Thieme; 2000.

11. Ilyas S. Pemeriksaan Anatomi dan Fisiologi Mata Serta Kelainan Pada Pemeriksaan Mata.
Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2007.

12. Morrison JC, Pollack IP. Primary Open Angle Glaucoma. In : Glaucoma Science and Practice.
NewYork : Thieme; 2003.

13. Blaco AA, Costa VP, Wilson RP. Chronic or Primary Open Angle Glaucoma. In : Handbook of
Glaucoma. United Kingdom : Martin Dunitz Ltd; 2002.

14. Jampel H. Intraocular Pressure and Tonometry. In : Glaucoma Science and Practice. New York
: Thieme; 2003.

15. Seda H, Harmen. Gambaran Sudut Trabekula Pada Glaukoma Primer Sudut Tertutup. Padang :
Bagian Ilmu Kesehatan Mata; 2007.

Anda mungkin juga menyukai