Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“STRUKTUR BETON I”
BETON KONVENSIONAL

DOSEN PENGAJAR:

HENDRO SUTOWIJOTO, ST., MT

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

FARIZMA JANGGA NIM. 03118005


HENDRIK SURYANTO NIM. 03118027
ARIF PRASETYO UTOMO NIM. 03118041
RIZKY DWI ANUGRAH PUTRA NIM. 03118128
ARI SUJIARTONO NIM. 03118148

UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang
“Struktur Beton I” dengan baik dan tepat waktu..
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Bpk. Hendro Sutowijoyo, ST., MT
selaku dosen mata kuliah Struktur Beton I di Universitas Narotama Surabaya. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita mengenai bahan-bahan struktur beton. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya
khususnya bagi kami kelompok 2 sebagai penyusun.

Hormat kami,

Kelompok 2
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat banyak dipakai dalam
pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah dan kemudahan dalam pelaksanaannya
membuat beton semakin tak tergantikan dalam dunia konstruksi. Namun selain keuntungan
yang dimilikinya beton juga memiliki beberapa kekurangan seperti tegangan tarik yang
rendah, daktibilitas rendah, dan keseragaman mutu yang bervariatif. Karena kekurangan yang
dimiliknya maka diperlukan pengetahuan yang cukup luas, antara lain mengenai sifat bahan
dasarnya, cara pembuatannya, cara evaluasi, dan variasi bahan tambahnya agar dapat
meningkatkan fungsi beton itu sendiri menjadi lebih maksimal.
Dalam pembuatannya, keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi oleh keseragaman
bahan dasar dan metode pelaksanaan. Pada prakteknya dilapangan, umumnya beton yang
disuplai oleh perusahaan pembuatan beton (ready mix) telah terjamin keseragaman bahan
dasarnya. Untuk mendapatkan kualitas dan keseragaman beton sesuai seperti yang disyaratkan
maka pelaksanakan pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan
prosedur. Yang dimaksud dengan kualitas beton seperti yang disyaratkan disini adalah kuat
tekan beton pada umur ke-28 hari. Oleh karena sebab-sebab diatas maka diperlukan adanya
kontrol kualitas yang dapat mengetahui kemungkinan terjadinya output yang tidak sesuai
dengan yang disyaratkan sedini mungkin.
Dimasyarakat umum, beton dikenal dengan nama beton precast dan beton konvesional.
Beton precast merupakan beton buatan pabrikan yang memiliki banyak kelebihan daripada
beton konvensional seperti hemat waktu, hemat biaya, mutu mudah dikontrol sehingga bisa
diandalkan, produktivitasnya tinggi karena dibuat secara massal, produk inovatif, ramah
lingkungan, bersih sehingga tidak mengotori lingkungan. Namun demikian, masyarakat
umum masih mengandalkan beton konvensional sebab lebih fleksibel dan dikerjakan sesuai
kebutuhan terutama dari segi kuantitas yang sedikit.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja bahan dasar penyusun beton?
2. Apa pengertian dari Beton Konvensional?
3. Apa keuntungan dan kerugian Beton Konvensional?
4. Bagaimana cara pengujian Beton Konvensional yang tepat?
5. Apa saja jenis-jenis tulangan pada aplikasi Beton Konvensional pada kontruksi
bangunan gedung?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui bahan dasar penyusun beton.
2. Mengetahui pengertian dari Beton Konvensional.
3. Mengetahui keuntungan dan kerugian Beton Konvensional.
4. Mengetahui cara pengujian Beton Konvensional yang tepat.
5. Mengetahui jenis-jenis tulangan pada aplikasi beton Konvensional pada kontruksi
bangunan gedung.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 BAHAN DASAR PENYUSUN BETON


Sebelum mengenal tentang bahan dasar penyusun beton, kita harus mengetahui bahwa
beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi aggregat dan
pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang
terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air. Berikut penjelasan
tentang bahan dasar penyusun beton:

A. SEMEN PORTLAND
Semen adalah bahan pengikat hidrolis yang terbuat dari penggilingan halus
(klingker) dan gips, bila dicampur air didiamkan akan mengikat, mengeras, membatu
dan direndam dalam air tidak larut.
 Ada 4 unsur yang paling penting dalam susunan semen yaitu:
1. Trikalsium silikat (C3S ) atau 3CaO.SiO2
2. Dikalsium silikat (C2S ) atau 2CaO.SiO2
3. Trikalsium aluminat (C2A) atau 3CaO.AlO3
4. Tetrakalsium aluminoferit (C2AF ) atau 4Cao.Al2O3.Fe2O
 Keempat bahan tersebut digiling halus dengan perbandinngan tertentu, setelah
digiling dibakar dengan suhu 1350° dengan proses bertahap.
1. Pada suhu 100°C (dalam keadaan kering oven kandungan H2O masih ada)
2. Pada suhu 250°-300°C(warnanya kemerahan, H2O sudah hilang)
3. Pada suhu 800° C(proses kalsinasi) CO2 hilang peruraian dari Batu kapur ke
kapur toho (kapur hidup)
4. Pada suhu 1350°C terjadi proses sintering (pelelahan)
 Setelah melalui proses pemansan tersebut kemudian dialirkan ke tungku putar
pendingin suhunya menjadi 60° berbentuk klingker. Kemudian klingker-klingker
tersebut digiling halus dengan gips dan menjadi semen.
 Senyawa C3S dan C2S memiliki sifat mengikat, senyawa C3A dan C4AF memiliki
sifat mengeras dan mengeluarkan panas hidrasi. Sifat Gypsum (CH4)
memperlambat pengerasan semen dan pengikatannya yang digunakan untuk
member kesempatan pada proses pengerjaan.

Bentuk material semen


B. AGREGAT (Pasir & Kerikil)
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Kira-kira 70% volume mortar atau beton diisi oleh
agregat. Agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau beton,
sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan
mortar atau beton. Dari segi ekonomis lebih menguntungkan jika digunakan
campuran beton dengan sebanyak mungkin bahan pengisi dan sedikit mungkin
jumlah semen. Namun keuntungan dari segi ekonomis harus diseimbangkan
dengan kinerja beton baik dalam keadaan segar maupun setelah mengeras.
Pengaruh kekuatan agregat terhadap beton begitu besar, karena umumnya
kekuatan agregat lebih besar dari kekuatan pasta semennya. Namun kekasaran
permukaan agregat berpengaruh terhadap kekuatan beton. Agregat dapat
dibedakan berdasarkan ukuran butiran. Agregat yang mempunyai ukuran butiran besar
disebut agregat kasar, sedangkan agregat yang berbutir kecil disebut agregat halus.
Dalam bidang teknologi beton nilai batas daerah agregat kasar dan agregat halus
adalah 4,75 mm atau 4,80 mm. Agregat yang butirannya lebih kecil dari 4,8 mm
disebut agregat halus. Secara umum agregat kasar sering disebut kerikil,
kericak, batu pecah atau split. Adapun agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir
alami yang diperoleh langsung dari sungai, tanah galian atau dari hasil
pemecahan batu. Agregat yang butiranya lebih kecil dari 1,2 mm disebut pasir halus,
sedangkan butiran yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut lanau, dan yang lebih kecil
dari 0,002 mm disebut lempung.

Agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:


1. Batu, umumnya besar butiran lebih dari 40 mm
2. Kerikil, untuk butiran antara 5 sampai 40 mm
3. Pasir, untuk butiran antara 0,15 sampai 5 mm

Agregrat kasar dan agregat halus


Agregat harus mempunyai bentuk yang baik (bulat dan mendekati kubus), bersih,
keras, kuat dan gradasinya baik. Bila butiran agregat mempunyai ukuran yang sama
(seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butiranya bervariasi
maka volume pori menjadi kecil. Hal ini karena butiran yang kecil dapat mengisi
pori diantara butiran yang lebih besar sehingga pori-pori menjadi sedikit, dengan kata
lain agregat tersebut mempunyai kemampatan tinggi. Agregat harus pula
mempunyai kestabilan kimiawi dan dalam hal-hal tertentu harus tahan aus dan
tahan cuaca.

C. AIR
Air diperlukan pada pembentukan semen yang berpengaruh terhadap sifat
kemudahan pengerjaan adukan beton (workability), kekuatan, susut dan keawetan
beton. Air yang diperlukan untuk bereaksi dengan semen hanya sekitar 25 % dari berat
semen saja, namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang dipakai sulit jika
kurang dari 0,35. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan dipakai sebagai
pelumas, tambahan air ini tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton
menjadi rendah dan beton menjadi keropos. Kelebihan air ini dituang (bleeding) yang
kemudian menjadi buih dan terbentuk suatu selaput tipis (laitance). Selaput
tipis ini akan mengurangi lekatan antara lapis-lapis beton dan merupakan bidang
sambung yang lemah

D. ADMIXTURE
Bahan campuran tambahan (admixtures) adalah bahan yang bukan air, agregat
maupun semen yang ditambahkan ke dalam campuran sesaat atau selama
pencampuran. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat beton atau
pasta semen agar menjadi cocok untuk pekerjaan tertentu, atau ekonomis untuk tujuan
lain seperti menghemat energi (Nawy,1996).
Suatu bahan tambah pada umumnya dimasukkan ke dalam campuran beton dengan
jumlah sedikit, sehingga tingkat kontrolnya harus lebih besar daripada pekerjaan beton
biasa. Oleh sebab itu, kontrol terhadap bahan tambah perlu dilakukan dengan tujuan
untuk menunjukkan bahwa pemberian bahan tambah pada beton tidak menimbulkan
efek samping seperti kenaikan penyusutan kering, pengurangan elastisitas (L.J.
Murdock dan K.M. Brook, 1991).

 Puzolan
Pozolan adalah bahan alam atau buatan yang sebagian besar terdiri dari unsur-
unsur silikat atau aluminat yang reaktif (Persyaratan Umum Bahan Bangunan di
Indonesia , PUBI 1982). Pozolan sendiri tidak mempunyai sifat semen, tetapi dalam
keadaan halus (lolos ayakan 0,21 mm) bereaksi dengan air dan kapur padam pada
suhu normal (24 – 270 C) menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air.
Unsur silikat dan aluminat yang reaktif akan bereaksi dengan kapur bebas yang
merupakan hasil sampingan proses hidrasi antara semen dan air menjadi kalsium
silikat hidrat (“tobermorite”). Secara sederhana proses kimianya dapat dituis
sebagai berikut:

CH + S + H → C – S – H Dan CH + A + H → C – A – H
Keterangan:
CH = kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
S = silikon dioksida (SiO2)
A = aluminium oksida (Al2O3)
C-S-H = kalsium silikat hidrat (C3S2H3)

Pozolan dapat dipakai sebagai bahan tambahan atau sebagai pengganti sebagian
semen portland. Bila dipakai sebagai pengganti sebagian semen portland, umumnya
berkisar antara 10 sampai 35 persen berat semen. Bahan tambahan ini dapat
membuat beton lebih tahan terhadap garam, sulfat, dan air asam. Laju kenaikan
kekuatannya lebih lambat daripada beton normal. Pada umur 28 hari kuat tekannya
lebih rendah daripada beton normal, namun sesudah 3 bulan (90 hari) kuat tekannya
dapat sedikit lebih tinggi.
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan
bahan tambah yang bersifat mineral (additive).
Chemical admixtures (bahan tambah kimia) Admixture Kimia (Bahan Tambahan
Kimia, ASTM C49 dan BS 5075) Menurut standar ASTM , terdapat 7 jenis bahan
tambah kimia, yaitu:
1. Tipe A, Water-Reducing Admixtures
2. Tipe B, Retarding Admixturees
3. Tipe C, Accelerating Admixtures
4. Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures
5. Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures
6. Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures
7. Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures

2.2 PENGERTIAN BETON KONVENSIONAL.


Menurut Ervianto (2006), beton konvensional adalah suatu komponen struktur yang
paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom dirancang untuk bisa
menahan beban aksial tekan. Beton konvensional dalam pembuatannya direncanakan
terlebih dahulu, semua pekerjaan pembetonan dilakukan secara manual dengan merangkai
tulangan pada bangunan yang dibuat. Pembetonan konvensional memerlukan biaya
bekisting, biaya upah pekerja yang cukup banyak.

Adapun keunggulan dari beton konvensional yaitu:

1. Mudah dan umum dalam pengerjaan di lapangan


2. Mudah dibentuk dalam berbagai penampang
3. Perhitungan relatif mudah dan umum
4. Sambungan balok, kolom dan plat lantai bersifat monolit (terikat penuh.
Beton konvensional mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut:

1. diperlukan tenaga buruh lebih banyak, relatif lebih mahal.


2. Pemakaian bekisting relatif lebih banyak
3. Pekerjaan dalam pembangunan agak lama karena pengerjaannya berurutan saling
tergantung dengan pekerjaan lainya.
4. Terpengaruh oleh cuaca, apa bila hujan pengerjaan pengecoran tidak dapat dilakukan.

2.3 Beton Pabrikasi

Beton pabrikasi tidak berbeda dengan beton biasa. Beton pabrikasi dapat diartikan
sebagai suatu proses produksi elemen struktur bangunan pada suatu tempat atau lokasi
yang berbeda dengan lokasi dimana elemen struktur tersebut akan digunakan. Teknologi
pracetak ini dapat diterapkan pada berbagai jenis material, yang salah satunya adalah
material beton.

Pada elemen balok dapat diproduksi dengan berbagai bentang dan macam bentuk
penampangnya. Penentuan bentuk penampang dari sebuah balok dipengaruhi oleh sistem
yang akan digunakan, misalnya sistem sambungan antar balok dan plat lantai, sistem
sambungan antar balok dengan kolom.

Elemen plat lantai merupakan elemen struktur yang langsung mendukung beban
pengguni sebuah bangunan gedung, plat lantai harus sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku. Eksistensi plat lantai dalam bangunaan tinggi membutuhkan
material hingga 50% dari kebutuhan total material elemen struktur. Oleh karena itu plat
lantai merupakan elemen yang penting untuk dikaji guna mendapat metode pengadaan
yang efisien.

Beton pabrikasi dihasilkan dari proses produksi dimana lokasi pembuatannya berbeda
dengan lokasi dimana elemen struktur yang akan digunakan, (Ervianto, 2006). Adapun
keunggulan dari beton pabrikasi:

1. Kecepatan dalam pelaksanaan pembangunannya.

2. Dicapainya tingkatan fleksibelitas dalam proses perancangannya.

3. Pekerjaan di lokasi proyek menjadi lebih sederhana.

4. Mampu mereduksi biaya konstruksi.

Teknologi beton pracetak mempunyai kelemahan kelemahan sebagai berikut:

1. Kerusakan yang mungkin timbul selama proses transportasi

2. Dibutuhkan peralatan lapangan dengan kapasitas angkat yang cukup untuk


mengangkat komponen konstruksi dan menempatkannya pada posisi tertetu.
3. Munculnya permasalaan teknis dan biaya yang dibutuhkan untuk menyatukan
komponen-komponen beton pabrikasi.

4. Diperlukan gudang yang luas dan fasilitas curing.

5. Diperlukan perencanaan yang detail pada bagian sambungan.

6. Diperlukan lapangan yang luas untuk produksi dalam jumlah yang besar.

Dengan kondisi yang demikian maka tidak mudah untuk menentukan mana yang
lebih ekonomis, menggunakan proses beton konvensional atau menggunakan beton
pabrikasi. Berdasarkan alokasi biaya dapat ditunjukkan bahwa distribusi pemakaian
biaya yang terbesar adalah anggaran untuk konstruksi bangunan. Oleh sebab itu
apabila ingin mereduksi biaya proyek maka harus dilakukan evaluasi pada bagian
konstruksi. Salah satu metode yang mampu mereduksi pemakaian biaya konstruksi
adalah dengan mengaplikasikan teknologi beton pabrikasi. Menurut (Elly dan
Supartono, 2000), struktur elemen pracetak memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan dengan struktur konvensional, antara lain :

1. Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam


pembangunan suatu proyek karena sangat erat kaitannya dengan biaya proyek.
Struktur elemen pracetak dapat dilaksanakan di pabrik bersamaan dengan
pelaksanaan pondasi di lapangan.

2. Pengunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik merupakan
Salah satu alasan mengapa struktur elemen pracetak sangat ekonomis
dibandingkan dengan struktur yang dilaksanakan ditempat (cast-in-situ) adalah
penggunaan cetakan beton yang tidak banyak variasi dan biasa digunakan
berulang-ulang, mutu material yang dihasilkan pada umumnya sangat baik
karena dilaksanakan dengan standar-standar yang baku, pengawasan dengan
sistem komputer yang teliti dan ketat.

3. Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen pracetak dapat dengan
mudah dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan elemen tersebut dipabrik,
seperti : warna dan model permukaan yang dapat dibentuk sesuai dengan
rancangan.

4. Dengan sistem elemen pracetak, selain cepat dalam segi pelaksanaan, juga tidak
membutuhkan lahan proyek yang terlalu luas serta lahan proyek lebih bersih
karena pelaksanaan elemen pracetaknya dapat dilakukan dipabrik.

Menurut (Elly dan Supartono, 2000), struktur elemen pracetak memiliki beberapa
kerugian dengan struktur konvensional, antara lain :

1. Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit.

2. Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara elemen
yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam
pemasangan di lapangan.

3. Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan kapasitas
alat angkat dan alat angkut.
5. Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk
adalah antara 150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe
produknya. Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum transportasi
dapat sampai di atas 1000 km.

6. Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan untuk


handling dan erection.

7. Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa dengan kekuatan


besar, konstruksi beton pracetak cukup berbahaya terutama pada daerah
sambungannya, sehingga masalah sambungan merupakan persoalan yang
utamayang dihadapi pada perencanaan beton pracetak.

8. Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan sambungan


pada beton pracetak.

9. Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stock yard)
2.3 Penilaian dalam Memilih Beton Konvensional dan Beton Pabrikasi Dalam
pemilihan beton konvensional dan pabrikasi kita perlu mempunyai suatu
penilaian.

Ada 4 (empat) landasan dasar penilaian yang menyebabkan sistem pracetak secara
teknis lebih efisien dari pada sistem konvensional :

1. Efisiensi sistem struktur

2. Efisiensi bekisting

3. Efisiensi dari kontrol kualitas

4. Efisiensi dari jadwal pelaksanaan (PCI Design Handbook – Precast and


Prestressed Concrete, 4th edition) Kecenderungan biaya konstruksi akhir-akhir
ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti.

Bila dibandingkan dengan industri manufaktur, biaya konstruksi melesat jauh ke


depan, yang antara lain disebabkan oleh tingginya upah tenaga kerja lapangan dan
proses konstruksi yang masih dilakukan secara tradisionil (Winter, 1979) Aplikasi
teknologi prafabrikasi (pracetak) dengan sendirinya akan mengurangi pemakaian
jumlah tenaga kerja di lokasi proyek (Olegsby, Parker & Howell, 1989 dan
Warszawski, 1990), yang tentunya akan berpengaruh pada pengurangan biaya
produksi.

Selain penghematan biaya produksi, hal lain yang menonjol dari penggunaan
beton pracetak adalah mutu pekerjaan dalam jumlah yang banyak menjadi lebih baik
dan seragam. Struktur beton pracetak dapat digunakan pada segala jenis tipe struktur
bangunan. Setiap bangunan memiliki system struktur yang berbeda sesuai dengan
fungsi dan kegunaan dari bangunan tersebut, misalnya sebagai penahan beban
gravitasi, penahan panas (api), penahan suara, dan sebagainya untuk itu diberikan
klasifikasi dari beberapa jenis bangunan sebagai berikut :

1. Perumahan.
2. Bangunan parkir

3. Bangunan apartemen.

5. Jembatan

6. Bangunan perkantoran.

7. Bangunan industri. (Elly dan Supartono, 2000)

2.4 Pemeliharan Beton

Material beton umumnya memiliki nilai yang cukup mahal baik biaya penulangan,
pembetonan, pembekestingan, operasional atau upah tenaga kerja dan pemeliharaan beton
yang telah jadi. Semua ini haruslah ditangani, dirawat dan dipelihara dengan baik.
Dengan tahap-tahap pemeliharaan menurut SNI 2002 sebagai berikut ini.

1. Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu di atas 10 oC dan dalam
kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran.

2. Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu di atas 10 o C dan dalam kondisi
lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama.

3. Perawatan dipercepat

a. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, penguapan pada tekanan atmosfer,


panas lembab, atau proses lainya yang dapat diterima, dapat dilakukan untuk
mempercepat peningkatan kekuatan dan mengurangi waktu perawatan.

b. Percepat waktu perawatan harus memberikan kuat tekan beton pada tahap
pembebanan yang ditinjau sekurang-kurangnya sama dengan kuat rencana
perlu pada tahap pembebanan tersebut.

c. Proses perawatan harus sedemikian hingga beton yang dihasilkan mempunyai


tingkat keawetan paling tidak sama dengan yang dihasilkan oleh metode
perawatan.

d. Bila diperlukan oleh pengawas lapangan, maka dapat dilakukan penambahan


uji kuat tekan beton untuk menjamin bahwa proses perawatan yang dilakukan
telah memenuhi persyaratan.

2.5 Pembetonan

Menurut Ervianto (2006), sebelum dilakukan pekerjaan plat lantai dan balok terlebih
dahulu dilakukan pekerjaan kolom.
Pada dasarnya sistem struktur dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:

1. Struktur rangka kolom menerus dengan sambungan kaku.

2. Struktur rangka kolom kaku dengan pin joint sebagai alat sambungan pada
balok.

3. Struktur rangka dengan pin joint sebagai alat sambung kolom dan unit lantai.
Pekerjaan pengecoran beton memiliki sifat tidak dapat mentolerir kesalahan
sedikitpun karena akan menjadikan keterlambatan waktu bagi pihak
kontraktor, sehingga menambah biaya konstruksi.

Pelaksanaan pekerjaan beton di lapangan mengacu pada beberapa peraturan


untuk menjamin kualitas beton dari hasil pengecoran, sebagai yang tercantum dalam
dokumen kontrak. Peraturan-peraturan tersebut adalah :

1. Standar Indonesia

a) Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) - 1982, NI-3

b) Peraturan Standar Beton 1991 (SK.SNI T-15-1991-03).

c) Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung Tahun 1983

d) Standar beton prategang /pracetak Indonesia

2. ACI: American Concrete Institute, USA

a) SP4, Special publication 34-fromwork for concrete

b) 347-recommendede practice for concrete formwork

c) 318-building code requirements for reinforced concrete

e) American society of testing material (ASTM) Secara umum sistem struktur


komponen beton pracetak dapat digolongkan sebagai berikut (Nurjaman, 2000)

1. Sistem struktur komponen pracetak sebagian, dimana kekakuan sistem


tidak terlalu dipengaruhi oleh pemutusan komponenisasi, misalnya
pracetak pelat, dinding dimana pemutusan dilakukan tidak pada balok dan
kolom/bukan pada titik kumpul.

2. Sistem pracetak penuh, dalam sistem ini kolom dan balok serta pelat
dipracetak dan disambung, sehingga membentuk suatu bangunan yang
monolit. Pada dasarnya penerapan sistem pracetak penuh akan lebih
mengoptimalkan manfaat dari aspek fabrikasi pracetak dengan catatan
bahwa segala aspek kekuatan (strength), kekakuan, kelayanan
(serviceability) dan ekonomi dimasukkan dalam proses perencanaan.

2.6 Perbandingan Penggunaan Beton Precast dengan Beton Konvensional


2.6.1 Aspek Biaya Produksi

Biaya merupakan suatu komponen penting dalam suatu proyek konstruksi, karena
berpengaruh pada cashflow proyek dan keuntungan proyek. Hal yang penting dalam
faktor produksi adalah penentuan prioritas, komponen yang akan terlebih dahulu
dipabrikasi tentu harus disesuaikan dengan rencana kerja dan metode kerja yang
direncanakan. Untuk mencapaikan kesesuaian pemilihan komponen yang harus
diproduksi lebih dahulu maka dibutuhkan koordinasi antara pabrikator dengan
instalator. Area produksi harus tertata dengan baik, mulai dari tempat penumpukan
material dasar, proses pengecoran, proses perawatan beton serta penyimpanan
komponen beton pracetak. Konsekuensi dari metode ini adalah harus menyediakan
lahan kerja yang cukup luas karena lahan penumpukan bahan dan komponen beton
pracetak yang diproduksi memiliki ukuran dan kuantitas yang besar.

2.6.2 Aspek Biaya Erection

Proses penyatuan komponen bangunan yang berupa beton Pabrikasi yang telah
diproduksi dan layak (cukup umur) untuk disatukan menjadi bagian dari bangunan
disebut dengan erection. Kegiatan ini adalah salah satu faktor kunci keberhasilan
dalam pembuatan sebuah bangunan beton pracetak.

2.6.3 Aspek Biaya koneksi

Proses penyatuan komponen–komponen struktur beton pracetak menjadi sebuah


struktur bangunan yang monolit merupakan hal yang amat penting dalam
pengaplikasian teknologi beton pracetak. Cara penyatuaan pracetak beton dibedakan
menjadi dua. Pertama cara menyatukan beton dan yang kedua adalah cara penyatuan
meterial baja tulangan. Proses penyatuan material beton dengan sambungan basah
(in-situ concrete joint), sambungan kering (las, baut, pin, prestress), yang umum
digunakan sambungan basah (in-situ concret joint) dan sambungan kering (las).

2.6.4 Aspek Biaya Pekerjaan Biaya

merupakan suatu komponen penting dalam suatu proyek konstruksi, karena


berpengaruh pada cashflow proyek dan keuntungan proyek. Salah satu elemenya
adalah biaya beton yang cukup berpengaruh signifikan dikarenakan volune
pekerjaan beton yang sangat besar terutama untuk proyek gedung bertingkat. Biaya
pekerjaan beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya material beton itu sendiri
dan biaya operasional di lapangan dimana semua komponen pembiayaan mulai dari
material yang digunakan hingga upah tenaga kerja akan dibahas disini.

2.6.5 Aspek Biaya Operasional Lapangan

Secara teori tujuan utama dari penggunaan beton precast adalah untuk mempercepat
proses pelaksanaan di lapangan sehingga mampu menghemat pengeluaran
operasional pekerjaan beton. Tetapi dalam pelaksanaan di lapangan penghematan
biaya operasional tersebut belum dapat dicapai dengan maksimal, sebaliknya terjadi
pembengkakan biaya operasional. Biaya operasional pekerjaan beton di lapangan
terdiri dari beberapa komponen, antara lain :

1. Biaya peralatan Karena komponen beton plat lantai yang cukup jauh berbeda,
tetapi pekerjaan beton pada kedua metode tersebut menggunakan alat bantu yang
tidak jauh berbeda.

2. Biaya upah tenaga kerja / tukang Perhitungan besarnya upah tenaga kerja untuk
kedua metode tersebut sama, karena besaran upah tersebut sudah terdapat harga
satuan untuk setiap m3 pekerjaan beton. Tenaga kerja yang meliputi pekerjaan,
tukang, kepala tukang dan mandor.
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari uraian makalah diatas, dapat kami simpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bahan dasar pembuatan beton adalah agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen
dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan
penyusun beton tersebut pun memiliki banyak klasifikasi yang berdasarkan kegunaan,
bentuk, dan ukuran.
2. .................................................
3. ..................................................
4. ....................................................
5. ....................................................

3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

http://kontruksibangunan-kb1.blogspot.co.id/2013/03/kelebihan-dan-kekurangan-beton-pada-
konstruksi.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Beton

http://mynewblogkti.blogspot.co.id/2016/05/struktur-beton-sebagai-salah-satu-bahan_14.html

http://projectmedias.blogspot.co.id/2014/03/macam-macam-tulangan.html

http://blogargajogja.com/struktur/cara-membaca-tulangan-lapangan-dan-tumpuan-pada-
gambar-kerja-struktur.html/attachment/membaca-gambar-detail-balok-kolom-argajogja

https://vancivil.blogspot.co.id/2016/10/pbi-peraturan-beton-bertulang-indonesia.html

https://www.mandirijayareadymix.com/slump-beton-dan-cara-menguji-slump-beton/

https://lauwtjunnji.weebly.com/pengukuran-slump.html

http://kontruksibangunan-kb1.blogspot.com/2013/03/jenis-jenis-beton-dalam-konstruksi.html

https://solusibetonreadymix.com/blog/perbandingan-beton-precast-dan-beton-cor/

http://indonesianhighwayengineering.blogspot.com/2010/03/pertanyaan-seputar-beton.html

http://tekhniksipil7.blogspot.com/2017/06/fungsi-jenis-dan-bahan-tambah-admixture.html

Anda mungkin juga menyukai