Anda di halaman 1dari 9

Aditya Purnomo Aji / 25418025

Konsep dari Hak Atas Lahan

Hak Kepemilikan Lahan adalah instrument paling sederhana dalam kebijakan pembangunan yang
berfungsi baik untuk memfasilitasi maupun objeknya. Hal tersebut berkaitan langsung dengan
ekonomi perkotaan.

Karakteristik Unik dari Tanah dan Kepemilikannya

Sifat Publik Sifat Privat


 Permanen  Memenuhi kebutuhan psikis tentang kemanan
 Elemen sederhana dalam  Dalam perkotaan permasalahannya dapat menjadi
produksi sangat kompleks
 Memiliki nilai  Di negara berkembang dapat memicu investasi

Dalam mencari sistem kepemilikian yang tepat, dapat diartikan juga bagaimana pengaturan yang
paling mampu untuk mempertemukan kontradiksi dari kedua sifat tersebut:

 Perbedaan dalam kerangka budaya  perbedaan pemahaman kepemilikan seperti di Eropa


yang menganggap kepemilikan lahan harus dipenuhi melalui situasi dan keadaan tertentu.
Sedangkan di Afrka menganggap bahwa kepemilikan adalah hak individu.
 Kebingungan dalam Penamaan Kepemilikan  ketika sistem pemilikan masih primitif dalam
beberapa negara terdapat kesulitan penamaan kepemilikan karena ditutup dengan beragam
klaim dari keluarga maupun masyarakat.
 Kepemilikan Lahan sebagai Status hukum resmi  meskipun kepemilikan lahan adlaah
konsep hukum, secara dasar hal tersebut melibatkan persepsi dari yang menggunakan;
 Aspek yang dinamis  dalam negara berkembang akan terdapat kota-kota yang memiliki
kekuatan yang dinamis (pemerintahan dan pasar) dimana di dalamnya termasuk:
peningkatan permukiman kumuh, kawasan permukiman untuk MBR, perubahan pusat kota,
industri di pinggiran kota, hingga produktivitas lahan;
 Kemampuan untuk tergantikan  tanah merupakan benda yang tdak mudah untuk
digantikan. Bergantung ukurannya, tanah di tempat yang sama dapat memiliki nilai yang
ebrbeda. Sehingga hal ini membuat formulasi pembangunan perkotaan menjadi sulit.
 Hubungan Kepemilikan Lahan dengan Pasar dan Pengendalian Guna Lahan  Lahan
memang benda yang fleksibel. Namun, tetap memiiki pembatas. Pembatas tersebut
diantaranya: bangunan yang ada memiliki kecenderungan sulit untuk diubah fungsinya
dalam kebutuhan pasar, keterbatasan informasi, pemilik keputusan bergantung pada upah
yang diberikan, keputusan individu terdampak oleh eksternalitas yang tidak terduga.
 Pentingnya Masa Transisi  dalam siklus utilisasi lahan, intervensi publik adalah bentuk
paling sederhana dalam transisi ketika [asar dan alat pengatur guna lahan dan kepemilikan
dlama kondisi yang mengalir. Intervensi publik ini terjadi pada umumnya ketika pemilik
lahan mengetahui nilai tertinggi dan memberi keuntungan buatnya. Pertama hal ini terhadi
ketika lahan pertanian menjadi lahan perkotaan, serta ketika infrastruktur perkotaan mulai
dibangun.
Kejaran Kebijakan dan Tipe Kepemilikan Lahan

 Tujuan dari kepemilikan lahan adalah efisiensi, keadilan, kesesuaian, dan keberlanjutan
 Secara internasional kepemilikan lahan muncul dalam berbagai macam bentuk. Bentuk
anglo-amerika yang menggunakan sekumpulan hak memiliki hingga 50 macam hak atas
tanah, sedangkan di Afrika masih banyak termaknai oleh konsep hak adat suku.
 Kategori Kepemilikan Sederhana:
o Nonformal, defacto
o Hak milik individu
o Hak guna individu
o Hak milik publik
o Hak guna publik
o Kepemilikan bersama
 Kepemilikan Lahan sendiri terbagi atas:
o Luas Lahan
o Lahan dan Penambahan Nilai
o Pembangunan dan Penggunaan Lahan

Kepemilikan Lahan

 Kepemilikan Lahan berkaitan erat dengan hukum, adat, dan praktik yang mengelola
hubungan dengan lahan tersebut.
 Dampak dari kolonialisme sebagai satu paham yang berpaku pada kepemilikan  terlupanya
hak-hak kaum miskin. Terbentuknya gap keruangan dimana kaum miskin tergusur ke
pinggiran kota denga nasib yang lebih buruk.
o Di kenya menyebabkan timbulnya hukum yang mendukung/berpihak pada yang
kaya
o Di Nairobi perumahan Rakyat diisi oleh kelas menengah dan kelas pendapatan
tinggi;
o Di Hong Kong terjadi penggusuran rumah penduduk untuk kepentingan komersil dan
industri;
o Trend yang sama terjadi di Maroko, dimana mayoritas lahan diisi oleh elit sebagai
dampak penggunaan zonasi Prancis.
 Salah satu isu penting yang terjadi adlaah urbanisasi dan modernisasi dari tradisonal
pedesaan pola kepemilikan lahan dan akusisinya untuk pembangunan.
 Secara umum, terdapat dua bentuk kepemilikan lahan yang terbagi ke seluruh dunia:
o Sistem yang memberikan kepemilikan dan hak atas tanah  dari hukum Roman
o Sistem yang memberikan kepemilikan dan hak atas tanah dengan terbatas (seperti
pemberian hak guna kepada individu, tetapi kepemilikan masih di negara. Hal ini
menjadi salah satu cara untuk membatasi kepemilikan absolut pada tanah oleh
individu.
 Di dalam Islam, satu-satunya alasan yang dapat diterima dalam kepemilikan pribadi lahan
adalah dimanfaatkan untuk suatu hal. Apabila pemanfaatan tersebut sudah berakhir maka
kepemilikannya kembali kepada komunal.
 Selain itu, dipahami juga bahwa lahan mati dikembalikan kepada negara dan dapat
dialokasikan atau didonasikan oleh penguasa kepada individu. Apabila dialokasikan harus
ditujukan untuk suatu kepentingan tertentu. Donasi/hibah ini pun dilakukan dengan
moderasi.
 Pengelolaan lahan seperti ini dilakukan melalui kepercayaan. Berdasarkan pemahaman,
kepercayaan ini berdampak pada pengaturan lahan secara umum:
o Di Nigeria para emir yang secara tradisional mengalokasikan lahan, memiliki
kekuatan yang tidak resmi terhadap lahan tersebut;
o Di India kepercayaan tersebut menguatkan keingingan untuk mengatur dan
menegakkan pengelolaan lahan;
 Pengaturan pusat kota juga menjadi pertimbangan dalam mengatur kepemilikan lahan. Hal
tersebut dikarenakan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
 Tantangan lainnya dalam penegakkan kebijakan pengelolaan lahan adalah tiga institusi:
pemilik gereja, rel kereta api, dan militer.
o Di amerika lati, kepemilikan gereja sering terjadi pada lokasi-lokasi strategis
sehingga sulit untuk mengatur penggunaan lahan dalam kota;
o Konflik juga terjadi pada lahan yang dimiliki di sekitar rel kereta api. Di mana
pengelola kereta ingin meningkatkan penghasilan dengan menjual lahan sempadan
relnya sedangkan daerah dan perencana ingin mengaturnya;
o Dalam negara dunia ketiga, militer menjadi bentuk lain. Di India pada era kolonial,
memiliki kebijakan untuk memberikan diskresi pada pendirian markas polisi/militer
dan pemerintah pusat memberikan kekuasaan penuh untuk pengaturan guna
lahannya dari pemerintah kota.
 Konsep nasionalisasi maupun sosialisasi kepemilikan lahan dapat mengimbangi kepemilikan
privat terhadap lahan, namun dapat mengurangi rasa kemaanan individu dalam
kepemilikan.
 Kepemilikan lahan merupakan konsep keadilan dan efisiensi yang dilihat berbeda oleh
masyarakat yang berbeda.
 Seluruh kebijakan dan hukum kepemilikan lahan harus dapat menyeimbangkan seluruh
kebutuhan tersebut.

Hukum Perencanaan di Negara Berkembang

 Salah satu bentuk instrumen dalam pengelolaan lahan adalah hukum perencanaan. Pada
umumnya, hukum ini digunakan oleh pemerintah untuk mengelola pembangunan yang
terjadi.
 Namun, “hukum perencanaan” sendiri memiliki banyak penafsiran dan tidak semua negara
memiliki terminologi tersebut. Pada umumnya yang dimaksud dengan hukum tersebut
mencakup:
o Pemberlakuan urusan pekerjaan umum  bentuk pelaksanaan hukum akuisisi lahan
o Pelarangan beberapa bentuk kegiatan
o Pengendalian pewarisan;
o Pengaturan untuk perlindungan dari bencana;
 Sasaran dari hukum perencanaan tersebut juga beragam, mencakup:
o Kepada para pemilik lahan;
o Kepada para pengguna, pemilik hak guna, dan pengguna bagian dari bangunan;
o Kepada para penduduk dari lahan atau bangunan;
 “Pemilik lahan” yang dimaksud sendiri merupakan konsep yang tidak sederhana dan dibatasi
oleh beberapa hal: 1) keberadaan kontrak individu; dan 2) kontrol publik.
o Bentuk kontrak individu yang dimaksud berupa regulasi-regulasi yang mengatur
kepemilikannya, seperti kepemilikan yang ada hanya ketika ia masih hidup;
o Bentuk kontrol sosial adalah bentuk pengaturan yang memberikan manfaat
maksimal pada lahan sekitar.
 Refleksi dari peraturan peradaban barat saat ini:

Periode Substansi Hukum Kepemilikan Lahan


Abad  Pemilikan lahan yang sebenarnya tidak lebih penting dari kemampuan
Pertengahan untuk menempati dan menggunakannya;
 termasuk pemahaman mengenai kontruksi investasi yang bertambah
tidak lebih penting dari harganya saat ini.
Pasca Abad Kecenderungan untuk mengamankan kepemilikan dibandingkan untuk
Pertengahan mendapatkan hak untuk memindahkan kepemilikan lahan pada keturunannya;
 hasil pembuatan lahan lebih penting dari pada nilai pengembangannya
Abad ke-19 1. pertama kali diberbolehkan penigkatan nilai lahan dengan merubah
penggunaannya. Disebabkan oleh urbanisasi
2. pemaknaan pembangunan menjadi seluruh proses untuk memulai
aktivitas baru pada lahan;

 Perubahan pemahaman pada abad 19 menjadi latar belakang terjadinay isu nasionalisasi
lahan (pengembalian kepemilikan pada negara) dan menjadi dasar untuk memberikan pajak
lahan karena: pemilik lahan privat mendapatkan keuntungan dengan bebas dan tidak
memiliki kesadaran sosial.
o Di Itali a dan irlandia terdapat kontroversi mengenai kepemilikan lahan dan
hancurnya pedesaan. Bersamaan kesadaran mengenai urbanisasi kesadaran
terhadap pengendalian pembangunan dan perencanaan itu sendiri ikut
berkembang. Namun, di waktu yang sama banyak pengusaha yang menjadi pemilik
lahan pun ikut bergabung menjadi bagian diskursus tersebut. Sehingga pada waktu
itu sebagain diskusi menghasilkan bagaimana untuk turut mengakomodasi elemen
wirrausaha.
o Di Amerika, meskipun pemerintah negara bagian mengatur dirinya sebagai pemilik
lahan di dalam negara. Namun, untuk beberapa tahun, tujuan tersebut bermaksud
untuk membuat sejumlah industri pertanian yang besar. Hal tersebut juga
disebabkan dengan keberadaan rel kereta api yang dikelola oleh privat. Hingga pada
tahun 1880 kesadaran perencanaan kembali muncul utamanya pada bagian
kemanan dan kesehatan publik.
o Dalam kebijakan inggris, secara empiris merumuskan metode yang ebrbeda. Setelah
tahun 1945 korporasi adhoc diarahkan untuk mendirikan kota-kota baru. Akusisi
lahan dalam kebijakan ini digunakan sebagai metode khusus untuk suatu urusan
ketimbang pengendalian pembangunan.
 Metode dalam pengendalian pembangunan ini diantaranya: hukum dalam akuisisi lahan,
hukum yang berhubungan dengan perpajakan lahan, dan pertimbangan lain dalam
memberikan hak lahan.
 Akusisi Lahan Publik
o Berdasarkan Town and Country Planning Act 1947 di UK membedakan antara nilai
guna yang ada dan nilai pembangunan yang mungkin terhadi. Untuk menggunakan
nilai pembangunan (development value) maka dibutuhkan perizinan perencanaan
dari pihak berwajib yang mengerti nilainya. Maka didesain skema dengan dua tahap:
 Seluruh nilai pembangunan dinasionalisasikan pada waktu tertentu dan
kompensasinya akan diberikan pada waktu tersebut., mendesain situasi
dimana para pengembang tidak akan dirugikan dari penolakan perizinannya
(dan tidak mengetahui nilainya).
 Untuk seluruh orang yang mendapatkan izin pembangunan maka, wajib
membayar dan dapat menyadari nilai pembangunan yang ada.
o Skema ini tidak berjalan dengan baik karena tidak relevan dengan tidak
mempertimbangkan beberapa hal:
 Tidak mempertimbangkan kondisi yang penting untuk diwujudkan di masa
yang akan datang;
 Skema ini bergantung pada proses valuasi berdasarkan data yang hanya
dapat didapatkan dari informasi statistik dan valuasi khusus;
 Skema ini tidak mempertanyakan bagaimana seharusnya lahan digunakan.
o Pada skema untuk perusahaan kota baru dinilai sukses dengan pertimbangan bahwa
mudah untuk memprediksi dan menghadapi masalah masa depan (karena
sekimpulan area yang spesifik) dan permasalahan kebijakan dan personel dapat
diatasi.
o Peraturan yang ada kemudian diganti dengan Community Land Ac. Kesalahan dapat
terjadi apabila publik fokus tentang kepemilikan publik adalah hal yang utama.
Namun, masalah yang terjadi akan lebih jauh lagi: bagaimana memutuskan
penggunaan lahan dan bagaimana suatu organisasi publik dapat melaksanakan hal
tersebut.
 Hukum Perpajakan Lahan
o Lahan berperan erat dalam pembiayaan publik dengan berbagai cara. Pada
umumnya variasi perpajakan yang menjadi elemen untuk pendapatan pemerintah
ini digunakan untuk mempengaruhi cara pemanfaatan lahan.
o Terdapat beberapa miskonsepsi:
 Fakta bahwa dorongan untuk mempromosikan jenis penggunaan lahan
tertentu ada tidak berarti bahwa ada kebijakan penggunaan lahan yang
tepat dalam arti yang lebih luas.
 Pemercepatan pembangunan tidak selalu memunculkan situasi yang
diharapkan, dan dapat menyebabkan pembanunan yang prematur.
 Mudah terjadi kebingungan dalam penggunaan pajak. Apabila ia menjadi
alat yang bagus untuk kebijakan perencanaan maka, bisa jadi bukan alat
untuk penambah pendapatan. Begitu pula sebaliknya.
o Miskonsepsi ini menyebabkan pemanfaatan pajak tanpa pemahaman yang koheren.
 Hal-hal lain yang mempengaruhi Guna Lahan
o Hubungan antara penyewa dan pemilik lahan  terapat kecenderungan karena
kewenangan pemilik lahan harga sewa dapat melonjak dari yang diizinkan. Oleh
karena itu dibutuhkan sebuah pengaturan dan pembatasan. Namun, pengadaan
perumahan sendiri merupakan hal yang rumit dan jangka panjang sehingag
diperlukan organisasi dan pengadaan dengan sumber daya finansial yang sesuai.
o Dinamika kelembagaan hal tersebut menjadi pertimbangan apabila pembagunan
mengarah pada hal yang belum memuaskan entah positif maupun negatif. Untuk
mengembangkannya dibutuhkan cara dengan menafaatakn institusi yang sudah ada
atau mendesain institusi baru.
 Sudut Pandang Kritis dalam Kepemilikan Lahan Umum
o Kepemilikan publik adalah bentuk kepemilikan real estat di atas kepentingan umum.
Dalam bentuk kepemilikan publik ini diajukan 4 macam alternatif: land banking
dengan pengaturan hak guna, akuisisi hak pengembangan, kepemilikan sementara
untuk pembangunan ulang, dan akusisi untuk ditata kembali.
o Tujuan dari kepemilikan lahan sendiri adalah: pengendalian harga lahan, pemberian
kompensasi pembangunan yang lebih baik, perencanaan lahan yang membaik;
 Kepemilikan publik (kepemilikan yang dikelola oleh yang berwajib) dapat
mengurangi nilai lahan dan mengendalikan kecepatan pertamabahan nilai
lahan dengan penyediaan yang stabil. Dengan draft penggunaan yang
didesain dengan baik spekulan lahan dapat diatasi.
 Maslaah kompensasi merupakan hal yang membingungkan. Kesulitan yang
ada adlaah belum ada metode yang layak dalam mengukur dan memisahkan
porsi nilai yang ada di individu dan untuk publik. Dengan kepemilikan publik
hal ini tidak akan terpecahkan. Dan malah menyebabkan penekanan pada
salah satu pihak.
 Sedangkan untuk perencanaan yang baik, hal ini disetujui karena pihak yang
berwajib dapat mengaplikasikan alat pengaturan untuk mengelola
perencanaan yang diinginkan.
o Kriteria dalam evaluasinya adalah: 1) apakah tujuannya dapat tercapai? 2) apakah
prosesnya bisa efisien
o Dalam hal ini kritik terhadap konsep tersebut adalah
 Apabila kepemilikan publik dinilai berdasarkan efisiensi harga, hal tersebut
belum terbukti dikarenakan proses tersebut memerlukan pengendalian
pada keseluruhan komoditas. Yang mana mustahil untuk dilakukan,
Kepemilikan publik dapat mengurangi harga lahan, namun tidak dapat
mengurangi nilai lahan.
 Kepemilikan publik juga tidak akan membuat perencanaan semakin baik.
Tetapi akan memperbanyak perencanaan. Dengan dimilikinya oleh publik
dan beberapa program penggunaan maka tidak dapat dijamin bahwa tidak
ada keterlibatan politis dalam pertimbangan perencanana.
 Draft penggunaan yang didesain dengan baik untuk pengendalian
pembangunan dapat memberikan masalah. Hal tersebut disebabkan apabila
penggunaan berulang diinginkan di suatu lahan. Akan menambah biaya
perencanaan, biaya penyewaan/pembelian ulang lahan/desain lahan dst,
 Spekulasi publik juga dinilai bentuk keuntungan yang diakui dikarenakan
penilaian lahan yang terpisah berasal dari keputusan publik
 Apabila diasumsikan publik memiliki pemanfaatan yang lebih baik untuk
keuntungan, hal ini akan menguatkan bahwa spekulasi lahan, pendapatan
yang tidak diambil, dan masalah kompensasi itu ada meskipun di dalam
sistem kepemilikan publik.
o Terdapat banyak metode perencanaan, maka yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana mekanisme harga dan perencanaan tersebut dapat menguntungkan
komunitas sebelum dimanfaatkan

Hukum Tanah Adat

 Kedudukan Tanah dalam hukum adat


o Karena sifatnya  bersifat tetap dan mungkin menjadi keuntungan di masa yang
akan datang
o karena fakta  tempat tinggal, pemberi penghidupan, tempat mengebumikan,
pemahaman tempat tinggal roh
 Hak persekutuan (Ulayat) atas tanah
o Hubungan erat religio-magis menyebabkan persekutuan memperoleh hak
menguasai dan memanfaatkan tanah. Wilayah persekutuan yang bersifat tetap dan
tidak boleh dipindahkan secara asas.
o Objek hak ulayat: tanah, air, tumbuhan dan binatang yang hidup secara liar.
o Hak ulayat dipertahankan dengan: memberikan batas dan menunjuk pejabat
tertentu untuk menguasai wilayah persekutuan.
o Hak ulayat ini dipengaruhi oleh kerajaan-kerjaan dan kekuasaan pemerintah kolonial
belanda.
 Hak perseorangan atas tanah:
o Hak ini dibatasi oleh hak ulayat. Masing-masing individu dapat:
 Mengumpulkan hasil-hasil hutan
 Memburu binatang liar
 Mengambil hasil dari pohon yang tumbuh liar
 Mengusahakan untuk diurus sleanjutnya suatu kolam ikan
o Hak milik tanah  dari seorang warga persekutuan yang membuka dan
mengerjakan tanah itu dapat memanfaatkan sepenuhnya dnegan menghormati: hak
ulayat desa, kepentingan orang lain yang memiliki, peraturan adat seperti memberi
izin ternak orang lain masuk selama tidak dipagari.
o Hak usaha  dinamakan hak menggarap kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi
oleh pemilik hak usaha terhadap tuan tanah. Kewajiban dalam pemilik hak usaha:
membayar semacam pajak, dab melakukan macam-macam pekerjaan untuk
keperluan tuan tanah;
 Transaksi-transaksi tanah
o Transaksi yang bersifat perbuatan hukum sepihak:
 Pendirian suatu desa
 Pembukaan tanah oleh seorang warga persekutuan
o Transaksi-transaksi tanah yang bersifat perbuatan hukum dua pihak. Transaksi jual
yang dapat dibedakan menjadi: menggadai, jual lepas, jual tahunan.
o Setiap subyek hukum memiliki kewenangan untuk memindahkan haknya ke pihak
lainnya. Di dalam masyarakat adat juga dikenal proses tersebut. Pemindahan hak
atas tanah merupakan peristiwa hukum yang menimbulkan pemindahan hak dan
kewajiban yang bersifat tetap ataupun sementara. Bentuk pemindahan tersebut
salah satunya adalah jual beli.
 Jual beli tanah adalah perbuatan pemindahan hak yang bersifat terang dan
tunai.
 Jual beli sendiri berisi mngenai:
 Pemindahan hak atas tanah, atas dasar pembayaran tunai,
sedemikian rupa bahwa pemindah hak tetap mempunyai hak untuk
mendapat tanah kembali;
 Pemindah hak atas tanah atas dasar pembayaran tunaj tanpa hak
untuk membeli kembali
 Pemindahan hak atas tanah atas dasar pembayaran tunai dengan
perjanjian, bahwa setelah beberapa tahun panen tanpa tindakan
hukum tertentu akan kembali;
 Bentuk jual beli tanah
 Jual lepas  perbuatan pemindahan hak atas tanah, bersifat terang
dan tunia, dimana semua ikatan antara bekas penjual dan tanahnya
menjadi lepas sama sekali.
 Jual gadai  pemindahan hak atas tanah yang bersifat sementara
dan yang melakukan pemindahan berhak menebus kembali hak
tanah tersebut.
 Jual tahunan  pemindahan hak atas tanah, dnegan menerima
sejumlah uang tertentu pada jangka waktu tertentu, maka akan
kembali melalui perilaku hukum tertentu
 Jual gengsur  pemindahan hak atas tanah, yang mana penjual
masih memiliki hak pakai sesuai kesepakatan dengan pembeli.
o Transaksi-transaksi yang ada hubungannya dengan tanah
 Memperduai (minangkabau), Maro (Jawa), Toyo (Minahasa), Tesang
(Sulawersi Selatan), Nengah (Priangan), Mertelu (Jawa) atau Jejuron
(Priangan)
 Transaksi apabilapemilik tanah memberikan izin kepada orang laun
utnuk mengerjakan tanahnya dengan perjanjian  yang mendapat
izin membagi sebagian (separuh atau speertiga) hasil tanahnya pada
pemilik tanah.
 Yang menjadi objek adalah tenaga dan tanaman. Hal ini juga
berlakuk dengan perikanan dan peternakan
 Sewa
 Bentuk transaksi untuk mengizinkan orang lain menggnakan tanah
dan untuk tinggal di tanahnya sesuai dengan tiap panen. Sering
dilakukan oleh penyewa tanah dlaam perkebunan gula
 Tanggungan atau Jonggolan di Jawa, Makantah di Bali, Tahan di Tapanuli
 Bentuk transaksi apabila sesorang berhutang kepada orang lain
berjanji kepada pemberi pinjaman selama belum melunasi hutang
tidak akan melakukan transaksi pada tanahnya.
 Numpang atau Magersari di Jawa atau Lindung di Priangan
 Apabila pemilik tanah yang bertempat tinggal memberi izin kepada
orang lain untuk membuat rumah yang kemudian ditempatinya
juga.
 Orang yang diberikan izin biasanya diwajibkan untuk memberi
bantuan kepada pemilik tanah apabila diperlukan.
 Memperduai atau sewa bersama-sama dengan gadai
 Transaksi deikian ini merupakan transaksi gabungan antara transaksi
tanah dengan transaksi yang berhubungan dengan tanah. Dapay
terjadi apabila A (yang menerima tanah yang digadaikan) memberi
izin kepada B (pemilik tanah) untuk mengerjakan tanah dengan
memperduai atau sewa.
 Titip (Jawa)
 Transaksi memberi izin kepada orang yang berhak menggunakan
tanahnya sekaligus memelihara untuknya.

Anda mungkin juga menyukai