Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hubungan perawat dan pasien adalah hal penting dalam pelayanan keperawatan.
Makalah ini mendeskripsikan tentang pengertian komunikasi terapeutik, hubungan
profesional antara perawat dan pasien. Dengan demikian diharapkan perawat mampu
mempertanggungjawabkan hubungan terapeutik dengan pasien. Dimana perawat adalah
orang yang paling dekat dan seharusnya memahami masalah pasien secara komperehensif
sehingga pelayanan kesehatan akan dilakukan secara menyeluruh.

Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan
mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal,
memberikan kepuasaan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra
profesi pelayanan keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting telah
mengamalkan ilmunya untuk sesama manusia.

Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi terapeutik,


karakteristik, fase dan dimensi “helping relationship” termasuk “therapeutic use of self”
untuk praktik keperawatan serta sikap dan teknik komunikasi terapeutik.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian komunikasi terapeutik
2. Mengetahui jenis-jenis komunikasi terapeutik
3. Mengetahui fase-fase pokok “Helping Relationship”
4. Mengetahui teknik-teknik komunikasi terapeutik

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terpeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dari
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati,2003).

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling


memberikan pengertian antar perawat dan pasien. Persoalan mendasar dari komunikasi ini
adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien
menerima bantuan.

Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus


direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan personal. Akan tetapi, jangan sampai
karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan latar
belakang dan masalahmya (Arwani,2003).

1. Komunikasi Terapeutik Sebagai Tanggung jawab Moral Perawat

Perawat harus memiliki tanggung jawab yang tinggi yang didasari atas sikap peduli
dan kasih sayang serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang.
Abdalati (1983), Bucauli(1978), dan Amsari (1995) menambahkan bahwa sebagai orang yang
beragam, perawat tidak dapat bersikap tidak peduli. Individu yang tidak peduli terhadap
orang lain adalah seorang pendosa yang mementingkan dirinya sendiri.

“Human care” terdiri dari upaya yang melindungi, meningkatkan dan


menjaga/mengabadikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain dalam mencari arti
dalam sakit, penderitaan dan keberadaannya: membantu orang lainuntuk meningkatkan
pengetahuan dan pengendalian diri. (Pasquali, 1989) (Watson, 1979)

Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang
memerlukan bantuan. Perilaku menolong sesama itu perlu dilatih dan dibiasakan sehingga
akhirnya menjadi bagian dari kepribadian.

2
2. Pengertian dan karakteristik “helping relationship”

Seorang perawat profesional selalu mengupayakan berprilaku terapeutik yang berarti


bahwa setiap interaksi yang dilakukannya menimbulkan dampak terapeutik yang
memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang.

Tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien yang menurut Stuart dan
Sundeen (1995) dan Limberg, Huter & Kruszweski (1983) meliputi:

1. Realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri;
2. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi;
3. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim, saling tergantung dan
mencintai;
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan
personal yang realistik.

Tujuan hubungan terapeutik akan tercapai apabila perawat dalam “helping relationship”
memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Kesadaran diri terhadap yang dianutnya


perawat mampu menjelaskan tentang diri sendiri, keyakinan apa yang menurutnya
penting dalam kehidupannya, baru kemudian ia akan mampu menolong orang lain
menjawab pertanyaan tersebut.
2. Kemampuan untuk manganalisa perasaan sendiri
Perawat secara bertahap belajar mengenal dan mengatasi berbagai perasan antara lain
perasaan marah, duka dan frustasi.
3. Kemampuan menjadi contoh peran
Perawat perlu mempunyai pola dan gaya hidup yang sehat termasuk mempertahankan
kesehatan agar dapat dicontoh orang lain.
4. Altruistik
Perawat merasakan kepuasan karena mampu menolong orang lain dengan cara
manusiawi.
5. Rasa tanggung jawab etik dan moral.

3
Tiap keputusan yang dibuat selalu memperhatikan prinsip-prinsip yang menjunjung
tinggi kesehatan/kesejahteraan manusia.
6. Tanggung jawab
Dua dimensi tanggung jawab yaitu bertanggung jawab terhadap tindakan sendiri dan
berbagai tanggung jawab dengan orang lain.

Dengan karakteristik tersebut, diharapkan perawat akan mampu menggunakan dirinya


sendiri secara terapeutik (therapeutic use of self). Selanjutnya upaya perawat untuk
meningkatkan kemampuan yang berhubungan dengan pengetahuan tentang dinamika
komunikasi, penghayatan terhadap kelebihan dan kekurangan diri dan kepekaan terhadap
kebutuhan orang lain sangat diperlukan dalam “therapeutic use of self”. Menggunakan diri
secara terapeutik memerlukan integrasi dari ketiga kemampuan tersebut (Achir Yani,1995).

B. Jenis Komunikasi Terapeutik

Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang pernah terjadi anatara setidaknya dua
orang atau lebih dalam kelompok kecil, terutama dalam bentuk tatap muka dan paling sering
digunakan dalam pelayanan keperawatan.

Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagi


ide, pengambilan keputusan dan pertumbuhan personal.

Ada tiga jenis komunikasi yaitu:

1. Komunikasi Verbal

Jenis komunikasi harus yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di
rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan alat atau
simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon
emosional atau perasaan, membangkitkan respon emosional atau menguraikan obyek ,
observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi dan menguji
minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap
individu untuk merespon secara langsung.

Komunikasi verbal yang efektif harus:

a. Jelas dan ringkas

4
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-
kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadi kerancuan. Kejelasan dapat
dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan
contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami.

Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerima pesan perlu
mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkasnya, dengan
menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. “katakan kepada
saya dimana rasa nyeri Anda” terasa lebih baik dari pada “saya ingin anda menguraikan
kepada saya bagian yang Anda rasakan tidak enak”.

b. Perbendaharaan kata

Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan
kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan
kedokteran dan jika digunakan oleh perawat, klien menjadi bingung dan tidak mampu
mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting ucapan pesan dengan istilah
yang dimengerti oleh klien. Dari pada mengatakan, misalnya, “Duduk, sementara saya
akan mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah
sementara saya mendengarkan paru-paru anda’.

c. Arti denotatif dan konotatif

Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan
sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaaan atau ide yang terdapat dalam
suatu kata. Kata “serius” dipahami oleh klien sebagai sutu kondisi mendekati kematian,
tetap perawat akan menggunakan kata “kritis” untuk menjelaskan keadaan yang
mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati
memilih kata-kata sehingga tidak mudah disalah tafsirkan. Terutama sangat penting
ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.

d. Selaan dan kecepatam bicara

Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi
verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain
mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu

5
terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak
jelas.

Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada
pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata.

Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan dikatakan
sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat non verbal dari para pendengar yang
mungkin sekali akan menunjukkan ketidakmengertian. Perawat juga bisa menanyakan
kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk
diulang.

e. Waktu dan relevansi

Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis
kesakitan, tidak waktunya menjelaskan risiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan
secara jelas dan singkat, tetapi waktu yang tidak tepat dapat menghslsngi penerimaan
pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk
berkomunikasi. Begitupula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang
disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.

f. Humor

Tertawa membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres,
meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap
klien (Dugan,1998). Humor merangsang produksi catecholamines, mengurangi ansietas,
memfasilitasi relaksasi pernafasan dan meningkatkan metabolisme. Namun perawat
perlu berhati-hati jangan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut, kekhawatiran
dan tidak enak atau menutupi ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

2. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunkan kata-kata.


Merupakan cara yang paling tepat dan meyakinkan untuk menysmpsiksn pesan kepada orang
lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan klien mulai dari
saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal menambah
arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mempersepsikan pesan non verbal akan lebih

6
mampu memahami klien, mendeteksi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan.

Komunikasi non verbal diamati pada:

a. Metakomunikasi

Komunikais tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara
pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi
pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara yaitu pesan dibalik kata-kata yang
menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar contoh: tersenyum
ketika sedang marah.

b. Penampilan personal

Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama
komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit
pertama.delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seseorang berdasarkan
penmpilannya (Lalli-ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry,1993).

Bentu fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial,
pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan
dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang posistif. Penampilan fisik
perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang
diterima karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seseorang
perawat.

Walaupun penampillan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi


mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika
perawat tidak memenuhi citra klien.

c. Intonasi (nada suara)

Nada suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti sebuah pesan
yang dikirimkan karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada
suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien,
karena maksud untuk menyampaikan rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapat
terhalangi oleh nada suara perawat.

7
d. Ekspresi wajah

Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui
ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering
digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpersonal. Kontak mata
sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak
mata selama pembicaraan dipersepsikan sebagai orang yang dapat dipercaya dan
memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik.

Perawat sebaiknya tidak memandang kebawah ketika sedang berbicara dengan klien.
Oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak
dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dengan keadaan sejajar.

e. Sikap tubuh dan ekspresi wajah

Sikap tubuh dan ekspresi kan ggambarkan sikap, emosi, konsep diri dan keadaan
fisik. Perawat dapat menyimpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap
tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit,
obat atau fraktur.

f. Sentuhan

Kasih sayang, dukungan emosional dan perhatian disampaikan melalui sentuhan.


Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus
memperhatikan norma sosial.

Ketika memberikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika


memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu
disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk
melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindari sentuhan.

Perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan dapat diterima
oleh klien sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati (Bradalahey &
Edinburg, 1982).

8
C. Fase-fase pokok “Helping Relationship”

Empat fase “helping relationshps” yang berkembang secara berurutan tiap fase
mempunyai tugas yang berbeda (Stuart dan Sunden, 1995).

1. Fase pra-interaksi

Pada fase prainteraksi, tugas keperawatan adalah:

a. Menggali perasaan, fantasi dan rasa takut dalam diri sendiri


b. Mengananlisis kekuatan dan keterbatasan profesional diri sendiri
c. Mengumpulkan data tentang klien jika memungkinkan
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

2. Fase orientasi dan perkenalan

Tugas keperawatan pada fase ini adalah:

a. Menetapkan alasan klien untuk mencari bantuan


b. Membina rasa saling percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka
c. Menggali pikiran, perasaan dan tindakan klien
d. Mengidentifikasi masalah klien
e. Mendefinisikan tujuan dengan klian
f. Merumuskan bersama kontrak termasuk nama, peran, tanggung jawab, harapan,
tujuan, tempat pertemuan, waktu pertemuan, kondisi untuk terminasi dan kerahasiaan.

3. Fase kerja

Menurut Stuart dan Sundeen (1995) pada fase kerja, keperawatan bertugas:

a. Manggali stressor yang berhubungan


b. Meningkatkan pengembangan penghayatan klien dan penggunaan mekanisme koping
yang konstruktif; dan
c. Membahas dan mengatasi perilaku resisten.

4. Terminas

Dalam fase terakhir ini, keperawatan bertugas:

9
a. Membina kenyataan tentang perpisahan
b. Meninjau kemajuan terapi dan pencapaian tujuan; dan
c. Menggali bersama perasaan ditolak, kehilangan, kesedihan dan kemarahan serta
perilaku yang terkait lainnya.

D. Teknik-teknik komunikasi terapeutik

Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan teknik komunikasi yang
berbeda pula (shives,1994 Stuart, dan Sundeen,1995 Wilson dan kneisl,1992), yaitu:

a. Mendengarkan dengan penuh perhatian

Berusaha mendengarkan klien, menyampaikan pesan non verbal bahwa perawat


perhatianterhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian
merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non verbal yang sedang
dikomunikasikan.

Keterampilan mendengarkan penuh perhatian adalah dengan:

1. Pandan klien ketika sedang berbicara


2. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuki mendengarkan
3. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau
tangan
4. Hindari gerakan yang tidak perlu
5. Anggukan klien jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik
6. Condongkan tubuh kearah lawan bicara.

b. Menunjukkan penerimaan

Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengar orang
lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak
harus menerima semua perilaku klien. Perawat sebaiknya menghindari ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau
menggelengkan kepala seakan tidak percaya.

Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menerima apa yang dikatakan klien:

a) Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan

10
b) Memberi umpan balik verbal yang menampakkan pengertian
c) Memperhatikan bahwa isyarat non verbal cocok dengan komunikasi verbal
d) Menghindar dari perdebatan, mengekspresikan keraguan atau mencoba untuk
mengubah pikiran klien
e) Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya”, “saya mengikuti apa yang
anda ucapkan” (Cook,1997).

c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan

Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai
klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-
kata dalam kontek sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara
berurutan

d. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendir

Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga
klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
Namu perawat harus berhati-hati ketika menggunakan metode ini, karena pengertian bisa
rancu jika pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.

Contoh :

Klien: “saya tidak dapat tidu, sepanjang malam saya terjaga”.

Perawat: “saudara mengalami kesulitan untuk tidur...”

e. Mengklarifikasi

Apabila terjadi kesalapahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk


mengklarfikasi dengan menyamakan pengertian karena informasi sangat penting dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu
memberikan contohyang konkret dan mudah dimengerti klien.

Contoh: “saya tidak yakin saya mengikuti apa yang Anda katakan”

“apa yang Anda katakan tadi adalah....”

11
f. Memfokuskan

Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih
spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutuskan pembicaraan berlanjut tanpa
informasi yang baru.

Contoh;

“hal ini tampaknya penting, mari kita bicarakan lebih dalam lagi.”

g. Menyatakan hasil observasi

Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.
Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas
tanpa harus bertanya, memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.

Contoh:

“Anda tampak tegang”

“apakah Anda merasa tidak tenang apabila Anda...”

Tambahkan informasi memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap
keadaannya. Memberikan tambahan informasi merupakan penyuluhan kesehatan bagi klien
perawat. Apabila ada informasi yang dituttupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi
alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasihat kepada klien ketika memberikan
informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.

h. Diam

Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi


pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan keterampilan dan ketepatan waktu, jika
tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien
berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya dan memproses informasi.
Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan.

12
i. Meringkas

Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.
Metode ini bermanfaat untuk membantu mengingat topik yang telah dibahas sebelum
meneruskan pada pembicaraan selanjutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat
mengulang aspek penting dalam interaksinya sehingga dapat melanjutkan pembicaraan
dengan topik yang berkaitan.

Contoh:

“selama beberapa jam Anda dan saya telah membicarakan....”

j. Memberikan penghargaan

Memberikan salam kepada klien dengan menyebutkan namanya, menunjukkan kesadaran


tentang perubahan yang terjadi, mengharagai klien sebagai manusia seutuhnya mempunyai
hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Penghargaan tersebut jangan
sampai menjadi beban baginya, dalam arti kata jangan sampai klien berusah keras melakukan
segalanya demi mendapatkan pujian dan persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula
dimaksudkan untuk menyatakan bahwa yang ini “bagus” dan sebaliknya “buruk”.

Peplau mengatakan: “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat dapat
mengatakan yang demikian”.

Contoh:

a. “selamat pagi ibu sri”, atau ucapkan salam lain.


b. “saya perhatikan ibu sudah menyisir rambut ibu”

Dalam ajaran agama manapun, memberi salam dari penghargaan menggambarkan akhlak
terpuji karena berarti mendoakan orang lain memperoleh rahmat dari Tuhan. Salam
menunjukkan betapa perawat peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah dan akrab.

k. Menawarkan diri

13
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau
klien tidak mampu untuk membuat dirinya mengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan
kehadirannya, rasa tertarik, teknik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.

Contoh:

a. “saya akan duduk bersama sebentar.”


b. “saya ingin Anda merasa tenang dan nyaman.”

1. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan

Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.
Biarkan klien merasa bahwa dia yang memimpin pembicaraan. Untuk klien yang merasa
ragu-ragu dan tidak pasti tentang peranannya dalam interaksi ini, perawat dapat
menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk
membuka pembicaraan.

Contoh:

a. “adakah sesuatu yang ingin Anda bicarakan?”


b. “apa yang sedang saudara pikirkan?”
c. “darimana anada ingin memulai pembicaraan ini?”

2. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan

Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang
mengidentifikasi bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik
denga apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan
daripada mengarahkan diskusi/pembicaraan.

Contoh:

a. “........teruskan...?”
b. “........dan kemudian...?”
c. “ceritakan kepada saya tentang itu..”

14
3. Menempatkan kejadian dan waktu secara berurutan

Mengurutkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya
dalam suiatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian akan menuntun perawat dan klien
untuk melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama. Perawat akan
dapat menemukan pola kesukaran interpersonal dan memberikan data tentang pengalaman
yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya.

Contoh:

a. “Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya?”


b. “kapan kejadian tersebut terjadi?”

4. Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya

Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segalanya dari perspektif.
Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika
menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.

Contoh:

a. “ceritakan kepada saya bagaimana perasaan Saudara ketika akan dioperasi?”


b. “apa yang sedang terjadi?”

i. Refleksi

Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya
sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan
kerjakan atau rasakan, maka harus dapat menjawab: “Bagaimana menurutmu?” atau
“Bagaiman perasaanmu?”. Dengan demikian perawat mengidentifikasi bahwa pendapat
klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya,
untuk membuat keputusan dan memikirkan dirinya sendiri. Menyedari bahwa perawat
mengharapkan klien untuk mampu melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir
bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai
individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian daripada orang lain.

15
Contoh:

K: “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada Dokter?”

P: “Apakah menurut Anda, Anda harus mengatakannya?”

K: “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya bahkan tidak menelfon saya
kalau dia datang saya tidak ingin berbicara dengannya”

P: “ini menyebabkan Anda marah”.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perawat yang terampil tidak akan pernah mendominasi interaksi sosial, tetapi dia akan
berusaha memelihara kehangatan suasana komunikasi untuk menghasilkan rasa percaya dan
rasa nyaman pada pasien, sehingga proses tukar menukar perasaan dan sikap akan berjalan
wajar.

Hubungan perawat dan pasien tidak sekedar hibungan mutualis. Kelemahan yang ada
pada pasien dan perawat akan hilang ketika masing-masing pihak yang terlibat interaksi
mencoba memahami kondisi masing-masing. Perawat menggunakan keterampilan
komunikasi interpersonalnya untuk mengembangkan hubungan dengan klien yang akan
menghasilkan pemahaman tentang klien sebagai manusia yang utuh. Hubungan ini bersifat
terapeutik yang akan meningkatkan iklim psikologi yang kondusif dan memfasilitasi
perubahan dan perkembangan positif pada diri pasien.

17
DAFTAR PUSTAKA

Wulan,kencana. Hastuti. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustaka

Arwani. 2001. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

18

Anda mungkin juga menyukai