Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Bionomika Ternak dengan judul Model Penyelenggaran
Peternakan Yang Ramah Lingkungan Dan Bernilai Tambah.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
terdapat kekurangan baik dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah tentang Model
Penyelenggaran Peternakan Yang Ramah Lingkungan Dan Bernilai Tambah ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Jambi, November 2019
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
gas yang dihasilkan dari limbah ternak antara lain ammonium, hydrogen
sulfida, CO2 dan CH4.
Limbah ternak sebagai faktor negatif dari usaha peternakan adalah
fenomena yang tidak dapat dihilangkan dengan mudah. Selain memperoleh
keuntungan dalam hal bisnis, usaha peternakan juga menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Limbah yang langsung dibuang ke
lingkungan tanpa diolah akan mengkontaminasi udara, air dan tanah sehingga
menyebabkan polusi. Hal ini menimbulkan bau tak sedap dan mengganggu
kesehatan manusia. Pada tanah, limbah ternak dapat melemahkan daya dukung
tanah sehingga menyebabkan polusi tanah. Sedangkan pada air, mikroorganisme
patogenik (penyebab penyakit) yang berasal dari limbah ternak akan mencemari
lingkungan perairan. Firman (2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa
masalah yang diakibatkan oleh limbah yang tidak ditangani dengan baik yaitu
polusi bau dan jika kotoran dialirkan ke sungai maka akan mencemari air sungai.
Berdasarkan beberapa peraturan hukum yang jelas bahwa pemerintah
sangat memberikan perhatian terhadap kesehatan lingkungan. Sesuai dengan
Undang – Undang nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, maka setiap usaha disamping mendapatkan keuntungan atau
profit hendaknya juga menjaga kelestarian lingkungan dengan meminimalkan
timbulnya limbah bahkan mengolah limbah hingga menjadi produk yang bernilai.
Limbah akan dapat diatasi dan bisa menjadi bukan lagi sebuah masalah, bahkan
dari limbah dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat jika dikelola dengan baik dan
benar.
4
terhadap kondisi lingkungan. Hal itu disebabkan oleh tingkat pengetahuan dan
serapan teknologi yang rendah menyebabkan peternakan belum dikelola secara
ramah lingkungan.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui bagaimana
model penyelenggaraan peternakan yang ramah lingkungan dan bernilai tambah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengelolaan Limbah Usaha Ternak
Limbah ternak ruminansia dan unggas jika dibiarkan menumpuk tentu saja
akan menimbulkan banyak masalah, di antaranya dapat mengganggu kesehatan
ternak dan lingkungan sekelilingnya. Agar limbah ternak dapat lebih berdaya guna
dan bernilai ekonomis, perlu dilakukan pengolahan limbah ternak menjadi pupuk
organik yang lebih berkualitas. Limbah ternak antara lain berupa kotoran (feses),
urine, dan sisa-sisa pakan ternak yang tidak habis.
Sebagian besar peternak menyadari, bahwa pengembalian limbah ternak
ke kebun rumput merupakan tindakan yang tepat, sebagai upaya pemupukan.
5
sehingga mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Didalam usaha
peternakan sapi perah disamping memberikan keuntungan yang baik juga
berpeluang mencemari lingkungan karena adanya limbah sebagai hasil ikutan.
Keadaan tersebut sering menimbulkan masalah dikalangan masyarakat, terlebih
lagi jika penanganan limbahnya kurang baik. Pengolahan limbah untuk menekan
pencemaran dapat dilakukan mulai sistem yang paling sederhana sampai sistem
berteknologi tinggi. Pemantauan terhadap pengelolaan limbah peternakan harus
dilakukan, sehingga dapat diketahui sejauh mana pencemaran lingkungan,
selanjutnya dapat diambil langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak negatif
yang terjadi.
Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan dalam diagram alur
seperti pada Gambar 1. Dari diagram tersebut nampak bahwa tujuan utama
peternakan sapi perah adalah produksi susu dan daging untuk memenuhi
kebutuhan manusia, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun demikian, juga dihasilkan limbah yang kemungkinan langsung dibuang ke
alam bebas termasuk ke sungai dan mengakibatkan pencemaran, tetapi ada juga
limbah yang dikelola dengan baik seperti untuk dijadikan kompos. Dengan
kondisi tersebut, maka masyarakat akan memberikan responnya terhadap
keberadaan usaha peternakan disekitar tempat tinggalnya.
Kemungkinan Terjadi
Pencemaran Air Sungai 6
(Fisik, Kimia, Biologi)
Respon
Masyarakat
2.1.3. Biogas
Biogas adalah suatu jenis gas yang bisa dibakar, yang diproduksi melalui
proses fermentasi anaerobic bahan organik seperti kotoran ternak, biomassa
limbah pertanian atau campuran keduanya, di dalam suatu ruang pencerna
7
(digester). Komposisi biogas yang dihasilkan dari fermentasi tersebut terbesar
adalah gas methan (CH4) sekitar 54-70% serta gas karbondioksida (CO2) sekitar
27-45%. Sistem produksi biogas juga mempunyai beberapa keuntungan seperti (a)
mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak
sedap. Selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap seperti :
asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia,
dan H2S (Crawford, 2003). Pembuatan biogas cukup panjang dan rumit, sehingga
membutuhkan waktu yang lama dalam pemprosesan nya. Masih rendahnya
pengetahuan dan teknologi peternak tentang hal tersebut, sehingga dibutuhkan
sosialisasi dari ahli teknologi biogas.
8
Spesifik lokasi berupa fermentasi kulit kakao, jerami fermentasi, pelepah
daun sawit, dan lumpur sawit (solid) yang bernilai ekonomis dan efisien. Peternak
lebih hemat dari segi waktu karena pakan lebih tahan lama dan biayanya lebih
murah dibandingkan membeli pakan konsentrat lain. Untuk menutupi biaya
produksi terutama dalam hal biaya pengadaan pakan, pengolahan limbah ternak
dapat meningkatkan nilai tambah usaha ternak sapi potong ini. Jadi, konsep zero
waste dapat diterapkan dalam kegiatan usaha ini.
9
meningkatkan pendapatan karena peternak tidak pernah mencoba
memanfaatkannya sehingga tidak mengetahui keuntungannya. Apabila peternak
memahami akan dampak tersebut maka akan ada upaya dalam menangani
masalah tersebut dengan cara melakukan penanganan melalui pengolahan yang
baik misalnya diolah menjadi biogas, menjadi pupuk organik, dengan kata lain
limbah yang menimbulkan masalah tersebut masih memiliki nilai ekonomi yang
sangat membantu untuk peternak menambah penghasilan.
Kenyamanan masyarakat yang berada di wilayah sekitar peternakan
menjadi terganggu dikarenakan polusi yang timbul akibat limbah peternakan yang
dihasilkan. Bau menyengat yang berasal dari peternakan tidak mudah hilang,
terlebih limbah yang dibuang melewati selokan yang berada dipermukiman
warga. Limbah berupa pakan yang disimpan di sepanjang gangway seperti onggok
dan hijauan yang disimpan begitu saja tanpa ada tempat khusus seperti gudang
pakan.
Limbah pakan seperti hijauan dan konsentrat yang tidak termakan bisa
menjadi busuk apabaila tidak segera diolah. Oleh karena itu limbah-limbah
tersebut menyebabkan polusi udara di sekitar pemukiman menjadi terganggu.
Sampai saat ini peternakan tersebut belum ada penanganan terhadap limbah yang
dihasilkan dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pelatihan untuk membantu
peternak dalam mengatasi masalah tersebut.
10
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Peternak belum memahami tata cara pengolahan limbah ternak menjadi
nilai guna sehingga pemanfaatan limbah belum sepenuhnya dilakukan.
Pengolahan limbah ternak dapat meningkatkan nilai tambah usaha ternak. Konsep
green marketing dengan mengurangi dampak kerusakan lingkungan (reduce),
mendaur ulang limbah perkebunan menjadi pakan dan mendaur ulang limbah
ternak menjadi pupuk organik (recycle), dan hasil ikutannya dipakai kembali
untuk usaha ternak dan perkebunan sebagai asupan makanan (reuse). dengan
demikian limbah yang terbuang bisa dieliminasi dan tidak mengotori lingkungan
(zero waste).
Adanya transfer teknologi diharapkan memiliki andil untuk mendidik
peternak supaya berperan dalam mengupayakan peternakan ramah lingkungan.
Peraturan-peraturan pemerintah harus lebih dipertegas kembali mengenai
keberadaan suatu usaha peternakan yang berskala cukup besar dalam melakukan
pengolahan limbah dengan baik serta memberikan layanan penyuluhan untuk
peternak.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
11
Crawford, J. 2003. Composting of Agricultural Waste. In Biotechnology and
Research. P. 68-77.
Firman, A. 2010. Agribisnis Sapi Perah Dari Hulu Sampai Hilir. Wisya Padjajaran.
Bandung. 115.
Indri, A., Marina, S dan M. Ali, M. 2015. Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat
Dan Dampak Negatif Limbah Peternakan Sapi Perah (Kasus di Desa
Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang).
Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Jefrey M. Muis. 2012. Kinerja Dan Prospek Pengembangan Usaha Ternak Sapi
Potong Ramah Lingkungan Di Sumatera Barat. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP). Sumatera Barat.
12