LP DM Nabila
LP DM Nabila
Oleh :
NAMA : HULATUN NABILA SUBHAN
NIM : 1930021
Laporan pendahuluan pada pasien dengan Diabetes Melitus (DM) di Ruang Poli Dalam
Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang yang dilakukanOleh :
Nama : Hulatun Nabila Subhan
NIM : 1930021
Prodi : Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
Keperawatan Medikal Bedah, yang dilaksanaka pada tanggal 28 Oktober 2019 – 1 November
2019 yang telah disetujui dan disahkan pada :
Hari : Jum’at
Tanggal : 1 November 2019
Mengetahui,
(.............................................) (.............................................)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula darah. Gangguan
tersebut dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak adekuat atau fungsi insulin
terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan dari keduanya.
InternationalDiabetes Federation(IDF) menyebutkan bahwa prevalensiDiabetes
Melitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikanDM sebagai penyebab
kematianurutan ke tujuh di duniasedangkan tahun 2012 angka kejadian diabetes me
litus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus
tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes mellitus. Hasil Riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar
sampai 57%.Tingginya prevalensi Diabetes Melitus tipe 2disebabkan oleh faktor risiko
yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang kedua
adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok tingkat.
Dalam Perkeni 2006 menyebutkan bahwa World Heatlh Organization (WHO)
juga memprediksi kenaikan jumlah pasien di Indonesia dari 8.4 juta pada tahun 2000
menjadi 21.3 juta pada tahun 2030. Hal tersebut mengakibatkan Indonesia berada di
peringkat keempat jumlah penyandang DM di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan
Cina menurut Reputrawati dalam Hans (2008)..Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas)
tahun 2007 menunjukkan bahwa secara nasional, prevalensi DM berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan dan gejala adalah 1,1%. Sedangkan prevalensi nasional DM
berdasarkan hasil pengukuran gula darah pada pendudukumur >15 tahun yang
bertempat tinggal di perkotaan adalah 5,7%. Riset ini juga menghasilkan angka
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) secara nasional berdasarkan hasil pengukuran
gula darah yaitu pada penduduk berumur>15 tahun yang bertempat tinggal di perkotaan
sebesar 10,2%.
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus mulai dari
pengertian, penyebab, tanda gejala, jenis, pencengahan sampai penanganannya.
2. Tujuan Khusus
Dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus.
1.3 MANFAAT
Dari penyuluhan yang akan dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi Perawat
Memberikan motivasi kepada perawat untuk dapat meningkatkan asuhan keperawatan
kepada pasien diabetes melitussehingga dapat meningkatkan kualitas dalam tindakan.
2. Bagi instansi terkait
Menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas kesehatan dengan
meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang penanganan dibetes melitus dan
etika batukpada pasien dan keluarga pasien di Ruang Poli Dalam Rumah Sakit dr.
Saiful Anwar Malang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau
ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya.
Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari
empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para
pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama
beberapa dekade terakhir. (WHO Global Report, 2016).
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika
telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular
mikroangiopati (Fatimah, 2015).
Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula darah. Gangguan
tersebut dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak adekuat atau fungsi insulin
terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan dari keduanya (Annani, 2012).
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik menahun yang lebih
dikenal sebagai pembunuh manusia secara diam-diam atau “Silent killer”. Seringkali
manusia tidak menyadari apabila orang tersebut telah menyandang diabetes, dan
seringkali mengalami keterlambatan dalam menanganinya sehingga banyak terjadi
komplikasi. Diabetes juga dikenal sebagai “Mother of Disease” karena merupakan
induk atau ibu dari penyakit-penyakit lainnya seperti hipertensi, penyakit jantung dan
pembuluh darah, stroke, gagal ginjal dan kebutaan. Penyakit Diabetes Melitus dapat
menyerang semua lapisan umur dan sosial ekonomi. Apabila dibiarkan tidak terkendali
maka penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi lain yang membahayakan kesehatan
(Annani, 2012).
2.2 Etiologi
Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a.Faktor genetic : Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b.Faktor imunologi : Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing
c.Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2.5 Patofisiologi
Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin
itu sendiri, antara lain: resisten insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin terikat pada reseptor khususdi permukaan sel. Akibat dari terikatny ainsulin
tersebut maka, akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolismglukosa dalam
sel tersebut. Resisstensi glukosa pada diabetes mellitus tipe II ini dapat disertai
adanya penurunan reaksi intra sel atau dalam sel. Dengan hal –hal tersebut insulin
menjadi tidak efektif untuk pengambilan glukosa oleh jaringan tersebut. Dalam
mengatasai resistensi insulin atau untuk pencegahan terbentuknya glukosa dalam
darah, maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin dalam sel untuk disekresikan
.Pada pasien atau penderita yang toleransi glukosa yang terganggu, keadaan ini
diakibatkan karena sekresi insulin yang berlebihan tersebut, sertakadar glukosa dalam
darah akan dipertahankan dalam angka normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi
hal-hal berikut jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
terhadap insulin maka, kadar glukosa dalam darah akan otomatis meningkat dan
terjadilah Diabetes Melitus Tipe II ini. 11Walaupun sudah terjadi adanya gangguan
sekresi insulin yang merupakan cirri khas dari diabetes mellitus tipe II ini, namun
masih terdapat insulin dalam sel yangadekuat untuk mencegah terjadinya pemecahan
lemak dan produksi pada badan keton yang menyertainya. Dan kejadian tersebut
disebut ketoadosis diabetikum, akan tetapi hal initidak terjadi pada penderita diabetes
melitus tipe II.
2.6 Pathway
2.7 Komplikasi
1. Akut
a. Ketoasidosis diabetik
b. Hipoglikemi
c. Fenomena fajar / down phenomenon ( hiperglikemi pada pagi hari antara jam
5-9 pagi yang tampaknya disebabkan peningkatan sikardian kadar glukosa
pada pagi hari )
2. Komplikasi jangka panjang
a. Makroangiopati
b. Penyakit arteri koroner ( aterosklerosis )
c. Penyakit vaskuler perifer
d. Stroke
e. Mikroangiopati
f. Retinopati
g. Nefropati
c. HbA1C
> 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol
(Carpenito, 2013)
2.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum :diet dan pengndalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM.
b. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan pencegahan
hipoglikemi serta hiperglikemia.
c. Terapi
Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
d. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping obat, pengenalan
dan pencegahan hipoglikemi / hiperglikemi
Tindakan preventif(perawatan kaki, perawatan mata , hygiene umum )
Meningkatkan kepatuhan progranm diet dan obat
BAB 3
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
diatas 40 tahun, jenis kelamin, agama, pendidikan perlu dikaji untuk mengetahui
klien akan suatu informasi, pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui apakah
terjadinya penyakit DM, suku/bangsa, status marital, tanggal masuk RS, tanggal
B. Riwayat Kesehatan
apakah klien pernah dirawat di rumah sakit karena keluhan yang sama.
infeksi seperti TBC Paru, sehingga perlu dikaji apakah pada keluarga ada
Kaji apakah dalam keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama
endokrin lainnya.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Bentuk : normochepal
Rambut : lebat, sedikit beruban
Mata : Conjungtiva : tidak pucat (-/-), Sklera: ikterus (- / -), Reflek
cahaya +/+, fungsi penglihatan baik.
2. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran limfe nodus.
Tidak ada peningkatan JVP.
3. Thorak
Inspeks : simetris
Perkusi : Sonor kanan kiri
Palpasi : fremitus kanan dan kiri, tidak ada ketinggalan gerak.
Auskultasi : paru-paru : Vesikuler kanan kiri
Jantung : S1 S2 murni, iktus cordis teraba
4. Abdomen
Inspeks : Perut kelihatan lebih besar, dengan diameter 30 cm.
Palpasi : Abdomen supel, hati dan limfe tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : Peristaltik 20 x per menit
5. Inguinal dan genitalia
Tidak ada kelainan di regio inguinal. Klien terpasang dower catheter sejak
tanggal 23 maret 2005.
6. Ekstremitas
Terdapat ulkus di tumit kaki kiri, luas ulkus dengan diameter ± 5 cm
kadalamannya ± 1 cm, nampak jaringan nekrotik warna putih. Terdapat udema
di bagian distal kaki kiri.Infus terpasang di tangan kiri.
Pergerakan : B B
B TB
a)
Kerusakan Integritas Integritas Jaringan : kulit
a) Managemen Tekanan
Jaringan dan membran mukosa Aktifitas ;
berhubungan Defenisi : keutuhan Memakaikan pasien pakaian
dengan Perubahan struktur dan fungsi yang tidak membatasi gerak
Sirkulasi, Kurang fisiologis normal dari Menahan diri untuk melakukan
Pengetahuan, Faktor kulit dan membrane tekanan pada bagian tubuh yang
Mekanik (tekanan, mukosa sakit
benturan, gesekan) Indikator : Meninggikan ektremitas yang
Definisi : kerusakan Temperature kulit dalam terluka
pada selaput lendir, batas normal Memutar posisi pasien setiap
kornea, kulit dan Susunan dalam batas dua jam sekali, berdasarkan
jaringan subkutan normal jadwal khusus
Batasan Karakteristik Perfusi jaringan baik Memantau area kulit yang
: Integritas kulit baik kemerahan atau rusak
Kerusakan jaringan Memantau pergerakan dan
(kornea, membraneb) Penyembuhan luka : aktifitas pasien
mukosa, kulit, dan tahapan kedua Memantau status nutrisi pasien
subkutan) Definisi : tingkat Memantau sumber tekanan dan
Kehilangan jaringan regenerasi dari sel dan geseran
jaringan setelah b) Perawatan Luka (3660)
dilakukan penutupan Aktifitas :
Indikator : Mengganti balutan plester dan
Granulasi dalam keadaan debris
baik Mencukur rambut sekeliling
Bekas luka dalam keadaan daerah yang terluka, jika perlu
baik Mencatat karakteristik luka
Penurunan ukuran luka termasuk warna, bau dan ukuran
Membersihkan dengan larutan
saline atau nontoksik yang
sesuai
Memberikan pemeliharaan kulit
luka bernanah sesuai kebutuhan
Mengurut sekitar luka untuk
merangsang sirkulasi
Menggunakan unit TENS
(Transcutaneous Elektrikal
Nerve Stimulation) untuk
peningkatan penyembuhan luka
yang sesuai
Menggunakan salep yang cocok
pada kulit/ lesi, yang sesuai
Membalut dengan perban yang
cocok
Mempertahankan teknik
pensterilan perban ketika
merawat luka
Memeriksa luka setiap
mengganti perban
Membandingkan dan mencatat
secara teratur perubahan-
perubahan pada luka
Menjauhkan tekanan pada luka
Mengajarkan pasien dan
anggota keluarga prosedur
perawatan luka
c) Posisi
Aktivitas :
Menyediakan tempat tidur yang
terapeutik
Memelihara kenyamanan tempat
tidur
Menempatkan dalam posisi yang
terapeutik
Posisi dalam mempersiapkan
kesajajaran tubuh
Kelumpuhan/menyokong bagian
tubuh
Memperbaiki bagian tubuh
Menghindari terjadinya amputasi
dalam posisi fleksi
Memposisikan untuk mengurangi
dyspnea (mis. posisi semi
melayang), jika diperlukan
Memfasilitasi pertukaran udara
yang bagus untuk bernafas
Menyarankan untuk peningkatan
rentang latihan
Menyediakan pelayanan
penyokong untuk leher
Memasang footboard untuk tidur
Gunakan teknik log roll untuk
berputar
Meningkatkan eliminasi urin,
jika diperlukan
Menghindari tempat yang akan
melukai
Menopang dengan backrest, jika
diperlukan
Memperbaiki kaki 20 derajat
diatas jantung, jika diperlukan
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika
telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular
mikroangiopati.
.Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa secara
nasional, prevalensi DM berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala adalah
1,1%. Sedangkan prevalensi nasional DM berdasarkan hasil pengukuran gula darah
pada pendudukumur >15 tahun yang bertempat tinggal di perkotaan adalah 5,7%. Riset
ini juga menghasilkan angka Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) secara nasional
berdasarkan hasil pengukuran gula darah yaitu pada penduduk berumur>15 tahun yang
bertempat tinggal di perkotaan sebesar 10,2%.
4.2 SARAN
Diharapkan laporan pendahuluan pada pasien dengan diabetes melitus ini dapat
dijadikan informasi bagi sesama perawat dan tenaga medis lain dalam meningkatkan
asuhan keperawatan pada penderita diabetes melitus.
DAFTAR PUSTAKA
Anani, Sri, dkk. 2012. Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Diabetes dan
Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus.
Purwanto, H. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Medikal Bedah II.
Jakarta : Kemenkes RI