Contoh Laporan Kasus Komuda Anak
Contoh Laporan Kasus Komuda Anak
KEPANITERAAN JUNIOR
ILMU KESEHATAN ANAK
KELOMPOK 3
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam adalah keadaan temperature rektal >38°C. Menurut American
Academy of Pediatrics (AAP) suhu normal rektal pada anak berumur kurang dari
3 tahun 38°C, suhu normal oral sampai 37,2°C, suhu rektal normal sampai 37,8°C
sedangkan menurut NAPN (National Association of Pediatric Nurse) disebut
demam bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38°C, pada
anak umur lebih dari 3 bulan, suhu aksila dan oral lebih dari 38,3°C. Definisi
demam bervariasi, tetapi banyak yang mendefinisikan demam sebagai temperatur
>38°C. Berbagai penanganan demam telah diketahui secara umum termasuk
dengan pemberian antipiretik maupun dengan metode fisik. Jenis antipiretik yang
disetujui pemberiannya pada anak ialah parasetamol dan ibuprofen. Pemilihan
antipiretik, cara pemberian, dan dosis antipiretik penting untuk diketahui oleh
praktisi maupun orangtua dalam menangani demam, sehingga informasi yang
lengkap harus diberikan kepada orang tua pada setiap kunjungan untuk mencegah
kesalahan pemberian obat dan juga mencegah toksisitas antipiretik.1
Beberapa kemungkinan diagnosis anak dengan demam yaitu demam
tifoid, infeksi saluran kemih dan tonsilofaringitis. Hal yang membedakan
diagnosis banding tersebut adalah lama demam, gejala klinis secara spesifik dan
organ yang terkena.
Tonsilofaringitis infeksi akut, rekuren atau kronik pada faringotonsil,
yang dapat disebabkan oleh berbagai virus seperti HSV, EBV, sitomegalovirus,
adenovirus, dan oleh bakteri utama yaitu Streptococcus beta hemolitikus grup A.
Tonsilofaringitis biasanya terjadi pada anak, meskipun jarang terjadi pada anak di
bawah usia 1 tahun. Insiden meningkat sesuai dengan bertambahnya usia,
mencapai puncak pada umur 4-7 yahun, dan berlanjut hingga dewasa. Insiden
tonsilofaringitis streptokokus tertinggi pada usia 5-18 tahun, jarang di bawah usia
3 tahun dan sebanding antara laki-laki dengan perempuan.2 Manifestasi klinis dari
tonsilitis akut adalah odinofagia, demam dan menggigil, rasa kering pada faring,
2
disfagia, otalgia, sakit kepala, malaise dan myalgia serta jaringan pada regio
tonsil tampak meradang atau ditandai dengan bengkak kemerahan 3,4
Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella enterica serovar typhi (S. typhi). Insidens penyakit ini sering dijumpai
di negara-negara Asia dan dapat ditularkan melalui makanan atau air yang
terkontaminasi. Di Indonesia, insidens demam tifoid banyak dijumpai pada
populasi yang berusia 3-19 tahun. Pada permulaan penyakit, biasanya tidak
tampak gejala atau keluhan dan kemudian timbul gejala atau keluhan seperti
demam sore hari dan serangkaian gejala infeksi umum dan pada saluran cerna.
Periode inkubasi terjadi selama 7-14 hari. Gejala yang biasanya dijumpai adalah
demam sore hari dengan serangkaian keluhan klinis, seperti anoreksia, mialgia,
nyeri abdomen, dan obstipasi. Dapat disertai dengan lidah kotor, nyeri tekan
perut, dan pembengkakan pada stadium lebih lanjut dari hati atau limpa atau
kedua - duanya. Pada anak, diare sering dijumpai pada awal gejala yang baru,
kemudian dilanjutkan dengan konstipasi.5
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi pada ginjal dan
saluran kemih, salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak. ISK
dapat menyebabkan berbagai gejala seperti demam, nyeri pinggang, nyeri ketika
berkemih, hipertensi, dan sepsis. ISK paling sering disebabkan oleh Eschericia
coli sekitar yang berasal dari saluran cerna. Anak dengan ISK berisiko mengalami
kerusakan ginjal yang berlanjut menjadi pielonefritis (radang ginjal) dan gagal
ginjal di usia dewasa. Penyebab lain yaitu Klebsiella, Proteus, Enterococcus,
Enterobacter dan lain sebagainya. ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan
1- 2% anak laki – laki. Sebelum usia 1 tahun, ISK lebih banyak terjadi pada
anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar ISK terjadi pada anak
perempuan. Rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian ISK
pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada anak laki-laki. Dan pada
anak laki - laki yang disunat, risiko ISK menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari
anak laki - laki yang tidak disunat 6
3
Pada laporan ini akan disajikan kasus seorang anak laki-laki berusia 9
tahun dengan permasalahan tonsilofaringitis yang mendapatkan perawatan rawat
inap di ruangan perawatan anak lantai 1 RSUP dr. Kariadi Semarang
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis
dan mengelola pasien secara komprehensif dan holistik berdasarkan data yang
diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta
mengetahui prognosis penyakit
1.3 Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media belajar
agar dapat mendiagnosis dan mengelola pasien secara tepat dan komprehensif
serta mengetahui prognosis penyakit.
4
BAB II
PENYAJIAN KASUS
Ayah Ibu
Nama : Tn. N Nama : Ny. R
Umur : 44 Tahun 9 Bulan Umur : 41 Tahun 5 Bulan
Pendidikan: SD Pendidikan: SMP
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Ibu rumah tangga
2.2 ANAMNESIS
Anamnesis didapat dari alloanamnesis dengan kakak pasien pada tanggal 20
November 2018 pukul 10.10 WIB
Dua minggu sebelum masuk rumah sakit yaitu tanggal 5 November 2018,
anak mengeluh demam. Demam dikeluhkan terus-menerus namun suhu tidak
diukur dan demam lebih tinggi pada malam hari. Demam turun setelah minum
obat penurun panas. Tidak ada kemerahan pada kulit, nyeri kepala disangkal,
BAK dan BAB normal. Tidak nyeri saat BAK. Ada keluhan nyeri sendi dan nyeri
5
telan. Tidak terdapat nyeri pada telinga, tidak ada kejang, tidak ada cairan yang
keluar dari telinga. Dirasakan nyeri perut kanan hilang timbul dan disertai mual 2-
3x sehari. Keluhan muntah, batuk, pilek, dan serak disangkal. Kemudian pasien
dibawa ke puskesmas dan diberi obat paracetamol, amoksisilin dan vit.B complex.
Setelah 7 hari, obat yang diberikan dari puskesmas telah habis namun
keluhan demam masih ada dan anak kembali dibawa ke puskesmas. Kemudian
anak dirujuk ke RS Citarum pada tanggal 12 November 2018. Di RS Citarum,
anak didiagnosis demam tifoid dan dirawat jalan dengan sanmol, antasid, curcuma
dan ranitidine.
Setelah 10 hari masih demam, anak dibawa ke klinik terdekat pada tanggal
15 November 2018 dan diberikan obat rawat jalan cefixime, dexamethasone, dan
demacolin. Setelah mengonsumsi obat dari klinik, demam sempat turun dan anak
bisa bersekolah seperti biasa selama 2 hari. Tidak ada lagi keluhan demam, nyeri
kepala (-), nyeri telinga (-), tidak ada cairan yang keluar dari telinga, kejang (-),
nyeri perut kanan (-), nyeri saat BAK (-), BAK merah (-), batuk pilek serak (-),
nyeri sendi dan otot (-). Tidak ada penurunan berat badan.
Pada tanggal 18 November 2018, 1 hari sebelum masuk rumah sakit anak
kembali mengeluh demam tinggi dan dibawa ke IGD RS Kariadi. Demam dengan
suhu 38 °C, nyeri kepala (-), nyeri telinga (-), BAK dan BAB normal, BAK merah
(-), kejang (-), tidak ada cairan yang keluar dari telinga, nyeri telan (+), mual (+),
muntah (-), batuk (-), pilek (-), serak (-), BAB 2x dengan konsistensi cair warna
kuning kocoklatan. Pasien diberi paracetamol ¾ tablet tiap 4-6 jam.
Saat dilakukan pemeriksaan pada hari selasa, 20 November 2018 pukul
10.10. WIB, demam sudah dirasakan menurun, pusing (-), mual muntah (-), BAK
dan BAB normal, nyeri telinga (-), tidak ada cairan keluar dari telinga, nyeri telan
(-), tidak terdapat serak, batuk pilek (-).
6
Riwayat Penyakit Keluarga
Bapaknya mengalami tumor pankreas sudah menyebar ke otak sedang dirawat di
RSDK, ibunya memiliki riwayat asma, serta neneknya memiliki riwayat
hipertensi
Riwayat Perinatal
- Riwayat Prenatal
Ibu rutin melakukan pemeriksaan antenatal di puskesmas, riwayat minum jamu
dan obat-obatan disangkal, ibu hanya meminum tablet besi yang diberikan
dipuskesmas. Ibu mengalami asam urat ketika hamil. Riwayat hipertensi, demam
dengan ruam, kejang, diabetes melitus dan riwayat alergi disangkal. Riwayat
imunisasi TT tidak diketahui dan tidak ada pendarahan selama kehamilan
- Riwayat Natal
Ibu 32 tahun P3A0 pada usia kehamilan 32 minggu secara pervaginam di Rumah
Sakit Ketilang. Berat bayi lahir 1800 gram, langsung menangis dan tidak sianosis.
- Riwayat Postnatal
Anak tidak memiliki riwayat ikterik atau sianosis. Riwayat imunisasi dasar tidak
lengkap, bayi hanya imunisasi BCG, DPT dan polio satu kali ketika usia 0 bulan
serta tidak melakukan booster.
Riwayat nutrisi
0-6 Bulan : ASI (ad libitum)
6-12 Bulan : ASI+ MPASI
12 bulan- sekarang : makanan keluarga
Food Recall
Jumat, 16 November 2018
- Bubur ayam
- Teh
- Nasi putih
- Steik ayam
- Sayur bayam
7
- Coklat
Sabtu, 17 November 2018
- Nasi Putih
- Telur dadar
- Otak-otak bandeng
- Soto ayam
- Es teh
- Tahu bacem
- Somay
Minggu, 18 November 2018
- Nasi putih
- Steik ayam
- Es teh
- Cilok
- Mie goreng
- Capcay
Kesimpulan: kualitas baik, kuantitas baik.
8
Riwayat Sosial Ekonomi
Pendapatan perbulan keluarga kurang lebih Rp1.500.000, keluarga menanggung
satu orang belum mandiri, ayah bekerja sebagai wiraswasta, tetapi sekarang tidak
bisa bekerja lagi karena sedang sakit dan dirawat di RSUP Kariadi, ibu adalah ibu
rumah tangga, biaya pengobatan ditanggung oleh JKN kelas III. Lokasi rumah
berada di sekitar perkampungan yang sering banjir dan dekat dengan pabrik.
Kesan: sosial ekonomi kurang
9
nyeri tekan mastoid ( - / - )
nyeri ketuk mastoid ( - / - )
- Hidung
Discharge ( - / - )
Tanda inflamasi ( - / - )
- Sinus : nyeri tekan ( - / - ), nyeri ketuk sinus ( - / - )
- Mulut : kering ( - ), sianotik ( - )
- Lidah : kotor ( + ), hiperemis ( - ), tremor ( - ), normoglosi
- Gigi dan gusi : karies ( + ) gigi 53, gusi berdarah ( - )
- Tenggorok
Palatum : dbn
arcus faring : simetris, letak uvula (tengah), hiperemis ( - )
Mukosa : granulasi ( - ), hiperemis( - ), post nasal drip ( - )
Tonsil : ukuran (T1, T2), hiperemis, permukaan rata, kripte
melebar, tidak ada detritus, tidak ada membrane
Abses peritonsil ( tidak )
- Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran nnll (-), JVP
dbn
- Paru-paru ( Anterior dan Posterior )
Inpeksi
Simetris saat dinamis maupun statis
Bentuk normal
Pola napas Reguler
Alat bantu nafas di sekitar bed pasien ( - )
- Palpasi : stem fremitus : distribusi rata ( + / + )
- Perkusi : sonor
- Auskultasi
Tanpa stetoskop : suara tambahan(-), stridor(-), wheezing(-), gurgling (-)
Dengan stetoskop : suara dasar paru vesikuler (+/+), bronkhial (+/+),
trakeal (+), Stridor (-/-), Rhonki basah (-/-), Wheezing (-/-)
10
Jantung ( Anterior dan Posterior )
- Inspeksi : Iktus cordis ( - )
- Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat dengan telapak tangan, kuat
angkat dengan 1 jari, heaves (-), thrills (-)
- Perkusi : Batas jantung dbn, Tidak ada kardiomegali
- Auskultasi
Suara jantung I-II : lub-dub
Suara jantung tambahan ( - )
Suara abnormal : Gallop (-), Murmur (-), Rub (-), Carotid bruits (-)
Abdomen
- Inspeksi : bentuk abdomen datar, massa (-), penonjolan organ
abdomen (-), jaringan parut (-), scar (-), pelebaran vena (-), lesi kulit (-),
kelainan bentuk umbilicus (-)
- Auskultasi : bising usus (dbn), metallic sound (-), borborygmi (-), bruit
Hepar (-), Ginjal (-), lien (-), aorta (-)
- Perkusi : timpani, Pekak sisi ( - ), Pekak alih ( - ), Tes undulasi ( - )
- Palpasi
Palpasi dangkal : nyeri (-)
Palpasi dalam : nyeri (-)
Hepatomegali ( - )
Splenomegaly ( - )
Massa ( - )
Ekstremitas
- Edema - - - Sianosis - -
- - - -
- -
- Akral dingin - Clubbing finger - -
+
+ - -
11
Selasa, 21 November 2018
Jam : 07.40 WIB
Keadaan
- Kesadaran : Composmentis
- Kesan napas : Spontan, adekuat
- Kesan sakit : Tidak sakit, tidak lemas, aktif
- Kesan status gizi : Gizi baik
TTV
- HR, irama, volume : 70x/menit, irama regular, volume cukup
- RR, irama, usaha napas : 20x/menit, irama regular, tidak ada usaha napas
- Suhu : 37,2 °C
- Tekanan darah : 90/70 mmHg
Kepala
- Lingkar kepala : 47 cm, Mesosefal
- Ubun-ubun besar : Menutup, ubun ubun datar
- Rambut
Warna : Hitam
Jumlah : Cukup banyak
Distribusi : Rata
- Mata
Konjungtiva anemis ( - / - )
Sklera ikterik ( - / - )
- Telinga
Discharge ( - / - )
Serumen ( + / - )
nyeri tekan tragus ( - / - )
nyeri tarik aurikula ( - / - )
nyeri tekan mastoid ( - / - )
nyeri ketuk mastoid ( - / - )
12
- Hidung
Discharge ( - / - )
Tanda inflamasi ( - / - )
- Sinus : nyeri tekan ( - / - ), nyeri ketuk sinus ( - / - )
- Mulut : kering ( - ), sianotik ( - )
- Lidah : kotor ( + ), hiperemis ( - ), tremor ( - ), normoglosi
- Gigi dan gusi : karies ( + ) gigi 53, gusi berdarah ( - )
- Tenggorok
Palatum : dbn
arcus faring : simetris, letak uvula (tengah), hiperemis ( - )
Mukosa : granulasi ( - ), hiperemis( - ), post nasal drip ( - )
Tonsil : ukuran (T1, T2), hiperemis, permukaan rata, kripte
melebar, tidak ada detritus, tidak ada membrane
Abses peritonsil ( tidak )
- Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran nnll (-), JVP
dbn
- Paru-paru ( Anterior dan Posterior )
Inpeksi
Simetris saat dinamis maupun statis
Bentuk normal
Pola napas Reguler
Alat bantu nafas di sekitar bed pasien ( - )
Palpasi : sem fremitus : distribusi rata ( + / + )
Perkusi : sonor
Auskultasi
Tanpa stetoskop : suara tambahan(-), stridor(-), wheezing(-), gurgling (-)
Dengan stetoskop : suara dasar paru vesikuler (+/+), bronkhial (+/+),
trakeal (+), Stridor (-/-), Rhonki basah (-/-), Wheezing (-/-)
- Jantung ( Anterior dan Posterior )
Inspeksi : Iktus cordis ( - )
13
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat dengan telapak tangan, kuat
angkat dengan 1 jari, heaves (-), thrills (-)
Perkusi : Batas jantung dbn, Tidak ada kardiomegali
Auskultasi
Suara jantung I-II : lub-dub
Suara jantung tambahan ( - )
Suara abnormal : Gallop (-), Murmur (-), Rub (-), Carotid bruits (-)
- Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar, massa (-), penonjolan organ
abdomen (-), jaringan parut (-), scar (-), pelebaran vena (-), lesi kulit (-),
kelainan bentuk umbilicus (-)
Auskultasi : bising usus (dbn), metallic sound (-), borborygmi (-), bruit
Hepar (-), Ginjal (-), lien (-), aorta (-)
Perkusi : timpani, Pekak sisi ( - ), Pekak alih ( - ), Tes undulasi ( - )
Palpasi
Palpasi dangkal : nyeri (-)
Palpasi dalam : nyeri (-)
Hepatomegali ( - )
Splenomegaly ( - )
Massa ( - )
Ekstremitas
- - - -
- Edema - Sianosis
- - - -
- - - -
- Akral dingin - Clubbing finger
+ - - -
-
14
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jam Terima Order : 19-11-2018 00:28
Selesai : 19-11-2018 02:15
Hematologi
Hitung jenis +
Gambaran Darah
Hitung Jenis
Eosinophil 2 1-5
Basofil 0
Batang 0 2-5
Segmen 48 25-70
Limfosit 43 20-40
15
Monosit 7 4-8
Lain-lain LPB 2/100 Lekosit
SEKRESI-EKSKRESI
16
Spesimen : Darah
SEROLOGI
17
A. Daftar Masalah Medis
- Subjektif
o Demam selama 2 minggu
o Nyeri perut
o Mual
o Nyeri telan
o Nyeri sendi
- Objektif
o Demam 38,8℃
o Tonsil T1-T2, Hiperemis, Kripte melebar, Detritus (-)
C. Diagnosis
1. Diagnosis Banding
Prolong fever
DD :
demam tifoid
tonsilofaringitis
infeksi saluran kemih
2. Diagnosis Kerja
- Tonsilofaringitis kronis eksaserbasi akut
18
tonsilitis berulang ≥ 3 kali
dalam setahun perlu
dilakukan tonsilektomi
o Menjelaskan apabila terdapat bau
mulut atau bau nafas yang
menetap menandakan tonsilitis
tidak respon terhadap terapi.
Dietetik :
o Diagnosis : Gizi baik, perawakan normal
o Kebutuhan / hari
Kebutuhan cairan : 1720 ml
Kebutuhan kalori : 2480 gram
Kebutuhan protein : 31 gram
Kebutuhan lemak : 55 gram
Kebutuhan karbohidrat : 434 gram
o Jalur : per oral
o Sediaan : makanan padat
o Pemantauan : Akseptabilitas (respon
gastrointestinal berupa mual
muntah, diare, konstipasi)
Toleransi / Reaksi simpang
Efektivitas (penambahan BB)
19
BAB III
PEMBAHASAN
Anamnesis :
Pasien mengeluh demam 2 minggu terus-menerus dan
lebih tinggi pada malam hari disertai nyeri telan sebelum
masuk RSUP Kariadi. Dirasakan nyeri perut kanan
hilang timbul dan disertai mual 2-3x sehari. Pemeriksaan Fisik :
Sebelumnya pasien dibawa ke puskesmas dan diberikan Kesadaran : Composmentis
amoxicillin, paracetamol, dan vitamin B kompleks TTV :
Setelah 7 hari demam pasien kembali ke puskesmas dan TD = 90/70 mmHg
dirujuk ke RS Citarum dengan diagnosis demam tifoid. Nadi = 104x/menit
Dirawat jalan dengan obat sanmol, antacid, curcuma dan
Suhu = 37,2˚C
ranitidine.
RR = 22x/menit
Setelah 10 hari demam, pasien dibawa ke klinik dan
Serumen (+/-)
dirawat jalan dengan obat cefixim, dexamethasone, dan
Lidah : Kotor (+) tremor (-)
demacolin.
Gigi : karies (+)
Setelah itu demam turun selama 2 hari, tidak ada
keluhan, pasien bisa kembali bersekolah. Tenggorok : Tonsil : (T1,T2), hiperemis, kripte
melebar
Sehari kemudian pasien mengeluh demam tinggi,
keesokan harinya pasien dibawa ke IGD RSUP Kariadi. Paru-Paru : dbn
Saat di IGD RSUP Kariadi pasien mengeluh demam, Jantung : dbn
nyeri telan, mual, BAB 2x konsistensi cair. Pasien diberi Abdomen : dbn
paracetamol ¾ tablet tiap 3-6 jam. Akral dingin pada kaki kanan dan kiri
Saat ini demam dirasakan menurun, pusing (-), mual
muntah (-), BAB dan BAK normal, nyeri telinga (-),
tidak ada cairan keluar dari telinga, nyeri telan (-), sesak
(-), batuk dan pilek (-)
Pemeriksaan Penunjang:
Lab Darah Rutin
Terapi : HB : 12,1 gr/dl (normal)
Parasetamol ¾ tab tiap 6 jam, Hematokrit : 37,1% (normal)
jika demam > 38˚C An. R (laki-laki, 9 tahun) Eritrosit : 4,7 x 106 / Ul
Amoxicilin 250 mg tiap 8 Tonsilofarigitis (normal)
jam DD : Leukosit : 15,3 x 103 / uL
Prolong Fever (tinggi)
Demam Tifoid Trombosit : 426 x 103 (tinggi)
ISK Urin Rutin
Warna : kuning mudah, jernih
BJ : 1.015 (normal)
Ph : 6 (normal)
Sedimen :
Epitel : 1-2/LPK
Leukosit : 0-1/LPB
Eritrosit : 0-1/LPB
Kristal : negative
20 Bakteri : +
Tubex : negatif
Clinical Reasoning
Anamnesis :
Pada anamnesis didapatkan gejala demam tinggi kurang lebih 2 minggu.
Demam dikeluhkan terus-menerus namun suhu tidak diukur sering pada malam
hari. Hal ini dicurigai mengarah pada infeksi bakteri. Terdapat keluhan nyeri perut
dan mual gejala ini merupakan gejala gastointestinal. Gejala yang didapatkan ini
mengarah pada gejala demam tifoid. Terdapat keluhan lain yaitu nyeri sendi dan
nyeri telan, hal ini dicurigai adanya inflamasi pada tonsil dan faring. Riwayat
penyakit pasien sebelumnya pernah menderita demam tifoid pada tahun 2017.
Riwayat keluarga dan lingkungan sekitar rumah terdapat keluhan demam seperti
pasien. Hal ini menandakan adanya penyakit infeksi menular. Riwayat sosial
ekonomi pasien bertempat tinggal di perkampungan penduduk padat, dekat
dengan pabrik dan pernah terjadi banjir yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
Terdapat riwayat anak tinggal bersama orangtua dan saudaranya. Ayah bekerja
sebagai wiraswasta dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Biaya pengobatan
menggunakan JKN kelas III sehingga kesan sosial ekonomi tergolong kurang.
Riwayat perinatal tidak ditemukan riwayat penyakit yang sama namun bayi
lahir pada umur 32 minggu pada saat postnatal bayi pernah diare dan imunisasi
yang belum lengkap.
Riwayat perkembangan sesuai dengan usia sehingga tidak didapatkan
kelainan yang berhubungan dengan keluhan.
Riwayat imunisasi lengkap, sehingga kemungkinan penyakit tidak di
pengaruhi oleh riwayat imunisasi
Riwayat makanan pasien suka makan es,sehingga dapat meningkat
terjadinya peradangan pada tonsil.
Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan
21
1. Kesadaran
Kesadaran anak baik dan composmentis. Hal ini menunjukkan tidak ada
gangguan saraf atau penyebaran infeksi ke SSP.
2. Kesan napas
Anak bernapas spontan, tidak menggunakan alat bantu napas dan anak
bernapas adekuat.
3. Kesan sakit
Anak tampak tidak sakit, tidak lemas, dan bergerak aktif. Hal tersebut
menunjukkan tidak adanya hgangguan suplai oksigen ke jaringan
4. Kesan status gizi
Kesan gizi baik.
B. TTV
1. Nadi, irama, volume
Nadi anak masih dalam batas normal, yaitu 104 kali per menit dengan
irama yang teratur/reguler dan volume teraba cukup.
2. RR, irama, usaha napas
Laju napas anak masih dalam batas normal, yaitu 22 kali per menit dengan
irama reguler dan tidak terdapat usaha saat bernapas.
3. Suhu
Suhu anak normal. Sudah tidak terdapat demam pada anak. Pada awalnya
anak mengalami demam tinggi selama 2 minggu. Penyebab anak demam
lama dicurigai terjadi karena infeksi bakteri. Hal ini didukung dengan
riwayat tonsilofaringitis yang dimiliki anak dan ditemukan adanya
pembesaran dan hiperemis tonsil pada pemeriksaan fisik. Selama
perawatan di rumah sakit, anak diberikan paracetamol ¾ tablet tiap 4-6
jam peroral untuk menurunkan suhu dan amoxicilin 250 mg/8 jam untuk
mengatasi tonsilofaringitis. Sehingga suhu anak sudah kembali normal
setelah pemberian terapi.
4. Tekanan darah
Tekanan darah sistolik dan diastolik dalam batas normal.
22
C. Kepala
1. Mata
Tidak terdapat konjungtiva anemis pada konjungtiva palpebra kanan dan
kiri. Tidak terdapat skelara ikterik pada mata kanan dan kiri.
2. Telinga
Dari pemeriksaan telinga tidak ditemukan discharge yang keluar dari
telinga kanan dan kiri. Terdapat serumen pada liang telinga kanan. Tidak
terdapat nyeri tekan tragus, nyeri tarik aurikula, nyeri tekan mastoid dan
nyeri ketuk mastoid.
3. Sinus
Tidak ditemukan nyeri tekan dan nyeri ketuk pada sinus kanan dan kiri.
4. Mulut
Mulut tidak kering dan warna mukosa mulut normal (tidak terdapat
sianotik)
5. Lidah
Lidah kotor namun tidak tremor, tidak hiperemis dan ukuran lidah
normoglosi. Tidak didapatkannya tremor menyingkirkan diagnosis
demam tifoid.
6. Tenggorok
Pemeriksaan palatum, arcus faring dan mukosa dalam batas normal. Tidak
terdapat abses peritonsil. Permukaan tonsil rata, tidak ada pelebaran
kripte, tidak ada detritus dan tidak ada membrane yang menempel pada
mukosa tonsil. Namun, terdapat pembesaran tonsil T1-T2 dan hiperemis.
Hal ini menandakan terjadi peradangan pada tonsil. Pada anamnesis anak
juga mnegeluh nyeri telan. Pembesaran tonsil dan nyeri telan semakin
mendukung kecurigaan terjadinya tonsilofaringitis.
7. Sistem Respirasi
Inspeksi
23
Gerakan dinding dada simetris saat dinamis maupun statis dan pola
Palpasi
adanya gangguan pada salah satu dinding paru seperti timbunan cairan
Perkusi
Bunyi perkusi seluruh lapangan paru adalah sonor yang berarti dalam
batas normal
Auskultasi
Suara bronkial terdengar di bagian bronkhus kanan dan kiri/di SIC 2-3
Sistem Kardiovaskular
Inspeksi
Palpasi
dengan telapak tangan, namun kuat angkat dengan 1 jari. Thrill dan
Perkusi
24
Batas jantung dalam batas normal, tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi
Sistem Gastrointestinal
Inspeksi
Auskultasi
Bising usus dalam batas normal. Tidak terdengar metallic sound dan
Perkusi
normal). Tidak terdapat pekak alih, pekak sisi, dan tes undulasi
negatif.
Palpasi
Ekstremitas
Edema
25
Tidak didapatkan edema baik pada ekstremitas superior maupun
Sianosis
jaringan baik.
Akral dingin
Clubbing finger
Pemeriksaan penunjang
26
3. Dari pemeriksaan tubex yang telah dilakukan didapatkan hasil negatif.
demam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lubis, Inke Nadia. Penanganan demam pada anak. Saripediatri 2012; 12:406-18
2. Widagdo Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam. Jakarta: Sagung
.
Seto, 2012
3. Poorwo, S. Garna, H. Rezeki, S. Irawan, H. 2010, buku Ajar Infeksi & Pediatri
Tropis Edisi Kedua, Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta.
4. Naning, R, Triasih, R, Setyati, A. Faringitis, Tonsilitis, dan Tonsilofaringitis Akut,
in: Rahajoe, NN, Supriyanto, B, Setyanto, DB (Eds): Buku Ajar Respirologi Anak
Edisi Pertama, Jakarta: badan penerbit IDAI, 2012: 288-95
5. Nelwan,RHH. Tata Laksana Terkini Demam Tifoid. CDK-192 2012;39:247-50
6. Pardede, Sudung O. Infeksi Saluran Kemih Pada Anak. IDAI 2015
27