12 Oktober 2019 - Kelompok 2 Makalah - Struktur - Beton - I
12 Oktober 2019 - Kelompok 2 Makalah - Struktur - Beton - I
“STRUKTUR BETON I”
BETON KONVENSIONAL
DOSEN PENGAJAR:
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang
“Struktur Beton I” dengan baik dan tepat waktu..
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Bpk. Hendro Sutowijoyo, ST., MT
selaku dosen mata kuliah Struktur Beton I di Universitas Narotama Surabaya. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita mengenai bahan-bahan struktur beton. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya
khususnya bagi kami kelompok 2 sebagai penyusun.
Hormat kami,
Kelompok 2
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1
PENDAHULUAN
A. SEMEN PORTLAND
Semen adalah bahan pengikat hidrolis yang terbuat dari penggilingan halus
(klingker) dan gips, bila dicampur air didiamkan akan mengikat, mengeras, membatu
dan direndam dalam air tidak larut.
Ada 4 unsur yang paling penting dalam susunan semen yaitu:
1. Trikalsium silikat (C3S ) atau 3CaO.SiO2
2. Dikalsium silikat (C2S ) atau 2CaO.SiO2
3. Trikalsium aluminat (C2A) atau 3CaO.AlO3
4. Tetrakalsium aluminoferit (C2AF ) atau 4Cao.Al2O3.Fe2O
Keempat bahan tersebut digiling halus dengan perbandinngan tertentu, setelah
digiling dibakar dengan suhu 1350° dengan proses bertahap.
1. Pada suhu 100°C (dalam keadaan kering oven kandungan H2O masih ada)
2. Pada suhu 250°-300°C(warnanya kemerahan, H2O sudah hilang)
3. Pada suhu 800° C(proses kalsinasi) CO2 hilang peruraian dari Batu kapur ke
kapur toho (kapur hidup)
4. Pada suhu 1350°C terjadi proses sintering (pelelahan)
Setelah melalui proses pemansan tersebut kemudian dialirkan ke tungku putar
pendingin suhunya menjadi 60° berbentuk klingker. Kemudian klingker-klingker
tersebut digiling halus dengan gips dan menjadi semen.
Senyawa C3S dan C2S memiliki sifat mengikat, senyawa C3A dan C4AF memiliki
sifat mengeras dan mengeluarkan panas hidrasi. Sifat Gypsum (CH4)
memperlambat pengerasan semen dan pengikatannya yang digunakan untuk
member kesempatan pada proses pengerjaan.
C. AIR
Air diperlukan pada pembentukan semen yang berpengaruh terhadap sifat
kemudahan pengerjaan adukan beton (workability), kekuatan, susut dan keawetan
beton. Air yang diperlukan untuk bereaksi dengan semen hanya sekitar 25 % dari berat
semen saja, namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang dipakai sulit jika
kurang dari 0,35. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan dipakai sebagai
pelumas, tambahan air ini tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton
menjadi rendah dan beton menjadi keropos. Kelebihan air ini dituang (bleeding) yang
kemudian menjadi buih dan terbentuk suatu selaput tipis (laitance). Selaput
tipis ini akan mengurangi lekatan antara lapis-lapis beton dan merupakan bidang
sambung yang lemah
D. ADMIXTURE
Bahan campuran tambahan (admixtures) adalah bahan yang bukan air, agregat
maupun semen yang ditambahkan ke dalam campuran sesaat atau selama
pencampuran. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat beton atau
pasta semen agar menjadi cocok untuk pekerjaan tertentu, atau ekonomis untuk tujuan
lain seperti menghemat energi (Nawy,1996).
Suatu bahan tambah pada umumnya dimasukkan ke dalam campuran beton dengan
jumlah sedikit, sehingga tingkat kontrolnya harus lebih besar daripada pekerjaan beton
biasa. Oleh sebab itu, kontrol terhadap bahan tambah perlu dilakukan dengan tujuan
untuk menunjukkan bahwa pemberian bahan tambah pada beton tidak menimbulkan
efek samping seperti kenaikan penyusutan kering, pengurangan elastisitas (L.J.
Murdock dan K.M. Brook, 1991).
Puzolan
Pozolan adalah bahan alam atau buatan yang sebagian besar terdiri dari unsur-
unsur silikat atau aluminat yang reaktif (Persyaratan Umum Bahan Bangunan di
Indonesia , PUBI 1982). Pozolan sendiri tidak mempunyai sifat semen, tetapi dalam
keadaan halus (lolos ayakan 0,21 mm) bereaksi dengan air dan kapur padam pada
suhu normal (24 – 270 C) menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air.
Unsur silikat dan aluminat yang reaktif akan bereaksi dengan kapur bebas yang
merupakan hasil sampingan proses hidrasi antara semen dan air menjadi kalsium
silikat hidrat (“tobermorite”). Secara sederhana proses kimianya dapat dituis
sebagai berikut:
CH + S + H → C – S – H Dan CH + A + H → C – A – H
Keterangan:
CH = kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
S = silikon dioksida (SiO2)
A = aluminium oksida (Al2O3)
C-S-H = kalsium silikat hidrat (C3S2H3)
Pozolan dapat dipakai sebagai bahan tambahan atau sebagai pengganti sebagian
semen portland. Bila dipakai sebagai pengganti sebagian semen portland, umumnya
berkisar antara 10 sampai 35 persen berat semen. Bahan tambahan ini dapat
membuat beton lebih tahan terhadap garam, sulfat, dan air asam. Laju kenaikan
kekuatannya lebih lambat daripada beton normal. Pada umur 28 hari kuat tekannya
lebih rendah daripada beton normal, namun sesudah 3 bulan (90 hari) kuat tekannya
dapat sedikit lebih tinggi.
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan
bahan tambah yang bersifat mineral (additive).
Chemical admixtures (bahan tambah kimia) Admixture Kimia (Bahan Tambahan
Kimia, ASTM C49 dan BS 5075) Menurut standar ASTM , terdapat 7 jenis bahan
tambah kimia, yaitu:
1. Tipe A, Water-Reducing Admixtures
2. Tipe B, Retarding Admixturees
3. Tipe C, Accelerating Admixtures
4. Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures
5. Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures
6. Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures
7. Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures
Beton pabrikasi tidak berbeda dengan beton biasa. Beton pabrikasi dapat diartikan
sebagai suatu proses produksi elemen struktur bangunan pada suatu tempat atau lokasi
yang berbeda dengan lokasi dimana elemen struktur tersebut akan digunakan. Teknologi
pracetak ini dapat diterapkan pada berbagai jenis material, yang salah satunya adalah
material beton.
Pada elemen balok dapat diproduksi dengan berbagai bentang dan macam bentuk
penampangnya. Penentuan bentuk penampang dari sebuah balok dipengaruhi oleh sistem
yang akan digunakan, misalnya sistem sambungan antar balok dan plat lantai, sistem
sambungan antar balok dengan kolom.
Elemen plat lantai merupakan elemen struktur yang langsung mendukung beban
pengguni sebuah bangunan gedung, plat lantai harus sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku. Eksistensi plat lantai dalam bangunaan tinggi membutuhkan
material hingga 50% dari kebutuhan total material elemen struktur. Oleh karena itu plat
lantai merupakan elemen yang penting untuk dikaji guna mendapat metode pengadaan
yang efisien.
Beton pabrikasi dihasilkan dari proses produksi dimana lokasi pembuatannya berbeda
dengan lokasi dimana elemen struktur yang akan digunakan, (Ervianto, 2006). Adapun
keunggulan dari beton pabrikasi:
6. Diperlukan lapangan yang luas untuk produksi dalam jumlah yang besar.
Dengan kondisi yang demikian maka tidak mudah untuk menentukan mana yang
lebih ekonomis, menggunakan proses beton konvensional atau menggunakan beton
pabrikasi. Berdasarkan alokasi biaya dapat ditunjukkan bahwa distribusi pemakaian
biaya yang terbesar adalah anggaran untuk konstruksi bangunan. Oleh sebab itu
apabila ingin mereduksi biaya proyek maka harus dilakukan evaluasi pada bagian
konstruksi. Salah satu metode yang mampu mereduksi pemakaian biaya konstruksi
adalah dengan mengaplikasikan teknologi beton pabrikasi. Menurut (Elly dan
Supartono, 2000), struktur elemen pracetak memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan dengan struktur konvensional, antara lain :
2. Pengunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik merupakan
Salah satu alasan mengapa struktur elemen pracetak sangat ekonomis
dibandingkan dengan struktur yang dilaksanakan ditempat (cast-in-situ) adalah
penggunaan cetakan beton yang tidak banyak variasi dan biasa digunakan
berulang-ulang, mutu material yang dihasilkan pada umumnya sangat baik
karena dilaksanakan dengan standar-standar yang baku, pengawasan dengan
sistem komputer yang teliti dan ketat.
3. Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen pracetak dapat dengan
mudah dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan elemen tersebut dipabrik,
seperti : warna dan model permukaan yang dapat dibentuk sesuai dengan
rancangan.
4. Dengan sistem elemen pracetak, selain cepat dalam segi pelaksanaan, juga tidak
membutuhkan lahan proyek yang terlalu luas serta lahan proyek lebih bersih
karena pelaksanaan elemen pracetaknya dapat dilakukan dipabrik.
Menurut (Elly dan Supartono, 2000), struktur elemen pracetak memiliki beberapa
kerugian dengan struktur konvensional, antara lain :
2. Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara elemen
yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam
pemasangan di lapangan.
3. Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan kapasitas
alat angkat dan alat angkut.
5. Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk
adalah antara 150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe
produknya. Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum transportasi
dapat sampai di atas 1000 km.
9. Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stock yard)
2.3 Penilaian dalam Memilih Beton Konvensional dan Beton Pabrikasi Dalam
pemilihan beton konvensional dan pabrikasi kita perlu mempunyai suatu
penilaian.
Ada 4 (empat) landasan dasar penilaian yang menyebabkan sistem pracetak secara
teknis lebih efisien dari pada sistem konvensional :
2. Efisiensi bekisting
Selain penghematan biaya produksi, hal lain yang menonjol dari penggunaan
beton pracetak adalah mutu pekerjaan dalam jumlah yang banyak menjadi lebih baik
dan seragam. Struktur beton pracetak dapat digunakan pada segala jenis tipe struktur
bangunan. Setiap bangunan memiliki system struktur yang berbeda sesuai dengan
fungsi dan kegunaan dari bangunan tersebut, misalnya sebagai penahan beban
gravitasi, penahan panas (api), penahan suara, dan sebagainya untuk itu diberikan
klasifikasi dari beberapa jenis bangunan sebagai berikut :
1. Perumahan.
2. Bangunan parkir
3. Bangunan apartemen.
5. Jembatan
6. Bangunan perkantoran.
Material beton umumnya memiliki nilai yang cukup mahal baik biaya penulangan,
pembetonan, pembekestingan, operasional atau upah tenaga kerja dan pemeliharaan beton
yang telah jadi. Semua ini haruslah ditangani, dirawat dan dipelihara dengan baik.
Dengan tahap-tahap pemeliharaan menurut SNI 2002 sebagai berikut ini.
1. Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu di atas 10 oC dan dalam
kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran.
2. Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu di atas 10 o C dan dalam kondisi
lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama.
3. Perawatan dipercepat
b. Percepat waktu perawatan harus memberikan kuat tekan beton pada tahap
pembebanan yang ditinjau sekurang-kurangnya sama dengan kuat rencana
perlu pada tahap pembebanan tersebut.
2.5 Pembetonan
Menurut Ervianto (2006), sebelum dilakukan pekerjaan plat lantai dan balok terlebih
dahulu dilakukan pekerjaan kolom.
Pada dasarnya sistem struktur dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
2. Struktur rangka kolom kaku dengan pin joint sebagai alat sambungan pada
balok.
3. Struktur rangka dengan pin joint sebagai alat sambung kolom dan unit lantai.
Pekerjaan pengecoran beton memiliki sifat tidak dapat mentolerir kesalahan
sedikitpun karena akan menjadikan keterlambatan waktu bagi pihak
kontraktor, sehingga menambah biaya konstruksi.
1. Standar Indonesia
2. Sistem pracetak penuh, dalam sistem ini kolom dan balok serta pelat
dipracetak dan disambung, sehingga membentuk suatu bangunan yang
monolit. Pada dasarnya penerapan sistem pracetak penuh akan lebih
mengoptimalkan manfaat dari aspek fabrikasi pracetak dengan catatan
bahwa segala aspek kekuatan (strength), kekakuan, kelayanan
(serviceability) dan ekonomi dimasukkan dalam proses perencanaan.
Biaya merupakan suatu komponen penting dalam suatu proyek konstruksi, karena
berpengaruh pada cashflow proyek dan keuntungan proyek. Hal yang penting dalam
faktor produksi adalah penentuan prioritas, komponen yang akan terlebih dahulu
dipabrikasi tentu harus disesuaikan dengan rencana kerja dan metode kerja yang
direncanakan. Untuk mencapaikan kesesuaian pemilihan komponen yang harus
diproduksi lebih dahulu maka dibutuhkan koordinasi antara pabrikator dengan
instalator. Area produksi harus tertata dengan baik, mulai dari tempat penumpukan
material dasar, proses pengecoran, proses perawatan beton serta penyimpanan
komponen beton pracetak. Konsekuensi dari metode ini adalah harus menyediakan
lahan kerja yang cukup luas karena lahan penumpukan bahan dan komponen beton
pracetak yang diproduksi memiliki ukuran dan kuantitas yang besar.
Proses penyatuan komponen bangunan yang berupa beton Pabrikasi yang telah
diproduksi dan layak (cukup umur) untuk disatukan menjadi bagian dari bangunan
disebut dengan erection. Kegiatan ini adalah salah satu faktor kunci keberhasilan
dalam pembuatan sebuah bangunan beton pracetak.
Secara teori tujuan utama dari penggunaan beton precast adalah untuk mempercepat
proses pelaksanaan di lapangan sehingga mampu menghemat pengeluaran
operasional pekerjaan beton. Tetapi dalam pelaksanaan di lapangan penghematan
biaya operasional tersebut belum dapat dicapai dengan maksimal, sebaliknya terjadi
pembengkakan biaya operasional. Biaya operasional pekerjaan beton di lapangan
terdiri dari beberapa komponen, antara lain :
1. Biaya peralatan Karena komponen beton plat lantai yang cukup jauh berbeda,
tetapi pekerjaan beton pada kedua metode tersebut menggunakan alat bantu yang
tidak jauh berbeda.
2. Biaya upah tenaga kerja / tukang Perhitungan besarnya upah tenaga kerja untuk
kedua metode tersebut sama, karena besaran upah tersebut sudah terdapat harga
satuan untuk setiap m3 pekerjaan beton. Tenaga kerja yang meliputi pekerjaan,
tukang, kepala tukang dan mandor.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari uraian makalah diatas, dapat kami simpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bahan dasar pembuatan beton adalah agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen
dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan
penyusun beton tersebut pun memiliki banyak klasifikasi yang berdasarkan kegunaan,
bentuk, dan ukuran.
2. .................................................
3. ..................................................
4. ....................................................
5. ....................................................
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://kontruksibangunan-kb1.blogspot.co.id/2013/03/kelebihan-dan-kekurangan-beton-pada-
konstruksi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Beton
http://mynewblogkti.blogspot.co.id/2016/05/struktur-beton-sebagai-salah-satu-bahan_14.html
http://projectmedias.blogspot.co.id/2014/03/macam-macam-tulangan.html
http://blogargajogja.com/struktur/cara-membaca-tulangan-lapangan-dan-tumpuan-pada-
gambar-kerja-struktur.html/attachment/membaca-gambar-detail-balok-kolom-argajogja
https://vancivil.blogspot.co.id/2016/10/pbi-peraturan-beton-bertulang-indonesia.html
https://www.mandirijayareadymix.com/slump-beton-dan-cara-menguji-slump-beton/
https://lauwtjunnji.weebly.com/pengukuran-slump.html
http://kontruksibangunan-kb1.blogspot.com/2013/03/jenis-jenis-beton-dalam-konstruksi.html
https://solusibetonreadymix.com/blog/perbandingan-beton-precast-dan-beton-cor/
http://indonesianhighwayengineering.blogspot.com/2010/03/pertanyaan-seputar-beton.html
http://tekhniksipil7.blogspot.com/2017/06/fungsi-jenis-dan-bahan-tambah-admixture.html