Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN ANALISIS SINTESIS TINDAKAN PEMASANGAN NGT

(NASOGATRISTIK TUBE) PADA PASIEN TN. S DI RUANG DAHLIA


RST DR. ASMIR SALATIGA

DISUSUN OLEH :

VIANA

NIM : SN191163

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


LAPORAN ANALISIS SINTESIS TINDAKAN

Analisis sintesis tindakan pemasangan NGT (Nasogatristik tube) pada Tn. S


Di ruang Dahlia RST Dr. Asmir Salatiga

Hari : Kamis
Tanggal : 10 Oktober 2019
Jam : 06.00 WIB

A. Keluahan Utama
Keluarga mengatakan klien tidak bisa menelan

B. Diagnosis medis
Stroke

C. Diagnosis keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan diet kurang ditandai dengan ketidakmampuan
memakan makanan, kelemahan otot mengunyah, kelemahan otot menelan.

D. Data yang mendukung diagnosis keperawatan


DS : - keluarga mengatakan pasien muntah
- keluarga mengatakan pasien tidak bisa menelan
- keluarga mengatakan pasien tidak bisa makan
DO : - pasien terlihat muntah
- Klien terlihat tidak bisa makan

E. Dasar Pemikiran
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin,
2012).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah
di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab
stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi
arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif,
namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun
(Ria Artiani, 2009).

F. Prinsip Tindakan
Tindakan pemasangan Selang Nasogastrik adalah proses medis
yaitu memasukkan sebuah selang plastik ( selang nasogastrik, NG tube)
melalui hidung, melewati tenggorokan dan terus sampai ke dalam lambung.
Prinsip- prinsip pemasangan NGT, seperti menyiapkan alat-alat dan bahan
yaitu :
Slang nasogastrik (ukuran tergantung pada kebutuhan pasien)
1. Pelumas/ jelly
2. Spuit
3. Stetoskop
4. lampu senter/ pen light
5. klem
6. hanchone
7. Plester
8. Slang nasogastrik sesuai ukuran (ukuran 14-18 fr)
Prosedur pelaksanaan :
1. Cuci tangan dan atur peralatan
2. Jelaskan prosedur pada pasien
3. Bantu pasien untuk posisi Fowler
4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila anda bertangan dominan
kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)
5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernafas
melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada
lubang hidung yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung
dengan tissue lembab atau lidi kapas. Periksa adakah infeksi dll
6. Gunakan sarung tangan
7. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan
plester.
Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan
ujung melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari
daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi di tonjolan sternum
dengan plester kecil.
8. Minta pasien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam
lubang hidung yang paling bersih
9. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta pasien
menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
10. Ketika slang terlihat dan pasien bisa merasakan slang dalam faring,
instruksikan pasien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan.
11. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan
lembut tanpa memaksa saat pasien menelan (jika pasien batuk atau
slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi
langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong pasien untuk
bernafas dalam
12. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang
hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta
pasien membuka mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan
pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml
masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung
dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
13. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2
inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang
hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester
lilitan mengitari slang.
14. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah pasien.
15. Cuci tangan

G. Analisis Tindakan
Nasogastric tubes (NGT) merupakan selang yang dimasukkan
menuju lambung melalui hidung dan digunakan hanya dalam waktu yang
singkat. (Metheny, 2011). Pemasangan NGT dalam jangka waktu lama
dapat menyebabkan ulserasi dan infeksi atau yang biasa diistilahkan sebagai
nasogastric tube syndrome. Prioritas utama dalam penggunaan NGT adalah
mempertahankan jalan napas efektif dan melepaskan ketergantungan
terhadap NGT sedini mungkin (Agha, 2011).
Pemasangan NGT dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan
pasien yang mengalami gangguan saluran pencernaan atas seperti stenosis
esofagus, tumor mulut, faring, maupun laring. Beberapa fungsi pemasangan
NGT pada pasien diantaranya mengeluarkan isi perut dengan cara
menghisap apa yang ada dalam lambung (cairan, udara, darah, racun),
memasukan cairan (memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi), membantu
memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung,
persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia, serta menghisap dan
mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi
pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi
lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia) (Asmadi,
2014).
Ada dua kontraindikasi pemasangan NGT antara lain, kontraindikasi
absolut seperti sumbatan jalan napas, riwayat konsumsi bahan alkali,
riwayat konsumsi hidrokarbon, fraktur wajah dengan Cribriform plate
injury, luka penetrasi di leher, diverkulum Zenker, atresia koana, striktur
esofagus. Serta kontraindikasi relatif seperti koagulopati berat, setelah
operasi orofaringeal, operasi hidung maupun operasilambung, demensia.
H. Bayaha Dilakukan Tindakan
Komplikasi-komplikasi berdasarkan jurnal (kresnawati, 2015) dapat
terjadi akibat trauma mekanik selama proses pemasangan awal NGT
maupun penempatan NGT yang tidak tepat antara lain:
1. Distres nafas pada pemasangan awal NGT terjadi akibat penempatan
posisi pasien serta teknik pemasangan NGT yang tidak tepat. Ini dapat
dicegah dengan memposisikan pasien pada posisi fowler atau sniffing
serta melakukan setiap tahapan prosedur pemasangan NGT dengan
berurutan, serta yang paling penting adalah konfirmasi letak pipa.
Penangan awal bila muncul tanda-tanda distres nafas adalah dengan
segera menarik keluar NGT
2. Malposisi NGT
Jangan melakukan pemasangan NGT misalnya malposisi NGT
misalnya pada pasien trauma maksilofasial yang dicurigai mengalami
fraktur pada cribiformis plate.
3. Pasien merasa tidak nyaman dapat diatasi dengan pemberian nasal
dekongestan dan anastesi topikal dengan menggunakan lidokain 4
persen ke dalam mukosa hidung serta sprai lidokain 4 persen atau
benzocaine langsung ke posterior orofaring. Alternatif lain dengan
menggunakan nebulizer yang mengandung lidocain 4 persen, sehingga
baik mukosa hidung dan mulut teranastesi baik.
4. Epistaksis masif dapat menyebabkan gangguan pada jalan nafas,
sehingga memerlukan pemasangan tampon. Risiko komplikasi ini dapat
dikurangi dengan melakukan teknik pemasangan NGT yang tepat yaitu
dengan menelusuri dasar hidung menuju ke arah telinga saat
mendorong masuk NGT untuk mengurangi terjadinya turbinasi dan
nyeri serta epistaksis.3 Memberikan nasal dekongestan seperti
oxymethazoline atau phenylephrine untuk vasokonstriksi pembuluh
darah mukosa hidung juga dapat dilakukan sebelum pemasangan NGT
5. Trauma pada mukosa terjadi akibat terlalu memaksakan mendorong
pipa saat terdapat tahanan. Risiko ini meningkat pada pasien dengan
perforasi saluran cerna atas.
6. Pneumonia aspirasi terjadi akibat aspirasi isi lambung saat pasien
muntah ini dapat dicegah dengan memposisikan pasien dengan baik,
menelan yang gentle dan cepat saat pemasangan NGT juga akan
mengurangi sensasi ingin muntah.
7. Pneumonitis dapat terjadi akibat pemberian makanan atau obat melalui
pipa yang posisi atau letaknya setinggi trakea. Selain itu cara mencegah
terjadinya. pneumonitis yaitu dengan pemakaian lubrikan yang larut
dalam air, karena akan diserap dengan baik bila saat pemasangan NGT,
pipa masuk ke dalam saluran pernapasan dibandingkan dengan
menggunakan lubrikan yang larut dalam minyak.
8. Hipoksemia terjadi akibat obstruksi saluran napas karena penempatan
NGT yang kurang tepat.
9. Pneumothorak dapat terjadi akibat injuri pulmoner setelah pemasangan
NGT. Pada pasien yang sebelumnya memiliki riwayat menelan bahan-
bahan kimia kuat yang bersifat iritatif curigai adanya abnormalitas pada
esofagus, karenabila dipaksakan melakukan pemasangan NGT akan
beresiko penempatan NGT yang salah berupa perforasi hipofaring atau
perforasi esofagus.Sedangkan komplikasi pemasangan pipa nasogastik
jangka panjang dapat terjadi berupa erosi mukosa hidung, sinusitis,
esofagitis, esofagotrakeal fistula, ulkus lambung, infeksi paru dan
infeksi mulut
Sedangkan komplikasi pemasangan pipa nasogastik jangka
panjang dapat terjadi berupa erosi mukosa hidung, sinusitis, esofagitis,
esofagotrakeal fistula, ulkus lambung, infeksi paru dan infeksi mulut
(Agha, 2011). Selain itu, kontraindikasi pemasangan NGT yaitu trauma
pada wajah, post operasi pada hidung, varises atau striktur pada
esofagus, dan fraktur basis cranii. Pada dislokasi pemasangan di
bronkus dapat menyebabkan atelektasis, pneumonia, dan abses paru
(Pillai, 2015).
Indikasi pemasangan NGT yaitu untuk kepentingan diagnosis maupun
terapi :
1. Diagnosis
a. Drainase isi lambung untuk bahan pemeriksaan laboratorium
atau sampling.
b. Pemberian agen diagnostik seperti kontras media radioopak

I. Tindakan Keperawatan Lain Yang Dilakukan


Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah keperawatan di atas yaitu :
1. Kaji kemampuan pasien pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
2. Ajarkan klien bagaimana membuat catatan makanan harian
3. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien

J. Hasil Yang Didapatkan Setelah Dilakukan Tindakan


S : - Keluarga mengatakan klien tidak bisa menelan
- keluarga mengatakan pasien tidak bisa makan
O : Klien terlihat terpasang NGT
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Kaji kemampuan pasien pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
2. Ajarkan klien bagaimana membuat catatan makanan harian
3. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
K. Evaluasi Diri
Mahasiswa harus lebih meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai
prosedur pemasangan NGT dengan tepat untuk menghindari kemungkinan
kesalahan penempatan selang NGT.
DAFTAR PUSTAKA

Agha, R. (2011). Pneumothorax After Nasogastric Tube Insertatio. Journal Of


The Royal Society Short.

Asmadi. (2014). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien . jakarta : Selemba Medika

Hartono. (2016). Terapi Gizi Dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : Selembe Medika

Metheny. (2011). Assessing Palcement Of Feeding Tubes. American Journal Of


Nursing.

Nanda Diagnosis Keperawatan (2018). Edisi 13. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • Dokumen34 halaman
    Anonymous VAxH0JK
    Belum ada peringkat
  • Terjemahan Jurnal Kian
    Terjemahan Jurnal Kian
    Dokumen16 halaman
    Terjemahan Jurnal Kian
    Anonymous VAxH0JK
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DM
    Leaflet DM
    Dokumen6 halaman
    Leaflet DM
    Anonymous VAxH0JK
    Belum ada peringkat
  • Leaflet
    Leaflet
    Dokumen3 halaman
    Leaflet
    Evita Sari Cahayani
    Belum ada peringkat