Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

KEPANITERAAN JUNIOR
ILMU KESEHATAN ANAK

KELOMPOK 3

RARA BADRIYA AGUSTIN 22010115120016


DIAN WULANDARI 22010115120017
FITRATUL RAHMAH 22010115120018
MELVI ZAHRA 22010115120019
DIAH ANGGRAINI 22010115120020
REZA TRI SUTRISNO 22010115120021
M. RIZAL FATONI 22010115120022
SISKA TANWINA 22010115120023
LATIFA KHAIRUNNISA 22010115120024
HUSNIA FEBRI AMALIA 22010115120025
DIAH PITALOKA 22010115120026

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam adalah keadaan temperature rektal >38°C. Menurut American
Academy of Pediatrics (AAP) suhu normal rektal pada anak berumur kurang dari
3 tahun 38°C, suhu normal oral sampai 37,2°C, suhu rektal normal sampai 37,8°C
sedangkan menurut NAPN (National Association of Pediatric Nurse) disebut
demam bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38°C, pada
anak umur lebih dari 3 bulan, suhu aksila dan oral lebih dari 38,3°C. Definisi
demam bervariasi, tetapi banyak yang mendefinisikan demam sebagai temperatur
>38°C. Berbagai penanganan demam telah diketahui secara umum termasuk
dengan pemberian antipiretik maupun dengan metode fisik. Jenis antipiretik yang
disetujui pemberiannya pada anak ialah parasetamol dan ibuprofen. Pemilihan
antipiretik, cara pemberian, dan dosis antipiretik penting untuk diketahui oleh
praktisi maupun orangtua dalam menangani demam, sehingga informasi yang
lengkap harus diberikan kepada orang tua pada setiap kunjungan untuk mencegah
kesalahan pemberian obat dan juga mencegah toksisitas antipiretik.1
Beberapa kemungkinan diagnosis anak dengan demam yaitu demam
tifoid, infeksi saluran kemih dan tonsilofaringitis. Hal yang membedakan
diagnosis banding tersebut adalah lama demam, gejala klinis secara spesifik dan
organ yang terkena.
Tonsilofaringitis infeksi akut, rekuren atau kronik pada faringotonsil,
yang dapat disebabkan oleh berbagai virus seperti HSV, EBV, sitomegalovirus,
adenovirus, dan oleh bakteri utama yaitu Streptococcus beta hemolitikus grup A.
Tonsilofaringitis biasanya terjadi pada anak, meskipun jarang terjadi pada anak di
bawah usia 1 tahun. Insiden meningkat sesuai dengan bertambahnya usia,
mencapai puncak pada umur 4-7 yahun, dan berlanjut hingga dewasa. Insiden
tonsilofaringitis streptokokus tertinggi pada usia 5-18 tahun, jarang di bawah usia
3 tahun dan sebanding antara laki-laki dengan perempuan.2 Manifestasi klinis dari
tonsilitis akut adalah odinofagia, demam dan menggigil, rasa kering pada faring,

2
disfagia, otalgia, sakit kepala, malaise dan myalgia serta jaringan pada regio
tonsil tampak meradang atau ditandai dengan bengkak kemerahan 3,4
Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella enterica serovar typhi (S. typhi). Insidens penyakit ini sering dijumpai
di negara-negara Asia dan dapat ditularkan melalui makanan atau air yang
terkontaminasi. Di Indonesia, insidens demam tifoid banyak dijumpai pada
populasi yang berusia 3-19 tahun. Pada permulaan penyakit, biasanya tidak
tampak gejala atau keluhan dan kemudian timbul gejala atau keluhan seperti
demam sore hari dan serangkaian gejala infeksi umum dan pada saluran cerna.
Periode inkubasi terjadi selama 7-14 hari. Gejala yang biasanya dijumpai adalah
demam sore hari dengan serangkaian keluhan klinis, seperti anoreksia, mialgia,
nyeri abdomen, dan obstipasi. Dapat disertai dengan lidah kotor, nyeri tekan
perut, dan pembengkakan pada stadium lebih lanjut dari hati atau limpa atau
kedua - duanya. Pada anak, diare sering dijumpai pada awal gejala yang baru,
kemudian dilanjutkan dengan konstipasi.5
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi pada ginjal dan
saluran kemih, salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak. ISK
dapat menyebabkan berbagai gejala seperti demam, nyeri pinggang, nyeri ketika
berkemih, hipertensi, dan sepsis. ISK paling sering disebabkan oleh Eschericia
coli sekitar yang berasal dari saluran cerna. Anak dengan ISK berisiko mengalami
kerusakan ginjal yang berlanjut menjadi pielonefritis (radang ginjal) dan gagal
ginjal di usia dewasa. Penyebab lain yaitu Klebsiella, Proteus, Enterococcus,
Enterobacter dan lain sebagainya. ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan
1- 2% anak laki – laki. Sebelum usia 1 tahun, ISK lebih banyak terjadi pada
anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar ISK terjadi pada anak
perempuan. Rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian ISK
pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada anak laki-laki. Dan pada
anak laki - laki yang disunat, risiko ISK menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari
anak laki - laki yang tidak disunat 6

3
Pada laporan ini akan disajikan kasus seorang anak laki-laki berusia 9
tahun dengan permasalahan tonsilofaringitis yang mendapatkan perawatan rawat
inap di ruangan perawatan anak lantai 1 RSUP dr. Kariadi Semarang

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis
dan mengelola pasien secara komprehensif dan holistik berdasarkan data yang
diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta
mengetahui prognosis penyakit

1.3 Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media belajar
agar dapat mendiagnosis dan mengelola pasien secara tepat dan komprehensif
serta mengetahui prognosis penyakit.

4
BAB II
PENYAJIAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama Pasien : An. R
Jenis kelamin : Laki-laki
No. rekam Medis : C723XXX
Tanggal Lahir : 20 Januari 2009
Alamat : Conrorejo, RT 3 RW 9, Kelurahan Muktiharjo Kidul,
Kecamatan Pedurungan, Kab. Kodia Semarang, Jawa Tengah

Ayah Ibu
Nama : Tn. N Nama : Ny. R
Umur : 44 Tahun 9 Bulan Umur : 41 Tahun 5 Bulan
Pendidikan: SD Pendidikan: SMP
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Masuk RS tanggal: 19 November 2018


Diperiksa tanggal: 20 November 2018 pukul 10.10 WIB

2.2 ANAMNESIS
Anamnesis didapat dari alloanamnesis dengan kakak pasien pada tanggal 20
November 2018 pukul 10.10 WIB

Riwayat Penyakit Sekarang

Dua minggu sebelum masuk rumah sakit yaitu tanggal 5 November 2018,
anak mengeluh demam. Demam dikeluhkan terus-menerus namun suhu tidak
diukur dan demam lebih tinggi pada malam hari. Demam turun setelah minum
obat penurun panas. Tidak ada kemerahan pada kulit, nyeri kepala disangkal,
BAK dan BAB normal. Tidak nyeri saat BAK. Ada keluhan nyeri sendi dan nyeri

5
telan. Tidak terdapat nyeri pada telinga, tidak ada kejang, tidak ada cairan yang
keluar dari telinga. Dirasakan nyeri perut kanan hilang timbul dan disertai mual 2-
3x sehari. Keluhan muntah, batuk, pilek, dan serak disangkal. Kemudian pasien
dibawa ke puskesmas dan diberi obat paracetamol, amoksisilin dan vit.B complex.
Setelah 7 hari, obat yang diberikan dari puskesmas telah habis namun
keluhan demam masih ada dan anak kembali dibawa ke puskesmas. Kemudian
anak dirujuk ke RS Citarum pada tanggal 12 November 2018. Di RS Citarum,
anak didiagnosis demam tifoid dan dirawat jalan dengan sanmol, antasid, curcuma
dan ranitidine.
Setelah 10 hari masih demam, anak dibawa ke klinik terdekat pada tanggal
15 November 2018 dan diberikan obat rawat jalan cefixime, dexamethasone, dan
demacolin. Setelah mengonsumsi obat dari klinik, demam sempat turun dan anak
bisa bersekolah seperti biasa selama 2 hari. Tidak ada lagi keluhan demam, nyeri
kepala (-), nyeri telinga (-), tidak ada cairan yang keluar dari telinga, kejang (-),
nyeri perut kanan (-), nyeri saat BAK (-), BAK merah (-), batuk pilek serak (-),
nyeri sendi dan otot (-). Tidak ada penurunan berat badan.
Pada tanggal 18 November 2018, 1 hari sebelum masuk rumah sakit anak
kembali mengeluh demam tinggi dan dibawa ke IGD RS Kariadi. Demam dengan
suhu 38 °C, nyeri kepala (-), nyeri telinga (-), BAK dan BAB normal, BAK merah
(-), kejang (-), tidak ada cairan yang keluar dari telinga, nyeri telan (+), mual (+),
muntah (-), batuk (-), pilek (-), serak (-), BAB 2x dengan konsistensi cair warna
kuning kocoklatan. Pasien diberi paracetamol ¾ tablet tiap 4-6 jam.
Saat dilakukan pemeriksaan pada hari selasa, 20 November 2018 pukul
10.10. WIB, demam sudah dirasakan menurun, pusing (-), mual muntah (-), BAK
dan BAB normal, nyeri telinga (-), tidak ada cairan keluar dari telinga, nyeri telan
(-), tidak terdapat serak, batuk pilek (-).

Riwayat Penyakit Dahulu


Anak pernah dirawat dengan diagnosis demam tifoid di Rumah Sakit
Citarum pada tahun 2015 dan pernah dirawat di RSI Sultan Agung karena diare
pada tahun 2013. Riwayat alergi, riwayat transfusi disangkal.

6
Riwayat Penyakit Keluarga
Bapaknya mengalami tumor pankreas sudah menyebar ke otak sedang dirawat di
RSDK, ibunya memiliki riwayat asma, serta neneknya memiliki riwayat
hipertensi

Riwayat Perinatal
- Riwayat Prenatal
Ibu rutin melakukan pemeriksaan antenatal di puskesmas, riwayat minum jamu
dan obat-obatan disangkal, ibu hanya meminum tablet besi yang diberikan
dipuskesmas. Ibu mengalami asam urat ketika hamil. Riwayat hipertensi, demam
dengan ruam, kejang, diabetes melitus dan riwayat alergi disangkal. Riwayat
imunisasi TT tidak diketahui dan tidak ada pendarahan selama kehamilan
- Riwayat Natal
Ibu 32 tahun P3A0 pada usia kehamilan 32 minggu secara pervaginam di Rumah
Sakit Ketilang. Berat bayi lahir 1800 gram, langsung menangis dan tidak sianosis.
- Riwayat Postnatal
Anak tidak memiliki riwayat ikterik atau sianosis. Riwayat imunisasi dasar tidak
lengkap, bayi hanya imunisasi BCG, DPT dan polio satu kali ketika usia 0 bulan
serta tidak melakukan booster.

Riwayat nutrisi
0-6 Bulan : ASI (ad libitum)
6-12 Bulan : ASI+ MPASI
12 bulan- sekarang : makanan keluarga
Food Recall
Jumat, 16 November 2018
- Bubur ayam
- Teh
- Nasi putih
- Steik ayam
- Sayur bayam

7
- Coklat
Sabtu, 17 November 2018
- Nasi Putih
- Telur dadar
- Otak-otak bandeng
- Soto ayam
- Es teh
- Tahu bacem
- Somay
Minggu, 18 November 2018
- Nasi putih
- Steik ayam
- Es teh
- Cilok
- Mie goreng
- Capcay
Kesimpulan: kualitas baik, kuantitas baik.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


- Pertumbuhan
a. Berat badan lahir :1800gram
b. Panjang badan lahir : 43
c. Berat badan sekarang : 31 kg
d. Panjang badan sekarang : 131 cm
e. Lingkar kepala : 46,7 cm
f. LILA : 20 cm
- Perkembangan
Pasien duduk di kelas 3 SD, saat ini tidak didapatkan gangguan pekembangan.
Sebelum sakit pasien sangat aktif bermain bersama teman-temannya dan dapat
mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik. Kemampuan interaksi pasien dengan
orang lain juga baik.

8
Riwayat Sosial Ekonomi
Pendapatan perbulan keluarga kurang lebih Rp1.500.000, keluarga menanggung
satu orang belum mandiri, ayah bekerja sebagai wiraswasta, tetapi sekarang tidak
bisa bekerja lagi karena sedang sakit dan dirawat di RSUP Kariadi, ibu adalah ibu
rumah tangga, biaya pengobatan ditanggung oleh JKN kelas III. Lokasi rumah
berada di sekitar perkampungan yang sering banjir dan dekat dengan pabrik.
Kesan: sosial ekonomi kurang

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


Selasa, 20 November 2018
Jam : 10.10 WIB
Keadaan
- Kesadaran : Composmentis
- Kesan napas : Spontan, adekuat
- Kesan sakit : Tidak sakit, tidak lemas, aktif
- Kesan status gizi : Gizi baik
TTV
- HR, irama, volume : 104x/menit, irama regular, volume cukup
- RR, irama, usaha napas : 22x/menit, irama regular, tidak ada usaha napas
- Suhu : 37,2 °C
- Tekanan darah : 90/70 mmHg
Kepala
- Lingkar kepala : 46,7 cm, Mesosefal
- Ubun-ubun besar : menutup, ubun ubun datar
- Rambut : warna hitam, jumlah banyak, distribusi rata
- Mata : konjungtiva anemis ( -/ - ) sklera ikterik ( - / - )
- Telinga :
 Discharge ( - / - )
 Serumen ( + / - )
 nyeri tekan tragus ( - / - )
 nyeri tarik aurikula ( - / - )

9
 nyeri tekan mastoid ( - / - )
 nyeri ketuk mastoid ( - / - )
- Hidung
 Discharge ( - / - )
 Tanda inflamasi ( - / - )
- Sinus : nyeri tekan ( - / - ), nyeri ketuk sinus ( - / - )
- Mulut : kering ( - ), sianotik ( - )
- Lidah : kotor ( + ), hiperemis ( - ), tremor ( - ), normoglosi
- Gigi dan gusi : karies ( + ) gigi 53, gusi berdarah ( - )
- Tenggorok
 Palatum : dbn
 arcus faring : simetris, letak uvula (tengah), hiperemis ( - )
 Mukosa : granulasi ( - ), hiperemis( - ), post nasal drip ( - )
 Tonsil : ukuran (T1, T2), hiperemis, permukaan rata, kripte
melebar, tidak ada detritus, tidak ada membrane
 Abses peritonsil ( tidak )
- Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran nnll (-), JVP
dbn
- Paru-paru ( Anterior dan Posterior )
Inpeksi
 Simetris saat dinamis maupun statis
 Bentuk normal
 Pola napas Reguler
 Alat bantu nafas di sekitar bed pasien ( - )
- Palpasi : stem fremitus : distribusi rata ( + / + )
- Perkusi : sonor
- Auskultasi
Tanpa stetoskop : suara tambahan(-), stridor(-), wheezing(-), gurgling (-)
Dengan stetoskop : suara dasar paru vesikuler (+/+), bronkhial (+/+),
trakeal (+), Stridor (-/-), Rhonki basah (-/-), Wheezing (-/-)

10
Jantung ( Anterior dan Posterior )
- Inspeksi : Iktus cordis ( - )
- Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat dengan telapak tangan, kuat
angkat dengan 1 jari, heaves (-), thrills (-)
- Perkusi : Batas jantung dbn, Tidak ada kardiomegali
- Auskultasi
 Suara jantung I-II : lub-dub
 Suara jantung tambahan ( - )
 Suara abnormal : Gallop (-), Murmur (-), Rub (-), Carotid bruits (-)

Abdomen
- Inspeksi : bentuk abdomen datar, massa (-), penonjolan organ
abdomen (-), jaringan parut (-), scar (-), pelebaran vena (-), lesi kulit (-),
kelainan bentuk umbilicus (-)
- Auskultasi : bising usus (dbn), metallic sound (-), borborygmi (-), bruit
Hepar (-), Ginjal (-), lien (-), aorta (-)
- Perkusi : timpani, Pekak sisi ( - ), Pekak alih ( - ), Tes undulasi ( - )
- Palpasi
Palpasi dangkal : nyeri (-)
Palpasi dalam : nyeri (-)
Hepatomegali ( - )
Splenomegaly ( - )
Massa ( - )
Ekstremitas
- Edema - - - Sianosis - -

- - - -

- -
- Akral dingin - Clubbing finger - -
+
+ - -

11
Selasa, 21 November 2018
Jam : 07.40 WIB

Keadaan
- Kesadaran : Composmentis
- Kesan napas : Spontan, adekuat
- Kesan sakit : Tidak sakit, tidak lemas, aktif
- Kesan status gizi : Gizi baik
TTV
- HR, irama, volume : 70x/menit, irama regular, volume cukup
- RR, irama, usaha napas : 20x/menit, irama regular, tidak ada usaha napas
- Suhu : 37,2 °C
- Tekanan darah : 90/70 mmHg
Kepala
- Lingkar kepala : 47 cm, Mesosefal
- Ubun-ubun besar : Menutup, ubun ubun datar
- Rambut
 Warna : Hitam
 Jumlah : Cukup banyak
 Distribusi : Rata
- Mata
 Konjungtiva anemis ( - / - )
 Sklera ikterik ( - / - )
- Telinga
 Discharge ( - / - )
 Serumen ( + / - )
 nyeri tekan tragus ( - / - )
 nyeri tarik aurikula ( - / - )
 nyeri tekan mastoid ( - / - )
 nyeri ketuk mastoid ( - / - )

12
- Hidung
 Discharge ( - / - )
 Tanda inflamasi ( - / - )
- Sinus : nyeri tekan ( - / - ), nyeri ketuk sinus ( - / - )
- Mulut : kering ( - ), sianotik ( - )
- Lidah : kotor ( + ), hiperemis ( - ), tremor ( - ), normoglosi
- Gigi dan gusi : karies ( + ) gigi 53, gusi berdarah ( - )
- Tenggorok
 Palatum : dbn
 arcus faring : simetris, letak uvula (tengah), hiperemis ( - )
 Mukosa : granulasi ( - ), hiperemis( - ), post nasal drip ( - )
 Tonsil : ukuran (T1, T2), hiperemis, permukaan rata, kripte
melebar, tidak ada detritus, tidak ada membrane
 Abses peritonsil ( tidak )
- Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran nnll (-), JVP
dbn
- Paru-paru ( Anterior dan Posterior )
Inpeksi
 Simetris saat dinamis maupun statis
 Bentuk normal
 Pola napas Reguler
 Alat bantu nafas di sekitar bed pasien ( - )
Palpasi : sem fremitus : distribusi rata ( + / + )
Perkusi : sonor
Auskultasi
Tanpa stetoskop : suara tambahan(-), stridor(-), wheezing(-), gurgling (-)
Dengan stetoskop : suara dasar paru vesikuler (+/+), bronkhial (+/+),
trakeal (+), Stridor (-/-), Rhonki basah (-/-), Wheezing (-/-)
- Jantung ( Anterior dan Posterior )
Inspeksi : Iktus cordis ( - )

13
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat dengan telapak tangan, kuat
angkat dengan 1 jari, heaves (-), thrills (-)
Perkusi : Batas jantung dbn, Tidak ada kardiomegali
Auskultasi
 Suara jantung I-II : lub-dub
 Suara jantung tambahan ( - )
 Suara abnormal : Gallop (-), Murmur (-), Rub (-), Carotid bruits (-)
- Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar, massa (-), penonjolan organ
abdomen (-), jaringan parut (-), scar (-), pelebaran vena (-), lesi kulit (-),
kelainan bentuk umbilicus (-)
Auskultasi : bising usus (dbn), metallic sound (-), borborygmi (-), bruit
Hepar (-), Ginjal (-), lien (-), aorta (-)
Perkusi : timpani, Pekak sisi ( - ), Pekak alih ( - ), Tes undulasi ( - )
Palpasi
Palpasi dangkal : nyeri (-)
Palpasi dalam : nyeri (-)
Hepatomegali ( - )
Splenomegaly ( - )
Massa ( - )
Ekstremitas

- - - -
- Edema - Sianosis
- - - -

- - - -
- Akral dingin - Clubbing finger
+ - - -
-

14
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jam Terima Order : 19-11-2018 00:28
Selesai : 19-11-2018 02:15

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL


HEMATOLOGI
12.1 g/dl 12.00-15.00
Hemoglobin
Hematokrit 37.1 % 35-47
Eritrosit 4.7 106 / uL 4.4-5.9
MCH 25.7 Pg 27.00-32.00
MCV 78.9 fL 76-96
MCHC 32.6 g/dL 29.00-36.00
Leukosit 15.3 103 / uL 3.6-11
Trombosit 4266 103 / uL 150-400
RDW 13.2 % 11.60-14.80
MPV 8.4 fL 4.00-11.00
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu 107 mg/dl 80-160
Ureum 28 mg/dL 15-39
Kreatinin 0.6 mg/dL 0.6-1.30
Calcium 2.3 mmol/L 2.12-2.52
Natrium 137 mmol/L 136-145
Kalium 3.8 mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 104 mmol/L 98-107

Jam Terima Order : 19-11-2018 00:27


Selesai : 19-11-2018 02:23

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

Hematologi
Hitung jenis +
Gambaran Darah
Hitung Jenis
 Eosinophil 2 1-5
 Basofil 0
 Batang 0 2-5
 Segmen 48 25-70
 Limfosit 43 20-40

15
 Monosit 7 4-8
 Lain-lain LPB 2/100 Lekosit

Gambaran Darah Tepi Normosit


Eritrosit Poikilositosis Sedang (Ovalosit,
Pear, Shape, Cell)

Trombosit Estimasi Jumlah Trombosit


Tampak Normal Didominasi
Bentuk Normal
Bentuk Besar (+)

Leukosit Limfositosis (+)


Limfosit Atipikal
Limfosit Teraktivasi (+)

Jam Terima Order : 19-11-2018 00:41


Selesai : 19-11-2018 01:03

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL

SEKRESI-EKSKRESI

Sill. Pathologi NEG /ul 0.0-0.5


Sill. Granula kasar NEG /LPK NEG
Sill. Granula halus NEG /LPK NEG
Silinder hialin NEG /ul 0.00-1.20
Silinder epitel NEG /LPK NEG
Silinder eritrosit NEG /LPK NEG
Silinder leukosit NEG /LPK NEG
Mucus NEG /ul 0.00-0.50
Yeast cell NEG /ul 0.0-25.0
Bakteri BAKTERI: +/POS /ul 0.0-100.0
Sperma NEG /ul 0.00-3.00
Kepekatan mS/cm 3.00-27.00

Pengambilan : 19/11/2018 05.53


Validasi : 19/11/2018 05.54
Selesai : 19/11/2018 05.54

16
Spesimen : Darah

PEMERIKSAAN HASIL KETERANGAN

SEROLOGI

Tubex TF / (2) NEGATIF Interpretasi:


Salmonella Typhi <= 2: Negatif
Ig.M 3: Borderline
4-5: indikasi infeksi demam typhoid
>=6 indikasi kuat demem typhoid :
Tanggal 20/11/2018 NEGATIF
Tubex TF /
Salmonella Typhi
Ig.M

Tanggal : 19/11/2018 Pemeriksaan Kesan/Hasil

Darah Rutin Hb: 12,1


HT : 37,1
Leukosit : 15.310
Trombosit : 426.000
Na: 137
K : 3,8
Cl : 104
Eo/Bo/Bto/Sg
48/L43/Mq

Urin Rutin PH= 6


Leukosit esterase (-)
Bakteri (-)

Gambaran darah tepi Eritrosit:

17
A. Daftar Masalah Medis
- Subjektif
o Demam selama 2 minggu
o Nyeri perut
o Mual
o Nyeri telan
o Nyeri sendi

- Objektif
o Demam 38,8℃
o Tonsil T1-T2, Hiperemis, Kripte melebar, Detritus (-)

B. Daftar Masalah keperawatan


- Risiko rendah jatuh berhubungan dengan usia anak, jenis kelamin,dan
faktor lingkungan.

C. Diagnosis
1. Diagnosis Banding
Prolong fever
DD :
 demam tifoid
 tonsilofaringitis
 infeksi saluran kemih

2. Diagnosis Kerja
- Tonsilofaringitis kronis eksaserbasi akut

D. Rencana Pemecahan Masalah


a. Assessment : Tonsilofaringitis kronis eksaserbasi
akut
Initial Plan :
Diagnosis : S : demam dan nyeri telan
O : T1 - T2, kripte melebar,
leukositosis
Terapi : Parasetamol ¾ tab tiap 6 jam
jika demam ≥ 38 ℃
Amoxicillin 250 mg tiap 8 jam
Edukasi :
o Menjelaskan kepada orangtua
tentang penyakit dan kondisi
anak saat ini.
o Menjelaskan kepada
orangtua pasien, apabila

18
tonsilitis berulang ≥ 3 kali
dalam setahun perlu
dilakukan tonsilektomi
o Menjelaskan apabila terdapat bau
mulut atau bau nafas yang
menetap menandakan tonsilitis
tidak respon terhadap terapi.

Dietetik :
o Diagnosis : Gizi baik, perawakan normal
o Kebutuhan / hari
 Kebutuhan cairan : 1720 ml
 Kebutuhan kalori : 2480 gram
 Kebutuhan protein : 31 gram
 Kebutuhan lemak : 55 gram
 Kebutuhan karbohidrat : 434 gram
o Jalur : per oral
o Sediaan : makanan padat
o Pemantauan : Akseptabilitas (respon
gastrointestinal berupa mual
muntah, diare, konstipasi)
Toleransi / Reaksi simpang
Efektivitas (penambahan BB)

19
BAB III
PEMBAHASAN

Anamnesis :
 Pasien mengeluh demam 2 minggu terus-menerus dan
lebih tinggi pada malam hari disertai nyeri telan sebelum
masuk RSUP Kariadi. Dirasakan nyeri perut kanan
hilang timbul dan disertai mual 2-3x sehari. Pemeriksaan Fisik :
 Sebelumnya pasien dibawa ke puskesmas dan diberikan  Kesadaran : Composmentis
amoxicillin, paracetamol, dan vitamin B kompleks  TTV :
 Setelah 7 hari demam pasien kembali ke puskesmas dan  TD = 90/70 mmHg
dirujuk ke RS Citarum dengan diagnosis demam tifoid.  Nadi = 104x/menit
Dirawat jalan dengan obat sanmol, antacid, curcuma dan
 Suhu = 37,2˚C
ranitidine.
 RR = 22x/menit
 Setelah 10 hari demam, pasien dibawa ke klinik dan
 Serumen (+/-)
dirawat jalan dengan obat cefixim, dexamethasone, dan
 Lidah : Kotor (+) tremor (-)
demacolin.
 Gigi : karies (+)
 Setelah itu demam turun selama 2 hari, tidak ada
keluhan, pasien bisa kembali bersekolah.  Tenggorok : Tonsil : (T1,T2), hiperemis, kripte
melebar
 Sehari kemudian pasien mengeluh demam tinggi,
keesokan harinya pasien dibawa ke IGD RSUP Kariadi.  Paru-Paru : dbn
 Saat di IGD RSUP Kariadi pasien mengeluh demam,  Jantung : dbn
nyeri telan, mual, BAB 2x konsistensi cair. Pasien diberi  Abdomen : dbn
paracetamol ¾ tablet tiap 3-6 jam.  Akral dingin pada kaki kanan dan kiri
 Saat ini demam dirasakan menurun, pusing (-), mual
muntah (-), BAB dan BAK normal, nyeri telinga (-),
tidak ada cairan keluar dari telinga, nyeri telan (-), sesak
(-), batuk dan pilek (-)

Pemeriksaan Penunjang:
 Lab Darah Rutin
Terapi :  HB : 12,1 gr/dl (normal)
 Parasetamol ¾ tab tiap 6 jam,  Hematokrit : 37,1% (normal)
jika demam > 38˚C  An. R (laki-laki, 9 tahun)  Eritrosit : 4,7 x 106 / Ul
 Amoxicilin 250 mg tiap 8  Tonsilofarigitis (normal)
jam  DD :  Leukosit : 15,3 x 103 / uL
 Prolong Fever (tinggi)
 Demam Tifoid  Trombosit : 426 x 103 (tinggi)
 ISK  Urin Rutin
 Warna : kuning mudah, jernih
 BJ : 1.015 (normal)
 Ph : 6 (normal)
 Sedimen :
 Epitel : 1-2/LPK
 Leukosit : 0-1/LPB
 Eritrosit : 0-1/LPB
 Kristal : negative
20  Bakteri : +
 Tubex : negatif
Clinical Reasoning
Anamnesis :
Pada anamnesis didapatkan gejala demam tinggi kurang lebih 2 minggu.
Demam dikeluhkan terus-menerus namun suhu tidak diukur sering pada malam
hari. Hal ini dicurigai mengarah pada infeksi bakteri. Terdapat keluhan nyeri perut
dan mual gejala ini merupakan gejala gastointestinal. Gejala yang didapatkan ini
mengarah pada gejala demam tifoid. Terdapat keluhan lain yaitu nyeri sendi dan
nyeri telan, hal ini dicurigai adanya inflamasi pada tonsil dan faring. Riwayat
penyakit pasien sebelumnya pernah menderita demam tifoid pada tahun 2017.
Riwayat keluarga dan lingkungan sekitar rumah terdapat keluhan demam seperti
pasien. Hal ini menandakan adanya penyakit infeksi menular. Riwayat sosial
ekonomi pasien bertempat tinggal di perkampungan penduduk padat, dekat
dengan pabrik dan pernah terjadi banjir yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
Terdapat riwayat anak tinggal bersama orangtua dan saudaranya. Ayah bekerja
sebagai wiraswasta dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Biaya pengobatan
menggunakan JKN kelas III sehingga kesan sosial ekonomi tergolong kurang.
Riwayat perinatal tidak ditemukan riwayat penyakit yang sama namun bayi
lahir pada umur 32 minggu pada saat postnatal bayi pernah diare dan imunisasi
yang belum lengkap.
Riwayat perkembangan sesuai dengan usia sehingga tidak didapatkan
kelainan yang berhubungan dengan keluhan.
Riwayat imunisasi lengkap, sehingga kemungkinan penyakit tidak di
pengaruhi oleh riwayat imunisasi
Riwayat makanan pasien suka makan es,sehingga dapat meningkat
terjadinya peradangan pada tonsil.

Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan

21
1. Kesadaran
Kesadaran anak baik dan composmentis. Hal ini menunjukkan tidak ada
gangguan saraf atau penyebaran infeksi ke SSP.
2. Kesan napas
Anak bernapas spontan, tidak menggunakan alat bantu napas dan anak
bernapas adekuat.
3. Kesan sakit
Anak tampak tidak sakit, tidak lemas, dan bergerak aktif. Hal tersebut
menunjukkan tidak adanya hgangguan suplai oksigen ke jaringan
4. Kesan status gizi
Kesan gizi baik.
B. TTV
1. Nadi, irama, volume
Nadi anak masih dalam batas normal, yaitu 104 kali per menit dengan
irama yang teratur/reguler dan volume teraba cukup.
2. RR, irama, usaha napas
Laju napas anak masih dalam batas normal, yaitu 22 kali per menit dengan
irama reguler dan tidak terdapat usaha saat bernapas.
3. Suhu
Suhu anak normal. Sudah tidak terdapat demam pada anak. Pada awalnya
anak mengalami demam tinggi selama 2 minggu. Penyebab anak demam
lama dicurigai terjadi karena infeksi bakteri. Hal ini didukung dengan
riwayat tonsilofaringitis yang dimiliki anak dan ditemukan adanya
pembesaran dan hiperemis tonsil pada pemeriksaan fisik. Selama
perawatan di rumah sakit, anak diberikan paracetamol ¾ tablet tiap 4-6
jam peroral untuk menurunkan suhu dan amoxicilin 250 mg/8 jam untuk
mengatasi tonsilofaringitis. Sehingga suhu anak sudah kembali normal
setelah pemberian terapi.
4. Tekanan darah
Tekanan darah sistolik dan diastolik dalam batas normal.

22
C. Kepala
1. Mata
Tidak terdapat konjungtiva anemis pada konjungtiva palpebra kanan dan
kiri. Tidak terdapat skelara ikterik pada mata kanan dan kiri.
2. Telinga
Dari pemeriksaan telinga tidak ditemukan discharge yang keluar dari
telinga kanan dan kiri. Terdapat serumen pada liang telinga kanan. Tidak
terdapat nyeri tekan tragus, nyeri tarik aurikula, nyeri tekan mastoid dan
nyeri ketuk mastoid.
3. Sinus
Tidak ditemukan nyeri tekan dan nyeri ketuk pada sinus kanan dan kiri.
4. Mulut
Mulut tidak kering dan warna mukosa mulut normal (tidak terdapat
sianotik)
5. Lidah
Lidah kotor namun tidak tremor, tidak hiperemis dan ukuran lidah
normoglosi. Tidak didapatkannya tremor menyingkirkan diagnosis
demam tifoid.
6. Tenggorok
Pemeriksaan palatum, arcus faring dan mukosa dalam batas normal. Tidak
terdapat abses peritonsil. Permukaan tonsil rata, tidak ada pelebaran
kripte, tidak ada detritus dan tidak ada membrane yang menempel pada
mukosa tonsil. Namun, terdapat pembesaran tonsil T1-T2 dan hiperemis.
Hal ini menandakan terjadi peradangan pada tonsil. Pada anamnesis anak
juga mnegeluh nyeri telan. Pembesaran tonsil dan nyeri telan semakin
mendukung kecurigaan terjadinya tonsilofaringitis.
7. Sistem Respirasi

 Inspeksi

23
Gerakan dinding dada simetris saat dinamis maupun statis dan pola

napas regular. Tidak ada bekas luka. Bentuk dada normal.

 Palpasi

Distribusi udara rata di semua lapangan paru menunjukkan tidak

adanya gangguan pada salah satu dinding paru seperti timbunan cairan

atau udara berlebih.

 Perkusi

Bunyi perkusi seluruh lapangan paru adalah sonor yang berarti dalam

batas normal

 Auskultasi

Tidak terdengar suara napas abnormal saat didengarkan tanpa

stetoskop. Suara dasar vesikuler di dengar pada seluruh lapang paru.

Suara bronkial terdengar di bagian bronkhus kanan dan kiri/di SIC 2-3

kanan dan kiri). Suara trakeal bagian trakea/superior sternum.

Sistem Kardiovaskular

 Inspeksi

Iktus cordis tidak terlihat.

 Palpasi

Palpasi iktus cordis teraba di SIC 5 midclavicula tidak kuat angkat

dengan telapak tangan, namun kuat angkat dengan 1 jari. Thrill dan

heave tidak teraba. Thrill adalah murmur yang dapat terpalpasi,

sementara heave karena ada hipertrofi ventrikel kiri.

 Perkusi

24
Batas jantung dalam batas normal, tidak ada pembesaran jantung

 Auskultasi

Suara jantung normal I-II (lub-dub). Tidak ada suara jantung

tambahan (gallop, murmur, friction rub, dan carotid bruits)

Sistem Gastrointestinal

 Inspeksi

Bentuk abdomen datar (dalam batas normal). Tidak ditemukan adanya

massa, penonjolan organ abdomen, jaringan parut, skar, pelebaran

vena, lesi kulit, dan kelainan bentuk umbilikus.

 Auskultasi

Bising usus dalam batas normal. Tidak terdengar metallic sound dan

borborygmi. Tidak terdengar bruit hepar, ginjal, lien, dan aorta.

 Perkusi

Terdengar suara timpani pada seluruh bagian abdomen (dalam batas

normal). Tidak terdapat pekak alih, pekak sisi, dan tes undulasi

negatif.

 Palpasi

Tidak didapatkan nyeri pada palpasi dangkal dan dalam. Tidak

ditemukan hepatosplenomegali dan massa abnormal.

Ekstremitas

 Edema

25
Tidak didapatkan edema baik pada ekstremitas superior maupun

inferior, baik kanan maupun kiri. Hal tersebut menunjukkan tidak

adanya kelainan jantung, ginjal, dan metabolik.

 Sianosis

Tidak didapatkan sianosis baik pada ekstremitas superior maupun

inferior, baik kanan maupun kiri. Hal tersebut menunjukkan perfusi

jaringan baik.

 Akral dingin

Tidak didapatkan akral dingin pada ekstremitas superior, namun pada

ekstremitas inferior didaptakan akral dingin yang mungkin disebabkan

oleh karena ekstremitas inferior tidak tertutup selimut dan suhu AC

yang terlalu rendah

 Clubbing finger

Tidak didapatkan Clubbing finger baik pada ekstremitas superior

maupun inferior, baik kanan maupun kiri. Hal tersebut menunjukkan

tidak ada penyakit jantung dan paru.

Pemeriksaan penunjang

1. Pada pemeriksaan darah rutin, didapatkan hasil leukositosis. Leukositosis

adalah suatu respon normal terhadap infeksi atau peradangan.

2. Pada pemeriksaan urin rutin, tidak di dapatkan hasil yang menunjukkan

adanya infesi oleh bakteri pada saluran kemih.

26
3. Dari pemeriksaan tubex yang telah dilakukan didapatkan hasil negatif.

Sehingga diagnosa demam tifoid dapat di singgkirkan. Namun,

pemeriksaan ini diajurkan di lakukan pada minggu pertama dari onset

demam.

DAFTAR PUSTAKA
1. Lubis, Inke Nadia. Penanganan demam pada anak. Saripediatri 2012; 12:406-18
2. Widagdo Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam. Jakarta: Sagung
.

Seto, 2012
3. Poorwo, S. Garna, H. Rezeki, S. Irawan, H. 2010, buku Ajar Infeksi & Pediatri
Tropis Edisi Kedua, Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta.
4. Naning, R, Triasih, R, Setyati, A. Faringitis, Tonsilitis, dan Tonsilofaringitis Akut,
in: Rahajoe, NN, Supriyanto, B, Setyanto, DB (Eds): Buku Ajar Respirologi Anak
Edisi Pertama, Jakarta: badan penerbit IDAI, 2012: 288-95
5. Nelwan,RHH. Tata Laksana Terkini Demam Tifoid. CDK-192 2012;39:247-50
6. Pardede, Sudung O. Infeksi Saluran Kemih Pada Anak. IDAI 2015

27

Anda mungkin juga menyukai